Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Atraumatic Care


Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan
oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui
penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres
psikologis yang dialami anak maupun orang tua (Supartini, 2015).
Atraumatik care adalah perawatan yang tidak menimbulkan
adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan
bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus kepada anak
sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang, sangat
penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan.

B. Tujuan Penerapan Prinsip Atraumatic Care Pada Anak


1. Meminimalkan dampak hospitalisasi
2. Mencegah/meminimalkan perpisahan anak dengan orang tua/keluarga
3. Optimalisasi asuhan anak sesuai tingkat tumbuh kembang anak
4. Memfasilitasi tumbuh kembang anak

C. Prinsip Atraumatic Care


1. Menurunkan atau Mencegah Dampak Perpisahan Dari Keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang,
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat di
rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya,
maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak
cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya
anak bereaksi negatif waktu pulang ke rumah. Selama anak
mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat dukungan
moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan materil
berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika
dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan
sangat berkurang. Untuk mencegah atau meminimalkan dampak
perpisahan dari keluarga dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang
tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan
mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika
tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk
melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak
antar mereka dan mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah,
diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman
sekolah dan lain-lain.
2. Meningkatkan Kemampuan Orang Tua Dalam Mengontrol Perawatan
Pada Anak

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak
mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam
segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang
tua dalam mengawasi perawatan anak. Dan fokuskan intervensi
keperawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang
tua.
3. Mencegah atau Mengurangi Cedera (Injury) dan Nyeri (Dampak
Psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh
dan rasa nyeri dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis
anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa
nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
memberikan dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan
terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya
dengan bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang
akan dilakukan pada anak. Aktivitas bermain dilakukan perawat pada
anak akan memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan
antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien,
aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri
pada anak, dan bisa mengekspresikan perasaan anak.
Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan
atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak
dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi
ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada
perawat sebagai pendamping anak.

Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa


takut akibat prosedur yang menyakitkan. Pada tindakan pembedahan
elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila
memungkinkan. Misalnya, dengan mengorientasikan
kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain.
4. Tidak Melakukan Kekerasan Pada Anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis
yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada
saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan
pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan
kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawatan
yang berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD).
5. Modifikasi Lingkungan Fisik.
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak
dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi
lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman
di lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat
situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan tersebut
memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya
gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta
sarung bantal yang berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat
dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya berwarna ceria.
Ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh tim
kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah
atau meminimalkan stresor fisik dan psikis yang meliputi prosedur
yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur
yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan
lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga
yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang sedang
dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit
yang dialami anak.

