Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN LEGO PADA ANAK USIA PRA

SEKOLAH DI RUANGAN KRONIK IKA RSUP

DR M DJAMIL PADANG

Oleh:
KELOMPOK H

Anggota:

NOFVANDRO CHANIAGO 1913961


SYAHRI MARYULIS 1913988
SRI WAHYUNINGSIH 1913987
NINDI COFIANA 1913960
ANNISA SETIA CANDRA 1913909
YESI MARTINA 19131006
YURI AULIYA ARRAHIM 19131013
RAUDAH 1913970
ROSEZI ILMA 1913976
TESA DELVITA SARI 1913989
YULIA RAHMI PUTRI 19131011

PRODI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2019
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN
Mata Ajaran : Keperawatan Anak
Pokok Bahasan : Bermain Lego
Sasaran : Anak Pada Tahap Perkembangan Usia Pra-Sekolah
(4–6 tahun) 6 orang
Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Oktober 2019
Waktu : 13.00 – 13.45 WIB
Tempat : Ruang Bangsal Anak Kronis RSUP Dr. M. Djamil
Padang

A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi
anak bermain tidak hanya sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-
lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan
fisik, mental dan perkembangan emosinya (Soetjiningsih, 2012).
Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif, dan cerdas
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain. Begitu juga dirumah sakit bermain harus tetap
dilanjutkan untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya kreatifitas anak
dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terdadap stress
(Soetjiningsih, 2012).
Menurut Ebrahim, G.J. (2010), aktifitas bermain adalah unsur yang
penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas
dan sosial. Dengan bermain di rumah sakit, anak dapat beradaptasi lebih
adaptif terhadap stress akibat hospitalisasi dan dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya selama perawatan berlangsung. Untuk itu aktifitas bermain
tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi diperlukan juga bagi
anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi) sehingga anak dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap dapat
mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau
terapi. Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative
mempercepat penyembuhan bagi anak.
Terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit mempunyai beberapa
prinsip yaitu, tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang
berjalan, tidak membutuhkan energy yang banyak, harus
mempertimbangkan keamanan anak, dilakukan pada kelompok umur
yang sama, melibatkan orang tua (Ebrahim, G.J. 2010).
Terdapat 6 orang anak usia pra sekolah yang dirawat di ruang rawat
inap bangsa anak RSUP Dr. M. Djamil Padang yang mengalami stres
hospitalisasi karena ketika anak dirawat inap anak harus menghadapi
perubahan-perubahan situasi dan kondisi yang ada di rumah sakit seperti
perubahan ruangan, teman-teman bermain, dan lain-lain. Oleh karena itu
melalui permainan ini diharapkan stres hospitalisasi yang terjadi pada
anak dapat dikurangi dan daya pikir mereka dapat distimulasi, sehingga
kreativitas anak dalam menghasilkan suatu karya juga dapat
ditingkatkan.
Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang
dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan atau bentuk
lainnya. Lego termasuk permainan konstruktif atau bangun membangun
yang meningkatkan kecerdasan dan kreativitas anak (Hidayat, 2007).
Terapi bermain pada anak usia 3 sampai 6 tahun menekankan pada
pengembangan bahasa, mengasah motorik halus, dan mengontrol emosi.
Pemilihan lego sebagai salah satu permainan edukatif karena dapat
berperan dalam kecerdasan dan motorik halus anak usia prasekolah
melalui permainan konstruktif atau bangun membangun.
Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain
salah satunya bermain lego, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina
hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat
diberikan secara maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi
anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan
tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi.
Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan ini tidak membutuhkan
banyak energi, dapat meningkatkan kreatifitas anak, melatih koordinasi
mata dengan otak, melatih nalar kecerdasan, melatih kognitif anak dalam
menyelesaikan suatu tantangan (Supartini. 2010).
Berdasarkan hasil observasi selama kurang lebih 2 hari di ruangan
rawat inap bangsal anak kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang, terdapat 6
orang anak pra sekolah yang dirawat yaitu usia 4-6 tahun, dan 6 orang
anak tersebut mengalami stress hospitalisasi yang mana ditunjukkan
dengan ekspresi cemas anak tersebut, menangis saat tindakan, sehingga
diharapkan dengan bermain lego akan membantu untuk mengurangi stres
hospitalisasi yang dialami selama dirawat inap bangsal anak di rumah
sakit. Selain itu terapi bermain lego lebih cocok untuk anak usia pra
sekolah dan lebih efektif diberikan kepada anak usia pra sekolah karena
anak lebih mudah untuk diajak bekerja sama dan lebih mudah untuk
diarahkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa/i tertarik untuk
mengambil dan melakukan terapi bermain lego pada anak dalam tahap-
tahap perkembangan usia pra sekolah (4 – 6 tahun) dengan masalah
keperawatan stress hospitalisasi di ruang rawat inap bangsal anak kronis
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain klien mampu mengurangi stres
hospitalisasi yang dialami selama dirawat inap bangsal anak di
rumah sakit dan diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui permainan.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi bermain ini diharapkan anak mampu :
a. Mengembangkan kemampuan kognitif dengan manfaat bermain
lego.
b. Mengembangkan kemampuan social dengan sesama anak yang
mengikuti bermain terapeutik
c. Melatih kemampuan anak dalam pengenalan warna, bentuk,
ukuran dan hitungan.
d. Mengembangkan kemampuan bahasa selama berinteraksi.
e. Mengembangkan kemampuan moral dengan dapat membedakan
yang benar dan salah
f. Melatih kemampuan motorik halus
C. Sasaran
Bermain terapeutik ini ditujukan untuk anak usia pra-sekolah yang
mengalami stres hospitalisasi yang dirawat inap di RS. Dr. M. Djamil
Padang dengan kriteria:
 Usia 4-6 tahun
 Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai
 Anak yang mengikuti bermain terapeutik berjumlah 4-6 orang

D. Pengorganisasian
Leader : Nindi Cofiana
CO Leader : Yuri Auliya Arrahim
Observer : Annisa Setia Candra
Anak 1 Fasilitator : Nofvandro Chaniago
Observer : Sri Wahyuningsih
Anak 2 Fasilitator : Nofvandro Chaniago
Observer : Sri Wahyuningsih
Anak 3 Fasilitator : Yesi Martina
Observer : Yulia Rahmi Putri
Anak 4 Fasilitator : Yesi Martina
Observer : Yulia Rahmi Putri
Anak 5 Fasilitator : Syahri Maryulis
Observer : Rosezi Ilma
Anak 6 Fasilitator : Syahri Maryulis
Observer : Rosezi Ilma
Dokumentasi : Raudah
Tesa Delvita Sari

1. Tugas leader
a. Menjelaskan prosedur / cara kegiatan
b. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
c. Memberikan reinforcement positif pada klien
d. Menyimpulkan kegiatan
e. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
2. Tugas Co. Leader : Membantu dan mengingatkan Leader dalam
jalannya permainan
3. Tugas fasilitator :
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4. Tugas Observer :
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung.
c. Mencatat penyimpangan acara terapi aktifitas bermain.
E. Waktu dan Tempat
1. Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Oktober 2019
2. Waktu : 13.00-13.45 WIB
3. Tempat : Ruang Bangsal Anak Kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang
F. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan :
 Lego
 Tikar

G. Setting Tempat
Keterangan :

: Anak/pasien : Keluarga :Pembimbing Klinik

: Observer : Leader
:Pembimbing Akademik

: Fasilitator : Coeleader

H. Mekanisme Kegiatan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
(Anak dan Keluarga)
1 5 menit Pembukaan
- Memberi salam Menjawab salam
- Perkenalan dengan mahasiswa Berkenalan
- Perkenalan dengan pembimbing Berkenalan
- Perkenalan antar sesama anak Berkenalan
- Menjelaskan tujuan Memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2 20 menit Kegiatan inti
- Melibatkan orangtua untuk hadir Orangtua hadir didekat
di dekat anak anak
- Gali pengetahuan anak tentang Menjawab
cara bermain lego.
- Memberi reinforcement positif
- Gali pengetahuan anak tentang Menjawab
manfaat bermain lego.
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan cara dan tata Bermain
tertib bermain Lego
- Peserta bermain lego
- Memberi reinforcement positif
3 5 menit Penutup
- Peserta menyebutkan Menjawab
manfaat dari bermain lego.
- Peserta memerankan kembali Memerankan
cara bermain lego
- Memberi reinforcement atas Mendengarkan
tindakan peserta
- Menyudahi permainan Mendengarkan
- Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
ketika selesai bermain
- Mengucapkan terima kasih Menjawab
kepada orang tua anak
- Memberi salam Menjawab salam

I. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur :
 Peralatan atau media yang digunakan dalam terapi tersedia sesuai
rencana
 100% anggota terapis hadir.
 Peran dan tugas berjalan sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung tepat pada hari dan waktu yang telah
ditentukan
 Diharapkan 90% klien aktif berpartisifasi dari awal hingga akhir
kegiatan
 Diharapkan 90% klien konsentrasi anak dalam bermain lego.

c. Evaluasi hasil
 Diharapkan 90% klien yang dipilih, mau menghadiri atau
mengikuti terapi aktivitas bermain yang dilakukan.
 Diharapkan 90% klien dapat bermain lego
 Diharapkan 90% orang anak mengikuti kegiatan sampai selesai.

