Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

SPACE OCCUPYING LESION (SOL) DI RUANG


AZALEA RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah II


Program Studi Vokasi Diploma III Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh
FINA SARTIKAWATI
102018002

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tak lupa pula Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya
keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini,semoga apa
yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.
Syukur allahamdulilah penulis mampu menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Space Occupying Lesion (SOL)”
Yang semoga bermanfaat bagi semua belah pihak yang telah membacanya
dan ingin menabah ilmu pengetahuan. Penulis sadar di dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan begitu banyak kekurangan. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
penulis buat pada berikutnya.

Bandung, 29 Maret 2021

Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SOL (spase occupying lesion) merupakan regenelisasi masalah
mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai
otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak
seperti contusio cerebri , hematoma infark, abses otak dan tumor pada
intracranial.(Smeltzer&bare,2013)
Space Occupying Lesion bisa berupa neoplasma ataupun tumor,
perdarahan ataupun granuloma. Jaringan otak akan mengalami nekrosis
sehingga menyebabkan gangguan neurologik progresif (Sisca & Zam,
2017).
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi
progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang
pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan
munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan
memberikan gejala yang muncul dengan cepat (Harsono, 1999). Tumor
atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer dan
tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan
otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah
suatu metastasis yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat,
bisa berasal dari paru-paru, mamma, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus.
Tumor ganas itu dapat pula masuk ke ruang tengkorak secara
perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina basis kranii, seperti
misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring (Stephen,
2012).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan
dalam makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Konsep dasar

a. Apa pengertian SOL ?


b. Apa Etiologi SOL ?
c. Apa saja Manifestasi klinis SOL ?
d. Apa saja klasifikasi SOL ?
e. Bagaimana patofisiologi SOL ?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada SOL ?
g. Bagaimana penatalaksanaan SOL ?

2. Konsep Asuhan Keperawatan

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH.


Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah.

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian SOL.

2. Untuk mengetahui Etiologi SOL.

3. Untuk mengetahui Manifestasi klinis SOL.

4. Untuk mengetahui klasifikasi SOL.

5. Untuk mengetahui patofisiologi SOL.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada SOL,

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan SOL,


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN Space Occupying Lesion (SOL)
Space occupying lesion intrakranial (lesi desak ruang
intrakranial) didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas,
primer atau sekunder, serta setiap inflamasi yang berada di dalam
rongga tengkorak yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial dan menempati ruang di dalam otak. Space occupying
lesion intrakranial meliputi tumor, hematoma, dan abses
(Simamora&janariah, 2017).
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan desakan ruang
yang diakibatkan peningkatan volume di dalam ruang intrakranial
yang ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
Lesi desakan ruang (Space Occupying Lesion) bisa meningkatkan
tekanan intrakranial (Wilson, L.M., & Price, S.A, 2006). Space
Occupying Lesion bisa berupa neoplasma ataupun tumor,
perdarahan ataupun granuloma. Jaringan otak akan mengalami
nekrosis sehingga menyebabkan gangguan neurologik progresif
(Sisca & Zam, 2017). Dan Space occupying  lesion merupakan
desakan ruang yang diakibatkan peningkatan volume di dalam
ruang intrakranial. Desakan ruang di intrakranial dapat
mengakibatkan jaringan otak mengalami nekrosis sehingga dapat
menyebabkan gangguan neurologik progresif.

2. ETIOLOGI SOL
Space-occupying lesion (SOL) intrakranial mempunyai
beberapa etiologi, dimana semuanya menimbulkan ekspansi dari
volume dari cairan intrakranial yang kemudian menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Pembengkakan pada otak dapat
dibagi dua yaitu diffuse dan fokal (Khoirinnisa, 2010)
Pembengkakan diffuse sering terjadi akibat peningkatan umum
cairan di otak diakibatkan oleh vasodilatasi atau edema. Gangguan
sistem vasomotor dapat menyebabkan vasodilatasi yang kemudian
meningkatan aliran darah di serebrum.Hal ini terjadi sebagai
respons terhadap hypercapnia dan hipoksia, dan juga terjadi akibat
head injury.Selain itu, edema dapat terjadi dari tiga mekanisme
yaitu vasogenik, sitotoksik dan interstisial.Pada edema vasogenik
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah serebral akibat
disfungsi sawar otak.Pada edema sitotoksik terjadi jejas terhadap
sel endotel, sel glia dan neuron pada otak.Pada edema interstisial
terjadi kerusakan pada ventrikel-ventrikel otak, sering ditemukan
pada kasus hidrosefalus (Utina, 2013). Sedangkan Fokal dapat
terjadi akibat abses serebral, hematoma, atau neoplasma.Lesi
menyebar ekstrinsik seperti hematoma subdural dan meningioma
juga meningkatkan tekanan pada kavitas otak dan disebut sebagai
space-occupying lesion (Utina, 2013). Pada neoplasma dapat
ditemukan faktor-faktor resiko berikut Utina, 2013):
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetik
c. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
d. Virus tertentu
e. Defisiensi imunologi
f. Kongenital

Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak


yang terkena.Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal,
seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan
pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-
beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya
tumor.
a) Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkahlaku dan disintegrasi perilaku mental.
Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teraturdan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
b) Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan
keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan /
berjalan yang sempoyongandengan kencenderungan jatuh,
otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama
tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
c) Tumor korteks motoric
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang
jarksonian dimana kejangterletak pada satu sisi
d) Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dantingkah laku dan distulegrasi perilaku mental.
Pasien sering menjadi ekstrim yang tidakteratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e) Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dangangguan gaya berjalan, terutama
pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling seringadalah
meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna)
dan metastaseserebral dari bagian luar.
f) Tumor sudut cerebelopointinBiasanya diawali pada jaring
saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yangtimbul
dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama :
1) Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti
perkembangan saraf-saraf yangamengarah terjadinya
tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII
/vestibulochorlearis / oktavus)
2) Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah
(berhubungan dengancranial ke V/trigemirus)
3) Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke
VII / fecialis)
4) Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsimotorik (aktivitas otot, sikap badan
dan keseimbangan)

3. MANIFESTASI KLINIS SOL


a. Tanda dan Gejala TIK(tekanan intrakranial) :
1) Sakit Kepala

Merupakan gejala awal pada 20% pasien tumor

yang kemudian berkembang menjadi 60% . Nyeri kepala

berat juga diperberat dengan oleh perubahan posisi, batuk,

manuever valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan

bersama nyeri kepala pada 50% pasien. Nyeri kepala

ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80% dan

terutama pada bagian frontal. Tumor fossa posterior

memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

2) Muntah

Tanpa diawali dengan mual, mengindikasikan tumor

yang luas dengan efek massa tumor tersebut juga

mengidikasikan adanya pergeseran otak.

3) Papiledema
Dapat dinilai dengan ophthalmoskop. Pada keadaan

awal tidak menyebabkan hilangnya daya penglihatan, tetapi

edem papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan

perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang

perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak

menetap.

b. Gejala terlokalisasi (Spesifik sesuai dengan daerah otak yang

terkena) :

1) Tumor korteks motorik : Gerakan seperti kejang yang

terletak pada satu sisi tubuh (Kejang jacksonian)

2) Tumor lobus oksipital : hemianopsia hormonimus

kontralateral (hilang penglihatan pada setengah lapang

pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan

halusinasi penglihatan

3) Tumor serebelum : pusing, ataksia, gaya berjalan

sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi,

otot-otot tidak terkoordinasi dan nystagmus (Gerakan mata

berirama dan tidak disengaja)

4) Tumor lobus frontal : gangguan kepribadian, perubahan

status emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku

mental, pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur

dan kurang merawat diri


5) Tumor sudut serebelopontin : tinnitus dan kelihatan

vertigo, tuli (gangguan saraf kedepalapan), kesemutan dan

rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan

atau paralisis (saraf kranial ketujuh), abnormalitas fungsi

motoric.

6) Tumor intracranial bisa menimbulkan gangguan

kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya

berjalan terutama pada lansia. (Brunner & Sudarth, 2003 :

2170)

4. KLASIFIKASI SOL
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel
Ginsberg, Neurologi 2003:117) yaitu :
a. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari
meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan
menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.
b. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim
otak :
 Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia
( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena
sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat
jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan
derajat diferensiasi.
 Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian
tubuh lainnya.

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi (Satyanegara,


2010):

1. Jinak
a) Coustic neuroma

b) Meningioma

c) Pituitary adenoma

d) Astrocytoma (grade 1)

2. Malignan

a) Astrocytoma (grade 2,3,4)

b) Oligodendroglioma

c) Apendymoma

Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi


(satyanegara, 2010):

1. Tumor Intradural

a) Ekstramedular

b) Cleurofibroma

c) Meningioma intramedural

d) Apendimoma

e) Astrocytoma

f) Oligodendroglioma

g) Hemangioblastoma

2. Tumor Ekstradural

a) Merupakan metastase dari lesi pertama


5. PATOFISIOLOGI SOL
6.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SOL


Pemeriksaan diagnostik pada SOL menurut Arif Muttaqin, 2008 :
a. Elektroensefalogram (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak,
dengan cara meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan
menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini
memberikan pengkajian fisiologis aktivasi serebral.
b. Foto rontgen polos Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis
sering digunakan dalam penatalaksanaan trauma akut seperti untuk
mengidentifikasi abnormalitas tulang, adanya fraktur dan dislokasi.
Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar
pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil foto
rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya space occupying
lesion (SOL).
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetic
untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto
magnetik (nucleus hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet
kecil di dalam medan magnet. Setelah pemberian getaran
radiofrekuensi, foto memancarkan sinyal-sinyal, yang diubah menjadi
bayangan.
d. Computerized Tomografi (CT Scan)
Penderita yang dicurigai space occupying lesion (SOL) bias
menggunakan alat diagnostik CT Scan sebagai evaluasi pasien. Pada
basis kranil sensitifitas CT Scan bisa untuk mendeteksi lesi yang
berpenampang kurang dari 1 cm. Lesi abnormal yang berupa massa
mendorong struktuk otak disekitarnya merupakan gambaran CT Scan
pada space occupying lesion (SOL). Densitas yang lebih rendah
biasanya menyebabkan SOL seperti dikelilingi jaringan udem yang
terlihat jelas. Sifatnya yang hiperdens memudahkan dalam
membedakan perdarahan atau invasi dengan jaringan sekitarnya karena
adanya klasifikasi. Jika pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai
pemberian zat kontras, beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata.
Penilaian space occupying lesion (SOL) pada CT Scan :
Proses desak ditandai dengan :
1) Garis tengah otak terdapat pendorongan struktur
2) Pada ventrikel terjadi penekanan dan perubahan bentuk
e. Angiografi serebral Angiografi serebral adalah proses pemeriksaan
dengan menggunakan sinar-x terhadap sirkulasi serebral setelah zat
kontras disuntikkan ke dalam arteri yang dipilih. Angiografi serebral
merupakan pilihan terakhir jika dengan pemeriksaan CT scan dan
MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan.
f. Sidik otak radioaktif Dari zat radioaktif terlihat daerah-daerah
akumulasi abnormal. Akumulasi zat radioaktif disebabkan oleh
adanya space occupying lesion (SOL) karena terjadi kerusakan
sawar darah pada otak.
7. PENATALAKSANAAN SOL
a. Penatalaksanaan menurut medis menurut Brunner dan suddarth 2002
1) Pembedahan
Dengan Craniotomy merupakan tindakan pembedahan yang
membuka tengkorak (tempurung kepala) bertujuan untuk
mengetahui dan memperbaiki kerusakan pada otak. Untuk
pengangka
pengangkatan tumor pada otak, operasi ini umum
dilakukan , selain itu pembedahan creaniotomy ini juga
bertujuan untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh,
menghilangkan bekuan darah (hematoma) memperbaiki
malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal dari pembuluh
darah) , darah lemah bocor ( aneurisma serebral) , menguras
abses oak , melakukan biopsi , mengurangi tekanan didalam
tengkorak dan melakukan pemeriksaan pada otak.
2) Radioterapi
Radioterapi merupakan penggunaan sebuah mesin X-ray
untuk membunuh sel sel tumor yang diarahkan pada tumor
dan jaringan didekatnya kadang diarahkan pada seluruh otak
atau ke syaraf tlang belakang.
3) Kemoterapi
Untuk terapi kanker biasanya menggunakan kemoterapi yaitu
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen kimia.
Perbedaan antara sel kanker dan sel abnormal terhadap reaksi
pengobatan sitostika yang diberikan secara sendiri-sendiri
atau kombinasi merupakan dasar pengobatan kemoterapi.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas klien
keluhan utama : nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran
riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksia dan malaise, peninggian
tekanan intrakranial, serta grjala nerologik fokal
riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi
telinga,jantung, organ velvis , gigi dan kulit.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pola fungsi kesehatan
 Aktivitas/istirahat
Gejala:malaise
Tanda : ataksia, masalah berrjalan kelumpuhan ,involunter
 Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat kardiopati, seperti endokarditis
Tanda:TD meningkat
N: menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
pada vasomotor
 Eliminasi
Tanda: adanya inkontenia dan retensi
 Nutrisi
Gejala: kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda anoreksia , muntah ,turgor kulit jelek , membran mukosa
kering
 Personal hygiene
Tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
 Neurosensori
Gejala: sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan
Tanda: penurunan status mental dan kesadaran , kehilangan memori
 Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala mngkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher
dan punggung kaku
 Pernafasan
Gejala: adanya infeksi sinus dan paru
Tanda: peningkatan kerja pernafasan (periode awal) perubahan
mental ( letargi sampai koma) dan gelisah
 Keamanan
Gejala: adanya riwayat ispa, infeksi lain meliputi : mastoiditis ,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit ,
fngsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala

Diagnosa keperawatan

a. Gangguan ferfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi ventrikel

Intervensi keperawatan

a. Gangguan ferfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi ventrikel


 Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali
normal dengan KH:
Ttv normal, kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit, gelisah,
ingatannya kembali seperti sebelum sakit.
 Intervensi
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan
keadaan normalnya seperti GCS
2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Pantau suhu, atur suhu lingkungan seusai kebutuhan
4. Gunakan selimut hipotermia
5. Pantau masukan dan pengeluaran catat karakteristik urine , turgor
kulit dan keadaan memberane mukosa
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi , seperti steroid ,
asetaminofen
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


SPACE OCCUPYING LESION (SOL) DI RUANG AZALEA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.I
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Kota Bandung
Pekerjaan : Wiraswata
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Nomor RM : -
Diagnosa Medis : Space Occupying Lesion (sol)
Tanggal Pengkajian : -
Tanggal Masuk RS : -

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Istri
Alamat : Kota Bandung

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kiri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh nyeri kepala sebelah kiri . nyeri dirasakan ters menerus
sepanjang waktu, seperti ditusuk-tusuk, skala nyerinya 4(0-10), nyeri juga
dirasakan dengan keluhan lemas dan sulit tidur karena nyeri tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita penyakit TB kelenjar pada tahun 2014
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
keturunan , menular seperti HIV, hipertensi dan diabetes dll.
“Munculkan Genogram jika ada terkait penyakit keturunan”

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
TIDAK TERKAJI
b. Data Sosial
TIDAK TERKAJI
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
TIDAK TERKAJI
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
TIDAK TERKAJI

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan TIDAK TERKAJI
 Jenis  Nasi,sayur dan lauk pauk  Nasi, sayur
 Frekuensi  3x sehari  3x Sehari
 Porsi  1/2 mangkuk  1 porsi
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
Minum TIDAK TERKAJI
 Jenis  Air putih, Susu  Air putih dan susu
 Frekuensi  5x sehari  Tidak ada
 Jumlah (cc)  5 gelas  2 botol air mineral tinggi
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
2 Eliminasi
BAB TIDAK TERKAJI
 Frekuensi  1 hari sekali  Pasien sudah 3 hari tidak
 Warna  Coklat BAB
 Konsistensi  Lunak
 Keluhan  Tidak ada
BAK TIDAK TERKAJI
 Frekuensi  2x sehari  Frekuensi 4 kali sehari
 Warna  Kuning jernih
 Jumlah (cc)  Kurang lebih
 Keluhan  Tidak ada
3 Istirahat dan tidur TIDAK TERKAJI
 Waktu tidur
o Malam, pukul  10:00- 4:00  Pasien mengatakan sulit
o Siang, pukul  11:00-12:00 tidur dan bahkan sering
 Lamanya  8jam terbangun karena nyeri
 Keluhan  Tidak ada
4 Kebiasaan diri TIDAK TERKAJI
 Mandi  2 kali sehari  Tidak ada
 Perawatan kuku  1 minggu sekali
 Perawatan gigi  2 kali sehari
 Perawatan rambut  2 hari sekali
 Ketergantungan  Mandiri
 Keluhan/gangguan  Tidak ada

