Anda di halaman 1dari 9

TERAPI BERMAIN PADA ANAK PRESCHOOL

DI RUANG ANAK (C1L1)


RSDK SEMARANG

Disusun :
Dhini Noor HA
NIM. G6B206094

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN VI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2007
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak. Aktifitas bermain mempunyai peran penting dalam proses
tumbuh kembang anak. Hospitalisasi menimbulkan kecemasan tersendiri
bagi anak karena merasa terpisah dengan keluarga dan takut terhadap
prosedur perawatan. Selain itu, hospitalisasi mengurangi aktifitas bermain
pada anak. Untuk mengurangi kecemasan, kejenuhan dan supaya proses
tumbuh kembang tetap berjalan, terapi bermain perlu dilakukan pada anak
selama hospitalisasi. Selain itu terapi bermain sangat penting sebagai
media untuk anak dalam mengekspresikan perasaannya, seperti cemas dan
takut. Perawat dapat menggunakan terapi bermain untuk mempermudah
komunikasi dengan anak (Marks,1998).

B. TUJUAN
Terapi bermain yang akan dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan pada anak selama menjalani
proses hospitalisasi.
2. Untuk memenuhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak selama
proses hospitalisasi.

C. SASARAN
Pasien anak prasekolah dengan diare di Ruang anak (C1L1)
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Anak usia prasekolah berkembang dari perilaku sensorimotor sebagai
alat pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi pembentuk
pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan
sosial. Dalam aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif,
menunjukkan eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan,
peningkatan aktifitas bermain, anak dapat menggunakan dan
mengendalikan dirinya sendiri.

B. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI


1. Aman
2. Disain jelas
3. Berfungsi untuk meningkatkan imajinasi anak, kemampuan
berinteraksi dengan teman sebaya, pengenalan akan diri sendiri.
4. Sederhana dan menarik
5. Bentuk umum dan tidak mudah rusak
6. Tidak mengeluarkan banyak energi

C. KARAKTERISTIK MENURUT TEORI


Karakteristik permainan anak usia prasekolah adalah :
1. Associative Play : dalam permainan ini, anak berinteraksi dengan
teman yang lain tetapi tidak terorganisasi karena tidak ada yang
memimpin permainan dan tujuan permainan tidak jelas.
2. Dramatic Play : anak bermain peran sebagai proses identifikasi
terhadap peran tertentu.
3. Skill Play : permainan yang meningkatkan ketrampilan motorik kasar
dan halus. Semakin sering berlatih, anak akan semakin terampil.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. DESKRIPSI PERMAINAN
Terapi bermain yang akan dilakukan adalah menggambar sesuai
dengan arahan pemimpin

B. TUJUAN PERMAINAN
Permainan yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam proses hospitalisasi
2. Merangsang daya imajinasi anak
3. Mendorong anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya
4. Menstimulasi anak untuk mengenal dirinya
5. Melatih ketrampilan motorik halus anak

C. KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN


1. Kreatifitas
2. Pengendalian emosi
3. Intelegensi
4. Kemampuan motorik

D. JENIS PERMAINAN
Kegiatan bermain yang akan dilakukan adalah mewarnai.

E. ALAT BERMAIN
Alat bermain yang mendukung terapi bermain ini adalah :
Perlengkapan mewarnai seperti buku gambar, crayon/pastel, pensil dan
penghapus.
F. PROSES BERMAIN
- Anak dipersiapkan duduk diatas tempat tidur
- Anak diajak menggambar bersama kemudian :
1. Mula-mula anak ditawari untuk mewarnai dengan melibatkan orang
tua
2. Anak diberikan perlengkapan bermain
3. Anak didorong untuk mewarnai sesuatu yang sama sesuai dengan
imajinasi dan keinginannya.
4. Setelah menyelesaikan kegiatan mewarnai, anak diberi
reinforcement positif, misal pujian dandiberi nilai.

G. WAKTU PELAKSANAAN
Terapi bermain akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu, 3 Maret 2007
Waktu : 09.00– 09.30 WIB

H. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


Untuk keamanan perlu diwaspadai crayon atau pensil runcing yang dapat
melukai anak.

I. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN


1. Libatkan keluarga supaya anak kooperatif sehingga terapi bermain
dapat dilakukan
2. Awasi dengan cermat selama anak menjalani terapi supaya anak tetap
aman atau tidak terluka
J. PENGORGANISASIAN
Pelaksana : Dhini Noor HA
Setting tempat :

1 2 Keterangan:
1. Anak
3 2. Perawat
3. Orang Tua
K. SISTEM EVALUASI
Setelah melakukan terapi bermain, dievaluasi dalam hal :
1. Anak menikmati permainan
2. Anak mampu mewarnai sesuai dengan imajinasinya
3. Anak mampu mengendalikan emosinya
BAB IV
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Terapi bermain dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2005 pk 11.00 –


12.00, mundur dari waktu yang direncanakan karena menyesuaikan dengan situasi
ruangan. Sebelum melakukan terapi bermain, perawat telah melakukan
pendekatan kepada anak dan menyampaikan tentang rencana terapi bermain serta
tujuannya. Sehingga ketika saat terapi bermain tiba, anak tidak merasa takut atau
menolak kehadiran perawat.
Rencana setting tempat diatur di mana tempat tidur An.K dan An.N
didekatkan, orang tua mendampingi anaknya selama terapi bermain supaya anak
merasa lebih nyaman dan orang tua bisa terlibat dalam terapi bermain, namun
tidak bisa dilakukan tempat tidur berdekatan karena An. K menolak bila tempat
tidurnya didekatkan dengan An. N, perawat dan orang tua An. K sudah berusaha
membujuk, sehingga seting tempat belum sesuai rencana sebelumnya.
Terapi bermain sesi pertama yaitu menggambar bebas selama 15 menit,
masing-masing anak diberi alat menggambar sendiri-sendiri. An.K pertama
menolak untuk menggambar dan sering merengek merasa tak bisa menggambar
karena tangan kanan yang biasa dipakai menggambar masih sakit bekas tusukan
infus, sehingga hanya mewarnai gambar yang sudah ada yaitu gambar rumah,
palu, katak, sementara An.N dengan dibimbing perawat dan ibunya bisa
menggambar apel dan diwarnai cukup bagus. Pada sesi kedua menyusun balok
sesuai dengan contoh pola yang ada, masing-masing anak mendapat 1 set alat
permainan menyusun balok.An.B senang dengan permainan menyusun balok tapi
dia masih sangat tergantung dengan orang tua dan perawat dalam melakukan
permainan ini. Sementara An.N bisa menyusun balok dengan sedikit bimbingan
dan bisa menikmati permainan yang diberikan. Permainan menyusun balok lebih
memakan waktu 30 menit karena anak sangat menikmati permainan ini dan anak
tidak mengalami kelelahan sehingga tak ada salahnya bila permainan ini mundur
15 menit dari waktu yang direncanakan.
Dari keseluruhan pelaksanaan terapi bermain, kedua anak bisa menikmati
permainan dan terjalin keakraban antara anak dengan perawat sehingga
mengurangi kecemasan dan ketakutan anak terhadap proses perawatan di rumah
sakit. Alat-alat permainan diberikan kepada anak supaya anak bisa tetap bermain
selama dirawat di rumah sakit.
BAB V
PENUTUP

Karena sasaran terapi bermain adalah anak preschool maka jenis


permainan yang dipilih adalah menggambar dan menyusun balok sesuai dengan
pola yang ada. Permainan ini bertujuan untuk merangsang daya imajinasi anak
dan melatih keterampilan motorik halus. Selain itu juga supaya terjadi interaksi
dengan temannya meskipun belum terorganisasi.
Pada saat anak dirawat di rumah sakit dapat mengakibatkan berhentinya
perkembangan normal pada anak dan menimbulkan masalah-masalah baru yang
berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan. Sehingga perlu dikembangkan
adanya terapi bermain selama anak dirawat di rumah sakit. Dari terapi bermain
yang telah dilakukan terbukti bisa menimbulkan kedekatan perawat dengan anak
sehingga mengurangi kecemasan dan ketakutan anak terhadap proses perawatan di
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai