Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI PADA Tn. Y DENGAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL DI INTENSIVE
CARDIOLOGI CARE UNIT RS. BAPTIS KEDIRI

OLEH :

VALENTINA WINARTI

NIM : 01.3.20.000462

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI
NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : VALENTINA WINARTI


NIM : 01.3.20.00462
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PADA Tn. Y DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
DISFUNGSI SEKSUAL DI INTENSIVE CARDIOLOGI
CARE UNIT RS. BAPTIS KEDIRI

Kediri, 9 Oktober 2020


Dosen Pembimbing

Heru Suwardianto, S.Kep., Ns., M.Kep

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PADA Tn. Y DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL
DI INTENSIVE CARDIOLOGI CARE UNIT RS. BAPTIS KEDIRI”

Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:

Bapak Heru Suwardianto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada praktik
profesi asuhan keperawatan dasar Profesi yang memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.

Kediri, 9 Oktober 2020

Penyusun

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaina, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi dan emosi
(Kagemi, 2016)
Disfungsi seksual adalah termasuk gangguan dari pola respon seksual
atau rasa sakit saat berhubungan (Atiqah, 2011)
Disfungsi seksual adalah gangguan di mana seseorang mengalami
kesulitan untuk berfungsi secara adequate ketika melakukan hubungan
seksual. Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari
salah satu saja siklus respon seksual (Atiqah, noor. 2012).
Disfungsi seksual merupakan perubahan fungsi seksual selama fase
respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang
dirasa tidak memuaskan tidak bermakna atau tidak adekuat (SDKI, 2018).
Disfungsi seksual adalah integrasi aspek fisik dan sosioemosional
terkait penyaluran dan kinerja seksual (SLKI, 2018).
1.1.2 Etiologi
1. Perubahan fungsi/struktur tubuh
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik
11. Kurang terpapar informasi
1.1.3 Fisiologis
a. Alat Reproduksi Laki-laki
Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin
bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri
dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar
bulbouretral.
Alat Reproduksi Pria
1. Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil
dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan
suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat berfungsi secara
optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di dalam suatu
kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan
dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma
(spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2
– 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat
bergerak sendiri dengan ekornya.
Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon
testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung
jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara
laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang
memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat
mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan
mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan
demikian lebih hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan
membesar dan kendur. Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat
dan panas dapat dikeluarkan.
3. Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis.
Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens
menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini
berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.
4. Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan
seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.

5. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan
berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-
getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang
terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
a Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di
bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah
yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan
untuk kelangsungan hidup sperma.
c Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
6. Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
7. Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada
bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit
ini diambil secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak mengandung
tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi,
tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi
sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis
terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk
mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama,
saluran pengeluaran sperma, dan urine.

Proses Spermatogenesis
Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam
tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid. Spermatogonium ini kemudian membesar
membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan
membelah secara meiosis I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder
yang haploid. Kemudian setiap spermatosit sekunder akan membelah
secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma.

b. Alat Reproduksi Wanita


Alat reproduksi wanita terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar.
Alat kelamin bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia mayora, labia
minora, mons pubis dan klitoris. Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam
terdapat ovarium, tuba falopii (oviduk), dan uterus (rahim).
1. Vulva
Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva
terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan
saluran kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang
terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah
karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang
gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang
terletak di dasar mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar
dan bibir dalam. Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang
tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora,
merupakan bibir tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris
terletak pada pertemuan antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis.
Ukurannya sangat kecil sebesar kacang polong, penuh  dengan sel saraf
sensorik dan pembuluh darah. Alat ini sangat sensitif dan berperan besar
dalam fungsi seksual.
2. Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm,
dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar
dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat
melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada
bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang
dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap
wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
3. Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian
terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga
berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan
berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis,
dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran
yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses
persalinan dimulai.
4. Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar
dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga
melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan
lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi
sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding
rahim memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal
ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
a Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi
keluar pada proses persalinan (kontraksi).
c Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas lapisan
kelenjar yang berisi pembuluh darah.
5. Ovarium
Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan
indung telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian
bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa
dan mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi
ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28
hari.
6. Tuba fallopi
Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur
adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang
+10 cm. Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui
fimbria. Ujung yang satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim
sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke
dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan
bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap
sel telur saat dilepaskan oleh ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh
rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke
dalam rahim.

Proses Oogenesis
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di
ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan
luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium
dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder
kemudian berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi
oleh sperma.

1.1.4 Klasifikasi
Macam gangguan atau disfungsi seksual pada laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan meliputi :
1. Gangguan Nafsu/Hasrat Seksual
Dua gangguan merefleksikan maalah-masalah yang terkait dengan
nafsu dari siklus respon seksual. Masing-masing gangguan ditandai oleh
sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang menimbulkan
masalah dalam suatu hubungan.
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon
testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi ganggaun dorongan seksual
(GDS) (Pangkahila, 2007).
2. Gangguan Nafsu seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi
dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi
seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan
gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal. Minat terhadap
kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang
bersangkutan.
3. Gangguan Aversi seksual
Perasaan tidak suka yang konsisten dan ekstrim terhadap kontak
seksual atau kegiatan serupa itu. Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa
mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan
seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS
disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan,
perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual
yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).
4. Gangguan Rangsangan Seksual
Gangguan ereksi pada laki-laki: ketidakmampuan sebagian laki-
laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktivitas
seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Gangguan rangsangan seksual pada perempuan: ketidakmampuan
sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi
vagina dan respons keterangsangan seksual yang membuat vagina
membesar sampai aktivitas seksual selesai dan keadaaan ini terjadi
berulang kali.
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup untuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang
disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang
mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal,
faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik
(Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor yang
menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima.
Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir
selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).
5. Gangguan Orgasme
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase
rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu
penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal
sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut
menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami
hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya
tidak dirasakan.
6. Gangguan nyeri Seksual
Sexual pain disorder adalah nyeri genital yang berulang kali
terjadi, baik yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan sebelum,
selama, atau setelah hubungan seksual.
Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual. Salah satu penyebab dispareunia ini
adalah infeksi pada kelamin. Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui
hubungan seksual yang terasa sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir
pasti disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan
atau infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat
dan kelenjar kelamin lainnya.
Vaginismus adalah spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga
luar vagina, yang terjadi diluar kehendak, yang mengganggu hubungan
seksual, dan keadaan ini berulang kali terjadi.
1.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Mengungkapkan aktivitas seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual berubah
5. Mengeluh hasrat seksual menurun
6. Mengungkapkan fungsi seksual menurun
7. Mengeluh nyeri saat berhubungan seksual
Gejala dan Tanda Minor
1. Mengungkapkan keterkaitan pada pasangan berubah
2. Mengeluh hubungan seksual terbatas
3. Mencari informasi tentang kemampuan mencapai kepuasan seksual
1.1.6 Penatalaksanaan
Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat
mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena
itu perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah. Prinsip penatalaksanaan dari
disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut :
1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari
pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex
theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengakajian
1.2.1.1 Amnanesa
Hal-hal yang harus dikaji antara lain :
a. Perubahan kadar hormone
b. Perubahan pola reponsif seksual
c. Nyeri vagina
d. Tidak adanya kontraksi uterus selama orgasme
e. Klien menarik diri
f. Klien depresi
g. Klien takut akan penolakan atau reaksi orang terdekat
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik
a. Inspeksi dan palpasi
b. Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik
misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang
tdk normal dari genital, perubahan warna pada genital, ggn fungsi
urinaria, dll.
1.2.2 DiagnosaKeperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Disfungsi Seksual D.0069

Kategori : Fisiologis

Subkategori: Reproduksi dan Seksualitas

Definisi

Perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat,


terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak memuaskan tidak
bermakna atau tidak adekuat

Penyebab

1. Perubahan fungsi/struktur tubuh


2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik
11. Kurang terpapar informasi
Gejalah dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Mengungkapkan aktivitas (tidak tersedia)


seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi
seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak
memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual
berubah
5. Mengeluh hasrat seksual
menurun
6. Mengungkapkan fungsi seksual
menurun
7. Mengeluh nyeri saat
berhubungan seksual
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Mengungkapkan keterkaitan (Tidak tersedia)


pada pasangan berubah
2. Mengeluh hubungan seksual
terbatas
3. Mencari informasi tentang
kemampuan mencapai kepuasan
seksual
Kondisi Klinis Terkait