J. Penutup
Diharapkan melalui terapi stimulasi kreativitas ini dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak, meningkatkan kemampuan
motorik halus dan kasar dan mengurangi stres hospitalisasi yang dialami
anak ketika di rawat di ruang rawat inap rumah sakit. Sehingga anak
tidak merasa takut atau cemas lagi bila melihat perawat dan memudahkan
perawat dalam melakukan tindakan perawatan dan terapi pengobatan.
Lampiran Materi

Konsep Terapi Bermain

A. KONSEP BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Perawatan anak yang di rumah sakit merupakan pengalaman


yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua.
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan lingkungan rumah sakit itu
sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tua, baik
dengan fisisk rumah sakit, interkasi, dan sikap petugas kesehatan itu
sendiri. Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri, dan perasaan
yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak. Untuk
itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatah selama
dalam perawataan. Media yang paling ektif adalah melalui kegiatan
permainan.

Aktifitas bermain yng dilakuan perawat di rumah sakit akan


memberikan keuntungan sebagai berikut:

 Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan


perawat, karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai keseempatan untuk membina hubungn baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
 Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri.
 Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang dan nyeri.
 Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
 Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat akan dapat menurunkan ketegangan
pada anak dan keluarga.

B. BERMAIN LEGO
1. Pengertian
Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik
kecil yang dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan
atau bentuk lainnya. Lego termasuk permainan konstruktif atau
bangun membangun yang meningkatkan kecerdasan dan
kreativitas anak (Hidayat, 2007). Terapi bermain pada anak usia 3
sampai 6 tahun menekankan pada pengembangan bahasa,
mengasah motorik halus, dan mengontrol emosi. Pemilihan lego
sebagai salah satu permainan edukatif karena dapat berperan
dalam kecerdasan dan motorik halus anak usia prasekolah melalui
permainan konstruktif atau bangun membangun.
Anak prasekolah juga akan belajar untuk berpikir,
berpendapat, menyelesaikan masalah, mengasah keterampilan
melalui kemampuannya menyusun lego, serta membangun
koordinasi mata dan tangan sehingga dapat menyiapkan anak
untuk belajar membaca. Lego memiliki berbagai macam warna
yang dapat membantu anak belajar membedakan bentuk dan pola-
pola, serta dari bentuk-bentuk yang dibuat, anak akan belajar
mengenal simetri (Davida, 2004).
2. Manfaat

Diharapkan terapi bermain ini dapat dijadikan sebagai sebuah


terapi selain terapi medis yang bisa mengurangi tingkat stress
pada anak, sehingga anak bisa lebih kooperatif terhadap asuhan
keperawatan dan kesehatan yang akan diberikan. Selain itu
manfaat terapi bermain lego adalah :

1. Melatih keterampilan motorik halus anak


2. Pengenalan warna, ukuran, bentuk dan hitungan
3. Meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan
masalah
4. Melatih koordinasi tangan-mata dan keahlian motoric
5. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan kerja sama
(Soetjiningsih. 2012).

C. PRINSIP PERMAINAN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT


1) Tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang di jalankan
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5) Melibatkan orang tua

D. TUJUAN BERMAIN
Tujuan bermain bagi anak untuk membantu melengkapi
kebutuhan bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Kebutuhan mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan
tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi
anak di rumah sakit yaitu: menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan
nyeri.

E. ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya
dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Perkembangn aspek fisik yaitu kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
2. Pengembangan bahasa dengan berlatih berbicara
menggunakan kalimat yang benar
3. Pengembangan aspek kognitif, dengan pengenalan suara,
ukuran, dan bentuk, warna
4. Perkembangan aspek sosial, khusus dalam hubungannya
dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan
masyarakat.
F. HOSPITALISASI
1. Konsep Dasar
a. Pengalaman hospitalisasi berkesan pada anak (traumatisasi
life ).
b. Secara umum sepertiga anak pernah dirawat sebelum dewasa.
c. Kebanyakan rumah sakit umum tidak mempunyai bangsal
anak khusus.
d. Seorang anak yang dirawat akan mengalami stres
hospitalisasi dan bila koping yang digunakan salah atau tidak
berhasil akan menimbulkan krisis mental dan fisik.
e. Diperlukan dukungan emosional dari keluarga.
f. Anak sakit yang segera dibawa ke IGD yang bukan tempat
khusus anak dan perawat yang tidak terlatih dalam
menghadapi anak menjadi stressor traumatik awal anak
terhadap rumah sakit.
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Pra Sekolah
Tumbuh kembang anak usia 4 sampai 6 tahun:
 Berjalan-jalan sendiri mengnjungi tetangga
 Berjalan pada jari kaki
 Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 Menggambar garis silang
 Menggambar oarang hanya kepala dan badan
 Mengenal 2 atau 3 warna
 Bicara dengan baik
 Menyebut namanya,jenis kelamin dan umur
 Banyak bertanya
 Bertanya bagaimana anak dilahirkan
 Mengenal sisi atas,sisi bawah,sisi muka,sisi belakang
 Mendengarkan cerita-cerita
 Bermain dengan anak lain
 Menunjukan rasa sayang pada saudara-saudaranya
 Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
Perkembangan fisik
Berat badan bertambah rata-rata 2-3 kg pertahun. pada usia 6 tahun
anak laki-laki cenderung lebih berat 0,5-1 kg dari dada anak
perempuan. Tinggi badan bertambah sekitar 5cm/tahun,pada usia 6
tahun anak laki-laki dan perempuan memiliki tinggi yang hampir
sama yaitu rata-rata 116 cm, sedangkan pada usia 12 tahun dapat
mencapai 150 cm, biasanya anak perempuan lebih tinggi daripada
anak laki-laki. Gigi permanen mulai tumbuh antara usia 6-7 tahun
dan pada masa ini mulai timbul karies gigi sehingga pemeriksaan
rutin mulai diperlukan. Pada usia 12-13 tahun anak-anak telah
hampir semua gigi pemanen. Tanda-tanda vital pada usia 12 tahun
seperti: suhu tubuh, nadi dan respirasi sama dengan usia dewasa.
Perkembangan psikososial
Menurut Erikson : fase industri vs inferioritas
Mulai kreatif dan mengembangkan tanggung jawab.
Freud ; fase laten yang lebih senang bermain daripada
mempertahankan keadaan tubuhnya. Kesenangan anak tertuju pada
penyaluran energi.
Perkembangan kognitif
Plaget : fase kongkrit operasional 7-11 tahun.
Mulai belajar mengenai hubungan sebab akibat dan dapat
mengukur dimensi ruang dan waktu.
Perkembangan moral
Kohlberg: fase prakonvensional (patuh dam melanggar).fase
konvensional (10-13 tahun) yaitu perubahan dari individu
kekelompok. perkembangan moral dan proses membuat keputusan
berlangsung selama periode usia sekolah ini. mereka tidak percaya
pada standar tindakan sendiri tapi belajar tingkah laku dari orang
lain dan mempunyai perasaan bersalah bila tingkah laku mereka
tidak sesuai dengan standar tersebut.
Perkembangan spiritual
Fowler : fase mytical literal(membedakan fantasi dan kenyataan)
Berpikir dalam bentuk yang nyata suka belajar termasuk tentang
Tuhan.
Mereka mengagumi surga dan takut pada neraka.
Perkembangan Sosial
o Hubungan sosial : anak usia 6-7 tahun memilih kelompok,8-9
tahun tertarik pada sesama jenis untuk bersaing dan
bertanding,10-11 tahun mulai tertarik pada lawan jenis.

o Hubungan dengan keluarga : penanaman nilai-nilai


keluargaanak mulai protes dengan adanya pembatasan. anak
membutuhkan orang tua sebagai orang dewasa bukan sebagai
sahabat.

o Bermaian : secara kelompok, memiliki dan setia pada


kelompok. permainan usia ini membutuhkan energi yang tinggi
tetapi anak masih bisa melakukan kegiatan yang mengasyikkan
seperti bermaian kartu, monopoli, memasak dan seni. muncul
tokoh idola dari kalangan family, teman, guru atau artis serta
atlet. anak dapat mengikuti setiap permainan dengan kelompok
dan menuruti peraturan yang berlaku.

3. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok


Pada dasarnya digunakan pada klien yang mengalami
gangguan persepsi, gangguan orientasi realita, gangguan inter
personal terhadap nilai-nilai dari pergaulan anak, maka
komunikasi perlu diberikan sebagai upaya untuk merangsang
motivasi hubungan interpersonal.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai


keinginan untuk kesenangan dan kepuasan kepada anak-anak
dan kelompoknya.

Jenis permainan anak usia sekolah dibagi atas;

 Motorik halus ; menulis nama, alamat dan umur; membaca dan


menggambar; memanipulasi benda-benda dengan ketangkasan
yang tinggi; aritmatika; bersandiwara; pekerjaan tangan seperti
perkayuan dan menyulam ; permainan diluar rumah, berenang,
menunggang kuda, bermain karyu dan monopoli

 Motorik kasar ; berolah raga, sepak bola, tenis, kasti, lari;


ballet; bermain alat musik dan bersepeda.
NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN

No NAMA PESERTA UMUR DIAGNOSA KESADARAN


UMUM
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2007). Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika. Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta : Elex Media
Komputindo.

Soetjiningsih, (2012) Tumbuh Kembang Anak. Laboratorium Ilmu Kesehatan


Anak Universitas Airlangga: Surabaya

Ebrahim, G.J, (2005) Perawatan Anak. Yayasan Essentia Medika:


Yogyakarta.

Nelson (2000) Ilmu Keperawatan Anak Jilid 1. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai