Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Loss &


Grieving

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


 Agus Imam Kusairi  Dyan Nitarahayu
 Anis Agustina  Mariana Oktaviane Ngula
 Annisa Fitri  Raheme Zam-zam S.B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Adapun materi yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mengenai Kehilangan (Loss & Grieving).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
dan untuk menambah wawasan kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga segala upaya kami dalam membuat makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Samarinda, 17 Mei 2017


Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................i

Daftar isi ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Kehilangan (Loss & Grieving) ...........................................3
B. Tipe Kehilangan (Loss & Grieving) ............................................................4
C. Jenis Kehilangan (Loss & Grieving) ............................................................
D. Rentang dari Respon Kehilangan (Loss & Grieving) ..................................10
E. Faktor-faktor Resiko yang Menyertai Kehilangan (Loss & Grieving) ........13
F. Tanda & Gejala Kehilangan (Loss & Grieving) ..........................................
G. Dampak dari Kehilangan (Loss & Grieving) ...............................................
H. Asuhan Keperawatan pada pasien Kehilangan ............................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................15

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang sifatnya unik
bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau di
sekitarnya.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda (Yosep, 2011 : 173).
Penyebab dari kehilangan tersebut diantaranya terjadinya suatu bencana
yang menyebabkan seseorang dapat kehilangan harta benda, pekerjaan
maupun orang yang disayangi. Hasil survey pada tahun 2013 angka kejadian
tertinggi kehilangan di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, jumlah kasus kehilangan yang di akibatkan karena
adanya suatu bencana seperti gempa dan banjir mencapai 48% dari jumlah
penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Jawa Tengah tahun 2013
ini jumlah kasus kehilangan akibat bencana dilaporkan sebanyak 3.250 dan
116 diantaranya menyebabkan kematian. Jumlah kasus ini tertinggi di Kota
Pati yakni 786 orang. Hal ini mungkin terjadi akibat ulah manusia itu sendiri
yang tidak bisa menjaga lingkungan (Dinkes Jateng 2013). Kehilangan
tersebut dapat ditandai dengan ungkapan secara langsung dari klien yang
mengalami kehilangan, menangis, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi.
Karakteristik berduka yang berkepanjangan yaitu dimana seseorang
mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama, sedih
berkepanjangan, adanya gejala fisik yang berat dan keinginan untuk bunuh
diri. Komplikasi yang sering ditemukan yaitu seseorang berada pada tahap
depresi dimana individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan
tidak berharga.
Pandangan masyarakat sekarang ini bahwa proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju, dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan
klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan duka cita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan duka cita. Perawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter &
Perry, 2005).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut, dalam kultur Barat ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

4
Pentingnya dilakukan asuhan keperawatan bagi pasien kehilangan untuk
pemeliharaan harga diri, memberi motivasi untuk peningkatan kembalinya
aktivitas kehidupan (Suseno, 2004).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah bagaimanakah
konsep dasar dari kehilangan (Loss & Grieving) dan bagaimana asuhan
keperawatan pada Kehilangan (Loss & Grieving)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar dapat
mengetahui konsep dasar dari kehilangan (Loss & Grieving) dan asuhan
keperawatan pada pasien Kehilangan (Loss & Grieving).

2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kehilangan (Loss & Grieving)
b. Untuk Mengetahui Tipe Kehilangan (Loss & Grieving)
c. Untuk Mengetahui Jenis Kehilangan (Loss & Grieving)
d. Untuk Mengetahui Rentang dari Respon Kehilangan (Loss &
Grieving)
e. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Resiko yang Menyertai Kehilangan
(Loss & Grieving)
f. Untuk Mengetahui Tanda & Gejala Kehilangan (Loss & Grieving)
g. Untuk Mengetahui Dampak dari Kehilangan (Loss & Grieving)
h. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Kehilangan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda (Yosep, 2011 : 173).
Menurut Dalami, et all., (2009), kehilangan adalah suatu kondisi yang
terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut, yang terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian
atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

B. Tipe Kehilangan
Menurut Ambarwati dan Sunarsih (2011), kehilangan dibagi dalam 2 tipe,
yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya : amputasi,
kematian orang yang sangat berarti /dicintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya
seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.

C. Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan menurut Ambarwati dan Sunarsih, yaitu :
1 Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

6
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian
juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai, Kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang
luar biasa dan tidak dapat ditutupi, karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada.
2 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan,
diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya.Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3 Kehilangan obyek eksternal
Kehilangan obyek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
4 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen, misalnya pindah kekota lain,
maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5 Kehilangan kehidupan/meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

7
D. Rentang Respon Kehilangan
Fase kehilangan menurut Yosep (2011) diantaranya:
1 Fase pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, “Itu tidak
mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus menerus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
2 Fase marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada dilingkungannya, orang-orang
tertentu atau ditujukan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan
perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan,dan menuduh dokter dan
perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini
antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3 Fase tawar menawar (bergaining)
Fase ini terjadi apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan
memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata
“Kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”. Proses
berduka ini apabila dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut
sering dijumpai, “Kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
4 Fase depresi (depression)
Pada fase ini individu sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,

8
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5 Fase penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu
terpusat kepada obyek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang,
individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran
tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian beralih pada obyek yang baru. Fase menerima ini biasanya
dinyatakan dengan kata-kata seperti, “Saya betul-betul menyayangi baju
saya yang hilang tapi baju saya yang baru manis juga”, atau “Apa yang
dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh.”
Individu akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilangannya secara tuntas apabila individu dapat memulai fase-fase
tersebut dan masuk pada fase damai atau fase penerimaan, tetapi apabila
individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase
penerimaan.

E. Faktor-faktor Risiko yang Menyertai Kehilangan


Menurut Martocchio Cit Ambarwati dan Sunarsih (2011), faktor-faktor resiko
yang menyertai kehilangan meliputi:
1 Stasus sosial ekonomi yang rendah
2 Kesehatan yang buruk
3 Kematian yang tiba-tiba atau sakit yang mendadak
4 Merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai
5 Kurangnya dukungan dan kepercayaan keagamaan
6 Kurangnya dukungan dari keluarga atau seseorang yang tidak dapat
menghadapi ekspresi berduka
7 Kecenderungan yang kuat tentang keteguhan pada seseorang sebelum
kematian atau kehidupan setelah matidari seseorang yang sudah mati
8 Reaksi yang kuat tentang distress, kemarahan dan mencela diri sendiri

9
F. Tanda dan Gejala
Menurut Ambarwati dan Sunarsih (2011), tanda dan gejala kehilangan
diantaranya:
1 Ungkapan kehilangan
2 Menangis
3 Gangguan tidur
4 Kehilangan nafsu makan
5 Sulit berkonsentrasi
6 Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu:
a. Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama
b. Sedih berkepanjangan
c. Adanya gejala fisik yang berat
d. Keinginan untuk bunuh diri

G. Dampak Kehilangan
Menurut Uliyah dan Hidayat (2011), kehilangan pada seseorang dapat
memiliki berbagai dampak, diantaranya:
1 Masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi serta merasa takut untuk
ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2 Masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam
keluarga.
3 Masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup
orang yang ditinggalkan.

