Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Keperawatan Anak 1

Pengampu : Ns. Dian Nur Wulanningrum, M.Kep

UMI NAVIATUN MAESAROH

S19050

S19A

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2020/2021
A. KONSEP ATRAUMATIC CARE
1. Pengertian
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan
sebagai terapi bagi anak. Bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan layanan kesehatan anak, melalui penggunaan
tindakan yang dapat mengurangi stress fisik dan psikologis pada anak maupun
orangtuanya (Hockenberry & Wilson 2011) Atraumatic care sebagai bentuk
perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan.
Dilakukan melalui tindakan pencegahan, penetapan diagnosis, pengobatan &
perawatan baik pada kasus akut maupun kronis.
2. Prinsip Perawatan Atraumatic pada Anak

Pada umumnya anak yang dirawat di RS akan timbul rasa takut baik
pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman
mendapatkan imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau dokter akan
menyakiti dan menyuntik. Selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya
dengan orang tua atau saudaranya. Lingkungan dirumah tentu berbeda bentuk
dan suasananya dengan ruang perawatan. Reaksi pertama selain ketakutan,
tidak mau makan dan minum bahkan menangis. Untuk mengatasi masalah
tersebut adalah memberikan perawatan atraumatik.

Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh


perawat anak (Hidayat, 2005) yaitu :

