Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK

SAP TERAPI BERMAIN ANAK


BERMAIN “MOZAIK” PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-5 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh: Kelompok C3-D

Ucik Nurmalaningsi, S.Kep 131913143072


Kusnul Chotimah, S.Kep 131913143073
Teguh Dwi Saputro , S.Kep 131913143074
Herlyn Afifah Nurwitanti, S.Kep 131913143075
Isnaini Via Zuraiyahya, S.Kep 131913143076
Alex Susanto, S.Kep 131913143077
Puji Setyowati, S.Kep 131913143078

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disahkan oleh Pembimbing SAP terapi bermain anak “Bermain
Mozaik” di ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Disusun oleh:
1.Ucik Nurmalaningsi, S.Kep 131913143072
2.Kusnul Chotimah, S.Kep 131913143073
3.Teguh Dwi Saputro, S.Kep 131913143074
4.Herlyn Afifah Nurwitanti, S.Kep 131913143075
5.Isnaini Via Zuraiyahya, S.Kep 131913143076
6.Alex Susanto, S.Kep 131913143077
7.Puji Setyowati, S.Kep 131913143078

Surabaya, 12 Januari 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Program Studi Pendidikan Profesi Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya

(Sri Astutik, S.Kep.,Ns)


(Praba Diyan Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIP. 197010231994032003
NIP. 198611092015042002
NIP. Kepala Ruangan
Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

(Suparmiasih, S.Kep.,Ns.)
NIP. 195806141980031010
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anak prasekolah dimana anak berusia rentang 3-6 tahun (Potter, 2009). Pada

usia ini anak mengalami perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya

hidup yaitu mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif,

spiritual dan prestasi sosial (Hockenberry, M.J & Wilson, 2009). Usia yang disebut

golden age, yang artinya anak berada dimasa peka yaitu masa yang mudah dalam

menerima stimulasi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tahapan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (Dwi Agustina Nurlaeli, 2015).

Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak untuk

tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kerumah

(sa’diah, hardiani, dkk, 2018). Bagi anak hospitalisasi merupakan pengalaman yang

tidak menyenangkan, dan muncul berbagai respon tanpa terkecuali adalah cemas

(Al-Ihsan, Santi, dkk, 2018). Anak prasekolah yang mengalami kecemasan akan

berakibat terganggunya anak dalam hal tumbuh dan berkembang. Gangguan

tersebut yakni salah satunya ialah dalam hal psikomotor, anak akan cenderung

diam, takut dan tidak aktif dalam beraktifitas layaknya anak umumnya dan

menyebabkan gangguan psikomotor yang kurang diasah.

Anak usia prasekolah pada dasarnya lebih aktif, kreatif, dan imajinatif

dalam melakukan permainan, selain itu kemampuan motoriknya sudah lebih

matang dibanding usia toddler. Karena itulah anak usia pra sekolah harusnya yang

paling diasah dalam kemampuan psikomotornya, usaha yang bisa diberikan dalam

mengasah yakni permainan yang lebih bervariasi. Beberapa penelitian


menunjukkan bahwa permainan dapat digunakan sebagai tindakan terapeutik

seperti bermain puzzle, mewarnai, menggambar, dan origami (Lestari, 2015).

Mozaik merupakan salah satu permainan yang merangsang motorik halus.

Pengertian Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang

menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat

dengan cara dipotong- potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun

dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem

Anak-anak di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo, Surabaya masih banyak

yang cemas, menangis dan menolak ketika akan dilakukan tindakan keperawatan

dan menolak perawatan yang dijalani (tidak kooperatif). Sehingga dapat

menyebabkan kecemasan dan menjadi diam, serta tidak aktif. Peran perawat dalam

meminimalkan tersebut pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi sangat

diperlukan agar anak lebih kooperatif, aktif, dan tidak ada gangguan perkembangan

segi motorik. Intervensi yang dapat diberikan adalah terapi bermain yakni terapi

mozaik.

1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain mozaik selama kurang lebih 30
menit diharapkan anak dapat terstimulasi kemampuan motorik dan
kreativitasnya.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia pra sekoah
2. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam menempel kertas berwarna dan
digabungkan menjadi sebuah bentuk.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial, afektif, fan bahasa anak yaitu
berinteraksi sesama teman
4. Meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi
5. Meminimalkan dampak hospitalisasi termassuk rasa takut takut dengan
tenaga kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Terapi Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak baik secara fisik maupun secara psikologis (Dian, 2013).
Melalui bermain semua aspek perkembangan anak di tumbuhkan sehingga anak
menjadi lebih sehat dan cerdas. Bermain pada anak usia pra sekolah telah terbukti
mampu meningkatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak. daya pikir anak
terangsang untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial, serta fisiknya.

Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk


permainan anak-anak di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling
mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaanya sesuai dengan kebutuhan
mereka.
2.2 Tujuan Terapi Bermain
Menurut Wong, et al (2009) bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Bermain dirumah sakit memberikan
manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak,
selain itu tujuan terapi bermain adalah menciptakan suasana aman bagi anak-anak
untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi,
mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain dirumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase
tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap kecemasan. Permainan juga sangat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak (santrock, 2007).
2.3 Fungsi Bermain
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkann
dengan bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat
berkembangan secara optimal, adapun fungsi bermain menurut Saputro & Fazrin,
2017, yaitu :
1. Perkembangan sensori-motorik : aktivitas sensori-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot
2. Perkembangan intelektual : anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya, teruatam mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Misalnya, anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainnya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi, akan melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial : perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinterajsu dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima
4. Perkembangan kreativitas : berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu mewujudkan kedalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya
5. Perkembangan kesadaran diri : melalui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap orang lain
6. Bermain sebagai terapi : pada saat anak dirawat dirumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti :
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi).
2.4 Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak
yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-20 menit dapat
membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak menyebabkan anak
kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan Adriana, 2011, yang
menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari
tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit
dan tahap penutup 5 menit. Lama pemberian terapi bermain bisa bervariasi,
idealnya dilakukan 15-30 menit dalam sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan
terapi ini dapat memberikan mekanisme koping dan menurunkan kecemasan
pada anak.
2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan harus
memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan
yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka 23 yang dipeluk
anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari,
mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya,
tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan lama serta ukurannya
menyesuaikan usia dan kekuatan anak.
3. Sesuai dengan kelompok usia. Pada rumah sakit yang mempunyai tempat
bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia
karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang
lebih tinggi.
4. Tidak bertentangan dengan terapi yang sudah ada di Rumah Sakit. Terapi
bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi
mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya
dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak
boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada
di ruang rawat.
5. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang mengemukakan
tentang terapi bermain. Menurut Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam
terapi adalah sangat penting, hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada
anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah
sakit seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam
perawatan 24 anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak
hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga tidak hanya
