DR M DJAMIL PADANG
Oleh:
KELOMPOK H
Anggota:
A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi
anak bermain tidak hanya sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-
lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan
fisik, mental dan perkembangan emosinya (Soetjiningsih, 2012).
Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif, dan cerdas
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain. Begitu juga dirumah sakit bermain harus tetap
dilanjutkan untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya kreatifitas anak
dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terdadap stress
(Soetjiningsih, 2012).
Menurut Ebrahim, G.J. (2010), aktifitas bermain adalah unsur yang
penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas
dan sosial. Dengan bermain di rumah sakit, anak dapat beradaptasi lebih
adaptif terhadap stress akibat hospitalisasi dan dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya selama perawatan berlangsung. Untuk itu aktifitas bermain
tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi diperlukan juga bagi
anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi) sehingga anak dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap dapat
mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau
terapi. Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative
mempercepat penyembuhan bagi anak.
Terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit mempunyai beberapa
prinsip yaitu, tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang
berjalan, tidak membutuhkan energy yang banyak, harus
mempertimbangkan keamanan anak, dilakukan pada kelompok umur
yang sama, melibatkan orang tua (Ebrahim, G.J. 2010).
Terdapat 6 orang anak usia pra sekolah yang dirawat di ruang rawat
inap bangsa anak RSUP Dr. M. Djamil Padang yang mengalami stres
hospitalisasi karena ketika anak dirawat inap anak harus menghadapi
perubahan-perubahan situasi dan kondisi yang ada di rumah sakit seperti
perubahan ruangan, teman-teman bermain, dan lain-lain. Oleh karena itu
melalui permainan ini diharapkan stres hospitalisasi yang terjadi pada
anak dapat dikurangi dan daya pikir mereka dapat distimulasi, sehingga
kreativitas anak dalam menghasilkan suatu karya juga dapat
ditingkatkan.
Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang
dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan atau bentuk
lainnya. Lego termasuk permainan konstruktif atau bangun membangun
yang meningkatkan kecerdasan dan kreativitas anak (Hidayat, 2007).
Terapi bermain pada anak usia 3 sampai 6 tahun menekankan pada
pengembangan bahasa, mengasah motorik halus, dan mengontrol emosi.
Pemilihan lego sebagai salah satu permainan edukatif karena dapat
berperan dalam kecerdasan dan motorik halus anak usia prasekolah
melalui permainan konstruktif atau bangun membangun.
Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain
salah satunya bermain lego, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina
hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat
diberikan secara maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi
anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan
tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi.
Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan ini tidak membutuhkan
banyak energi, dapat meningkatkan kreatifitas anak, melatih koordinasi
mata dengan otak, melatih nalar kecerdasan, melatih kognitif anak dalam
menyelesaikan suatu tantangan (Supartini. 2010).
Berdasarkan hasil observasi selama kurang lebih 2 hari di ruangan
rawat inap bangsal anak kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang, terdapat 6
orang anak pra sekolah yang dirawat yaitu usia 4-6 tahun, dan 6 orang
anak tersebut mengalami stress hospitalisasi yang mana ditunjukkan
dengan ekspresi cemas anak tersebut, menangis saat tindakan, sehingga
diharapkan dengan bermain lego akan membantu untuk mengurangi stres
hospitalisasi yang dialami selama dirawat inap bangsal anak di rumah
sakit. Selain itu terapi bermain lego lebih cocok untuk anak usia pra
sekolah dan lebih efektif diberikan kepada anak usia pra sekolah karena
anak lebih mudah untuk diajak bekerja sama dan lebih mudah untuk
diarahkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa/i tertarik untuk
mengambil dan melakukan terapi bermain lego pada anak dalam tahap-
tahap perkembangan usia pra sekolah (4 – 6 tahun) dengan masalah
keperawatan stress hospitalisasi di ruang rawat inap bangsal anak kronis
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain klien mampu mengurangi stres
hospitalisasi yang dialami selama dirawat inap bangsal anak di
rumah sakit dan diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui permainan.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi bermain ini diharapkan anak mampu :
a. Mengembangkan kemampuan kognitif dengan manfaat bermain
lego.
b. Mengembangkan kemampuan social dengan sesama anak yang
mengikuti bermain terapeutik
c. Melatih kemampuan anak dalam pengenalan warna, bentuk,
ukuran dan hitungan.
d. Mengembangkan kemampuan bahasa selama berinteraksi.