a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari


keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami
gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya
kasih sayang. Untuk mencegah atau meminimalkan dampak
perpisahan dari keluarga dapat dilakukan dengan cara
melibatkan orangtua berperan aktif dalam perawatan anak di
RS.
b. Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol
perawatan pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orangtua pada anak diharapkan
anak mampu dalam kehidupannya.
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknik misalnya, distraksi, relaksasi,imaginary. Jika
pencegahan tidak dilakukan dan nyeri berlangsung lama dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psiologis
yang sangat berarti dalam kehidupan anak dan mengganggu
proses tumbuh kembang anak.
e. Modifikasi lingkungan fisik
Modifikasi lingkungan fisik RS yg bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi
lingkungan anak sehingan anak selalu berkembang dan merasa
nyaman di lingkungannya.
3. Prinsip Utama Asuhan Terapeutik
a. Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orangtua &
anak dengan menggunakan pendekatan family centred care
(FCC).
b. Cegah atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa
nyeri karena tindakan perlukaan (misalnya, disuntik) tidak akan
bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan
teknik distraksi atau relaksasi.
c. Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan
anaknya dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
orangtua.
B. KONSEP FAMILY CENTER CARE (FCC)
1. Pengertian
Family centered care merupakan hal terpenting dalam hospitalisasi
anak yang mengharuskan anak untuk tinggal dan dirawat di RS dan harus
menjalani perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Hospitalisasi
merupakan proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dan dirawat di RS
dan harus menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah (Purmailani, 2014). Stres hospitalisasi dapat menyebabkan anak
mengalami efek negatif jangka pendek maupun jangka panjang umumnya
dalam bentuk perilaku menyerang, kelesuan, ketakutan, gangguan tidur
terutama bagi anak-anak usia dibawah 17 tahun (Hockenberry, 2011)
Konsep Family centered care merupakan filosofi dalam keperawatan
anak yang mengakui peran keluarga sebagai bagian yang penting selama anak
sakit (Hockenberry, 2011). Family centered care meyakini adanya dukungan
individu, menghormati, mendorong, dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga. Family centered care merupakan hal terpenting dalam
hospitalisasi anak didasarkan pada kolaborasi antara perawatan klinis yang
berdasarkan pada perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan kesehatan
(American Academy of pediatric, 2012).
2. Manfaat Family Centered Care
a. Keluarga memiliki kepercayaan & kemampuan merawat anak
b. Ketergantungan keluarga terhadap perawatan profesional berkurang
c. Biaya perawatan berkurang
d. Perawat mengalami kepuasan pemberian askep
e. Pemberdayaan orangtua & tenaga kesehatan mengembangkan skill &
keahlian baru
f. Membangun kerjasama antara perawat dan orangtua untuk
meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak
3. Konsep Family Centered Care
a. Memberdayakan
Memberdayakan orangtua, keluarga dan perawat untuk
mengembangkan skill baru
b. Mendukung
Perawat bertugas mensuport, memotivasi, dan memberikan edukasi
c. Sejajar
Perawat dalah mitra sejajar dengan keluarga pada konsep FCC ini
d. Kolaborasi
Kolaborasi antara perawat dengan anaknya dan keluarganya
4. Element penting Family Centered Care
a. Kolaborasi keluarga & perawat
b. Saling tukar informasi yang lengkap & jelas
c. Pemahaman & penghormatan pada keberagaman
d. Menghormati metode koping yg berbeda
e. Fasilitasi kerjasama keluarga dengan keluarga
f. Menghargai keluarga sebagai keluarga, anak sebagai anak
C. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan fisik,
intelektual, emosional, dan social, dan bermain merupakan media yg baik
untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
2. Fungsi Bermain pada Anak
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreatifitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi.
3. Tujuan Bermain
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak sakit
anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di RS.
4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Pada saat
kondisi anak sedang menurun atau anak dirawat di RS orangtua dan
perawat harus jeli memilihkan permainan yg dapat dilakukan anak.
c. Jenis kelamin anak
Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan, untuk mengembangkan daya pikir,
imajinatif, kreativitas, dan kemampuan social anak.
d. Lingkungan yang mendukung
Aktivitas bermain yg baik untuk perkembangan anak salah satunya
dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orangtua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk
anak. Disesuaikan dengan usia anak, utamakan permainan yg dapat
menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak.
5. Prinsip bermain di RS
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat & sederhana
b. Butuh warna yg cukup
c. Alat permainan yg sesuai usia dan dapat dibersihkan
d. Ruang untuk bermain
e. Mengetahui cara bermain
f. Teman bermain yg seusia
g. Mempertimbangkan keamanan & infeksi silang
h. Melibatkan orangtua/keluarga pasien
6. Bentuk permainan sesuai usia
a. Bayi (0-12 bulan) karakteristik permainan : sense of pleyssur play
(0-3 bulan) : mainan gantun warna terang & musik yg menarik
(4-6 bulan) : mainan yg mudah dipegang & terang
(7.12 ulan) : mencoret kertas, boneka, dll.
b. Toddler (>1-3 tahun) : solitary play & paralel play
(1-2 tahun) : sering melakukan permainan sendiri
(2-3 tahun) : akan secara paralel berkomunikasi walapun begitu jelas
dan lancar
Jenis permainan : boneka, alat memasak, pasir, lilin warna-warni.
c. Prasekolah (>3-6 tahun) kemampuan motorik kasar & halus lebih
matang. Anak akan melakukan permainan bersama temannya dengan
komunikasi yg sesuai kemampuan temannya.
Jenis permainan : associate play, dramatic play & skill play
d. Usia sekolah (6-12 tahun) Mengembangkan sensitivitas anak untuk
terlibat dalam kelompok dan bekerjasama, Anak lebih mampu
bekerjasama dengan teman sepermainannya, Pergaulan dengan teman
menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk, Kamampuan
sosial semakin meningkat, fase peralihan, meninggalkan masa kanak-
kanak dan memasuki usia dewasa dan bertindak sebagai individu.
Permainan konstruktif : olahraga basket, karangtaruna, remaja masjid
dll.
7. Pelaksanaan terapi Bermain
a. Sarana & Media
Jangan sampai sarana & media jangan sampai menyakiti anak harus
keamanan, tidak terjadi infeksi.
b. Setting Tempat
Orangtua, anak dan fasilitator yg bertugas memfasilitasi dan
memotivasi anak.
c. Pengorganisasian
Waktunya kapan, Berapa lama bermain, diikuti berapa anak, usianya
berapa saja dan siapa yg menjadi leader, fasilitator, observer itu perlu
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/197249660/Makalah-atraumatic-Care

https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk

https://id.scribd.com/doc/159481094/Konsep-Bermain-Pada-Anak

Anda mungkin juga menyukai