mendorong perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial anak, namun
juga akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif,
kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini
juga dapat membangun kesadaran buat anggota keluarga lain untuk dapat
menerima kondisi anak sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bratton, 2005, keterlibatan orangtua dalam pelaksanaan terapi bermain
memberikan efek yang lebih besar dibandingkan pelaksanaan terapi bermain
yang diberikan oleh seorang profesional kesehatan mental. Menurut Perawat
hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan dilakukan oleh
perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari
awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan
perawat dan orang tua anak lainnya.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Green, 2010, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
dirumah sakit, yaitu :
1. Faktor presdiposisi
Merupakan suatu hal-hal yang menjadi rasional atau motivasi berperilaku
diantaranya :
a. Pengetahuan (cognitif)
Aktifitas bermain dilakukan oleh perawat diruangan untuk
meminimalkan dampak hospitalisasi dimulai dari dominan kognitif.
Perawat perlu mengetahui tentang arti, fungsi, klasifikasi, tipe,
karakteristik bermain pada anak, faktor-faktor yang mempengaruhi
bermain, prinsip, dan fungsi bermain dirumah sakit dan alat mainan yang
diperbolehkan.
b. Sikap (attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihakn
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak
(unfavorable) pada objek tersebut. sikap dikatakan suatu respon evaluative.
Respon hanya akan timbul apabila individu di hadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual.
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan suatu yang memfasilitasi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti kondisi lingkunga,
ada atau tidaknya sarana atau fasilitas kesehatan dan kemampuan sumber-
sumber masyarakat serta program-program yang mendukung atau
terbentuknya suatu tindakan.
3. Faktor Pendorong
Faktor pendorong merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan
seseorang atau kelompok atau menerima umpan balik yang positif atau
negative yang meliputi support sosial, pengaruh teman, nasehat dan umpan
balik oleh pemberi pelayanan kesehatan atau pembuatan keputusan, adanya
keuntungan sosial seperti penghargaan, keuntungan fisik seperti kenyamanan,
hadiah yang nyata, pemberian pujian kepada seseorang yang
mendemonstrasikan tindakannya. Sumber pendorong tergantung pada objek,
tipe program dan tempat. Di rumah sakit, faktor pendorong dirumah sakit bisa
berasal dari perawat, dokter, dan keluarga (Green, 2010).
2.6 Tahap Perkembangan Aktivitas Bermain
Tahap-tahap perkembangan bermain Menurut Jean Piaget tahapan
perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
sebagai berikut:
1. Sensori motor (sensory motor play)
Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini bermain
anak lebih mengandalkan indra dan gerak-gerak tubuhnya. Untuk itu, pada
usia ini mainan yang tepat untuk anak ialah yang dapat merangasang panca
indranya, misalanya mainan yang berwarna cerah, memiliki banyak bentuk
dan tekstur, serta mainan yang tidak mudah tertelan oleh anak.
2. Praoprasional (symbolic play)
Tahap ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak sudah
mulai bisa bermain khayal dan pura-pura, banyak bertanya, dan mulai
mencoba hal-hal baru, dan menemui simbol-simbol tertentu. Adapun alat
permainan yang cocok untuk usia ini adalah yang mampu merangsang
perkembangan imajinasi anak, seperti menggambar, balok/lego, dan puzzle.
Namun sifat permainan anak usia dini lebih sederhana dibandingkan dengan
operasional konkret.
3. Operasional konkret (social play).
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan nalar dan logika yang bersifat objektif.
Adapun alat permainan yang tepat untuk usia ini ialah yang mampu
menstimulasi cara berpikir anak. Melalui alat permainan yang dimainkan
anak dapat menggunakan nalar maupun logikanya dengan baik. Bentuk
permainan yang bisa digunakan di antaranya: dakon, puzzle, ular tangga,
dam-daman, dan monopoli. 4. Formal operasional (game with rules and
sport) Terjadi pada tahap anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan aturan-aturan yang sangat ketat dan lebih
mengarah pada game atau pertandingan yang menuntuk adanya menang dan
kalah
2.7 Hambatan yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
2.8 Antisipasi Hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
2.9 Permainan Mozaik
a. Pengertian Mozaik
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mozaik adalah seni
dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan
ditempelkan dengan perekat (Purwodarminto, 2001: 756). Pengertian
Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang
menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja
dibuat dengan cara dipotong- potong atau sudah dibentuk potongan
kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara
dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain: kepingan pecahan keramik,
potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk
membuat garis kontur yang membaasi ruangan atau bidang tidak
menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan-
tempelan yang berbeda warna (Mely Novikasari, 2012).