10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KEHILANGAN (LOOS & GRIEVING)

A. Pengkajian
Menurut Yosep (2011), pengkajian pada klien dengan kehilangan meliputi :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan, termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan
b. Kesehatan fisik
Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung
mempunyai kemampuan dalam mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
c. Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan
pesimis, selalu dibayangi masa depan peka dalam menghadapi situasi
kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa
kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa.
e. Struktur kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negatif dan perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri dan tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
2. Faktor presipitasi
a. Stress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress
nyata, ataupun imajinasi individu seperti kehilangan yang bersifat bio-
psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi

11
seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di
masyarakat, kehilangan milik pribadi seperti kehilangan harta benda
atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan.
b. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti
menangis atau tidak mampu menangis, marah-marah, putus asa,
kadang-kadang ada tanda-tanda usaha bunuh diri atau ingin membunuh
orang lain, sering berganti tempat mencari informasi yang tidak
menyokong diagnosanya.
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan
antara lain denial, represi, intelektualitas, regresi, disosiasi, supresi, dan
proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam.Keadaan patologis dalam mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah sebagai berikut :
1. Duka cita (Videbeck, 2008).
2. Duka cita maladaptif (Videbeck, 2008).
3. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan aktual (Suliswati, et all.,
2005).

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut Yosep (2011), rencana tindakan keperawatan pada klien kehilangan
meliputi :
1. Diagnosa 1: Duka Cita.
a. Tujuan umum
Klien dapat berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.

12
b. Tujuan khusus
1) Klien mampu mengungkapkan perasaan duka.
2) Klien mampu menjelaskan makna kehilangan orang atau obyek.
3) Klien mampu membagi rasa dengan orang yang berarti.
4) Klien mampu menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
5) Klien mampu membina hubungan baru yang bermakna dengan obyek
atau orang yang baru.
c. Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien.
Rasional : rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik
yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmah,
Rasional : dapat membantu klien mengidentifikasi hal positif dan
hikmah dalam suatu kejadian walaupun hal tersebut menyakitkan.
3) Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka.
Rasional : mengetahui faktor penghambat dapat membantu untuk
mencari solusi agar proses berduka dapat terselesaikan.
4) Kurangi/hilangkan faktor penghambat poses berduka.
Rasional : dapat diatasinya faktor penghambat mempermudah
terselesaikannya proses berduka.
5) Beri dukungan terhadap respon kehilangan.
Rasional : menenangkan perasaan klien.
6) Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
Rasional : mengurangi kesedihan dan menciptakan kebersamaan antar
anggota keluarga.
7) Anjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
Rasional : mendekatkan diri kepadaNya dapat menenangkan hati.

13
2. Diagnosa 2: Duka cita maladaptif.
a. Tujuan :
1) Klien mengungkapkan pengetahuannya tentang proses berduka.
2) Klien menggunakan koping yang adaptif.
3) Klien mengungkapkan perasaan secara verbal maupun non verbal.
b. Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien.
Rasional : rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik
yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
2) Diskusikan dengan klien tentang hal yang realistis terkait dengan
kehilangannya.
Rasional : mendiskusikan kehilangan dapat membantu membuatnya
lebih nyata bagi klien.
3) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dengan cara mebuat
klien nyaman seperti berbicara, menulis, menggambar, menangis
dan sebagainya.
Rasional : ekspresi perasaan dapat membantu klien mengidentifikasi,
menerima, dan mengatasi perasaannya walaupun hal tersebut
menyakitkan atau membuat klien tidak nyaman.
4) Dorong klien untuk mengingat pengalaman, bicarakan tentang apa
yang terlibat dalam hubungannya dengan orang atau benda yang
hilang.
Rasional : mendiskusikan benda atau orang yang hilang dapat
membantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan kehilangan,
makna kehilangan tersebut baginya dan respon emosionalnya.
5) Dorong klien untuk berbicara dengan anggota keluarga ataupun
orang lain.
Rasional : mengembangkan ketrampilan mandiri untuk
mengungkapkan perasaan dan mengungkapkan rasa duka kepada
orang lain.

14
6) Jelaskan kepada klien bahwa waktu berduka dapat menjadi waktu
untuk berkembang, waktu untuk belajar dan bertumbuh guna
mengumpulkan kekuatan untuk maju.
Rasional : proses berduka memungkinkan klien menyesuaikan diri
dengan perubahan dalam hidupnya dan mulai meraih kesempatan di
masa depan.
7) Ajarkan klien dan keluarga atau orang terdekat tentang proses
berduka.
Rasional : klien dan keluarga atau orang terdekat dapat memiliki
sedikit atau tidak memiliki pengetahuan tentang berduka atau proses
pemulihannya.

