Pertemuan ke 1
A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi pasien :
Data Subjektif
Pasien mengatakan cemas dan kawatir dengan keadaannya sekarang dan penyakit yang
dideritannya, serta mengatakan sulit tidur.
Data Objektif
C. TAHAP KERJA
1. “Sekarang kita ngobrol-ngobrol ya bu. Ibu tidak perlu takut dan cemas kepada saya.
Ungkapkan saja apa yang bapak rasakan saat ini. Saya akan berusaha membantu
mengatasi masalahnya.”
2. “ibu, tadi sudah menyebutkan namanya, lalu berapa umurnya sekarang ?.”
3. “ibu sudah berapa lama dirawat disini?”
4. “Siapa yang membawa ibu kesini ?”
5. “Bagaimana keluhan ibu saat dibawa ke rumah sakit? Jadi seperti begitu ya bu”
6. “Selama dirawat di RSUD Bangli apa saja yang biasa ibu lakukan disini?”
7. “ibu tinggal dimana”
8. “ibu bersaudara berapa ? berapa jumlah laki-laki dan perempuannya? Maaf
sebelumnya , apakah semua masih ada?”
9. "Apakah ibu sudah menikah? Iya kalau begitu, berapa ibu mempunyai anak?"
10. “Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?
11. “Apakah anaknya sudah ada yang menikah ?”
12. "Diantara keluarga ibu siapa yang paling bapak sayangi dan paling sayang sama ibu?
13. "Siapa orang yang paling berarti bagi ibu dan merupakan tempat minta tolong misalkan
ibu membutuhkan sesuatu?"
14. “Apakah ibu dekat dengan keluarga ibu? “Bagaimana hubungan ibu dengan pasien
lainnya? “
15. “Boleh saya tahu apa pekerjaan ibu? Bisa diceritakan tentang pekerjaannya?”
16. “Apakah ibu pernah dirawat di rs sebelumnya, pernah mengalami kecelakaan? Atau di
keluarga ibu ada yang mengalami sakit seperti yang bapak alami sekarang?”
17. “Apakah keluhan/perasaan yang ibu rasakan sekarang bu?”
D. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Setelah kita mengobrol tadi, bagaimana perasaan ibu ?”
“Apakah ibu masih ingat, kita membicarakan apa tadi bu?” “Apakah ibu bisa
mengulangnya?”
Obyektif :
Pasien mau menjawab pertanyaan perawat, berjabat tangan, ekpresi wajah gembira, mau
duduk berdampingan dan kontak mata bagus, pasien mau menceritakan kondisinya
2. Rencana Tindak Lanjut
Nah ibu, sekarang sudah pukul 20.30 WITA, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai
disini ya ibu. Sekarang bapak istirahat saja dulu. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan kepada saya, ibu bisa sampaikan kepada saya saat kita bertemu kembali.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :“Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi membicarakan tentang seberapa
ibu mengetahui kecemasan ibu ini?”
Waktu : “Jam berapa besok akan bertemu ibu? Bagaimana kalau jam 08.00 ?”
Tempat : “ibu mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau di ruangan ibu
saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
Pertemuan ke 2
Kondisi pasien :
Data Subjektif
Pasien mengatakan cemas dan kawatir dengan keadaannya sekarang dan penyakit yang
dideritannya, serta mengatakan sulit tidur.
Data Objektif
C. KERJA
1. “Kemarin ibu katakan, bapak cemas, gelisah dan kesulitan untuk tidur, coba ibu
ceritakan lebih lanjut bagaimana ibu bisa kesulitan tidur, gelisah, maupun cemas bu?
apa yang ibu pikirkan?”
2. “Oh jadi seperti begitu ya , bagaimana kira-kira kondisi ibu saat mengalami kecemasan
tersebut? Apakah berkeringat yang berlebih, atau kepala ibu pusing? Kesulitan tidur?
Gelisah tidak tenang?”
3. “iya ibu, jadi seperti begitu , kira-kira menurut ibu apakah penyebab dari kecemasan ibu
ini? Apakah karena kondisi ibu saat ini dengan peyakit maag yang ibu alami?”
4. “iya ibu, saya bisa merasakan apa yang ibu rasakan sekarang ya ibu, sekarang saya ingin
menjelaskan sedikit tentang penyakit yang ibu alami ini, supaya ibu nanti bisa sedikit
tenang dan mengetahui tentang penyakit ibu ini, Sindrom dispepsia umumnya bukan
pertanda masalah kesehatan yang serius. Namun, bukan berarti dispepsia bisa dianggap
remeh. Tanpa adanya perbaikan pola hidup maupun pemeriksaan dan penanganan yang
tepat dari dokter, sindrom dispepsia bisa saja menjadi gejala penyakit pencernaan yang
lebih parah. Sindrom dispepsia biasanya lebih dapat dirasakan pada saat makan atau
setelah makan. Meskipun ketidaknyamanan sudah mulai bisa terasa sejak sebelum
makan. Saat menjelang waktu makan, lambung akan menghasilkan asam. Pada kondisi
tertentu jumlah asam yang diproduksi oleh lambung bisa meningkat, sehingga
menyebabkan iritasi pada dinding permukaan lambung, bahkan keluhan dapat terasa
hingga kerongkongan. Keluhan nyeri pada lambung inilah yang sering membuat
dispepsia dikenal juga sebagai keluhan nyeri lambung atau sakit maag. Gejala yang
dirasakan dari sindrom dispepsia biasanya sakit perut atau kembung. Gejalanya seperti
nyeri ulu hati, mual dan muntah. Gejala lain dari sindrom dispepsia meliputi: Cepat
merasa kenyang saat makan dan tidak bisa menyelesaikan makan, Perut terasa penuh
sehabis makan makanan dengan porsi normal, Rasa perih hingga panas seperti terbakar
pada lambung dan kerongkongan, Buang gas yang berlebihan. Beberapa perubahan pola
makan dan gaya hidup untuk membantu mengatasi sindrom dispepsia, yaitu: Makan
sedikit demi sedikit dan kunyah makanan secara perlahan dan menyeluruh, menghindari
makanan berlemak dan pedas; makanan olahan; minuman berkarbonasi/soda; kafein
misalnya kopi, teh dan minuman berenergi; konsumsi alkohol dan merokok, karena
dapat memicu produksi asam lambung berlebih, mempertahankan berat badan yang
sehat, berolahraga secara teratur. Olahraga membantu menjaga berat badan,
memaksimalkan metabolisme tubuh, dan membantu kinerja organ pencernaan lebih
baik, mengelola stress, menghindari kebiasaan segera berbaring setelah makan. Tunggu
setidaknya dua hingga tiga jam setelah makan sebelum berbaring. Selain itu sindrom
dispepsia juga dapat diobati dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat
golongan antasida.”
5. “oo ternyata seperti begitu ya bu, ibu tau tidak apa akibat dari kecemasan ibu?”
6. “Baik saya akan memberitahunya bu, jika kecemasan ibu ini tidak ibu atasi bahkan bisa
cemas berlebih nantinya ibu bisa mengalami depresi dan ibu akan enggan untuk
beraktivitas lebih sering untuk menyendiri selain itu juga bisa menyebabkan gangguan
jiwa ibu”
D. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita mengobrol-ngobrol tadi?”
“ Apakah ibu masih ingat, kita membicarakan apa tadi bu?”
Obyektif :
Kontak mata bagus, pasien mampu mengatakan kondisinya saat sedang cemas, mengetahui
penyebab kecemasannya, pasien mengetahui tentang penyakitnya dan akibat dari
kecemasannya, kecemasan pasien berkurang
2. Rencana Tindak Lanjut
“Baik ibu , pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai disini ya. Kalau nanti ada yang
mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, ibu bisa sampaikan”
3. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : “Bagaimana kalau kita lanjutkan dengan melatih teknik relaksasi nafas
dalam dan distraksi untuk menurunkan kecemasan bapak?”
Waktu : “Bagaimana kalau lagi 10 menit kita lanjutkan spukul 08.30? bapak mau
mengobrol berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”
Tempat : “bapak mau mengobrol di mana? Bagaimana jika di di ruangan ini saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
Pertemuan ke 3
SP 3 : Pasien dapat menunjukan strategi koping efektif dalam menghadapi ansietasnya dengan
menggunakan teknik relaksasi atau teknik distraksi.
A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Pasien :
Data Subjektif
Pasien mengatakan cemas dan kawatir dengan keadaannya sekarang dan penyakit yang
dideritannya, serta mengatakan sulit tidur.
Data Objektif
a. Ajarkan pasien teknik relaksasi atau distraksi untuk meningkatkan kontrol ansietas dan rasa
percaya diri
b. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi atau distraksi dalam menurunkan tingkat
ansietas
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu”
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ? apakah masih cemas ibu?”
3. Kontrak
Topik : “Tadi pukul 08.20, kita sudah janji bahwa sekarang pukul 08.30 , kita akan
berlatih teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi”
Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15 menit, dari pukul
08.30 sampai 08.45?”
Tempat : “ibu mau berbincang-bincang di mana? Baiklah di ruangan ini saja ya”
C. TAHAP KERJA
1. “nah baiklah ibu sekarang kita akan memulai latihan relaksasi nafas dalam terlebih dahulu.
Saya akan mempraktikannya terlebih dahulu, ibu perhatikan saya nantik ibu yang
mencobanya ya. Baiklah kita mulai ya ibu. Pertama duduk seperti yang saya lakukan
kemudian tarik nafas dalam secara perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan
ketiga ibu hembuskan nafas melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan, baik
sekarang coba ibu lakukan ya?”
2. “wah bagus sekali, ibu bisa melakukan relaksasi nafas dalam dengan baik, bapak bisa
melakukan latihan ini selama 5-10 kali sampai ibu merasa rileks dan tenang”
3. “sekarang kita lanjutkan ke teknik yang kedua ya ibu, tenknik ini dinamakan teknik
distraksi atau digunakan untuk mengalihkan perhatian ibu pada hal lain sehingga dapat
menurunkan kecemasan ibu. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat
membuat bapak nyaman dan santai selama kegiatan itu tidak mempengaruhi kondisi ibu.
Sebelumnya kalau boleh saya tahu ibu senang mlakukan kegiatan apa? Oh jadi ibu suka
mengobrol-ngobrol ya bu”
4. “baiklah kalau begitu ibu dapat mengobrol-ngobrol bersama keluarga, pasien maupun
petugas yang ada disini untuk mengalihkan rasa cemas yang ibu rasakan. Dengan
melakukan hal-hal yang ibu senangi rasa cemas yang ibu rasakan bisa berkurang”
D. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Setelah kita mengobrol tadi, bagaimana perasaan ibu ?”
“Apakah ibu masih ingat, kita membicarakan apa tadi bu?” “Apakah ibu bisa
mengulangnya?”
Obyektif :
Pasien mau memperhatiakn perawat, pasien mampu mempraktikan teknik relaksasi nafas
dalam dan distraksi, pasien tampak lebih tenang
2. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang ibu bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, ibu
bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan saya
“hari sabtu saya dinas hari terakhir di ruangan ini. Kalau besok atau hari sabtu ibu ingin
mengobrol lagi, saya bersedia mengobrol-ngobrol dengan ibu hari jumat dan sabtu saya
dinas dari jam 07.00 pagi sapai jam 13.30 bu”