Disusun oleh:
Kelompok 3/C 2017
1. Viola Alvionita 172310101146
2. Diki Maulana R 172310101148
3. Githania Riswan 172310101155
4. Rizky Dewanda 1723110101160
5. Iftitah Rahma R 172310101164
6. Rafika Diana Martha 172310101165
I. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah
sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2000). Hospitalisasi pada anak dapat
menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005). Hospitalisasi juga dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau
tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama dirawat di
rumah sakit (Posted, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara (Erlita 2006).
II. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Selah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, diharapkan anak bisa merasa
tenang selama perawatan di rumah sakit dan tidak takut terhadap perawatan sehingga
anak bisa merasa nyaman dan aman selama dirawat di rumah sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat terapi bermain selama 35 menit diharapkan anak mampu:
1. Menurunkan stress akibat hospitalisasi
2. Meningkatkan afektif, psikomotor, kognitif dan konsentrasi anak
IV. Sasaran
Anak usia Todler di ruang melati rs harapan bangsa.
IV. Metode
Anak-anak akan diberikan cerita mengenai binatang melalui boneka tangan. Setelah itu,
setiap anak akan diberikan satu boneka binatang. Kemudian setiap anak akan
dipersilahkan bermain boneka tangan sesuai keinginannya.
V. Media
1. Boneka Tangan Berbentuk Binatang.
VI. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan
Keterangan :
: Peserta : Moderator
: Leader : Fasilitator
: Observer
X. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2) Mengenal tim
3. Menjelaskan kontrak waktu terapi
4. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain 3) Mengetahui
kontrak waktu
terapi bermain
4) Mengerti tujuan
dari terapi
bermain
2. 25 Menit Pelaksanaan:
1) Menjelaskan tata cara terapi bermain 1) Mendengarkan
pada peserta dan
2) Memandu peserta dalam menebak memperhatikan
hewan melalui boneka tangan. penjelasan
2) Melaksanakan
terapi yang sudah
diberikan
3. 5 Menit Terminasi:
1) Memberikan motivasi dan pujian kepada 1) Mendengarkan
seluruh anak yang telah mengikuti dan
program terapi bermain membalas salam
2) Mengucapkan terimakasih kepada anak
dan orang tua
3) Mengucapkan salam penutup
XI. Evaluasi
1. Kriteria struktur
1) Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
2) Penentuan tempat yang akan digunakan dalam kegiatan bermain
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat kegiatan
bermain dilaksanakan
2. Kriteria proses
1) Anak antusias dalam kegiatan terapi bermain menebak hewan melalui boneka
tangan.Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
2) Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mengikiti terapi bermain
3. Kriteria hasil
1) Anak terlihat senang dan gembira
2) Kecemasan anak berkurang
3) Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4) Anak mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5) Anak terbukti memahami terapi bermain yang telah disampaikan yang dilihat dari
kemampuan melakukan terapi sesuai panduan.
MATERI TERAPI BERMAIN
MENEBAK HEWAN MELALUI BONEKA TANGAN.
A. PENGERTIAN
Felt Puppets atau boneka tangan merupakan permainan yang memberikan peluang
kepada anak untuk menceritakan perasaan selama di rumah sakit dengan menggunakan
puppets (boneka terbuat dari kain flanel) yang dimasukkan ke tangan. Anak akan
mengungkapkan dan menggambarkan perasaan selama di rumah sakit dengan menggunakan
boneka yang telah dibuat sendiri (Linard, 2013). Terapi bermain boneka tangan dapat
memberikan dampak terapeutik pada peningkatan komunikasi anak dan merupakan media
untuk mengekspresikan perasaan yang mereka alami selama di rumah sakit. Seringkali anak
takut untuk mengungkapkan perasaannya pada saat mengalami perawatan medis sehingga
dengan diberikan terapi bermain Felt Puppets diharapkan kecemasan anak menjadi
berkurang (Mulyaningrum, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi bermain felt puppets terhadap tingkat
kecemasan hospitalisasi pada anak usia sekolah.
B. KLASIFIKASI BERMAIN
Jenis permainan berdasarkan sifat, dapat terbagi menjadi permainan bersifat aktif dan
bersifat pasif (Hurlock 2005). Dikatakan permaian aktif apabila kegiatan yang dilakukan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan secara tersendiri dari kegiatan yang dilakukannya
sendiri. Sedangkan untuk permainan yang bersifat pasif adalah permainan yang tidak
melibatkan diri, namun dalam pengamatan tersebut, anak dapat memberikan respon yang
pasif untuk perkembangan anak. Macam-macam permainan menurut sifat juga dapat
dibedakan menjadi (Wong 2004) :
1. Bermain afektif sosial
Permainan ini menunjukkan respon perasaan senang dalam berhubungan dengan
orang lain.
2. Bermain bersenang-senang
Permainan ini dilakukan dengan memperoleh kesenangan dan kepuasan tersendiri
bagi pemain tanpa memperdulikan kondisi sekitarnya atau kehadiran orang lain
disekitarnya. Sifat dari permainan ini tergantung pada stimulasi yang di berikan pada
anak.
3. Bermain keterampilan
Permainan ini dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang dilakukan
dengan menggunakan objek sebagai sarana untuk mendukung kreativitas anak.
4. Bermain Dramatik
Permainan ini dilakukan dengan memperagakan peran orang lain dengan cara
berpura-pura sebagai seorang ibu atau guru dalam kehidupan sehari-hari. Permainan ini
dilakukan pada anak yang sudah mendapatkan pengalaman kehidupan bersosial dan
mampu berkomunikasi dengan baik. Kerena dalam permainan ini, anak dituntut untuk
melakukan peran sebagai orang lain.
5. Bermain konstruksi
Permainan ini dilakukan untuk membangun kecerdasan anak, dengan melakukan
kegiatan bermain secara konstruktif dengan objek seperti balok yang tersusun secara
benar. Dalam permainan ini, anak dapat berperan aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas
dalam permainan.
6. Permainan/ Game
Permainan ini dilakukan secara aktif yang dapat dilakukan secara tersendiri atau
berkelompok. Dalam permainan ini, anak dapat dilatih dalam mengembangkan emosi
anak.
7. Bermain Oonkoler
Permainan ini dilakukan secara pasif, dengan melihat suatu permainan yang
dilakukan oleh anak lain. Permainan ini juga dapat memberikan kepuasan secara
tersendiri dengan cara melihatnya.
8. Bermain Soliter/Mandiri
Permainan ini dilakukan secara mandiri, tanpa memperdulikan kehadiran orang
lain. Dalam permainan ini, anak dapat membantu pembentukan kemandirian pada anak.
9. Bermain Pararel
Permainan ini dilakukan secara mandiri, tetapi masih dalam kelompok bermain.
Anak dapat menyelesaikan permaianan secara mandiri di dalam kelompok bermain,
dengan menstimulasi kemandirian anak dalam menyelesaikan tugas dengan baik.
10. Bermain Asosiatif
Permainan ini dilakuakan secara berkelompok, namun tidak terdapat suatu aturan
yang mengikat. Dalam permainan ini, anak dapat mengembangkan kretaivitasnya.
11. Bermain kooperatif
Permainan ini dilakukan secara berkelompok dengan mengikuti sebuah peraturan
yang jelas. Dalam permainan ini, anak dituntut untuk mengembangkan kreativitas
dengan mengikuti peraturan kelompok yang sudah terbentuk.
C. MANFAAT BERMAIN
Menurut Wong (2004), manfaat bermain pada anak adalah:
1. Perkembangan sensorik dan motorik
Anak akan terstimulasi aktivitas sosorik dan motoriknya dalam melakukan
permainan, sehingga dalam permainan anak akan mengalami perkembangan pada otot.
2. Perkembangan sosialisasi dan moral
Bermain dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, karena melalui bermain
anak dapat berinteraksi dengan lingkuganya, sehingga anak akan mudah untuk belajar
menerima, memahami bahasa lawan bicara, atau belajar menganai nilai sosial pada
kelompoknya.
3. Perkembangan kognitif
Bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada
pada lingkungan di sekitarnya, seperti mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan
anak akan terlatih untuk memecahkan masalah secara mandiri.
4. Kreativitas
Permaianan akan menuntut anak melakukan kretivitas untuk meralisasikan ide-ide
dalam permainan tersebut. Dengan adanya hal tersebut, anak akan mengembangkan
kreativitas dalam melakukan hal-hal baru.
5. Nilai terapeutik
Permainan akan mengajarkan pelajaran benar atau salah, sehingga anak akan
belajar melalui nilai-nilai tersebut supaya anak dapat menyeimbangkan nilai-nilai yang
akan diterapkan.
6. Kesadaran diri
Permainan akan membentuk anak dalam memperoleh nilai moral yang tertanam
dalam permainan, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
I. EVALUASI
Peserta terapi bermain boneka tangan mampu:
a. Anak bisa menyebutkan nama hewan
b. Anak dapat menebak warna boneka
c. Anak dapat berkonsentrasi dengan baik
d. Merasa senang,tenang terkait hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. 2001. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru.
Ardi, A.T (2013) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Bandung : Krya Putra Darwati. Arikunto,
Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika. Bastable.
Friedman, Marilyn M (1981). Keperawatan Keluarga; teori dan Praktik. Jakarta : EGC