1. Gangguan endokrin, perkemihan, neuromuskular, muskuloskeletal,


kardiovaskuler
2. Trauma genital
3. Pembedahan pelvis
4. Kanker
5. Manaopause
6. Gangguan psikiatrik seperti mania, depresi berat, demensia, gangguan
kepribadian, penyalahgunaan atau penggunaan zat, gangguan
kecemasan, dan schizophreni

1.2.3 Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI )

Fungsi Seksual (L. 04033)

Definisi
Integrasi aspek fisik dan sosioemosional terkait penyaluran dan kinerja
seksual

Ekspektasi Membaik

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Kepuasan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual

Mencari 1 2 3 4 5
informasi
untuk
mencapai
kepuasan
seksual

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktivitas
seksual
berubah

Verbalisasi 1 2 3 4 5
ekstasi
seksual
berubah

Verbalisasi 1 2 3 4 5
peran
seksual
berubah

Verbalisasi 1 2 3 4 5
fungsi
seksual
berubah

Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri saat
berhubungan
seksual
(dispareunia)

Keluhan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual
terbatas

Keluhan sulit 1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas
seksual

Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktivitas
seksual
berubah

Verbalisasi 1 2 3 4 5
perilaku
seksual
berubah

Konflik nilai 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Hasrat Menurun Meningkat
seksual 1 2 3 4 5

Orientasi 1 2 3 4 5
seksual

Keterkaitan 1 2 3 4 5
pada
pasangan

Tingkat Depresi (L. 09097)

Definisi
Perasaan sedih yang berdampak negative pada pikiran, tindakan, perasaan dan
kesehatan

Ekspektasi Menurun

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Minat 1 2 3 4 5
beraktivitas
Aktivitas 1 2 3 4 5
sehari-hari
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Harga Diri 1 2 3 4 5
Kebersihan 1 2 3 4 5
diri

Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun


t Meningka Menurun
Perasaan t
tidak 1 2 3 4 5
berharga
Sedih 1 2 3 4 5
Putus asa
Peristiwa 1 2 3 4 5
negatif
Perasaan 1 2 3 4 5
bersalah
Keletihan 1 2 3 4 5
Pikiran 1 2 3 4 5
menciderai
diri
Pikiran 1 2 3 4 5
bunuh diri
Bimbang 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Marah 1 2 3 4 5
Penyalahgun 1 2 3 4 5
aan zat
Penyalahgun 1 2 3 4 5
aan alkohol

Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik


k Memburu Membaik
k
Berat badan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Libido 1 2 3 4 5

Tingkat keletihan L.05046

Definisi : kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat
Ekspektasi membaik

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat

Verbalisasi 1 2 3 4 5
kepulihan
energi

Tenaga 1 2 3 4 5

Kemampuan 1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas rutin

Motivasi 1 2 3 4 6

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


meningkat menurun

Verbalisasi 1 2 3 4 6
lelah

Lesu 1 2 3 4 6

Gangguan 1 2 3 4 5
konsentrasi

Sakit kepala 1 2 3 4 6

Sakit 1 2 3 4 6
tenggorokan

Mengi 1 2 3 4 5

Sianosis 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Frekuensi nafas 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
bersalah

Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik


membaik membaik

Selera makan 1 2 3 4 5

Pola napas 1 2 3 4 5

Libido 1 2 3 4 5

Pola istirahat 1 2 3 4 5

1.2.4 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Edukasi Seksualitas ( I. 12447)


Definisi

Memberikan informasi dalam memahami dimensi fisik dan psikologis


seksualitas

Tindakan

Observasi

1. Identifikasi persiapan dan kemampuas menerima informasi


Terapeutik

1. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan


2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh
media
Edukasi

1. Jelaskan anatomi dan fisiologis sistem reproduksi laki-laki dan


perempuan
2. Jelaskan perkembangan sesualitas sepanjang siklus kehidupan
3. Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
4. Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan sosial terhadap aktivitas
seksual
5. Jelaskan konsekuensi negatif mengasuh anak pada usia dini
6. Jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual dan AIDS akibat
seks bebas
7. Anjurkan orangtua menjadi edukator seksualitas bagi anak-anaknya
8. Anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksual diluar nikah

Konseling seksualitas ( I. 07214)

Definisi

Memberikan bimbingan seksual pada pasangan sehingga mampu menjalankan


fungsinya secara optimal

Tindakan

Observasi

1. Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi, masalah


seksualitas dan penyakit menular seksual
2. Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab
3. Monitor stress, kecemasan depresi dan penyebab disfungsi seksual
Terapeutik

1. Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan


2. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan
permasalahan seksual
3. Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
4. Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan menggunakan
bahasa yang mudah diterima, dipahami dan tidsk menghakimi
Edukasi

1. Jelaskan efek pengobatan, kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi


seksual
2. Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu

Perawatan Kenyamanan ( I. 08245)

Definisi

Mengidentifikasi dan merawat pasien untuik meningkatkan rasa nyaman

Tindakan

Observasi

1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (misalnya mual, nyeri,


sesak, gatal)
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi. Situasi dan perasaannya
Terapeutik

1. Berikan posisi yang nyaman


2. Berikan kompres dingin dan hangat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Beriakan akupresur
6. Berikan terapi hipnotis
7. Dukung keluarga dan pengasuh akibat dalam terapi/pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan
Edukasi

1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan


2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, arthistamin, jika perlu

Edukasi Manajemen Stres ( I. 12392)

Definisi

Mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi dan mengelola stress akibat


perubahan hidup sehari hari

Tindakan

Observasi

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


Terapeutik

1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
Edukasi

1. Ajarkan teknik relaksasi


2. Ajarkan teknik asestif
3. Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur
4. Anjurkan tetap menulis jurnal untuk meningkatkan optimisme dan
melepaskan beban
5. Anjurkan aktivitas untuk menyenangkab diri sendiri (missal hobi,
bermain musik, mengecat kuku)
6. Anjurkan bersosialisasi
7. Anjurkan tidur dengan baik setisp malam (7-9 jam)
8. Anjurkan tertawa untuk melepas stress dengan membaca atau klip
video lucu
9. Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga dan profesi pemberi
asuhan

Edukasi Aktivitas/istirahat ( I. 12362)

Definisi

Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat

Tindakan

Observasi

2. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


Terapeutik

4. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat


5. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
6. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
Edukasi

10. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin


11. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
12. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
13. Ajarkan mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan, sesak nafas
saat aktivitas)
14. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan.
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAS PROFESI

NAMA MAHASISWA : VALENTINA WINARTI


NIM : 01.3.20.00462
RUANG : Intensive Cardiologi Care Unit Rumah Sakit Baptis
Kediri
TANGGAL : .21 Juni 2019

1. BIODATA
Nama Pasien : Tn. Y
Nama Panggilan : Tn. Y
Umur : 42 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirausaha
Penghasilan :-
Alamat : Sidomulyo, Wates Kediri.
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF).
Tanggal MRS : 21 Juni 2019
Tanggal Pengkajian: 21 Juni 2019
Golongan Darah :-

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sesak terasa seperti tertimpa benda berat, sesak pada dada
sebelah kiri, bertambah pada saat digunakan beraktivitas dan berkurang pada saat
istirahat. Saat berjalan beberapa langkah pasien keringat dingin dan pucat, dokter
mengintruksikan untuk membatasi aktivitas yang dapat meningkatkan kinerja
jantung berlebih, begitu juga dengan aktivitas seksual. Karena hal tersebut pasien
mengatakan dalam berhubungan seksual derngan istrinya menjadi terbatas. Dan
Pasien mengalami depresi dan juga kondisi jantungnya yang tidak segera pulih.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan malam sebelum di bawa ke rumah sakit tepatnya tanggal 20
Juni 2019 pasien merasa sesak sulit untuk bernapas. Terasa seperti tertimpa benda
berat, sesak dirasakan pada dada sebelah kiri, bertambah pada saat digunakan
untuk beraktivitas dan berkurang pada saat istirahat dan Sesak napas yang
dirasakan terus menerus.Kemudian pada tanggal 21 Juni 2019 pasien dibawa oleh
keluarga ke IGD Rumah Sakit Baptis Kediri untuk memeriksakan kesehatannya.
Setelah diperiksa oleh dokter, pasien di 21elevise Congestive Heart Failure
(CHF).
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Bapis Kediri sebelumnya, dan
di rawat di Ruang Intensive Cardiologi Care Unit dengan diagnose yang sama
yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pada saat itu pasien juga merasa sesak sulit
bernapas dan merasa depresi karena jantungnya tidak segera pulih dan terus
kambuh. Dan pasien mengatakan rajin control ke IRJ Rumah Sakit Baptis Kediri.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan didalam keluarga tidak memiliki penyakit diabetes mellitus,
TBC, namun salah satu anggota kelurga yaitu ibu pasien menderita penyakit
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, pasien mengatakan ibu pasien rajin control ke
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri dan ibu pasien juga rajin
meminum obat. Namun saat ini ibu pasien sudah meninggal dunia.

