A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare
untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola
makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji
untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa
BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
3. Riwayat Keperawatan Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi,
faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari
3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules,
muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah,
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh
dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari,
diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
4. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
a. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan
semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai
seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi
pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
b. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat
mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
c. Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia
sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap
perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang
dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang
penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi
yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan
haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert
Priharjo, 1995)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga
yang berhubungan dengan distribusi penularan.
b. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang
kurang mudah terkena kuma penyebab diare.
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara
bermain anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya
kuman lewat Fecal-oral.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga
(orang tua).
e. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene
berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat
berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.
Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap
dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat
badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan
rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat
diberikan makananpadat atau makanan cair.
2) Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir,
darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman
penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji
untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3) Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat
terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga
menjadi rewel.
4) Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
a. Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-
tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut
nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa
bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang.
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan
peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus
a. Sistem Neurologi
b. Subyektif
Klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang
c. Inspeksi
Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan
atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis,
samnolen, delirium, stupor dan koma.
d. Palpasi, adakah parese, anestesia,
e. Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
f. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :
- Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-) caput
sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit
kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak
cekung.
- Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah
icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis
atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
- Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan
asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis
respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil
O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.
- Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh
pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya
menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
- Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering,
sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup
maximal umur 2 tahun.
- Mata, tekanan bola mata dapat menurun,
- Telinga, nyeri tekan, mastoiditis
g. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit
kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi
sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
h. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki
terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus
cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart
rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan
perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji
frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar
pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri
umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi,
auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan
lainnya. Kaji tekanan darah.
i. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau
subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan,
adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau
ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi,
tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho
pnemonia atau infeksi lainnya.
j. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih
dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah.
Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan
abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma
stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan
lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-).
Hepar dan lien tidak teraba.
k. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio
mayor menutupi labia minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-).
BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau
sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
l. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurunPalpasi, hipotoni,
kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
a. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Faeces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan
kadar gula, Biakan dan uji resistensi
2) Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
4) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang
memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA
Lateral.
9. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
1) Jenis cairan
cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan
Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare, Formula
sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB >
2500 (aterm) D10%, Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS, Usia 3
bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia > 3 tahun D51/2NS, HSD (Half
Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia
3 bulan.
2) Jalan pemberian
Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau
minum serta kesadaran baik)
Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak
mau makan dan kesadaran menurun).
IV (intra vena) line bila dehidrasi berat
3) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
Defisit (derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurent loss)
Rumatan (maintenance)
4) Jadwal/kecepatan
Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada tingkat
dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan
dilanjutkan maintenance.
Obat-obatan
Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30
mg, Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
Obat antispasmotiliti
Papaverin, opium. Loperamid
Antibiotik
b. Penyebab jelas, ada penyakit penyerta
1) Dietetik
Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg
- Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah
- Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
- Makanan padat/ maknan cair/susu
- Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu
sapi dapat diberikan elemental/semi elemental formula.
c. Supportif
Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
Vitamin B kompleks, vit C
1. MASALAH KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses
dan muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.
1. INTERVENSI
1. 1. DX. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Criteria :
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
1. Penatalaksanaan rehidrasi :
1. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG,
oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
1. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit
(penyakit penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line
sebai pengganti cairan yang telah hilang.
1. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN
untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
Tujuan :
Criteria :
Intrvensi :
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme
dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit.
Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan
melaksanakan apa yang diketahuinya.
1. Kolaborasi :
1. Dietetik
anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga
intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line
sebai pengganti cairan yang telah hilang.
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh
terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
1. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
Tujuan
kecemasan berkurang
Intervensi
1. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang
tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-
satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
1. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam membantu klien.
Tujuan
Intervensi
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta
latar belakang pengetahuan sebelumnya.
1. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
1. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian
serta efek samping yang mungkin timbul.