e. Mengembangkan kemampuan moral dengan dapat membedakan
yang benar dan salah
f. Melatih kemampuan motorik halus
C. Sasaran
Bermain terapeutik ini ditujukan untuk anak usia pra-sekolah yang
mengalami stres hospitalisasi yang dirawat inap di RS. Dr. M. Djamil
Padang dengan kriteria:
Usia 4-6 tahun
Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai
Anak yang mengikuti bermain terapeutik berjumlah 4-6 orang
D. Pengorganisasian
Leader : Nindi Cofiana
CO Leader : Yuri Auliya Arrahim
Observer : Annisa Setia Candra
Anak 1 Fasilitator : Nofvandro Chaniago
Observer : Sri Wahyuningsih
Anak 2 Fasilitator : Nofvandro Chaniago
Observer : Sri Wahyuningsih
Anak 3 Fasilitator : Yesi Martina
Observer : Yulia Rahmi Putri
Anak 4 Fasilitator : Yesi Martina
Observer : Yulia Rahmi Putri
Anak 5 Fasilitator : Syahri Maryulis
Observer : Rosezi Ilma
Anak 6 Fasilitator : Syahri Maryulis
Observer : Rosezi Ilma
Dokumentasi : Raudah
Tesa Delvita Sari
1. Tugas leader
a. Menjelaskan prosedur / cara kegiatan
b. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
c. Memberikan reinforcement positif pada klien
d. Menyimpulkan kegiatan
e. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
2. Tugas Co. Leader : Membantu dan mengingatkan Leader dalam
jalannya permainan
3. Tugas fasilitator :
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4. Tugas Observer :
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung.
c. Mencatat penyimpangan acara terapi aktifitas bermain.
E. Waktu dan Tempat
1. Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Oktober 2019
2. Waktu : 13.00-13.45 WIB
3. Tempat : Ruang Bangsal Anak Kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang
F. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan :
Lego
Tikar
G. Setting Tempat
Keterangan :
: Observer : Leader
:Pembimbing Akademik
: Fasilitator : Coeleader
H. Mekanisme Kegiatan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
(Anak dan Keluarga)
1 5 menit Pembukaan
- Memberi salam Menjawab salam
- Perkenalan dengan mahasiswa Berkenalan
- Perkenalan dengan pembimbing Berkenalan
- Perkenalan antar sesama anak Berkenalan
- Menjelaskan tujuan Memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2 20 menit Kegiatan inti
- Melibatkan orangtua untuk hadir Orangtua hadir didekat
di dekat anak anak
- Gali pengetahuan anak tentang Menjawab
cara bermain lego.
- Memberi reinforcement positif
- Gali pengetahuan anak tentang Menjawab
manfaat bermain lego.
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan cara dan tata Bermain
tertib bermain Lego
- Peserta bermain lego
- Memberi reinforcement positif
3 5 menit Penutup
- Peserta menyebutkan Menjawab
manfaat dari bermain lego.
- Peserta memerankan kembali Memerankan
cara bermain lego
- Memberi reinforcement atas Mendengarkan
tindakan peserta
- Menyudahi permainan Mendengarkan
- Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
ketika selesai bermain
- Mengucapkan terima kasih Menjawab
kepada orang tua anak
- Memberi salam Menjawab salam
I. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur :
Peralatan atau media yang digunakan dalam terapi tersedia sesuai
rencana
100% anggota terapis hadir.
Peran dan tugas berjalan sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat pada hari dan waktu yang telah
ditentukan
Diharapkan 90% klien aktif berpartisifasi dari awal hingga akhir
kegiatan
Diharapkan 90% klien konsentrasi anak dalam bermain lego.
c. Evaluasi hasil
Diharapkan 90% klien yang dipilih, mau menghadiri atau
mengikuti terapi aktivitas bermain yang dilakukan.
Diharapkan 90% klien dapat bermain lego
Diharapkan 90% orang anak mengikuti kegiatan sampai selesai.
J. Penutup
Diharapkan melalui terapi stimulasi kreativitas ini dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak, meningkatkan kemampuan
motorik halus dan kasar dan mengurangi stres hospitalisasi yang dialami
anak ketika di rawat di ruang rawat inap rumah sakit. Sehingga anak
tidak merasa takut atau cemas lagi bila melihat perawat dan memudahkan
perawat dalam melakukan tindakan perawatan dan terapi pengobatan.
Lampiran Materi
B. BERMAIN LEGO
1. Pengertian
Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik
kecil yang dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan
atau bentuk lainnya. Lego termasuk permainan konstruktif atau
bangun membangun yang meningkatkan kecerdasan dan
kreativitas anak (Hidayat, 2007). Terapi bermain pada anak usia 3
sampai 6 tahun menekankan pada pengembangan bahasa,
mengasah motorik halus, dan mengontrol emosi. Pemilihan lego
sebagai salah satu permainan edukatif karena dapat berperan
dalam kecerdasan dan motorik halus anak usia prasekolah melalui
permainan konstruktif atau bangun membangun.
Anak prasekolah juga akan belajar untuk berpikir,
berpendapat, menyelesaikan masalah, mengasah keterampilan
melalui kemampuannya menyusun lego, serta membangun
koordinasi mata dan tangan sehingga dapat menyiapkan anak
untuk belajar membaca. Lego memiliki berbagai macam warna
yang dapat membantu anak belajar membedakan bentuk dan pola-
pola, serta dari bentuk-bentuk yang dibuat, anak akan belajar
mengenal simetri (Davida, 2004).
2. Manfaat
D. TUJUAN BERMAIN
Tujuan bermain bagi anak untuk membantu melengkapi
kebutuhan bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Kebutuhan mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan
tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi
anak di rumah sakit yaitu: menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan
nyeri.