GENOGRAM :

X X X X

Keterangan :

1. : Laki-Laki

2. : Perempuan

3. : Pasien

4. X : Meninggal
5. : Tinggal 1 rumah
6. : Hubungan Keluarga

6. TANDA – TANDA VITAL


Suhu Tubuh : 37oC
Denyut Nadi : 98x / mnt
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Pernafasan : 25 x / mnt
TT / TB : 170 Kg, 69 cm

7. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI


a. Kebutuhan Kebersihan Diri / Personal Hygiene
Pasien mengatakan saat dirumah pasien mandi 3 kali dalam sehari, gosok gigi
2 kali dalam sehari, dan cuci rambut 2 hari sekali. Pada saat dirumah sakit
pasien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dengan diseka dengan keluarga
maupun perawat, gosok gigi 2 kali dalam sehari dengan dibantu keluarga atau
perawat dan belum pernah cuci rambut.

b. Kebutuhan Nutrisi / Pola Nutrisi


Pasien mengatakan saat dirumah pasien makan 3 kali dalam sehari dengan lauk
ayam, tempe, tahu dan kadang ikan. Dan sayur bayam, kangkung, sawi, daun
singkong. Serta makanan yang berminyak dan bersantan dan selalu habis,
Selama dirumah sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari namun tidak
habis.
Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak napsu makan, karena merasa
makanan yang masuk dimulunya tidak enak.

c. Kebutuhan Eliminasi / Pola Eliminasi BAK, BAB


Pasien mengatakan pada saat dirumah buang air besar 1 kali sehari dengan
konsistensi padat dan lunak dan buang air kecil 4-6 kali sehari. Pasien
mengatakan selama dirumah sakit belum buang air besar dan pasien terpasang
kateter buang air kecil sebanyak 800cc berbau khas urine dan berwarna
kuning.

d. Kebutuhan Oksigenasi
Pasien mengatakan mengatakan sesak terasa seperti tertimpa benda berat,
sesak pada dada sebelah kiri, bertambah pada saat digunakan beraktivitas dan
berkurang pada saat istirahat. Saat berjalan beberapa langkah pasien keringat
dingin dan pucat, dokter mengintruksikan untuk membatasi aktivitas yang
dapat meningkatkan kinerja jantung berlebih , begitu juga dengan aktivitas
seksual. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit.
e. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pasien mengatakan saat dirumah minum 6-7 gelas air putih dalam sehari dan
terkadang pasien minum kopi 1 gelas dalam sehari. Selama dirumah sakit
minum 4-5 gelas sehari. Dan pasien tidak minum kopi. Serta ada tangan kiri
pasien terpasang Infus NS 500cc/24 jam.

f. Kebutuhan Aktivitas
Pasien mengatakan selama di rumah pasien pada siang hari pasien dapat
bekerja sebagai wirausaha, dan pada malam hari menonton 23elevise sambil
merokok dan terkadang bermain bersama cucu. Selama dirumah sakit pasien
hanya berbaring ditempat tidur, ADL dibantu keluarga dan perawat.

g. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Pasien mengatakan lingkungan rumah tidak ada bahaya yang mengancam dan
tidak ada suara bising. Selama dirumah sakit lingkungan terasa aman dan
tenang namun selama di Rumah sakit pasien merasa sesak terasa seperti
tertimpa benda berat, sesak pada dada sebelah kiri, bertambah pada saat
digunakan beraktivitas dan berkurang pada saat istirahat. Saat berjalan
beberapa langkah pasien keringat dingin dan pucat, dokter mengintruksikan
untuk membatasi aktivitas yang dapat meningkatkan kinerja jantung berlebih,
begitu juga dengan aktivitas seksual. Pasien mengalami depresi dan juga
kondisi jantungnya yang tidak segera pulih.

h. Kebutuhan Psikososial dan Spiritual


Psikososial : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga terjalin
sangat baik. Selama di rumah sakit pasien bisa diajak bekerja
sama dalam segala tindakan yang diberikan oleh perawat maupun
dokter.
Spiritual: Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu melalukan shalat
5 waktu. Selama dirumah sakit pasien selalu berdoa untuk
kesembuhan penyakit yang dialaminya saat ini.

8. KEADAAN / PENAMPILAN UMUM PASIEN


Keadaan umum pasien tampak lemah hanya berbaring di tempat tidur, kesadaran
pasien compos mentis ( pasien dapat membuka mata secara spontan, untuk
orientasi waktu tempat dan orang baik, serta pasien dapat mengikuti perintah
dengan baik), pasien tampak bersih, terpasang Infus NS 500cc/24 jam pada tangan
sebelah kiri dan pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit.

9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Leher dan Kepala
Kepala
Inspeksi: Rambut pasien tampak berwarna hitam dan sedikit beruban, rambut
tampak panjang terurai, terlihat bersih tidak ada benjolan, bentuk
kepala simetris, bentuk kepala pasien lonjong, tampak kering, tidak
ada lesi di kepala pasien, tidak tampak ada luka bakar, tidak ada
infeksi, tidak tampak ada bekas jahitan, kepala tampah utuh, kedua
alis mata pasien tampak simetris, pada kulit pasien tidak terdapat
ketombe, dan wajah pasien tampak pucat.
Palpasi : Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan yang di rasakan saat
dilakukan palpasi pada daerah kepala pasien, tidak teraba massa
pada daerah kepala pasien, tekstur kepala halus, tidak ada
perubahan kontur tengkorak pada kepala pasien ataupun
diskontinuitas tengkorak pada kepala pasien, dan juga terdapat
tonjolan tulang pada permukaan kepala pasien tersebut.
Mata
Inspeksi : Mata kanan dan kiri pasien tampak simetris, konjungtiva pucat,
sklera berwarna putih, tidak ada edema, kelopak mata terdapat
lingkaran hitam dibawah mata, reflek pupil normal dan dapat
mengecil ketika ada rangsangan cahaya, terlihat lebar ketika tidak
ada cahaya, pupil isokor, ukuran pupil kanan dan kiri sama, mata
kanan dan kiri tidak juling, tidak ada tanda-tanda mata kuning pada
pasien, pasien dapat membuka dan menutup mata secara maksimal.
Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris, tampak bersih,tidak ada secret dan tidak
ada kelainan bentuk hidung pada pasien, bentuk lubang pasien
tampak simetris, pasien memiliki 2 ubang hidung, tidak terdapat lesi
pada hidung, tidak terdapat adanya tanda-tanda tumbuhnya tumor
atau benjolan pada hidung, tidak ada tanda-tanda adanya infeksi dan
pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit.
Telinga : Inspeksi: telinga kanan dan kiri simetris, ukuran telinga pasien
sedang, telinga tampak bersih tidak terdapat perdarahan dan tidak
terdapat edema, daun telinga tampak utuh, dan daun telinga tidak
ada lubang tindik ataupun anting.
Mulut : Inspeksi : Mukosa mulut tampak lembab, bibir kering , gigi tampak
sedikit kotor dan ada karang gigi, gusi tidak ada stomatitis, gigi ada
yang berlubang 2, lidah tidak ada stomatitis, lidah berwarna merah
muda dengan ada papila di permukaannya.
Leher : Inspeksi : Leher berwarna coklat sawo matang, kulit leher tidak ada
luka bakar bentuk leher simetris dan terdapat jakun pada leher
pasien.
Palpasi: Leher tidak terdapat pembesaran kelejar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak teraba adanya pembesaran vena
jugularis yang dirasakan saat di palpasi.

b. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : Kulit pasien berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi atau luka
bakar, tidak terdapat luka operasi pada kulit pasien, kulit pasien
tampak bersih , kulit tidak bersisik
Palpasi: Pada pemeriksaan palpasi turgor kulit pasien baik, tidak ada edema
dan tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba benjolan pada kulit pasien

c. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


Inspeksi : Bentuk payudara melingkar dengan ukuran kecil dan payudara
tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya luka bakar
pada payudara, tidak tampak ada pembengkakan dan luka, kulit
pada payudara terdapat lingkaran warna coklat, tidak terdapat
oedema, pada putting tidak ada cairan yang keluar, tidak terdapat
ulkus dan tidak tampak ada pembengkakan, tidak tampak
pembesaran kelenjar limfe axillar dan clavikula.
Palpasi : Palpasi pada payudara pasien tidak ada nyeri tekan, dan pada
payudara tidak terdapat benjolan massa, pada puting saat di pencet
tidak adanya cairan yang keluar dari puting, payudara pasien tidak
mengeras dan membengkak, pada ketiak pasien tidak terdapat
benjolan, pada ketidak tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa.

d. Pemeriksaan Dada / Thorak

Inspeksi : Dada pasien tampak simetris, tidak ada kelainan bentuk dada,
Bentuk thorax normal, kulit dada tampak bersih tidak ada luka
ataupun bekas operasi , terdapat penggunaan otot bantu pernapasan,
pasien tampak tidak batuk dan sputum tidak mengandung darah,
tidak tampak terdapat bendungan vena, bentuk scapula normal,
terdapat pernafasan Takipnea dengan adanya frekuensi pernafasan
yang jumahnya meningkat di atas frekuensi normal.
Palpasi : Dada terdapat nyeri tekan, gerakan diafragma tidak normal karena
costa depan bagian bawah terangkat pada waktu inspirasi, palpasi
posisi costa dari fossa menonjol kira-kira 5 cm dibawah fosaa
suprastemalis yaitu sudut pertemuan antara manubrium stemi dan
korpus stemi diamana ujung costa kedua melekat. Getaran suara
paru dari kedua sisi kiri dan kanan sama.
Perkusi : Pasien di minta terlentang, paru-paru anterior dari supraklavikula
ke bawah abdomen sisi kiri dan kanan sama, pasien di minta duduk
dan mengangkat kedua lengan bagian aksila dari atas ke bawah sisi
dari kanan dan kiri sama, paru-paru posterior sisi kanan dan kiri
sama, ICS VII-VIII dan ICS IV-V suara paru-paru timpami (dang
dang dang).
Auskultasi : Meminta pasien bernafas secara normal dan auskultasi pertama
meletakkan diafragma stetoskop pada trakea dan mendengar bunyi
nafas secara teliti serta pada sisi kiri dan kanan sama, terdapat suara
nafas vesikuler pada semua lapang paru, terdapat bunyi tambahan
nafas wheezing kerena eksudat lengket tertiup aliran udara
terdengar saat fase inspirasi dan ekspeksi.
e. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran pada jantung, dengan melihat
cara pola napas pasien tidak normal dengan perbandingan inspirasi
dan ekspirasi, pernapasan pasien cheyne stokes yang merupakan
pola napas cepat dengan sifat kresendo dekrensendo, bentuk dada
pada pasien tidak ada kelainan pada tulang dada, warna kulit pasien
area pada dada sawo matang, cara bernapas pasien menggunakan
otot-otot dada
Palpasi : Ketika meletakkan telapak tangan pada ruang ICS II terdapat pulsasi
pada area aorta dan pulmonal, kemudian telapak tangan geser pada
ke ICS V parasternal sinistra adanya pulsasi pada area ventrikel
kanan atau tricuspid, lalu telapak tangan geser ke ruang
midclavicula sinistra ictus cordis tidak tampak di garis midclavicula
sinistra intercosta V.
Perkusi : Saat melakukan pemeriksaan batas jantung pada ICS II pada area
aorta sebelah kanan dan pumonal sebelah kiri, menentukan batas
kanan jantung melalui perubahan suara perkusi sonor menjadi
pekak, batas jantung kiri di tentukan melalui letak istus cordis, ICS
V mid clavicula kiri (area mitral), ICS V mid snernalis kiri yaitu
area katup trikuspid atau ventrikel kiri.
Auskultasi : Saat melakukan auskultai terdapat adanya bunyi jantung ketiga
pada decompensasi kiri disebut Gallop Rhythm, yaitu suara yang
timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolic dari atrium kiri
ke ventrikel kiri yang sudah membesar merupakan hal yang penting
karena berkaitan dengan peningkatan volume pengisian ventrikel,
bunyi jantung ke tiga sangat spesifik karena untuk menegakkan
diagnosis
f. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesan atau benjolan pada area perut, kulit
perut pada pasien tidak tampak tegang, tidak tampak ada luka
jahitan bekas operasi dan luka bakar, warna kulit perut pasien sawo
matang, tidak tampak ada pelebaran pembuluh darah vena, bentuk
perut simetris, gerakan perut tampak mengembang dan mengempis
saat inspirasi dan ekspirasi, gerakan peristaltik normal, tampak ada
kesimetrisan pada perut pasien.
Auskutasi: Ketika melakukan auskultasi menggunakan stetoskop sumber
suara dari abdomen suara dari struktur vaskuler dan peristaltik usus
normal, mendengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1
menit terdapat frekuensi peristaltik usus 12 kali/menit, pada pasien
tidak terjadi obstruksi pada abdomen, tidak ada kelumpuhan pada
usus peritonitis suara sangat melemah dan kadang hilang.
Perkusi : Ketika diperkusi pada abdomen tidak ada perbesaran organ, tidak
terdapat cairan bebas di dalam rongga perut, tidak terdapat udara
bebas, melakukan pada tiap kuadran terdapat suara timpani yang
dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan, perkusi di
daerah epigastrium dan hipokondrium kiri menimbulkan suara
timpani, perkusi hepar daerah paru ke bawah untuk menentukan
batas hepar yaitu dari perpindahan suara pekak.
Palpasi : Abdomen pasien tidak adanya ketegangan otot dan tidak ada nyeri
tekan, konsistensi abdomen lunak, tidak teraba adanya massa,
palpasi hepar pada saat inspirasi gembunagan perut pada saat di
tekan secara lembut hepar tidak teraba, palpasi pada ginjal tidak
terdapat nyeri tekan, bentuk dan ukuran normal yaitu dengan ginjal
tidak teraba.

g. Pemeriksaan Genetalia dan sekitarnya

Inspeksi :Bentuk simetris pada genetalia pasien, pasien terpasang oleh alat
kateter pada genetalia pasien, genetalia pasien tampak terihat bersih,
kulit penis pasien tampak utuh, tidak ada inflamasi atau iritasi pada
daerah genetalia pasien, tidak ada massa pada genetalia pasien,
pasien sudah di sunat, kedua testis pasien simetris, tidak ada edema
pada genetaia pasien.

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT : 4 4
4 4
Keterangan:
0: tidak ada tonus, tidak ada kontraksi
1: ada tonus, tidak ada kontraksi
2: ada tonus, ada kontraksi, tidak mampu melawan gravitasi
3: melawan gravitasi, tidak dapat melawan tahanan
4: melawan tahanan dengan setengah kekuatan
5: melawan dengan kekuatan penuh

i. Pemeriksaan Neurologi

Penilaian dengan GCS : E : 4 V : 5 M: 6


Keterangan
Respon Membuka Mata
1. tidak ada respon
2. dengan rangan nyeri (misalnya menekan kuku jari)
3. dnegan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
4. respon membuka mata spontan
Respon Verbal
1. tidak ada respon
2. suara tanpa arti
3. kata-kata saja (berbicara tidak jeas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat)
4. bingun, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang), disorientasi
(orang, tempat, dan waktu)
5. orientasi baik
Respon motorik
1. tidak ada respon
2. Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dnegan
jari mengepal dan extensi saat diberi rangsangan nyeri)
3. flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada dan kaki
extensi saat diberi rangsangan nyeri)
4. menghindar / menarik estremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat di beri
rangsangan nyeri
5. menjangkau dan menjahui stimulus saat diberi rangsang nyeri
6. mengikuti perintah

j. Pemeriksaan Status Mental


Status mental pasien terlihat gelisah dengan penyakitnya, pasien tampak sedih
karena pasien harus di rawat inap di rumah sakit, karena pasien sebagai tulang
puggung keluarga jadi pasien ketika harus menjalani rawat inap pasien merasa
kalau tidak bisa menjalani kehidupan sehari-hari sebagai wirausaha dengan
baik, namun pasien tetap semangat dalam menjali perawatan supaya pasien
cepat sembuh.

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan Laboratorium
Glukosa sewaktu 126 mg/dl <200 normal
Kimia Darah
BUN 13 mg/dl 7-22 Normal
Uerum Darah 27 mg/dl 10-50 Normal
Kreatinin Darah 0.94 0.7-1.17 Normal
Troponin I 1.79 ng/ml 0.00-0.02 Meningkat
Natrium (Na+) 140 mmol/L 136-146 Norma
Kalsium (K+) 3.9 mmol/L 3.5-5.0 Normal
Ca++ 1.18 mmol/L 1.15-1.29 Normal
Darah Lengkap
HGB 16.3 g/dl 14.0-17.5 Normal
RBC 5.85 10˄6/Ul 4.50-5.90 Normal
HCT 46.8 % 40.0-52.0 Normal
MCV 80.0 Fl 80.0-96.0 Normal
MCH 27.9 pq 28.0-33.0 Menurun
MCHC 34.8 g/L 33.0-36.0 Normal
RDW-SD 36.7 Fl 37-54 Menurun
RDW-CV 12.7 % 11.5-14.5 Normal
WBC 13.02 10˄3/Ul 4.50-11.30 Meningkat
PLT 191 10˄3/Ul 139-403 normal
PDW 15.9Fl 9.0-17.0 normal
MPV 12.0 Fl 6.8-10.0 Meningkat
P-LCR 40.1 % 13.0-43.0 Normal
PCT 0.23 % 0.17-0.35 Normal

Pemeriksaan Radiologi dan EKG


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Foto dada Kardiomegali
Hasil EKG Extreme Tachycardia

1. Pasien tersebut memiliki glukosa sewaktu normal karena sistem


pencernaan yang memecah karbohidrat menjadi glukosa dan diserap oleh
aliran darah, insulin sebagai zat membantu mengubah glukosa menjadi energi
masih berfungsi dengan baik.
2. Pasien tersebut BUN dalam keadaan normal karena fungsi ginjal dan
hati masih berfungsi dengan baik, hati yang sebagai pemecah protein menjadi
urea nitrogen darah atau BUN, kemudian akan di keluarkan oleh hati ke dalam
darah dan akhirnya masuk keginjal dan akan dibuang melalui urine, hal ini
BUN pada pasien menjadai normal.
3. Pasien tersebut memiliki ureum darah normal karena ureum yang
bersifat racun bagi tubuh dapat di keluarkan melalui ginjal dan dibuang
melalui urine
4. Pasien tersebut memiliki kreatinin darah normal karena fungsi ginjal
dalam keadaan baik kreatinin dalam darah akan disaring oeh ginjal, lalu
dibuang keluar melalui ginjal.
5. Pasien tersebut memiliki troponin meningkat karena ada kerusakan
otot jantung, sehingga enzim jantung dalam darah meningkat dan semakin
banyak enzim jantung dalam darah menunjukkan kemungkinan kerusakan
jantung semakin besar. Oksigen semakin berkurang di dalam darah sehingga
pasien merasa sesak, pasien tampak gelisah, pernapasan cepat >20 kali/menit,
nadi menjadi cepat >80 x/menit. Dan karena sesak tersebut maka pasien
terpasang Oksigen 4 LPM. Karena hal tersebut juga pasien mengatakan dalam
berhubungan seksual dengan istrinya menjadi terbatas. Dan Pasien mengalami
depresi dan juga kondisi jantungnya yang tidak segera pulih.
6. Pasien memiki Natrium normal karena kadar natrium dalam tubuh
dikontrol oeh hormon aldesteron, hormon ini yang memberi tahu ginjal kapan
harus mengeluarkan natrium dapat melalui urine dan keluar memlui kringat.
7. Pasien memiliki kalium normal karena tubuh dapat mengendalikan
fungsi sel saraf dan otot, sehingga kalium dapat menjaga keseimbangan cairan
tubuh.
8. Pasien tersebut memiliki ca++ normal karena kadar kasium disimpan
dalam tulang, dan ketika kadar kalsium darah menjadi rendah , tulang
mengeluarkan kasium untuk mengembalikan kadar normal kalsium dalam
darah
9. Pasien tersebut memiliki HGB normal karena mampu memproduksi
hormon erytroitien, hormon inilah komponen penting dalam tubuh untuk
memproduksi sel darah merah, sehingga pasien memiliki hemogoblin yang
normal.
10. Pasien tersebut memiliki RBC normal karena sel darah merah salah
satu jenis sel darah, tiga jenis sel darah yang ada dalam tubuh, dan memiliki
fungsi yang sangat penting yaitu untuk transportasi oksigen, hal ini dapat
menyebabkan sel darah merah dalam keadaan normal.
11. Pasien tersebut memiliki HCT normal karena sel-sel darah merah
masih baik pada pasien tersebut.
12. Pasien tersebut memiliki MCV normal karena bagian untuk
menunjukkan ukuran sel darah merah atau eritrosit pada sampel darah masih
baik pada tubuh pasien.
13. Pasien tersebut memiliki MCH menurun karena MCH untuk
menunjukkan berat rata-rata hemoglobin yang ada di setiap sel darah merah,
jumlah zat besi dalam darah rendah, kemungkinan disebakan karena fungsi
jantung tidak dala kondisi yang normal, makan MCH menjadi rendah
sehingga pasien akan merasa sesak napas. Pernapasan cuping hidung, pasien
tampak sesak dan gelisah karena sesak tersebut maka pasien terpasang
Oksigen 4 LPM. Karena hal tersebut pasien mengatakan dalam berhubungan
seksual dengan istrinya menjadi terbatas. Dan Pasien mengalami depresi dan
juga kondisi jantungnya yang tidak segera pulih.
14. Pasien tersebut memiliki MCHC normal karena pasien tidak
mengalami kelainan darah, sehingga hasil MCHC normal pada pasien
tersebut.
15. RDW-SD menurun karena terjadi defisiensi zat besi, Vitamin B12,
asam folat, kemungkinan karena jantung tidak dapat memompa darah ke
seluruh tubuh maka RDW-SD hasilnya menurun, sehingga Oksigen semakin
berkurang di dalam darah yang dapat menyebabkan pasien merasa sesak,
pernapasan cuping hidung, pernapasan cepat >20 kali/menit, nadi menjadi
cepat >80 x/menit. Karena hal tersebut pasien mengatakan dalam
berhubungan seksual derngan istrinya menjadi terbatas.
16. RDW-CV normal karena ukuran eritrosit pada pasien norml, sehingga
RDW-CV hasilnya normal
17. WBC meningkat karena pasien memiliki sel darah puth yang terlalu
banyak, disebabkan adanya perdangan dan infeksi, kemungkinan pasien
terdapat peradangan organ jantung dan paru-paru sehingga WBC meningkat.
Karena hal tersebut pasien dapat saja merasa sesak dan nyeri dada. Dan dapat
menyebabkan pasien memiliki keterbatasan berhubungan seksual dengan
istrinya.
18. PLT normal karena sel darah merah dapat berperan dalam proses
pembekuan darah, sehingga hasil pletelet pada pasien tersebut normal.
19. PDW normal karena indikasi ukuran trombisit untuk menjadi tanda
pelepasan pletelet aktif masih dalam keadaan baik, hal ini lah PDW pada
pasien hasilnya normal
20. MPV meningkat karena ukuran rata-rata produksi platelet lebih tinggi
dari biasanya, hal ini di akibatkan MPV pada pasien meningkat. Sehingga
dapat menyebakan pasien merasa sesak napas, nyeri dada dan dapat
menyebabkan pasien memiliki keterbatasan berhubungan seksual dengan
istrinya.
21. P-LCR normal karena rasio ukuran trombosit yang besar, sehingga
pasien tersebut P-LCR dalam keadaan normal.
22. PCT normal karena jumah trombosit pasien tidak lebih maupun tidak
kurang, hal ini dapat menjadi platelit crit pada pasien normal.

11. PELAKSANAAN / TERAPI

1. NS 500cc/24 jam digunakan untuk mengganti cairan dalam


tubuh yang hilang
2. Furosemide IV 2x1 ampul digunakan untuk mengeluarkan
kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine di buktikan dengan hasil
laboratorium MPV meningkat.
3. Spironolactone 20 mg PO 1 kali sehari digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi dibuktikan hasil laboratorium Troponin
meningkat.
4. Digoxin 25 mg PO diberikan 1 kali sehari digunakan untuk
mengembalikan irama jantung menjadi normal dan memperkuat jantung
dalam memompa darah ke seluruh tubuh di buktikan dengan hasil
laboratorium troponin meningkat.
5. Ceftriaxone 2x1 gr IV adalah obat antibiotik yang berfungsi
untuk mengobati macam infeksi bakteri dibuktikan dengan hasil laboratorium
WBC meningkat
6. Captopril 3x6 mg PO adalah obat yang berfungsi untuk
menangani hipertensi dan gagal jantung.
7. Opilac 10cc PO 1 kali sehari adalah obat untuk membantu
mengatasi konstipasi kronik dan ensefalopati hepatik.
8. Alparazoloam: 0,5 mg PO diberikan 1 kali sehari adalah obat
yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan yang bekerja pada
otak dan saraf untuk manghasilkan efek menenangkan.
9. Atorvastatin 20 mg PO diberikan 1 kali sehari adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida, serta
meningkatkan jumlah kolestrol baik (HDL) di dalam darah
10. Clopidogrel 1x1 PO obat ini untuk mencegah stroke dan
serangan jantung pada penyakit jantung atau gangguan pembekuan darah.
11. Aspilet 1x1 PO adalah obat untuk mengencerkan darah dan
mencegah pembekuan atau penggumpalan di pembuluh darah.

12. HARAPAN KLIEN / KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT


Pasien dan keluarga berharap pasien dapat pulih kembali seperti sebelum sakit
dulu supaya pasien bisa melakukan aktivitasnya sebagai kepala rumah tangga
dan tulang punggung bagi keluarganya dengan baik tanpa suatu halangan, jika
pasien sakit kehidupan sehari-hari keluarga akan menjadi sedikit terganggu, dan
anak-anaknya sedih melihat ayahnya harus di rawat di rumah sakit.
Kediri, 21 Juni 2019
Pembimbing Klinik Ruangan, Tanda Tangan Mahasiswa

ANALISA DATA
Valentina Winarti
NAMA PASIEN : Tn. Y
UMUR : 42 Tahun
NO. REGISTER : 290815
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (SDKI)
DS: Proses penyakit Disfungsi seksual

Pasien mengatakan sesak terasa (D. 0069)


seperti tertimpa benda berat, sesak
pada dada sebelah kiri, bertambah
pada saat digunakan beraktivitas
dan berkurang pada saat istirahat.
Saat berjalan beberapa langkah
pasien keringat dingin dan pucat,
dokter mengintruksikan untuk
membatasi aktivitas yang dapat
meningkatkan kinerja jantung
berlebih, begitu juga dengan
aktivitas seksual. Karena hal
tersebut pasien mengatakan dalam
berhubungan seksual derngan
istrinya menjadi terbatas. Dan
Pasien mengalami depresi dan juga
kondisi jantungnya yang tidak
segera pulih.

DO:
1. Pasi
en tampak gelisah
2. Pasi
en terpasang Oksigen 4LPM
3. Frek
uensi napas 25 kali/menit
4. Pasi
en tampak sesak napas
5. Tek
anan darah : 160/90 mmHg
6. Den
yut Nadi :
98x / mnt

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y


UMUR : 42 Tahun
NO. REGISTER : 290815
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
MUNCUL (SDKI) TERATASI TANGAN
1 21 Juni 2019 Disfungsi seksual berhubungan 22 Juni 2019 Valentina
dengan proses penyakit yang
ditandai dengan Pasien mengatakan
sesak terasa seperti tertimpa benda
berat, sesak pada dada sebelah kiri,
bertambah pada saat digunakan
beraktivitas dan berkurang pada
saat istirahat. Saat berjalan
beberapa langkah pasien keringat
dingin dan pucat, dokter
mengintruksikan untuk membatasi
aktivitas yang dapat meningkatkan
kinerja jantung berlebih, begitu
juga dengan aktivitas seksual.
Karena hal tersebut pasien
mengatakan dalam berhubungan
seksual derngan istrinya menjadi
terbatas. Dan Pasien mengalami
depresi dan juga kondisi jantungnya
yang tidak segera pulih. Pasien
tampak gelisah, Pasien terpasang
Oksigen 4LPM, Frekuensi napas 25
kali/menit, Pasien tampak sesak
napas Tekanan darah : 160/90
mmHg, Denyut Nadi: 98x / mnt.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y

UMUR : 42 Tahun

NO REGISTER : 290815

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Disfungsi seksual berhubungan dengan proses


penyakit

1. SLKI : Fungsi seksual L. 04033

a. Kepuasan hubungan seksual 1 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4


b. Aktivitas seksual berubah 1… Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
c. Verbalisasi ekstasi seksual berubah 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
d. Verbalisasi peran seksual berubah 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
e. Verbalisasi fungsi seksual berubah 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
f. Keluhan hubungan seksual terbatas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
g. Keluhan sulit melakukan aktivitas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
h. Verbalisasi perilaku seksual berubah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
i. Ketertarikan pada pasangan 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

2. SLKI Tingkat Depresi (L. 09097)


a. Minat beraktivitas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
b. Aktivitas sehari-hari 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
c. Harga Diri 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Kebersihan diri 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Perasaan tidak berharga 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Sedih 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
g. Putus asa 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
h. Peristiwa negatif 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
i. Perasaan bersalah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
j. Keletihan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
k. Pikiran menciderai diri 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
l. Pikiran bunuh diri 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
m. Bimbang 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
n. Menangis 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
o. Marah 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
p. Penyalahgunaan zat 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
q. Penyalahgunaan alcohol 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
r. Libido 1 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
3. SLKI: Tingkat keletihan L.05046
a. Verbalisasi kepulihan energi 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
b. Tenaga 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
c. Kemampuan melakukan aktivitas rutin 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
d. Motivasi 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
e. Verbalisasi lelah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
f. Lesu 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
g. Gelisah 6 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
h. Frekuensi nafas 6 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
i. Perasaan bersalah 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
j. Libido 6 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
k. Pola istirahat 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y