3. Diagnosa 3: Berduka yang berhubungan dengan kehilangan aktual.


a. Tujuan umum
1) Klien dapat mengalami proses berduka secara normal.
2) Klien dapat melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap.
3) Klien dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan
yang nyata dan harus dilalui.
b. Intervensi
Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
1) Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
Rasional : mengetahui perasaan duka klien yang dirasakan.
2) Tingkatkan kesadaran klien secara bertahap tentang kenyataan,
kehilangan, apabila ia sudah siap secara emosional.
Rasional : klien dapat menerima keadaan kehilangannya..
3) Dengarkan klien dengan penuh pengertian dan jangan menghakimi.
Rasional : memberi kenyamanan klien saat bercerita.
4) Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan.

15
Rasional : memberi pengertian kepada klien tentang keadaannya
yang wajar terjadi.
5) Beri dukungan kepada klien secara non verbal, seperti memegang
tangan, menepuk bahu dan merangkul.
Rasional : memberi sikap empati dan kenyamanan kepada klien.
6) Jawab pertanyaan klien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat.
Rasional : klien memahami masukan dari perawat.
7) Amati dengan cermat respon klien selama berbicara.
Rasional : mengetahui reaksi verbal maupun verbal dari klien.
8) Tingkatkan secara bertahap kesadaran klien terhadap kenyataan.
Rasional : dapat menyadarkan klien dari tahap kehilangannya dan
mampu menerima keadaan.
9) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah memberi
dorongan, memberi kesempatan kepeda klien untuk mengungkapkan
rasa marahnya secara verbal, tanpa melawan dengan kemarahan.
Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari
perasaan frustasi dan ketidakberdayaan.
10) Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya misalnya
marah, menangis.
Rasional : menerima respon dari semua respon kesedihannya.
11) Dengarkan dengan empati, jangan memberi respon yang mencela.
Rasional : memberikan perhatianm saat klien bercerita.
12) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah
membantu klien mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
13) Amati perilaku klien.
Rasional : mengetahui respon verbal dan non verbal.
14) Diskusikan bersama klien mengenai perasaannya.
Rasional : mengetahui perasaan yang dialami klien.
15) Tingkatkan harga diri klien.
Rasional : memberikan kpercayaan diri kepada klien.

16
16) Cegah tindakan menciderai diri.
Rasional : mencegah melakukan tindakan menciderai diri sendiri dan
orang lain.
17) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah
mengidentifikasi tingkat depresi, resiko menciderai diri, dan
membantu klien mengurangi rasa bersalah.
18) Bantu klien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait dengan
kenyataan.
Rasional : dukungan positif memberi empati terhadap klien.
19) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya, bila perlu
biarkan ia menangis dan tetap didampingi.
Rasional : agar klien merasa puas saat bercerita.
20) Cegah tindakan menciderai diri.
Rasional : mencegah melakukan tindakan menciderai diri sendiri dan
orang lain.
21) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penerimaan adalah
membantu klien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakan.
22) Sediakan waktu untuk mengunjungi klien secara teratur.
Rasional : memantau dan mengetahui perkembangan klien.
23) Bantu klien/keluarga untuk berbagi rasa, karena biasanya setiap
anggota keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang
bersamaan.
Rasional : mendengarkan dan memberi pengertian terhadap tahap
yang dihadapi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang


sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011 :
173).

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Putri, Silfi. 2014. Kajian Asuhan Keperawatan Gangguan Psikososial :


Kehilangan. Alamat:
http://stikespku.com/digilib/files/disk1/2/stikes%20pku--silfianaan-60-1-
silfiana-i.pdf

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

19

Anda mungkin juga menyukai