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB = 55 kg
TB = 160 cm
IMT = 55 : 1,6 x 1,6 = 21,5 (Berat Badan Ideal)

b. Sistem Pernapasan
PCH (-), pengembangan dada simetris, tidak terdengar suara napas tambahan,
suara napas vesikuler pada lapang dada.
c. Sistem Kardiovaskular
Konjunctiva merah muda, ananemis, tidak terdapat kardiomegali, akral
hangat, CRT < 2 detik.
d. Sistem Pencernaan
TIDAK TERKAJI
Warna bibir merah muda, lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah bibir,
bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat caries. Abdomen datar
lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat pembengkakan
dan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien tidak merasa
kembung dan mual, bising usus 12 kali/menit.
e. Sistem Endokrin
TIDAK TERKAJI (Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening)
f. Sistem Perkemihan
TIDAK TERKAJI (Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran
ginjal, tidak ada rasa nyeri, tidak terjadi inkontensia urine)
g. Sistem Persarafan
(TIDAK TERKAJI )
 N1 (Olfaktorius): pasien dapat membedakan bau kopi.
 N2 (Optikus): pasien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak
30 cm tanpa mengguanakan alat bantu.
 N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke
segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
 N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
 N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
 N8 (Auditorius): kemempuan mendengar (+) namun harus dengan suara
dan intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
 N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saat
minum
 N11 (Asesorius): klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan normal.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius (+).
 N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan
bebas.
 Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (-)
- Test Brudzinski 1 (+)
h. Sistem Muskuloskeletal
Ekstrimitas Atas
ROM ekstremitas atas dapat bergerak ke segala arah dan tidak ada
hambatan, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5.

Ekstrimitas Bawah
Terlihat kesulitan untuk mengangkat kaki, ROM ekstremitas bawah dapat
bergerak ke segala arah namun perlahan, kekuatan otot ekstremitas bawah
4/4.

i. Sistem Integumen
Rambut terlihat lengket dan kusam, badan terasa lengket, dan sedikit tercium
bau tidak sedap dari pasien.

j. Sistem Reproduksi
TIDAK TERKAJI Tidak ada gangguan pada area genital

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rongent thorak menunjukan kardiomegali tanpa bendungan paru, tidak
tampak proses spesifikasi aktif
“Tambahkan foto ct-scan jika ada”

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hemoglobin 14,9 11,3-15,5 gr/dl
Hematokrit 43,8 40 – 52 %
Eritrosit 4,74 4,5 - 6,5 juta/uL
Leukosit 11.120 4.000-10.000 /mm3
Trombosit 321.000 150000 ~ 450000 /mm3

Pemeriksaan kimia klinik

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Glukosa sewaktu 123 70-130 mg/dl
Kreatinin 4,5 0,7-1,2 mg/dl
Natrium 139 135-145 mEq/L
Kalium 4,8 3,6-5,5 mEq/L
Kalsium 108 4,7-5,2 mEq/L
Magnesium 2,4 1,70-2,55 mg/dl

c. Program Terapi
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Fungsi

IVFD NaCl IV 1200 cc/24 jam Untuk menggantikan caiiran


0,9%
tubuh yang hilang,

mengoreksi

ketidakseimbangan

elektrolit, dan menjaga

tubuh agar tetap terhidrasi

dengan baik

Ripamfisin IV 1 x 900 mg Obat antibiotic yang

digunakan untuk mengobati

beberapa penyakit akibat

infeksi bakteri

Isoniazid IV 1 x 300 mg Obat antibiotic yang

digunakan untuk pengobatan

tuberkulosis

Ethambutol IV 1 x 750 mg Obat antibiotik yang

mecegah pertumbuhan

bakteri TB didalam tubuh

Paracetamol PO 3 x 500 mg Obal analgesic dan

antipiretik digunakan untuk

meredakan sakit kepala dan

nyeri ringan, serta demam.

Omeprazole PO 2 x 40 mg Obat yang digunakan untuk


mencegah perdarahan

saluran cerna atas pada

orang yang berisiko tinggi

Vitamin B6 PO 1 x 50 mg Nutrisi yang penting bagi

fungsi dan perkembangan

otak

Dexamethasone IV 3 x 5 mg Obat untuk mengatasi

peradangan, reaksi alergi,

dan penyakit autoimun

B. ANALISA DATA
No Data Fokus (Data Senjang) Etiologi Masalah
.
1. DS: Etiologi faktor genetik, virus,
1. Pasien mengeluh nyeri karsiogenik
kepala sebelah kiri
DO: Pertumbuhan sel otak abnormal
1. Skala nyeri 4 PENURUNAN
2. Pasien terlihat lemas Tumor otak/SOL KAPASITAS
3. HB 14,9 gr/dl ADFTIF
4. Kreatinin 4,5 mg/dl Masa dalam otak bertambah INTRAKRANIAL
5. Kalsium 108 mg/dl (menimbulkan lesi desak ruang)
6. TD 110/70 mmHg
7. Penekanan jaringan otak

Gangguan suplai darah

Penurunan suplai O2 ke jaringan


otak

Perpindahan cairan intravaskular


ke jaringan serebral
Nyeri kepala

PENURUNAN KAPASITAS
ADAPTIF INTRAKRANIAL
2. DS: etiologi: riwayat trauma kepala,
1. Pasien mengeluh nyeri faktor genetik, virus , karsiogenik
kepala sebelah kiri
2. Pasien mengatakan nyeri pertumbuhan sel otak abnormal
kepala dirasakan terus NYERI AKUT
menerus tumor otak/ SOL
3. Pasien mengatakan
nyerinya seperti ditusuk masa dalam otak bertambah
tusuk
4. Pasien mengatakan sulit penekanan jaringan otak terhadap
tidur karena nyeri sirkulasi darah dan O2
DO:
1. Skala nyeri 4 penurunan suplai O ke jaringan
2. Pasien terlihat lemas otak akibat obstruksi sirkulasi
3. TD 110/70 mmHg otak
4. Trombosit 321.000
5. Hb 14,9 gr/dl kerusakan jaringan didaerah otak

perpindahan cairan intravaskular


ke jaringan serebral

peningkatan volume intrakranial

peningkatan TIK

respon nyeri Kepala

NYERI AKUT
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan lesi menempati


Ruang ( mis.space occupying lesion akibat tumor abses )
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N DATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1. PENURUNAN Kapasitas adaptif intrakranial Manajemen peningkatan tekanan 1. Untuk mengidentifikasi
L.06049 intrakranial (1.06194) & pemantauan adanya penyebab TIK
KAPASITAS
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam tekanan intrakranial meningkat .
ADAPTIF Kestabilan mekanisme dinamika
Observasi 2. Untuk memastikan ada
intrakranial dalam melakukan
INTRAKRANIAL 1. Identifikasi penyebab peningkatan tidaknya TIK
kompensasi terhadap stimulus yang
dapat menurunkan kapaitas TIK 3. Dengan lingkungan yang
intrakranial dapat teratasi dengan 2. Monitor ICP (intra craanial tenang nyaman pasien akan
kriteria hasil : pressure ) dapat mengurangi tingkat
1. Sakit kepala menurun Terapeutik nyerinya.
2. Tekanan intrakranial 3. Minimalkan stimulus dengan 4. Pemantauan TIK digunakan
menurun
menyediakan lingkungan yang untuk mencegah terjadinya
3. Tekanan darah dalam rentang
normal tenang kompensasi ke fase
4. Pola nafas dalam rentang Edukasi dekompensasi dan ada 2
normal 4. Jelaskan tujuan dan prosedur metode pemantauan TIK
5. Nadi dalam rentang normal pemantuan yaitu dengan metode invasif
Kolaborasi dan non invasif (Imtihanah
5. Kolaborasi pemberian sedasi dan Amri.(2017). Jurnal ilmiah
anti konvulsan kedokteran vol 4 no 3 tentang
6. Kolaborasi pemberian diuretik pengelolaan peningkatan
osmosis TIK.Medika Tadulako)
7. Pemberian terapi isoniazid IV 5. Terapi yang akan diberikan
1x300mg , ethambutol IV sesuai resep dokter.
1x750mg , PCT PO 3x500mg,
omeprazole PO 2x40mg, Vit B6
PO 1x50mg , IVFD NaCl 0,9% IV
1200 cc/24 jam

2. NYERI AKUT B.D Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri 1.08238 1. Untuk mengidentifikasi
AGEN Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam Observasi adanya nyeri pada bagian
pengalaman sensorik atau emosional 1. Identifikasi lokasi,frekuensi, tubuh dan untuk mengethui
PENCEDERA
yang berkaitan dengan kerusakan intensitas nyeri. bagaimna lokasi luka pada
FISIOLOGIS jaringan aktual atau fungsional , 2. Identifikasi skala nyeri tubuh
dengan onset mendadak atau lambat Terapeutik 2. Untuk membantu dalam
dan berintesitas ringan hingga berat 3. Berikan teknik nonfarmakologi mengidentifikasi derajat nyeri
dan konstan. Dapat teratasi dengan untuk mengurangi nyeri ( berikan kebutuhan untuk analgesik
kriteri hasil : teknik musik murrotal al-quran ) 3. Dengan diberikan terapi
1. Skala nyeri menurun dari 4 4. Kontrol lingkungan yang musik berguna untuk proses
menjadi 2 memperberat rasa nyeri penyembuhan karena dapat
2. Kesulitan tidur karena nyeri 5. Fasilitasi istirahat tidur menurunkan nyeri dan
menurun Edukasi membuat relaksasi , ayat al
3. Tekanan darah dalam rentang 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri quran yang sering
normal (dengan teknik relaksasi nafas dilantunkan sebagai terapi
4. Nadi dalam rentang normal dalam) murrotal adalah surat al
5. Tidak merasakan lemas lagi 7. Anjurkan memonitor nyeri secara fatihah, al ikhlas , al falaq, an
mandiri nas, ayat qursi ,surat yasin
Kolaborasi ayat ke 58 dan al an am ayat
8. Pemberian terapi paracetamol PO 1-3 dan 13 semua surat itu
3x500mg mengaktifkan energi ilahiyah
dalam diri pasien yang dapat
mengusir penyakit dan rasa
sakit yang diderita .(Rilla et
all.(2014). Jurnal keperwatan
indonesia tentang terapi
murottal efektif menrunkan
ingkat nyeri Vol17 no 2 hal
74-80.Universitas
padjajaran.Bandung )
4. Supaya dapat mengurangi
saat nyeri dengan mengontrol
pengunjung
5. Agar dapat mengurangi rasa
nyeri dengan pasien diberikan
istirahat tidur
6. Melatih teknik relaksasi nafas
dalam , caranya tarik nafas
dalam dari hidung kemudian
mengeluarkan nya secara
perlahan melalui mulut ,
lakukan berulang kali sesuai
kebutuhan. supaya mengurasi
stress fisik dan emosional dan
menurunkan kecemasan
(prof.Dr.Soerojo,2015)
7. Agar pasien bisa mengatasi
nyeri secara mandiri
8. Terapi paracetamol golongan
analgesik bermanfaat untuk
meredakan nyeri.
E.IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN.
Nama : Tn.I Ruangan :Azalea
No medrek :- Diagnosa : space occupying
lesion (SOL)

TANGGAL DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


31 Maret 2021 DX 1 08.00 Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK Diagnosa ke 1 – 14.00 (shif Siang) Wib FINA
wib Minimalkan stimulus dengan menyediakan
S:
(shift lingkungan yang tenang
pagi) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantuan 1. Pasien masih mengatakan nyeri
R: pasien masih mengatakan nyeri kepala sebelah O:
kiri, pasien masih belum bisa tenang dan pasien
mengerti dengan apa yang dijelaskan. 2. Skala nyeri 4
3. Pasien masih terlihat lemas
A: penurunan kapasitas adaptif
intrakranial belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 4,5
DX 2 14.30 Identifikasi lokasi,frekuensi, intensitas nyeri. Diagnosa ke- 2 – 21.00 (shif siang) Wib
wib R: pasien mengatakan nyeri kepala sebelah kiri
S:
(shift sedikit berkurang dari 4(0-10) menjadi 3 (0-10),
siang) nyeri seperti ditusuk tusuk dan masih merasakan 1. Pasien masih mengatakan nyeri
lemas. kepala sebelah kiri sedikit
Identifikasi skala nyeri berkurang
R: skala nyeri dari 4(0-10) menjadi 3 (0-10)
2. Nyerinya masih seperti ditusuk
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi tusuk ‘
nyeri ( berikan teknik musik murrotal al-quran )
R: pasien terlihat lebih tenang saat diberikan 3. Dan pasien masih mengatakan
teknik musik murottal al quran lemas
Fasilitasi istirahat tidur O:
R: pasien sudah tidak lagi kesulitan untuk tidur
4. Skala nyeri dari 4(0-10) menjadi
Jelaskan strategi meredakan nyeri (dengan teknik
3 (0-10)
relaksasi nafas dalam)
R: pasien mengatakan nyerinya berkurang saat A: nyeri akut belum teratasi
melakukan relaksasi nafas dalam
P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,8
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
R: pasien mengerti dan paham yang sudah
dijelaskan
Pemberian terapi paracetamol PO 3x500mg
01 april 2021 DX 1/2 21.00 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan Diagnosa 1 dan 2 – 07.00 Wib (Shift FINA
wib (shif R: pasien terlihat tidak ada tanda tanda adanya Malam)
Malam) peningkatan TIK
S:
Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis 1. Pasien mengatakan nyeri
R: untuk mencegah terjadinya peningkatan TIK kepalanya sudah berkurang
identifikasi lokasi,frekuensi, intensitas nyeri.
R:pasien sudah tidak merasakan nyeri kepala lagi O:
Identifikasi skala nyeri
2. skala nyeri dari 4(0-10) berkurang
R: skala nyeri dari 4(0-10) berkurang menjadi 2(0-
menjadi 2(0-10)
10)
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi A:
nyeri ( berikan teknik musik murrotal al-quran ) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
R: pasien mengatakan nyerinya berkurang saat dan nyeri akut sudah teratasi
mendengarkan lantunan ayat suci al quran dan
rasa nyeri nya itu berkurang P: intervensi dihentikan
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
R: pasien mengatakan sudah bisa beristirahat
dengan tenang dan nyaman

Pemberian terapi paracetamol PO 3x500mg


R: obat analgesic dan antipiretik digunakan untuk
meredakan sakit kepala dan nyeri ringan
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Fina Sartikawati


NIM : 102018002
Kelompok : 1(satu)

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama Prosedur : Teknik Murottal
Tujuan Tindakan : Tujuan terapi murottal adalah untuk menurunkan
hormon hormon stres, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks dan
mengalihkan perhatian dari rasa tegang ,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan , detak jantung , denyut nadi dan
aktivitas gelombang otak.
Indikasi Pasien yang
Membutuhkan Tindakan

Rasionalisasi Prosedur
RASIONAL
NO KEGIATAN
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan:
Persiapan responden
Responden dan keluarga (jika ada yang
mendampingi) diberikan penjelasan tentang
hal hal yang akan dilakukan.
a. Alat alat
- Earphone / handsfree
- MP3/ handphone yang berisi
rekaman ayat suci
b. Persiapan perawat
- Menyiapkan alat dan mendekat ke
arah pasien
- Mencuci tangan
c. Persiapan lingkungan
- Memastikan lingkungan tenang dan
nyaman dan minimalkan gangguan
dari luar
- Memastikan privasi klien terjaga
2. Langkah kerja: Diberikan terapi musik berguna
1. Mencuci tangan untuk proses penyembuhan
2. Menghubungan earphone dengan MP3 karena dapat menurunkan nyeri
/tablet berisikan muurotal (surat al dan membuat relaksasi , ayat al
fatihah, al ikhlas , al falaq, an nas, ayat quran yang sering dilantunkan
qursi ,surat yasin ayat ke 58 dan al sebagai terapi murrotal adalah
an’am ayat 1-3 dan 13) surat al fatihah, al ikhlas , al
3. Pasien duduk atau baring diatas tempat falaq, an nas, ayat qursi ,surat
tidur yasin ayat ke 58 dan al an am
4. Letakan earphone ditelinga kiri dan ayat 1-3 dan 13 semua surat itu
kanan mengaktifkan energi ilahiyah
5. Dengarkan murottal (surat al fatihah, al dalam diri pasien yang dapat
ikhlas , al falaq, an nas, ayat qursi ,surat mengusir penyakit dan rasa sakit
yasin ayat ke 58 dan al an’am ayat 1-3 yang diderita .(Rilla et all.
dan 13) sampai dengan selesai. (2014). Jurnal keperwatan
indonesia tentang terapi
murottal efektif menrunkan
tingkat nyeri Vol17 no 2 hal 74-
80.Universitas
padjajaran.Bandung )
A. TINDAKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
B. Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut dan
kronis
C. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orintasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang dipahami/jelas
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam
sehingga rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan
cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap
anggota tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan
merasakan betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2) menit
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,
kemudian menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki
menuju keparu-paru seterusnya rasakan udara mengalir
keseluruh bagian anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan
tangan dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki dan rasakan kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-
ujung jari tangan dan kai dan rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa
bila rasa nyeri kembali lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga (Murni, 2014))
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah

Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Ade Iwan Mutiudin,ets all.(2020).Jurnal perawat indonesia Volume 4 No 1:

status neurologi pasien space occupying lesion dengan HIV dan

Toxoplasmosis cerebri.universitas padjajaran.Bandung


Radinal&neilan Amroisa.(2014).Jurnal primary brain tumor with hemiparese

dexra and parese nerve II,III,IV,VI. Volume 2 nomor 3. Fakultas

kedokteran universitas lampung.

Satyanegara.(2010).Buku ajar bedah saraf edisi IV.Jakarta:gramedia Pustaka

Utama

Rilla et all.(2014). Jurnal keperwatan indonesia tentang terapi murottal efektif


menrunkan tingkat nyeri Vol17 no 2 hal 74-80.Universitas padjajaran.Bandung.

Anda mungkin juga menyukai