UMUR : 42 Tahun

NO REGISTER : 290815
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan SIKI : Edukasi Seksualitas ( I. 12447)
proses penyakit yang ditandai dengan Observasi Observasi
Pasien mengatakan sesak terasa seperti 1. Identifikasi persiapan dan kemampuan menerima 1. Memberikan informasi kepada pasien dapat
tertimpa benda berat, sesak pada dada informasi memberikan pengetahuan dan pemahaman pasien
sebelah kiri, bertambah pada saat Terapeutik Terapeutik
digunakan beraktivitas dan berkurang 1. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan 1. Menambah wawasan pasien tentang seksualitas yang
pada saat istirahat. Saat berjalan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan baik dan benar
beberapa langkah pasien keringat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Membuat pasien semakin memahami tentang hubungan
dingin dan pucat, dokter Edukasi seksualitas walaupun dalam keadaan sakit
mengintruksikan untuk membatasi 1. Jelaskan anatomi dan fisiologis sistem reproduksi laki- 3. Pasien dapat mengetahui tentang hubungan seksualitas
aktivitas yang dapat meningkatkan laki dan perempuan yang belum diketahui oleh pasien
kinerja jantung berlebih, begitu juga 2. Jelaskan perkembangan sesualitas sepanjang siklus Edukasi
dengan aktivitas seksual. Karena hal kehidupan 1. Agar pasien dapat mengetahui anatomi dan sistem
tersebut pasien mengatakan dalam 3. Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan sosial terhadap reproduksi yang dimilikinya
berhubungan seksual derngan istrinya aktivitas seksual 2. Agar pasien mengerti mengenai perkembangan
menjadi terbatas. Dan Pasien 4. Jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual dan seksualitas
mengalami depresi dan juga kondisi AIDS akibat seks bebas 3. Agar pasien tidak terpengaruh oleh kelompok yang
jantungnya yang tidak segera salah
pulih.Pasien tampak gelisah, Pasien SIKI : Konseling seksualitas ( I. 07214) 4. Agar pasien mengetahui resiko tertular penyakit
terpasang Oksigen 4LPM, Frekuensi Observasi menular seksual dan AIDS akibat seks bebas
napas 25 kali/menit, Pasien tampak 1. Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem Observasi
sesak napas Tekanan darah : 160/90 reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular 1. Agara dapat mengetahui masalah reproduksi, masalah
mmHg, Denyut Nadi : 98x / mnt. seksual seksualitas dan penyakit menular seksual yang dialami
2. Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan oleh pasien
penyebab 2. Agar dapat mengatuhui penyebab disfungsi seksual
3. Monitor stress, kecemasan depresi dan penyebab yang dialami oleh pasien
disfungsi seksual 3. Agar dapat mengetahui penyebab stress, kecemasan,
Terapeutik depresi yang dialami pasien
1. Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan Terapeutik
2. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk1. Agar pasien dapat berkomunikasi dengan mudah
menceritakan permasalahan seksual dengan pasangannya
3. Berikan pujian terhadap perilaku yang benar 2. Agar pasien dapat mengungkapkan isi hati dan
4. Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan perasaannya
menggunakan bahasa yang mudah diterima, dipahami dan 3. Agar pasien semakin percaya diri dan bersemangat
tidak menghakimi dalam berhungan seksual
Edukasi 4. Agar informasi yang diberikan perawat kepada pasien
1. Jelaskan efek pengobatan, kesehatan dan penyakit tepat sasaran
terhadap disfungsi seksual Edukasi
2. Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas 1. Agar pasien dapat memahami efek pengobatan,
seksual kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual yang
Kolaborasi dialaminya
1. Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu 2. Agar pasien dapat mengerti modivikasi aktivitas
seksual
SIKI: Perawatan Kenyamanan ( I. 08245) Kolaborasi
Observasi 1. Kolaborasi dengan tim medis lain dapat mempercepat
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (misalnya kesembuhan pasien
mual, nyeri, sesak, gatal)
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi Situasi dan Observasi
perasaannya 1. Agar dapat mengetahui gejala yang tidak
Terapeutik menyenangkan (misalnya mual, nyeri maupun sesak,
1. Berikan posisi yang nyaman gatal)
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Agar dapat mengetahui situasi dan perasaan yang
3. Berikan pemijatan dialami pasien
4. Dukung keluarga dan pengasuh akibat dalam Terapeutik
terapi/pengobatan 1. Membuat pasien menjadi nyaman
5. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan 2. Agar pasien dapat melakukan hubungan seksual tanpa
terapi/pengobatan yang diinginkan terganggu oleh lingkungan yang tidak mendukung
Edukasi 3. Agar pasien menjadi nyaman
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan 4. Agar dapat mengetahui akibat terapi/pengobatan yang
2. Ajarkan terapi relaksasi dialami pasien
3. Ajarkan latihan pernapasan 5. Agar dapat mengetahui situsi yang dialami oleh pasien
4. Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing Edukasi
Kolaborasi 1. Agar dapat mengetshui kondisi yang dialami pasien
1. Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, arthistamin, saat ini
jika perlukan 2. Agar pasien nyaman
3. Agar pasien dapat bernapas dengan baik dan tidak
merasa sesak
4. Agar pasien dapat mengalihkan rasa sesak yang
dirasannya
Kolaborasi
1. Terapi yang diberian kepada pasien dapat mempercepat
kesembuhan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y

UMUR : 42 Tahun

NO.REGISTER : 290815

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

1 1 21 Juni 2019 1. Mengobservasi tanda-tanda vital Valentina


Suhu Tubuh : 37oC
07.30
Denyut Nadi : 98x / mnt
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Pernafasan : 25x / mnt
2. Mengidentifikasi masalah
08.00 seksualitas yang dialami pasien Valentina
 Pasien mengatakan sesak
terasa seperti tertimpa benda
berat, sesak pada dada
sebelah kiri, bertambah pada
saat digunakan beraktivitas
dan berkurang pada saat
istirahat. Saat berjalan
beberapa langkah pasien
keringat dingin dan pucat,
dokter mengintruksikan
untuk membatasi aktivitas
yang dapat meningkatkan
kinerja jantung berlebih,
begitu juga dengan aktivitas
seksual. Karena hal tersebut
pasien mengatakan dalam
berhubungan seksual derngan
istrinya menjadi terbatas
3. Mengdentifikasi penyebab disfungsi
seksual
08.30 Valentina
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

 Pasien mengatakan penyebab


disfungsi seksual adalah
karena ia merasa sesak dan
dokter mengintruksikan
untuk membatasi aktivitas
yang dapat meningkatkan
kinerja jantung berlebih,
begitu juga dengan aktivitas
seksual.
09.00 4. Monitor stress, kecemasan depresi
dan penyebab disfungsi seksual
Valentina
 Pasien mengalami depresi dan
juga kondisi jantungnya yang
tidak segera pulih.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y

UMUR : 42 Tahun

NO.REGISTER : 290815

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

2 1 22 Juni 2019 1. Mengobservasi Valentina


tanda-tanda vital
08.00
Suhu Tubuh : 37oC
Denyut Nadi : 82x / mnt
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
08.15 Valentina
Pernafasan : 22x / mnt
2. Berikan kesempatan kepada
pasangan untuk menceritakan
permasalahan seksual
 Pasien mengatakan sesak
mulai berkurang dan masih
dokter mengintruksikan
untuk membatasi aktivitas
yang dapat meningkatkan
kinerja jantung berlebih,
08.30 begitu juga dengan aktivitas
seksual. Karena hal tersebut
Valentina
pasien mengatakan dalam
berhubungan seksual derngan
istrinya masih sedikit
dibatasi
3. Mengidentifikasi
gejala yang tidak menyenangkan
 Pasien mengatakan merasa
09.00 sesak, seperti tertimpa benda Valentina

berat, sesak pada dada


sebelah kiri, sehingga dalam
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

berhubungan seksual derngan Valentina


istrinya menjadi terbatas
4. Ajarkan terapi
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi sesak yang di rasakan
pasien

 Pasien dapat mempraktikkan


teknik relaksasi napas dalam
5. Menciptakan
lingkungan yang nyaman
 Pasien masih tampak gelisah
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN
EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn Y

UMUR : 42 Tahun

NO.REGISTER : 290815

NO NO.DX TGL/JAM EVALUASI KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

1 1 21 Juni 2019 S: Valentina


13.00 Pasien mengatakan masih sesak terasa
seperti tertimpa benda berat, sesak pada
dada sebelah kiri, bertambah pada saat
digunakan beraktivitas dan berkurang pada
saat istirahat. Saat berjalan beberapa
langkah pasien keringat dingin dan pucat,
dokter mengintruksikan untuk membatasi
aktivitas yang dapat meningkatkan kinerja
jantung berlebih, begitu juga dengan
aktivitas seksual. Karena hal tersebut
pasien mengatakan dalam berhubungan
seksual derngan istrinya menjadi terbatas

O:

1. Pasien tampak gelisah


2. Pasien terpasang Oksigen 4 Lpm
3. Tanda-tanda Vital
Nafas : 24 x/menit

Nadi : 83 x/menit

A:

Masalah Disfungsi seksual belum teratasi

P: Intervensi di lanjutkan

SIKI : Konseling seksualitas ( I. 07214)


1. Berikan kesempatan kepada
pasangan untuk menceritakan
permasalahan seksual
SIKI: Perawatan Kenyamanan ( I.
08245)
1. Identifikasi
gejala yang tidak menyenangkan
2. Ajarkan
terapi relaksasi napas dalam
3. Menciptakan
lingkungan yang nyaman
EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn Y

UMUR : 42 Tahun

NO.REGISTER : 290815

NO NO.DX TGL/JAM EVALUASI KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

1 1 22 Juni 2019 S: Valentina


13.00 Pasien mengatakan sudah tidak merasa
sesak, dan pasien dapat berhubungan
seksual dengan istrinya dengan nyaman
O:

1. Pasien tampak tenang


2. Pasien sudah tidak terpasang oksigen
4. Tanda-tanda Vital
Nafas : 2o x/menit

Nadi : 80 x/menit

A:

Masalah Disfungsi seksual teratasi

P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Atiqah, noor. 2012. Disfungsi Seksual. (Online).


Available:https://www.scribd.com/doc/71045218/Disfungsi-Seksual (diakses
pada tanggal 4 oktober 2020 pukul 22.00)

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017 Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019 Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018 Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.

Fajarini, dkk. 2013. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi.https://id.scribd.com/doc/148084983/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA-PASIEN-DENGAN-GANGGUAN-SISTEM-REPRODUKSI-doc.
(diakses pada tanggal 04 Oktober 2020 pukul 22.30)

Kagemi Santy. 2016. Seksualitas. (Online). Avaible:


https://id.scribd.com/doc/312077931/LP-SEKSUALITAS (Diakses pada
tanggal 4 oktober 2020 pukul 22.00)

Uray, umi. 2011. Disfungsi Seksual. (Online). Availbale:


https://www.scribd.com/doc/76363220/Disfungsi-Seksual-Data-
Gabungan#download (diakses pada tanggal 04 Oktober 2020 pukul 22.45)
Lampiran 1

Studi Kasus

PJK (Gangguan Seksualitas, Keamanan dan Kenyamanan)

Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Juni 2019, jam 10.45 WIB. Di


Intensive Cardiologi Care Unit Rumah Sakit Baptis Kediri. Pasien dirawat sejak
tangan 21 Juni 2019 jam 05.00 WIB.. Pasien Tn. Y usia 42 tahun, berjenis kelamin
laki-laki, berstatus menikah, beragama islam, pendidikan terakhir pasien tamat SLTA,
pasien bekerja sebagai wirausaha, bersuku bangsa jawa, pasien beralamatkaan di
Sidomulyo, Wates Kediri. Pasien masuk dnegan diagnosa medis Congestive Heart
Failure (CHF).
Keluhan utama yang dirasakan Tn. Y adalah pasien mengatakan sesak terasa
seperti tertimpa benda berat, sesak pada dada sebelah kiri, bertambah pada saat
digunakan beraktivitas dan berkurang pada saat istirahat. Saat berjalan beberapa
langkah pasien keringat dingin dan pucat, dokter mengintruksikan untuk membatasi
aktivitas yang dapat meningkatkan kinerja jantung berlebih, begitu juga dengan
aktivitas seksual. Pasien mengalami depresi dan juga kondisi jantungnya yang tidak
segera pulih.
Riwayat penyakit sekarang, pasien mengatakan malam sebelum di bawa ke
rumah sakit tepatnya tanggal 20 Juni 2019 pasien merasa sesak sulit untuk bernapas.
Kemudian pada tanggal 21 Juni 2019 pasien dibawa oleh keluarga ke IGD Rumah
Sakit Baptis Kediri untuk memeriksakan kesehatannya. Setelah diperiksa oleh dokter,
pasien di diagnosa Congestive Heart Failure (CHF). Pada saat itu juga, pasien
selanjutnya di rawat di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU).

Tabel 4.1 Pemeriksaan Penunjang (Tn. Y)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan Laboratorium
Glukosa sewaktu 126 mg/dl <200 Normal
Kimia Darah
BUN 13 mg/dl 7-22 Normal
Uerum Darah 27 mg/dl 10-50 Normal
Kreatinin Darah 0.94 0.7-1.17 Normal
Troponin I 1.79 ng/ml 0.00-0.02 Meningkat
Natrium (Na+) 140 mmol/L 136-146 Norma
Kalsium (K+) 3.9 mmol/L 3.5-5.0 Normal
Ca++ 1.18 mmol/L 1.15-1.29 Normal
Darah Lengkap
HGB 16.3 g/dl 14.0-17.5 Normal
RBC 5.85 10˄6/Ul 4.50-5.90 Normal
HCT 46.8 % 40.0-52.0 Normal
MCV 80.0 Fl 80.0-96.0 Normal
MCH 27.9 pq 28.0-33.0 Menurun
MCHC 34.8 g/L 33.0-36.0 Normal
RDW-SD 36.7 Fl 37-54 Menurun
RDW-CV 12.7 % 11.5-14.5 Normal
WBC 13.02 4.50-11.30 Meningkat
10˄3/Ul
PLT 191 10˄3/Ul 139-403 Normal
PDW 15.9Fl 9.0-17.0 Normal
MPV 12.0 Fl 6.8-10.0 Meningkat
P-LCR 40.1 % 13.0-43.0 Normal
PCT 0.23 % 0.17-0.35 Normal

Pemeriksaan Radiologi dan EKG


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Foto dada Kardiomegali
Hasil EKG Extreme Tachycardia

Terapi yang diterima pasien adalah pemberian infus NS 500cc/24 jam,


pemberian oksigen nasal kanul 4 liter/menit, furosemide IV 2x1 ampul,
spironolactone 20mg PO diberikan 1 kali sehari, digoxin 25mg PO diberikan 1 kali
sehari berfungsi untuk mengembalikan irama jantung menjadi normal dan
memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, ceftriaxone 2x1gr iv ,
captopril 3x6,25mg PO , opilac 10cc PO , alparazoloam 0,5 mg PO diberikan 1 kali
sehari , atrovastatin 20 mg PO diberikan 1 kali sehari, clopidogrel 1x1 PO , aspilet
1x1 PO.
Lampiran 2

Waktunya Kapan??
TEKNIK RELAKSASI NAPAS Program Studi Pendidikan Profesi
DALAM
Pengertian
Relaksasi ini sebaiknya dilakukan

Tehnik relaksasi nafas dalam adalah suatu minimal 3 kali


teknik hirup udara sedalam – dalamnya
setiap latihan atau
melalu hidung dan mengeluarkan udara
10 – 15 menit
secara perlahan – lahan melalui mulut.
setiap hari atau saat

Tujuan nyeri

 Mengurangi Sesak napas


 Merileksasikan otot
 Mengurangi nyeri atau stress
Kapan Dilakukan ???
Relaksasi ini dapat dilakukan kapan saja tidak

Disusun oleh: membutuhkan waktu yang khusus

Valentina Winarti
Posisinya Bagaimana??
Posisi latihan relaksasi nafas dalam dapat
STIKES RS BAPTIS KEDIRI dilakukan dengantiduran atau duduk.
Yangpenting prosedurnya benar

 Hirup udara sebanyak-banyaknya


dengan menggunakan hidung dalam
Teknik Relaksasi Napas
kondisi mulut tertutup rapat.
Dalam
 Posisi tidur dengan posisi duduk atau  Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)
setengah duduk (semifowler) dengan kemudian secara perlahan-lahan, udara
lutut ditekuk dan perut tidak boleh dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
tegang. mulut.
# SEMOGA BERMANFAAT #
 Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
hingga nyeri berkurang.

.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Relaksasi Nafas Dalam

Sasaran : Keluarga dan Pasien

Tempat : INTENSIVE CARDIOLOGI CARE UNIT RS. BAPTIS KEDIRI

Hari / Tanggal : 21 Juni 2019

Waktu : Pukul 08.00- selesai

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang relaksasi nafas
dalam.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian nafas dalam
b. Menyebutkan manfaat nafas dalam
c. Menyebutkan cara latihan nafas dalam.
B. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab

C. Media
Leaflet.

D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian nafas dalam
2. Manfaat nafas dalam
3. Cara latihan nafas dalam
(Materi Terlampir)
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari nafas dalam?
2. Sebutkan manfaat nafas dalam!
3. Sebutkan cara latihan nafas dalam!
F. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam Penyuluhan
Kesehatan keluarga
Kesehatan

Kamis, 7 1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam. 1. Pasien dan keluarga


November (5 menit) membalas salam.
2019Pukul 2. Menyebutkan nama dan 2. Pasien dan keluarga
08.00-selesai asal. menerima kehadiran
mahasiswa dengan
3. Menjelaskan tujuan. baik.
3. Pasien dan keluarga
memahami tujuan
4. Mengkaji tingkat dengan baik.
pengetahuan Pasien dan 4. Pasien dan keluarga
keluarga tentang nafas berpartisipasi dalam
dalam. diskusi awal.

2. Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Pasien dan keluarga


(20 menit) pengertian, manfaat dan mendengarkan dan
cara latihan nafas dalam memperhatikan
2. Memberi kesempatan dengan baik.
pada pasien dan 2. Pasien dan keluarga
keluarga untuk mengajukan
menanyakan hal-hal pertanyaan.
yang kurang jelas.

3. Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Pasien dan keluarga


(5 menit) penyuluhan kesehatan. mampu
2. Mengucapkan terima menjawab/menjelas
kasih atas perhatian kan kembali.
yang diberikan dan 2. Pasien dan keluarga
memberi salam penutup. membalas salam.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Nafas Dalam


Pernafasan merupakan kegiatan bernafas dimana kegiatan tersebut mencakup
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
B. Manfaat Nafas Dalam
1. Dapat membantu mengurangi kecemasan
2. Dapat mendeteksi ketidakefektifan pola nafas
3. Dapat mengetahui ada tidaknya kerusakan pada pertukaran gas (bila ada
sekret dll)
4. Menghindari resiko terhadap aspirasi
5. Untuk mengatasi nyeri dan sesak napas
C. Cara Latihan Nafas Dalam
1. Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 2-3 detik
2. Keluarkans ecara perlahan dari mulut
3. Lakukan 3-4 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari (pagi,siang,sore)

Referensi :

Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai