Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN KECEMASAN

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen Penggampuh : Noifke Kaghoo, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Rudy Ruku (18170069)

Dia Gita Lumettu (18170018)

Shinta Winarto (18170073)

Chaesarilla Nurhidayah (18170015)

Satya Risakotta (18170071)

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO

T.A 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan satu tugas “Asuhan Keperawatan dengan
Pasien Gangguan Kecemasan” ini dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menulis asuhan keperawatan ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pembuatan asuhan
keperawatan ini.

Kami berharap asuhan keperawatan ini dapat memberikan referensi seerta pengaruh
yang baik untuk pembaca. Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan asuhan keperawatan ini.

Manado, September 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

Bab I Pendahukuan

A. Latar Belakang ........................................................................................................4


B. Ruang Lingkup........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisa.......................................................................................................5

Bab II Tinjauan Teoritis

A. Pengertian................................................................................................................6
B. Etiologi....................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala.....................................................................................................7
D. Proses terjadinya Masalah.......................................................................................7
E. Pohon Masalah........................................................................................................9
F. Penatalaksanaan.......................................................................................................9
Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian.........................................................................................................11
b. Diagnosa Keperawatan......................................................................................12
c. Perencanaan Tindakan Keperawatan.................................................................12
d. Implementasi.....................................................................................................13
e. Evaluasi.............................................................................................................13

Bab III Penutup

A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14

Daftar Pustaka...................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan
sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka
kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan
kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum dengan
prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa
perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1%
atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik,
gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan
umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis
kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita
sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013).
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk
usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi
(Depkes, 2014). Terkait dengan mahasiswa dilaporkan bahwa 25% mahasiswa
mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas sedang, dan 15% mengalami cemas
berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat
mengalami kecemasan baik cemas ringan, sedang atau berat (Suyamto, et al., 2009).
B. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan tugas ini dalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan krisis dan kecemasan melalui pengkajian
sampai dengan evaluasi.
C. Tujuan Penulis

Tujuan penulisan pada asuhan keperawatan terbagi 2 yaitu :

4
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gabaran asuhan keperawatan pada pasien
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa mulai dengan pengkajian,
diagnose, intervensi, inmplementasi, dan evaluasi.
b. Untuk menentukan asuhan keperawatan jiwa mulai dari pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi, dan evaluasi pada pasien.
3. Bagi Penulis
Untuk menambah pengelaman, pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang di dapat selama mengikuti pendidikan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas
berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan tidak berdaya.
Kecemasan adalahperasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh
situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompokkondisi yang member
gambaran penting tentangansietas yang berlebihanyang disertai respon
perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan
ansietas.
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai
sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang
memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

B. Etiologi
Menurut (Savitri Ramaiah) ada beberapa faktor ynag menunjukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa
tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan
personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam
jangka waktu yang sangat lam. 4

6
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-
hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.

C. Tanda dan Gejala


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas, antara lain sebagai berikut:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsntrasi dan daya ingat. Keluhan-keluhan somatik, misalnya
rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus),
berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,
sakit kepala dan sebagainya

D. Proses Terjadinyya Masalah


a. Faktor Predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan
dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
1. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan
dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan maupun situasional

7
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat
menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam


kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor
presipitasi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:
hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.

8
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
a) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik jug dapat mengancam
harga diri.
b) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
E. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial Effect

Gangguan suasana perasaan: Cemas Cor Problem

Koping individu inefektif Causa

F. Penatalaksanaan
Menurut Hawari penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan terapi
memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras

9
b. Terapi psikolofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk
cemas dengan memaki obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghanatr saraf). Disusunan saraf
pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang serig di pakai adalah
obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, klobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate dan alprazolam.
9
c. Terapi somatic. Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai
sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan.
Untuk menghilangkan keluhankeluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan
obat-oabatn yang ditujukan pada organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar
lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberika keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri
bila diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat
stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stresor psikososial.

10
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek, gelisah,
melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling,
pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah
peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita berlebihan,
nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap, gemertak, ketidak
pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak
adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi pupil,
refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan geli pada
ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah tegang,
anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan berkemih
kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah bergejolak,
vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun mual,
keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah meningkat .
d. Kognitif Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan,
perhatian, lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas,
cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan
berkurang terhadap:( memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan
terhadap gejala fisiologis
e. Faktor yang berhubungan Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang
pentingnya nilai-nilai / tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan,
kebutuhan yang tidak terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis
situasional, maturasi, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan
zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam : status peran status kesehatan ,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi

11
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial
2. Gangguan suasana perasaan : cemas
3. Koping individu inefektif

C. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan Umum
1. Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
2. Klien dapat meningkatkan perannya
3. Klien menampakkan perilaku yang adekuat (dampak krisis tidak terlihat)
4. Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis dan
kecemasan dikemudian hari
b. Tindakan Keperawatan
1. Manipulasi lingkungan
Intervensi yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan
memberikan dukungan situasional atau kehilangan stres
2. Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat,
menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan
dukungan

3. Pendekatan umum
Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi
sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka
menghadapi proses berduka

4. Pendekatan individual
Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap masalah
spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua
jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri dan orang lain.
Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

D. Implementasi
12
Implementasi merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Rencana yang dilakukan
adalah rencana tidak tertulis, apa yang dipikirkan, dirasakan (Riyadi S, 2013)
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit
meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental.
Dengan adanya perincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki
jadwal harian untuk masing-masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi
lebih efektif dan efisien (Kliat dan Akemat, 2012).

E. Evaluasi
Evalusi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus-menerus pada respon
ansiesta pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan SOAP, sebagai pola pikir
yaitu:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah di laksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A :Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan aibuah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontraindikasi dengan masalah
yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang
terdiri tidak lanjut, dan tidak lanjut perawat.
Beberapa hal yang perlu di evaluasi pada pasien dengan diagnosa krisis dan
kecemasan antara lain :
1. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis
2. Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang
3. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
4. Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap rasa cemas
dan krisis yang akan datang.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka
kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan
kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).

B. Saran

Dari saran kesimpulan yang telah diuraikan diatas, makaa penulis memberikan
beberapa saran yang mungkin di jadikan pertimbangan dan masukan, khusus
penatalaksanaan pasien dengan gangguan krisis dan kecemasan adalah sebagai berikut
:

1. Untuk Rumah Sakit


Dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan krisis dan
kecemasan di harapkan perawat berpedoman pada teori yang ada dan
memperhatikan masalah perkembangan serta kondisi pasien, dan hendaklah
perawat membina hubungan saling percaya yang baik dengan pasien sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan.

2. Untuk Institusi
Diharapkan memperbanyak literatur-literatur terbaru yang berhubungan dengan
keperawatan jiwa, sehingga mahasiswa bisa lebih tertarik dan mau untuk
memahami tentang keperawatan jiwa serta penatalaksanaan terhadap pasien
dengan gangguan jiwa

3. Untuk Pasien
Dalam setiap pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama
dengan pihak-pihak yang terkait seperti pasien, orang terdekat pasien (keluarga),
perawat ruangan, demi pencapaian dan tujuan asuhan keperawatan

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC

Perry & Potter.(2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai