Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI BERMAIN KREASI KRIGAMI ( MENGGUNTING DAN MELIPAT )


PADA ANAK SEKOLAH
DI SLB AUTISME YPPA PADANG

Disusun oleh:
1. Devita Ayu Setyaningrum NIM 172310101194
2. Aldi Rahardian Pujiyono NIM 172310101195
3. Anis Widyawati NIM 172310101204
4. Asma Yudhi Efendi NIM 172310101208
5. Umairotul Mufarrokha NIM 172310101211

PROGRAM STUDI SARJAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Kreasi Krigami
Tujuan : Meningkatkan kemampuan motorik halus anak, melatih ketelitian,
kerapian, konsentrasi, serta meningkatkan kreatifitas pada anak autisme
Hari/Tanggal : Kamis 24 Oktober 2019
Tempat : SLB AUTIS YPPA Padang
Waktu : 35 menit (16.00 – 16.35 WIB)
Pelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember

I. Latar Belakang
Autisme spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan kompleks
yang dapat menyebabkan masalah dalam berpikir, perasaan, berbahasa dan kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain. Keadaan ini merupakan kelainan neurologis, yang
berarti mempengaruhi fungsi otak. Efek ASD dan keparahan gejala berbeda pada setiap
orang (APA, 2013).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia tidak lepas dari penggunaan
kemampuan gerakan motorik kasar dan motorik halus. Anak-anak dengan ASD sering
mengalami keterampilan motorik halus yang tertunda dan menjadi semakin tertunda
seiring bertambahnya usia (Lloyd, macDonald, & Lord, 2014). ASD mengalami gangguan
fungsi sensorik/motorik pada otak dan menyebabkan terjadinya defisit dalam
perkembangan motorik halusnya. Kecanggungan dalam bertindak dapat terjadi seperti
menggambar, mengetik, menulis, menggunting, mengikat tali sepatu, bermain,
menggerakkan anggota tubuh, dan bertepuk tangan (Lin, 2017). Gangguan-gangguan
motorik halus tersebut tidak bersifat permanen, kemampuan motorik halus pada autis dapat
dikembangkan melalui kegiatan melatih kekuatan dan koordinasi otototot kecil yang
kontinu secara rutin (Santrock, 2011).
Terapi yang efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
adalah terapi bermain yang bekerja pada anak-anak dengan cara mengembangkan
keterampilan - keterampilan baru yang disukai oleh anak itu sendiri (Juneja, 2016). Salah
satu terapi bermain yang digunakan adalah terapi bermain menggunting kertas. Terapi ini
terbukti dapat meningkatkan motorik halus pada anak dengan ASD karena dapat melatih
perkembangan otot-otot kecil dan koordinasi mata dengan anggota tubuh lain sehingga
membantu perkembangan saraf motorik halus (Raharjo, 2014). Kirigami juga bisa menjadi
media untuk merangsang dan mengembangkan imajinasi positif anak, melatih motorik
halus, melatih ketelitian, kerapian, konsentrasi, belajar seni keindahan , serta membangun
jiwa kreatif anak dalam bahasa Jepang kirigami berasal dari kata “kiru” yang berarti
memotong dan “kami” yang berarti kertas. Kegiatan melipat kertas merupakan salah satu
dari lifeskill (keterampilan) terutama melatih keterampilan motorik halus anak. Agar
kemampuan melipat anak dapat berkembang dengan baik, maka pendidik hendaknya
memberikan kegiatan kirigami ini secara sering pada anak serta dilakukan secara bertahap
(Sri, 2014).
II. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Selah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit dengan 8 kali pertemuan,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat terapi bermain selama 35 menit diharapkan anak mampu:
1. Meningkatkan ketelitian dan kerapian kerapian pada anak autis
2. Meningkatkan konsentrasi pada anak autis
3. Meningkatkan kreatifitas pada anak autis
III. Manfaat untuk anak
1. Melatih kemampuan motorik anak
2. Memberikan permainan yang menyenangkan pada anak
3. Meningkatkan ketelitian dan kerapian kerapian pada anak autis
4. Meningkatkan konsentrasi pada anak autis
5. Meningkatkan kreatifitas pada anak autis
IV. Sasaran
Anak usia sekolah di SLB Autis YPPA Padang
IV. Metode
Memberikan penjelasan kembali kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan, yakni melatih keterampilan motorik halus melalui media kreasi
kirigami dengan cara anak – anak diberikan beberapa kertas dan sebuah gunting untuk
berlatih melipat dan menggunting terlebih dahulu kemudian bersama-sama membuat
kreasi kirigami dimulai dari teknik kirigami yang paling sederhana yaitu membuat
bentuk pohon cemara.
V. Media
1. Kertas Origami
2. Gambar benda
VI. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan

Keterangan :
: Peserta : Moderator

: Leader : Fasilitator

: Observer

VII. Struktur Organisasi


1. Leader :Asma
2. Fasilitator : Umay
3. Moderator : Devita
4. Observer : Aldi

VIII. Kriteria Peserta


1. Anak usia sekolah ( 6 – 12 tahun)
2. Anak dengan keterlambatan perkembangan motorik halus
3. Laki laki dan perempuan
IX. Job Description
No. Peran Uraian Tugas
1. Leader 1. Memimpin jalannya permainan
2. Menjelaskan jalannya permaianan
2. Moderator 1. Memandu jalannya permainan
2. Membuka acara dan menyampaikan maksud serta tujuan
kegiatan
3. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan
4. Menutup acara penyuluhan
3. Fasilitator 1. Membantu dan mengkondisikan peserta selama aktivitas terapi
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi)
3. Memfasilitasi peserta untuk aktif bermain
4. Observer 1. Menilai keaktifan peserta
2. Melakukan evaluasi kegiatan

X. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2) Mengenal tim
3. Menjelaskan kontrak waktu terapi
4. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain 3) Mengetahui
kontrak waktu
terapi bermain
4) Mengerti tujuan
dari terapi bermain
2. 25 Menit Pelaksanaan:
1) Menjelaskan tata cara terapi bermain 1) Mendengarkan
pada peserta dan
2) Memandu peserta dalam menggunting memperhatikan
dan melipat penjelasan
2) Melaksanakan
terapi yang sudah
diberikan
3. 5 Menit Terminasi:
1) Memberikan motivasi dan pujian kepada 1) Mendengarkan
seluruh anak yang telah mengikuti dan
program terapi bermain membalas salam
2) Mengucapkan terimakasih kepada anak
dan orang tua
3) Mengucapkan salam penutup

XI. Evaluasi
1. Kriteria struktur
1) Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
2) Penentuan tempat yang akan digunakan dalam kegiatan bermain
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat kegiatan
bermain dilaksanakan
2. Kriteria proses
1) Anak antusias dalam kegiatan terapi bermain menggunting dan melipat
2) Anak mengikuti terapi bermain dengan antusias dari awal sampai akhir
3) Terdapat beberapa anak yang kesusahan dalam melakukan terapi bermain karena
keterbatasan skill anak namun fasilitator dengan sigap langsung membantu
3. Kriteria hasil
1) Anak terlihat senang dan gembira
2) Anak sangat menikmati terapi bermain
3) Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4) Anak mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5) Anak mengikuti terapi bermain melakukan terapi sesuai panduan yang diajarkan
MATERI TERAPI BERMAIN
KREASI KRIGAMI ( MENGGUNTING DAN MELIPAT )
A. PENGERTIAN
Bermain adalah rangkaian perilaku yang sangat kompleks dan multi
dimensional yang berubah secara signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan
anak. Bermain dilakukan dengan sukarela/spontan, untuk mendapatkan kepuasan atau
kegembiraan. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan mengasyikkan.
Bermain dengan imajinasi dan fantasi, memungkinkan anak mengeksplorasi dunia
mereka, pertama melalui perasaan mereka dan kemudian menggunakan pikiran dan
logika. Melalui eksperimentasi bermain anak-anak menemukan bahwa merancang
sesuatu yang baru dan berbeda, dapat menimbulkan kepuasan.
Bermain dapat digunakan sebagai media psikoterapi atau biasa disebut dengan
terapi bermain. Terapi bermain adalah proses terapi pada anak dimana alat permainan
menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuan anak hal ini dapat digunakan untuk
melatih kemampuan – kemampuan tertentu seperti meningkatkan konsentrasi dan
pemusatan perhatian serta meningkatkan kemampuan motorik
Terapi bermain menggunting kertas dapat meningkatkan motorik halus karena
dapat mengembangkan otot-otot di ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan pergelangan
tangan pada saat membuka dan menutup bilah gunting (Setyorini, 2016). Keterampilan
dalam menggunting membutuhkan konsentrasi serta ketelitian sehingga mampu
mengikuti instruksi dan memiliki koordinasi tangan-mata yang baik (Raharjo, 2014).
Terapi ini juga dilakukan dengan maksud agar tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga anak dapat berpartisipasi tanpa paksaan (Novita, 2016).
B. KLASIFIKASI BERMAIN
Bermain diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Mainan untuk memudahkan ekspresi
Mainan adalah kata-kata anak-anak dan bermain adalah bahasa mereka. Oleh
karena itu dalam terapi bermain harus tersedia mainan yang memudahkan anak
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Misalnya keluarga boneka
manusia, keluarga boneka binatang, mobil, truk, bis dll
2. Mainan yang mendorong kreativitas
Beberapa mainan, sudah menjadi sifat dasarnya mendorong kreativitas. Sebuah
kotak di pojok bisa menjadi rumah. Contoh lain seperti krayon, malam, kertas lipat,
balok kayu dll.
3. Mainan untuk menyalurkan emosi
Anak dapat menggunakan cat, pasir, tanah liat untuk menyalurkan perasaannya
yang kuat dimana dia tidak berani mengkomunikasikan dengan lebih terbuka.
4. Mainan yang dapat mengekspresikan sifat agresi
Mainan senjata, pisau karet, pedang plastik, perisai dari kayu, palu, catut
menggambarkan kepada anak suatu arti yang mengekspresikan permusuhan dan
agresif. Menembak, menusuk, memukul, dan meninju dengan keras adalah
ekspresi simbolik dari kemarahan, dan jika diberi kebebasan bermain akan
memberikan terapeutik katarsis, konsentrasi dan koordinasi
C. MANFAAT BERMAIN
Manfaat Bermain Bermain bagi anak-anak sebagai berikut :
1. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia
tidak merasa gelisah. Dengan demikian otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat.
2. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan
dorongan-dorongan yang muncul dalam Terapi Bermain Untuk Mengatasi
Permasalahan Pada Anak. Setidaknya akan membuat anak relaks.
5. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya
cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan
bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan
sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep
dasar.
D. PRINSIP TERAPI BERMAIN
1. Menciptakan suatu hubungan yang hangat dan ramah
2. Menerima anak apa adanya
3. Memberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan perasaanyan
4. Memberikan perhatian kepada anaka ketika mengekpresikan perasaannya dan
menujukkan kembali
5. Memberikan kapasitas anak untuk memecahkan masalah
6. Tidak membatasi perilaku anak
7. Tidak tergesa – gesa saat melakukan perawatan
E. FAKTOR PENGHAMBAT PERMAINAN
1. Komunikasi
a. Kebanyakan dari anak autis mengalami keterlambatan dalam bicara
b. Ketika berbicara sangat bervariasi dan sulit untuk dipahami
c. Bila menginginkan sesuatu akan menarik tangan
d. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicata namun sirna
2. Perilaku
a. Berperilaku berlebihan
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti gerkan bergoyang goyang dan
mengulang gerka
c. Duduk dengan tatapan kosong
3. Emosi
a. Marah – Marah tanpa alasan yang jelas
b. Menangis tanpa sebab
c. Temper tantrum (Mengamuk sendiri)
d. Kadang suka menyerang dan merusak
e. Menyakiti diri sendiri
f. Tidak mempunyai empati atau tidak mengerti perasaan orang lain
4. Interaksi Sosial
a. Tidak tertarik untuk bermain
b. Lebih senang menyendiri
c. Tidak suka atau sedikit kontak mata
d. Suka menari – narik tangan orang
e. Bila diajak bermain tidak mau / menjauh
5. Pola Bermain
a. Tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya
b. Senang dengan sesuatu benda yang berputar seperti kipas, gangsing, dan roda
c. Tidak kreatif dan imajinatif
d. Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang dan dibawa
kemana – mana
6. Gangguan Sensori
a. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
b. Sering menggunakan indra penciuman dan perasaannya seperti mencium –
cium dan menjilat – jilat
c. Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit
7. Perkembangan Terlambat atau Tidak Normal
a. Perkembangan tidak sesuai dengan pada normalnya baik dari ketrampilan,
kognisi, dan komunikasi
b. Dapat memiliki perkembangan pada awalnya kemudian menurun bahkan
hilang
8. Kelemahan Kognitif
a. Konsentrasi dan perhatian buruk
b. Memori jangka pendek
c. Kurang memiliki kemampuan visual dan perseptual
d. Kesulitan melakukan instruksi
F. USIA YANG DIPILIH
Usia yang di pilih dalam mengikuti terapi kreasi krigami adalah usia sekolah.
Anak usia sekoalh adalah anak usia 6 – 12 tahun pada peridoe ini perkembangan
motorik anak sudah berkembang sangat pesat dan matang namun pada anak ASD
keterlambatan dalam kemampuan motorik.
G. JENIS PERMAINAN YANG DIPILIH
Kreasi Krigami yaitu dengan menggunting dan melipat
H. EVALUASI
Peserta terapi bermain degan kreasi krigami:
1. Anak masih kesusahan dalam menerima instruksi
2. Anak masih kesusahan dalam menggunting
3. Anak masih kesusahan dalam melipat
4. Anak – anak merasa senang dan menikmati acara
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder Edition “DSM 5”. Washinton DC : American Psychiatric
Publising.
Lloyd, macDonald, & Lord, 2014. The relationship of motor skills and adaptive
behavior skills in young children with autism spectrum disorders. Res Autism
Spectr Disord. 2013 Nov 1; 7(11): 1383– 1390. doi:
10.1016/j.rasd.2013.07.020
Lin, LY., Cherng, RJ., Chen, YJ. (2017): Effect of Touch Screen Tablet Use on
Fine Motor Development of Young Children, Physical & Occupational
Therapy In Pediatrics, DOI: 10.1080/01942638.2016.1255 290
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah
Genis B) Jakarta: Erlangga
Sri, Widyawati. (2014). Buku Panduan Dasar Melipat Kertas. Yogyakarta: Gava
Media
Novita, Grace Chintia, (2006) Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Kirigami Pada Siswa Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb Rela Bhakti I
Gamping, Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta diakses pada tanggal 27
Juli 2018
Juneja, A. (2016). Therapeutic role of play therapy : A Review. IJSR - International
Journal Of Scientific Research. Volume : 5(10) 291-292.
Raharjo, DS., Alfiyanti, D., Purnomo, SE. (2014). Pengaruh Terapi Bermain
Menggunting terhadap Peningkatan Motorik Halus pada Anak Autisme Usia
11-15 Tahun di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Anda mungkin juga menyukai