b. Fungsi Mozaik
Dalam pembelajaran mozaik pada anak usia dini, memeiliki
beberapa fungsi (Mely Novikasari, 2012), di antaranya: (a) fungsi praktis,
(b) fungsi edukatif, (c) fungsi ekspresi, (d) fungsi psikologis, (e) fungsi
sosial
a.Fungsi Praktis
Karya seni rupa (dalam hal ini karena kolase, mozaik dan montase
sebagai bagian dari seni rupa), selain bersifat individual sebagai media
ekspresi, karena manusia secara naluriah dalam kehidupannya mencintai
keindahan dan selalu berupaya menghadirkan sentuhan keindahan dalam
berbagai aspek kehidupannya, juga memiliki sifat pragmatis untuk
memenuhi fungsi praktis dan fisik sebagai benda-benda kebutuhan sehari-
hari (Mely Novikasari, 2012).
b.Fungsi Edukatif
Berkarya seni apapun telah terbukti secara tidak langsung sangat
membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran melalui
pendidikan seni dalam upaya untuk membantu pengembangan berbagai
fungsi perkembangan dalam diri seorang anak (Lina Wijanarko, 2013).
Kemampuan tersebut meliputi: fisik, daya pikir, daya serap, cita rasa
keindahan, kreativitas. Seorang anak akan lebih mudah belajar tentang
sesuatu bila melalui seni. Hal ini dikarenakan kegiatan berseni seni pada
anak seperti halnya anak sedang bermain, sehingga dalam proses
pembelajarannya pun akan berlangsung dengan menyenangkan. Oleh
karena itu usia berapapun proses berseni selalu dapat terlaksana berkat rasa
senang (Mely Novikasari, 2012).
c.Fungsi Ekspresi
Unsur-unsur seni rupa kolase, mozaik dan montase seperti garis,
warna, bentuk dan tekstur merupakan ide-ide/gagasan, imajinasi,
pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud ekspresi
simbolis yang sangat pribadi (Lina Wijanarko, 2013). Fungsi ekspresi ini
banyak dijumpai pada seni murni, karena seni murni merupakan penuangan
ekspresi yang murni yang hanya sebagai media ekspresi diri, bukan
dilakukan untuk fungsi seni praktis. Pada kegiatan seni rupa anak, pada
umumnya memiliki sifat seni murni, karena anak belum menginginkan apa-
apa selain berseni sebagai perwujudan gagasan estetisnya (Mely Novikasari,
2012).
d.Fungsi Psikologis
Seni rupa di samping sebagai media ekspresi dapat pula
dimanfaatkan sebagai fungsi terapeutik sebagai sarana sublimasi,
relaksasi, yaitu sebagai penyaluran berbagai permasalahan psikologis yang
di alamai seseorang. Terapi melalui seni tidak mementingkan nilai tingkat
keindahan karya yang dihasilkan, tetapi lebih mementingkan terlaksananya
proses penyembuhan pengalaman traumatik dalam diri seseorang (Mely
Novikasari, 2012).
e.Fungsi Sosial
Kehadiran fungsi sosial menyediakan lapang pekerjaan dan
peningkatan taraf hidup melalui pengembangan industri kriya (banyak
dijumpai di art shopdengan karya kolase, mozaik). Bahkan melalui
kebebasan berekspresi dalam seni memungkinkan seorang seniman melalui
ekspresi simbolisnya dalam mengkritisi berbagai keadaan dalam
masyarakat yang perlu perbaikan. Seni dapat berfungsi sebagai indikator
tanda-tanda zaman yang berlangsung pada satu kurun waktu tertentu. Baik
sebagai monumen budaya, gaya hidup masyarakat, maupun sebagai ciri
peradaban yang sedang berlangsung (Lina Wijanarko, 2013). Fungsi Sosial
artinya kehadiran karya seni rupa terutama seni pakai pada umumnya
banyak membantu memecahkan berbagai persoalan sosial.
Menurut Agus Sachri (Mely Novikasari, 2012) bahwa seni dapat
berfungsi sebagai indikator tanda-tanda zaman yang berlangsung pada suatu
kurun waktu tertentu. Baik sebagai monumen budaya, gaya hidup
masyarakat, selera masyarakat maupun sebagai ciri peradaban yang sedang
berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa fungsi mozaik
pada anak usia dini, terdiri dari fungsi praktis (bersifat individual sebagai
media ekspresi), fungsi edukatif (membantu pendidikan melalui penerapan
metode pembelajaran melalui pendidikan seni), fungsi ekspresi
(pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud ekspresi
simbolis yang sangat pribadi), fungsi psikologis (fungsi terapeutik sebagai
sarana sublimasi, relaksasi), dan fungsi sosial (peningkatan taraf hidup
melalui pengembangan industri kriya).
BAB 3
SATUAN ACARA KEGIATAN TERAPI BERMAIN

