Dosen Pembimbing:
Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
FINA SARTIKAWATI
102018002
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tak lupa pula Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya
keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini,semoga apa
yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.
Syukur allahamdulilah penulis mampu menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Space Occupying Lesion (SOL)”
Yang semoga bermanfaat bagi semua belah pihak yang telah membacanya
dan ingin menabah ilmu pengetahuan. Penulis sadar di dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan begitu banyak kekurangan. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
penulis buat pada berikutnya.
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SOL (spase occupying lesion) merupakan regenelisasi masalah
mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai
otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak
seperti contusio cerebri , hematoma infark, abses otak dan tumor pada
intracranial.(Smeltzer&bare,2013)
Space Occupying Lesion bisa berupa neoplasma ataupun tumor,
perdarahan ataupun granuloma. Jaringan otak akan mengalami nekrosis
sehingga menyebabkan gangguan neurologik progresif (Sisca & Zam,
2017).
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi
progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang
pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan
munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan
memberikan gejala yang muncul dengan cepat (Harsono, 1999). Tumor
atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer dan
tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan
otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah
suatu metastasis yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat,
bisa berasal dari paru-paru, mamma, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus.
Tumor ganas itu dapat pula masuk ke ruang tengkorak secara
perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina basis kranii, seperti
misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring (Stephen,
2012).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan
dalam makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Konsep dasar
2. ETIOLOGI SOL
Space-occupying lesion (SOL) intrakranial mempunyai
beberapa etiologi, dimana semuanya menimbulkan ekspansi dari
volume dari cairan intrakranial yang kemudian menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Pembengkakan pada otak dapat
dibagi dua yaitu diffuse dan fokal (Khoirinnisa, 2010)
Pembengkakan diffuse sering terjadi akibat peningkatan umum
cairan di otak diakibatkan oleh vasodilatasi atau edema. Gangguan
sistem vasomotor dapat menyebabkan vasodilatasi yang kemudian
meningkatan aliran darah di serebrum.Hal ini terjadi sebagai
respons terhadap hypercapnia dan hipoksia, dan juga terjadi akibat
head injury.Selain itu, edema dapat terjadi dari tiga mekanisme
yaitu vasogenik, sitotoksik dan interstisial.Pada edema vasogenik
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah serebral akibat
disfungsi sawar otak.Pada edema sitotoksik terjadi jejas terhadap
sel endotel, sel glia dan neuron pada otak.Pada edema interstisial
terjadi kerusakan pada ventrikel-ventrikel otak, sering ditemukan
pada kasus hidrosefalus (Utina, 2013). Sedangkan Fokal dapat
terjadi akibat abses serebral, hematoma, atau neoplasma.Lesi
menyebar ekstrinsik seperti hematoma subdural dan meningioma
juga meningkatkan tekanan pada kavitas otak dan disebut sebagai
space-occupying lesion (Utina, 2013). Pada neoplasma dapat
ditemukan faktor-faktor resiko berikut Utina, 2013):
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetik
c. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
d. Virus tertentu
e. Defisiensi imunologi
f. Kongenital
2) Muntah
3) Papiledema
Dapat dinilai dengan ophthalmoskop. Pada keadaan
menetap.
terkena) :
halusinasi penglihatan
motoric.
2170)
4. KLASIFIKASI SOL
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel
Ginsberg, Neurologi 2003:117) yaitu :
a. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari
meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan
menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.
b. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim
otak :
Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia
( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena
sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat
jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan
derajat diferensiasi.
Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian
tubuh lainnya.
1. Jinak
a) Coustic neuroma
b) Meningioma
c) Pituitary adenoma
d) Astrocytoma (grade 1)
2. Malignan
b) Oligodendroglioma
c) Apendymoma
1. Tumor Intradural
a) Ekstramedular
b) Cleurofibroma
c) Meningioma intramedural
d) Apendimoma
e) Astrocytoma
f) Oligodendroglioma
g) Hemangioblastoma
2. Tumor Ekstradural
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.I
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Kota Bandung
Pekerjaan : Wiraswata
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Nomor RM : -
Diagnosa Medis : Space Occupying Lesion (sol)
Tanggal Pengkajian : -
Tanggal Masuk RS : -
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kiri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kiri . nyeri dirasakan ters menerus
sepanjang waktu, seperti ditusuk-tusuk, skala nyerinya 4(0-10), nyeri juga
dirasakan dengan keluhan lemas dan sulit tidur karena nyeri tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita penyakit TB kelenjar pada tahun 2014
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
keturunan , menular seperti HIV, hipertensi dan diabetes dll.
“Munculkan Genogram jika ada terkait penyakit keturunan”
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB = 55 kg
TB = 160 cm
IMT = 55 : 1,6 x 1,6 = 21,5 (Berat Badan Ideal)
b. Sistem Pernapasan
PCH (-), pengembangan dada simetris, tidak terdengar suara napas tambahan,
suara napas vesikuler pada lapang dada.
c. Sistem Kardiovaskular
Konjunctiva merah muda, ananemis, tidak terdapat kardiomegali, akral
hangat, CRT < 2 detik.
d. Sistem Pencernaan
TIDAK TERKAJI
Warna bibir merah muda, lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah bibir,
bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat caries. Abdomen datar
lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat pembengkakan
dan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien tidak merasa
kembung dan mual, bising usus 12 kali/menit.
e. Sistem Endokrin
TIDAK TERKAJI (Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening)
f. Sistem Perkemihan
TIDAK TERKAJI (Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran
ginjal, tidak ada rasa nyeri, tidak terjadi inkontensia urine)
g. Sistem Persarafan
(TIDAK TERKAJI )
N1 (Olfaktorius): pasien dapat membedakan bau kopi.
N2 (Optikus): pasien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak
30 cm tanpa mengguanakan alat bantu.
N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke
segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
N8 (Auditorius): kemempuan mendengar (+) namun harus dengan suara
dan intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saat
minum
N11 (Asesorius): klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan normal.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius (+).
N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan
bebas.
Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (-)
- Test Brudzinski 1 (+)
h. Sistem Muskuloskeletal
Ekstrimitas Atas
ROM ekstremitas atas dapat bergerak ke segala arah dan tidak ada
hambatan, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5.
Ekstrimitas Bawah
Terlihat kesulitan untuk mengangkat kaki, ROM ekstremitas bawah dapat
bergerak ke segala arah namun perlahan, kekuatan otot ekstremitas bawah
4/4.
i. Sistem Integumen
Rambut terlihat lengket dan kusam, badan terasa lengket, dan sedikit tercium
bau tidak sedap dari pasien.
j. Sistem Reproduksi
TIDAK TERKAJI Tidak ada gangguan pada area genital
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rongent thorak menunjukan kardiomegali tanpa bendungan paru, tidak
tampak proses spesifikasi aktif
“Tambahkan foto ct-scan jika ada”
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematologi
c. Program Terapi
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Fungsi
mengoreksi
ketidakseimbangan
dengan baik
infeksi bakteri
tuberkulosis
mecegah pertumbuhan
otak
B. ANALISA DATA
No Data Fokus (Data Senjang) Etiologi Masalah
.
1. DS: Etiologi faktor genetik, virus,
1. Pasien mengeluh nyeri karsiogenik
kepala sebelah kiri
DO: Pertumbuhan sel otak abnormal
1. Skala nyeri 4 PENURUNAN
2. Pasien terlihat lemas Tumor otak/SOL KAPASITAS
3. HB 14,9 gr/dl ADFTIF
4. Kreatinin 4,5 mg/dl Masa dalam otak bertambah INTRAKRANIAL
5. Kalsium 108 mg/dl (menimbulkan lesi desak ruang)
6. TD 110/70 mmHg
7. Penekanan jaringan otak
PENURUNAN KAPASITAS
ADAPTIF INTRAKRANIAL
2. DS: etiologi: riwayat trauma kepala,
1. Pasien mengeluh nyeri faktor genetik, virus , karsiogenik
kepala sebelah kiri
2. Pasien mengatakan nyeri pertumbuhan sel otak abnormal
kepala dirasakan terus NYERI AKUT
menerus tumor otak/ SOL
3. Pasien mengatakan
nyerinya seperti ditusuk masa dalam otak bertambah
tusuk
4. Pasien mengatakan sulit penekanan jaringan otak terhadap
tidur karena nyeri sirkulasi darah dan O2
DO:
1. Skala nyeri 4 penurunan suplai O ke jaringan
2. Pasien terlihat lemas otak akibat obstruksi sirkulasi
3. TD 110/70 mmHg otak
4. Trombosit 321.000
5. Hb 14,9 gr/dl kerusakan jaringan didaerah otak
peningkatan TIK
NYERI AKUT
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
2. NYERI AKUT B.D Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri 1.08238 1. Untuk mengidentifikasi
AGEN Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam Observasi adanya nyeri pada bagian
pengalaman sensorik atau emosional 1. Identifikasi lokasi,frekuensi, tubuh dan untuk mengethui
PENCEDERA
yang berkaitan dengan kerusakan intensitas nyeri. bagaimna lokasi luka pada
FISIOLOGIS jaringan aktual atau fungsional , 2. Identifikasi skala nyeri tubuh
dengan onset mendadak atau lambat Terapeutik 2. Untuk membantu dalam
dan berintesitas ringan hingga berat 3. Berikan teknik nonfarmakologi mengidentifikasi derajat nyeri