D. Hambatan Perawat Anak Dalam Pelaksanaan Atraumatic Care


1. Perbedaan Persepsi Orang Tua Atau Keluarga Dengan Perawat.
Dalam pelaksanaan atraumatic care, perawat anak memiliki
hambatan yang dikarenakan oleh perbedaan persepsi orang tua atau
keluarga. menyatakan bahwa perbedaan persepsi dikarenakan
kurangnya kepekaan perawat terhadap harapan dan kebutuhan dari
keluarga. Selain itu, pentingnya negosiasi antara orang tua dengan
perawat untuk menghindari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
orang tua
Orang tua akan memiliki persepsi yang sama ketika perawat
mampu menjelaskan prosedur tindakan dengan tepat, dan keluarga
dapat menerimanya. Selain itu perawat harus mampu berperan sebagai
komunikator dengan orang tua sehingga tidak terjadi miskomunikasi
dan perbedaan persepsi.
2. Keterbatasan Fasilitas Rumah Sakit
Keterbatasan fasilitas rumah sakit menjadi hambatan karena,
Rumah Sakit terkhusus ruang anak harus menyediakan ruang tindakan
khusus untuk pengendalian infeksi saat melakukan tindakan invasif
Selain itu, harus mempunyai ruang bermain khusus untuk
mensejahterakan anak baik mental maupun fisik. mendatangkan badut
ke Rumah Sakit juga mempunyai dampak positif bagi anak-anak,
karena badut dapat mengalihkan perhatian mereka. Tetapi, berbeda
dengan bahwa rumah sakit seharusnya memiliki fasilitas yang lebih
efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan manajemen fasilitas di
lingkungan kesehatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi infeksi
nosokomial. Hal tersebut bertolak belakang dengan konsep ruang
bermain yang bersifat tidak efisien dan efektif seperti ruangan yang
penuh dengan mainan ataupun gambar- gambar yang ditempel di
dinding yang dapat menyebabkan infeksi.
3. Kurangnya Dukungan Orang Tua Dan Keluarga
Kurangnya dukungan keluarga menjadi hambatan hal tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Perawat memerlukan
dukungan dari keluarga untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Dukungan orang tua dan keluarga memiliki dampak positif
bagi perawat maupun anak, sehingga perawat mampu melakukan tindakan
atraumatic care dengan baik dan membuat anak merasa nyaman, dan
sejahtera.
4. Kurangnya Pengalaman Kerja Perawat
Kurangnya pengalaman kerja perawat menjadi hambatan dalam
pelaksanaan atraumatic care dikarenakan, minimnya pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki berpengaruh pada kualitas pelayanan yang
diberikan. bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan perawat juga
harus memiliki kompetensi dan kualitas pelayanan yang profesioanal yang
juga dipengaruhi oleh pengalaman dan masa kerja perawat. bahwa
pengalaman kerja perawat tidak berpengaruh terhadap pelayanan dan
tindakan yang diberikan tetapi, faktor internal perawat sendiri misalnya,

persepsi dan komitmen akan pekerjaannya. Selain itu, perawat baru


luluspun dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang baik. Sebab
perawat yang baru lulus masih memiliki ilmu yang baru dan dapat
mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Atraumatic


Care Di Rumah Sakit
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam
melaksanakan atraumatic care di rumah sakit. menyatakan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
menjadi rasional untuk seseorang berperilaku terdiri dari persepsi,
pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat, dan sikap.
1) Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut. Perawat akan melaksanakan atraumatic
care apabila ia tahu apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip dan intervensi
atraumatic care tersebu.
2) Sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap seseorang terhadap objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
Secara lebih sederhana sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi
umum untuk berespon atau bertindak secara positif atau negatif terhadap
suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif. Sikap
membutuhkan penilaian, ada penilaian positif, negatif atau netral tanpa reaksi
afektif apapun.Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan atau
mempertahankan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sikap negatif
merupakan sikap yang menunjukkan, memperlihatkan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang
mendukung seseorang untuk bertindak (berperilaku) atau mencapai tujuan
yang diinginkan, seperti pengalaman, fasilitas, dan sosiobudaya . Fasilitas
atau sarana di rumah sakit sangat diperlukan untuk mewujudkan sikap
perawat agar menjadi tindakan, seperti tersedianya ruang bermain atau alat-
alat permainan untuk melakukan intervensi bermain pada anak, tersedianya
tirai bergambar bunga atau binatang lucu, hiasan dinding bergambar dunia
binatang atau fauna, papan nama pasien bergambar lucu, dan tersedianya
pakaian berwarna warni untuk perawat di ruang anak.
Daftar Pustaka

Lilis Magfuroh. 2016. Atraumatic Care Menurunkan Kecemasan Hospitalisasi


Pada Anak Prasekolah Di Ruang Anggrek Rsu Dr. Soegiri
Lamongan.Lamongan. Vol.8, No.1.

Ramadini Marniaty de Breving. 2015. Pengaruh Penerapan Atraumatic Care


Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di
Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Manado : eJournal Keperawatan. Vol.3, No.2.

Liya Apriani, Kasmirah, Natalia R. Yulianti . Hambatan Perawat Anak Dalam


Pelaksanaan Atraumatic Care Di Rumah Sakit Di Kota Salatig. Jurnal
Keperawatan Anak. Volume 2, No. 2, November 2015; 65-71.

Anda mungkin juga menyukai