Stase : Keperawatan Anak


Pokok Bahasan : Terapi Bermain Origami
Hari / Tanggal : Kamis, 16 Januari 2020
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB
Ruangan : Ruang Hemato Bona 2
Sasaran : Pasien di Ruang Bona 2 (Ruang Hemato) usia 3-5 tahun
tidak mempunyai keterbatasan fisik

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia pra sekoah
2. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam pemilahan bentuk yang tepat dalam
melipat kertas origami
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial, afektif, dan bahasa anak yaitu
berinteraksi sesama teman
4. Meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi
5. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan
C. Sarana dan Media
1. Sarana :
1. Ruangan tempat bermain
2. Tikar untuk duduk
2. Media permainan mozaik
1. Kertas lipat
2. Gunting
3. Lem
4. Hadiah
D. Setting Tempat

Keterangan

: Orang tua : Peserta penyuluhan

: Fasilitator : Leader

: Observer : Moderator

E. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik :Praba Diyan R, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembing Klinik : Sri Astutik, S.Kep., Ns
Moderator : Isnaini Via, S.Kep
Leader : Alex Susanto, S.Kep
Observer : Puji Setyowati, S.Kep
Fasilitator : Teguh dwi S, S.Kep
Ucik Nurmalaningsih, S. S,Kep
Kusnul Chotimah, S.Kep

F. Susunan Kegiatan

NO TAHAP TERAPI ANAK Ket.


DAN
WAKTU
1. Pendahuluan Pembukaan : 1. Menjawab
3 menit 1. Mengucapkan salam salam
berdoa, dan 2. Mendengarkan
memperkenalkan diri 3. Mendengarkan
2. Memperkenalkan 4. Mendengarkan
pembimbing dan saling
3. Memperkenalkan berkenalan
anak satu persatu dan 5. Mendengarkan
anak saling 6.
berkenalan dengan
temannya
4. Kontrak waktu anak
dan orang tua
5. Mempersilahkan
pemeran

2. Kegiatan inti Kegiatan bermain : 1. Mendengarkan


24 menit 2. Menjawab
1. Moderator pertanyaan
Menanyakan pada 3. Menerima
anak, anak mau permainan
bermain atau tidak 4. Bermain
2. Leader menjelaskan 5. Bermain
cara permainan dan 6. Mengungkapkan
membagikan perasaan
permainan kertas
bergambar
3. Leader dan fasilitator
memotivasi anak
4. Observer
mengobservasi anak
5. Moderator
Menanyakan perasaan
anak
3. Penutup Penutup : 1. Selesai bermain
3 menit 2. Mengungkapka
n perasaan
1. Leader menghentikan 3. Mendengarkan
permainan 4. Senang
2. Menanyakan perasaan 5. Senang
anak 6. Mengungkapka
3. Menyampaikan hasil n perasaan
permainan 7. Mendengarkan
4. Membagikan 8. Menjawab
souvenir/kenang- salam
kenangan pada semua
anak yang bermain
5. Menanyakan perasaan
anak
6. Leader menutup acar
7. Mengucapkan salam
G. Evaluasi
1.Evaluasi Struktur
a. Pembuatan SAP dan persiapan media mozaik dilakukan 5 hari sebelumnya
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
d. Peserta yang datang minimal 5 orang
2.Evaluasi Proses
a. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3.Kriteria Hasil
a. Acara dimulai dengan tepat waktu
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua dapat memahami manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ihsan, Muhammad, dkk. 2018. TerapiBermain Mozaik Terhadap Kecemasan


Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi. Jurnal
Keperawatan Volume 6, Nomor 1 63-70
Saputro, Heri; Fazrin, Intan. 2017. Anak Sakit WajibBermain di Rumah Sakit.
Ponoro : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Soemantri, Ms. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia
Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Rohmah, Nikamtur. 2018. Buku Terapi Bermain Nikmatur. Jember : LPPM
Universitas Muhamadiyah Jember
https://www.researchgate.net/publication/330202233
Wong DL. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Yusnani. 2017. Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Permainan melipat
Kertas Origami di Taman Kanak-kanak Mekar Jaya Kec. Bengkunat
Belimbing Pesisir Barat. Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
DAFTAR HADIR PESERTA
TERAPI BERMAIN TENTANG "PERMAINAN MOZAIK”
PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-5 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Hari, tanggal :
Waktu :
No Nama Tanda tangan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
DAFTAR HADIR PANITIA
TERAPI BERMAIN TENTANG "PERMAINAN MOZAIK”
PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-5 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Hari, tanggal :
Waktu :
No Nama Tanda tangan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
DAFTAR HADIR PEMBIMBING
TERAPI BERMAIN TENTANG "PERMAINAN MOZAIK”
PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-5 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Hari, tanggal :
Waktu :
No Nama Tanda tangan
1. Praba Diyan R, S.Kep.,Ns.,M.Kep 1.

2. Sri Astutik, S.Kep.,Ns 2.

3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
LEMBAR EVALUASI
TERAPI BERMAIN TENTANG "PERMAINAN MOZAIK”
PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-5 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
No Keterlaksanaan (Sesuai dengan
Struktur Penilaian Hasil yang Ingin Dicapai)
Ya Tidak
Leader
1 Membuka acara penyuluhan
2 Memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
3 Menyebutkan kontrak waktu
penyuluhan.
4 Memotivasi peserta untuk bertanya
5 Memimpin jalannya diskusi dan
evaluasi
6 Menutup acara penyuluhan.
Pemeran
7 Menjelaskan materi terapi bermain
anak melalui metode mendongeng
8 Memotivasi peserta untuk tetap aktif
dan memperhatikan proses terapi
bermain anak
9 Menjawab pertanyaan peserta.
Fasilitator
10 Ikut bergabung dan duduk bersama di
antara peserta
11 Menjawab pertanyaan jika ada peserta
yang bertanya kepadanya
12 Memotivasi peserta untuk berpartipasi
dalam terapi bermain anak
13 Menjelaskan tentang istilah atau hal-
hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
Observer
14 Mencatat nama, dan jumlah peserta,
serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan
jalannya proses terapi bermain anak
15 Mengamati perilaku verbal dan non
verbal peserta selama proses terapi
bermain anak.
16 Mengevaluasi hasil penyuluhan
dengan rencana terapi bermain anak
17 Menyampaikan evaluasi langsung
kepada pemeran yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana terapi bermain
anak.

Surabaya, Januari 2020


Observer

( …………………………)
I. Penyajian
No. Aspek Yang Dinilai Bobot
1 2 3 4
1. Sesuai waktu yang dialokasikan
2. Menggunakan bahasa yang bisa
dimengerti
3. Kelancaran dan kejelasan penyajian
4. Kemampuan mengemukakan intisari
penyuluhan
5. Penampilan penyaji dalam penyuluhan
TOTAL : ……………..

II. Isi Penyuluhan ( Bobot : 4 )


No. Aspek Yang Dinilai Bobot
1 2 3 4
1. Kesesuaian TIK denga TIU
2. Kesesuaian materi dengan TIK
3. Kesesuaian kegiatan penyuluhan
4. Kesesuian Media/ alat dan sumber
5. Kesesuian alat evaluasi
TOTAL : ……………..

III. Tanya Jawab ( Bobot : 3)


No. Aspek yang Dinilai Bobot
1 2 3 4
1. Ketepatan Menjawab
2. Kemampuan mengemukan argument
3. Sikap penyuluh menanggapi pertanyaan
TOTAL : ……………..

Score Akhir = ( Penyajian + Isi + Tanya Jawab ) X 100 = ……..


52
Keterangan :
Surabaya, Januari 2020
1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik
(_________________________________)
4 : Sangat Baik
NIP.

Anda mungkin juga menyukai