dan konstan. Dapat teratasi dengan untuk mengurangi nyeri ( berikan kebutuhan untuk analgesik
kriteri hasil : teknik musik murrotal al-quran ) 3. Dengan diberikan terapi
1. Skala nyeri menurun dari 4 4. Kontrol lingkungan yang musik berguna untuk proses
menjadi 2 memperberat rasa nyeri penyembuhan karena dapat
2. Kesulitan tidur karena nyeri 5. Fasilitasi istirahat tidur menurunkan nyeri dan
menurun Edukasi membuat relaksasi , ayat al
3. Tekanan darah dalam rentang 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri quran yang sering
normal (dengan teknik relaksasi nafas dilantunkan sebagai terapi
4. Nadi dalam rentang normal dalam) murrotal adalah surat al
5. Tidak merasakan lemas lagi 7. Anjurkan memonitor nyeri secara fatihah, al ikhlas , al falaq, an
mandiri nas, ayat qursi ,surat yasin
Kolaborasi ayat ke 58 dan al an am ayat
8. Pemberian terapi paracetamol PO 1-3 dan 13 semua surat itu
3x500mg mengaktifkan energi ilahiyah
dalam diri pasien yang dapat
mengusir penyakit dan rasa
sakit yang diderita .(Rilla et
all.(2014). Jurnal keperwatan
indonesia tentang terapi
murottal efektif menrunkan
ingkat nyeri Vol17 no 2 hal
74-80.Universitas
padjajaran.Bandung )
4. Supaya dapat mengurangi
saat nyeri dengan mengontrol
pengunjung
5. Agar dapat mengurangi rasa
nyeri dengan pasien diberikan
istirahat tidur
6. Melatih teknik relaksasi nafas
dalam , caranya tarik nafas
dalam dari hidung kemudian
mengeluarkan nya secara
perlahan melalui mulut ,
lakukan berulang kali sesuai
kebutuhan. supaya mengurasi
stress fisik dan emosional dan
menurunkan kecemasan
(prof.Dr.Soerojo,2015)
7. Agar pasien bisa mengatasi
nyeri secara mandiri
8. Terapi paracetamol golongan
analgesik bermanfaat untuk
meredakan nyeri.
E.IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN.
Nama : Tn.I Ruangan :Azalea
No medrek :- Diagnosa : space occupying
lesion (SOL)
Rasionalisasi Prosedur
RASIONAL
NO KEGIATAN
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan:
Persiapan responden
Responden dan keluarga (jika ada yang
mendampingi) diberikan penjelasan tentang
hal hal yang akan dilakukan.
a. Alat alat
- Earphone / handsfree
- MP3/ handphone yang berisi
rekaman ayat suci
b. Persiapan perawat
- Menyiapkan alat dan mendekat ke
arah pasien
- Mencuci tangan
c. Persiapan lingkungan
- Memastikan lingkungan tenang dan
nyaman dan minimalkan gangguan
dari luar
- Memastikan privasi klien terjaga
2. Langkah kerja: Diberikan terapi musik berguna
1. Mencuci tangan untuk proses penyembuhan
2. Menghubungan earphone dengan MP3 karena dapat menurunkan nyeri
/tablet berisikan muurotal (surat al dan membuat relaksasi , ayat al
fatihah, al ikhlas , al falaq, an nas, ayat quran yang sering dilantunkan
qursi ,surat yasin ayat ke 58 dan al sebagai terapi murrotal adalah
an’am ayat 1-3 dan 13) surat al fatihah, al ikhlas , al
3. Pasien duduk atau baring diatas tempat falaq, an nas, ayat qursi ,surat
tidur yasin ayat ke 58 dan al an am
4. Letakan earphone ditelinga kiri dan ayat 1-3 dan 13 semua surat itu
kanan mengaktifkan energi ilahiyah
5. Dengarkan murottal (surat al fatihah, al dalam diri pasien yang dapat
ikhlas , al falaq, an nas, ayat qursi ,surat mengusir penyakit dan rasa sakit
yasin ayat ke 58 dan al an’am ayat 1-3 yang diderita .(Rilla et all.
dan 13) sampai dengan selesai. (2014). Jurnal keperwatan
indonesia tentang terapi
murottal efektif menrunkan
tingkat nyeri Vol17 no 2 hal 74-
80.Universitas
padjajaran.Bandung )
A. TINDAKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
B. Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut dan
kronis
C. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orintasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang dipahami/jelas
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam
sehingga rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan
cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap
anggota tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan
merasakan betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2) menit
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,
kemudian menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki
menuju keparu-paru seterusnya rasakan udara mengalir
keseluruh bagian anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan
tangan dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki dan rasakan kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-
ujung jari tangan dan kai dan rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa
bila rasa nyeri kembali lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga (Murni, 2014))
DAFTAR PUSTAKA
Utama