OLEH :
VALENTINA WINARTI
NIM : 01.3.20.000462
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PADA Tn. Y DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL
DI INTENSIVE CARDIOLOGI CARE UNIT RS. BAPTIS KEDIRI”
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:
Bapak Heru Suwardianto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada praktik
profesi asuhan keperawatan dasar Profesi yang memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.
Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaina, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi dan emosi
(Kagemi, 2016)
Disfungsi seksual adalah termasuk gangguan dari pola respon seksual
atau rasa sakit saat berhubungan (Atiqah, 2011)
Disfungsi seksual adalah gangguan di mana seseorang mengalami
kesulitan untuk berfungsi secara adequate ketika melakukan hubungan
seksual. Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari
salah satu saja siklus respon seksual (Atiqah, noor. 2012).
Disfungsi seksual merupakan perubahan fungsi seksual selama fase
respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang
dirasa tidak memuaskan tidak bermakna atau tidak adekuat (SDKI, 2018).
Disfungsi seksual adalah integrasi aspek fisik dan sosioemosional
terkait penyaluran dan kinerja seksual (SLKI, 2018).
1.1.2 Etiologi
1. Perubahan fungsi/struktur tubuh
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik
11. Kurang terpapar informasi
1.1.3 Fisiologis
a. Alat Reproduksi Laki-laki
Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin
bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri
dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar
bulbouretral.
Alat Reproduksi Pria
1. Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil
dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan
suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat berfungsi secara
optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di dalam suatu
kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan
dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma
(spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2
– 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat
bergerak sendiri dengan ekornya.
Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon
testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung
jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara
laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang
memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat
mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan
mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan
demikian lebih hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan
membesar dan kendur. Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat
dan panas dapat dikeluarkan.
3. Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis.
Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens
menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini
berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.
4. Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan
seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
5. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan
berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-
getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang
terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
a Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di
bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah
yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan
untuk kelangsungan hidup sperma.
c Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
6. Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
7. Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada
bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit
ini diambil secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak mengandung
tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi,
tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi
sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis
terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk
mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama,
saluran pengeluaran sperma, dan urine.
Proses Spermatogenesis
Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam
tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid. Spermatogonium ini kemudian membesar
membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan
membelah secara meiosis I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder
yang haploid. Kemudian setiap spermatosit sekunder akan membelah
secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma.
Proses Oogenesis
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di
ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan
luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium
dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder
kemudian berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi
oleh sperma.
1.1.4 Klasifikasi
Macam gangguan atau disfungsi seksual pada laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan meliputi :
1. Gangguan Nafsu/Hasrat Seksual
Dua gangguan merefleksikan maalah-masalah yang terkait dengan
nafsu dari siklus respon seksual. Masing-masing gangguan ditandai oleh
sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang menimbulkan
masalah dalam suatu hubungan.
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon
testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi ganggaun dorongan seksual
(GDS) (Pangkahila, 2007).
2. Gangguan Nafsu seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi
dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi
seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan
gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal. Minat terhadap
kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang
bersangkutan.
3. Gangguan Aversi seksual
Perasaan tidak suka yang konsisten dan ekstrim terhadap kontak
seksual atau kegiatan serupa itu. Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa
mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan
seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS
disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan,
perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual
yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).
4. Gangguan Rangsangan Seksual
Gangguan ereksi pada laki-laki: ketidakmampuan sebagian laki-
laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktivitas
seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Gangguan rangsangan seksual pada perempuan: ketidakmampuan
sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi
vagina dan respons keterangsangan seksual yang membuat vagina
membesar sampai aktivitas seksual selesai dan keadaaan ini terjadi
berulang kali.
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup untuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang
disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang
mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal,
faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik
(Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor yang
menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima.
Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir
selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).
5. Gangguan Orgasme
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase
rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu
penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal
sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut
menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami
hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya
tidak dirasakan.
6. Gangguan nyeri Seksual
Sexual pain disorder adalah nyeri genital yang berulang kali
terjadi, baik yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan sebelum,
selama, atau setelah hubungan seksual.
Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual. Salah satu penyebab dispareunia ini
adalah infeksi pada kelamin. Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui
hubungan seksual yang terasa sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir
pasti disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan
atau infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat
dan kelenjar kelamin lainnya.
Vaginismus adalah spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga
luar vagina, yang terjadi diluar kehendak, yang mengganggu hubungan
seksual, dan keadaan ini berulang kali terjadi.
1.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Mengungkapkan aktivitas seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual berubah
5. Mengeluh hasrat seksual menurun
6. Mengungkapkan fungsi seksual menurun
7. Mengeluh nyeri saat berhubungan seksual
Gejala dan Tanda Minor
1. Mengungkapkan keterkaitan pada pasangan berubah
2. Mengeluh hubungan seksual terbatas
3. Mencari informasi tentang kemampuan mencapai kepuasan seksual
1.1.6 Penatalaksanaan
Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat
mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena
itu perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah. Prinsip penatalaksanaan dari
disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut :
1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari
pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex
theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
Kategori : Fisiologis
Definisi
Penyebab
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
Definisi
Integrasi aspek fisik dan sosioemosional terkait penyaluran dan kinerja
seksual
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Mencari 1 2 3 4 5
informasi
untuk
mencapai
kepuasan
seksual
Verbalisasi 1 2 3 4 5
ekstasi
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
peran
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
fungsi
seksual
berubah
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri saat
berhubungan
seksual
(dispareunia)
Keluhan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual
terbatas
Keluhan sulit 1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas
seksual
Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktivitas
seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
perilaku
seksual
berubah
Konflik nilai 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
seksual
Keterkaitan 1 2 3 4 5
pada
pasangan
Definisi
Perasaan sedih yang berdampak negative pada pikiran, tindakan, perasaan dan
kesehatan
Ekspektasi Menurun
Kriteria Hasil
Definisi : kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat
Ekspektasi membaik
Kriteria Hasil
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kepulihan
energi
Tenaga 1 2 3 4 5
Kemampuan 1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas rutin
Motivasi 1 2 3 4 6
Verbalisasi 1 2 3 4 6
lelah
Lesu 1 2 3 4 6
Gangguan 1 2 3 4 5
konsentrasi
Sakit kepala 1 2 3 4 6
Sakit 1 2 3 4 6
tenggorokan
Mengi 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
bersalah
Selera makan 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Libido 1 2 3 4 5
Pola istirahat 1 2 3 4 5
Tindakan
Observasi
Definisi
Tindakan
Observasi
Definisi
Tindakan
Observasi
Definisi
Tindakan
Observasi
Definisi
Tindakan
Observasi
1. BIODATA
Nama Pasien : Tn. Y
Nama Panggilan : Tn. Y
Umur : 42 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirausaha
Penghasilan :-
Alamat : Sidomulyo, Wates Kediri.
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF).
Tanggal MRS : 21 Juni 2019
Tanggal Pengkajian: 21 Juni 2019
Golongan Darah :-
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sesak terasa seperti tertimpa benda berat, sesak pada dada
sebelah kiri, bertambah pada saat digunakan beraktivitas dan berkurang pada saat
istirahat. Saat berjalan beberapa langkah pasien keringat dingin dan pucat, dokter
mengintruksikan untuk membatasi aktivitas yang dapat meningkatkan kinerja
jantung berlebih, begitu juga dengan aktivitas seksual. Karena hal tersebut pasien
mengatakan dalam berhubungan seksual derngan istrinya menjadi terbatas. Dan
Pasien mengalami depresi dan juga kondisi jantungnya yang tidak segera pulih.
GENOGRAM :
X X X X
Keterangan :
1. : Laki-Laki
2. : Perempuan
3. : Pasien
4. X : Meninggal
5. : Tinggal 1 rumah
6. : Hubungan Keluarga
d. Kebutuhan Oksigenasi
Pasien mengatakan mengatakan sesak terasa seperti tertimpa benda berat,
sesak pada dada sebelah kiri, bertambah pada saat digunakan beraktivitas dan
berkurang pada saat istirahat. Saat berjalan beberapa langkah pasien keringat
dingin dan pucat, dokter mengintruksikan untuk membatasi aktivitas yang
dapat meningkatkan kinerja jantung berlebih , begitu juga dengan aktivitas
seksual. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit.
e. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Pasien mengatakan saat dirumah minum 6-7 gelas air putih dalam sehari dan
terkadang pasien minum kopi 1 gelas dalam sehari. Selama dirumah sakit
minum 4-5 gelas sehari. Dan pasien tidak minum kopi. Serta ada tangan kiri
pasien terpasang Infus NS 500cc/24 jam.
f. Kebutuhan Aktivitas
Pasien mengatakan selama di rumah pasien pada siang hari pasien dapat
bekerja sebagai wirausaha, dan pada malam hari menonton 23elevise sambil
merokok dan terkadang bermain bersama cucu. Selama dirumah sakit pasien
hanya berbaring ditempat tidur, ADL dibantu keluarga dan perawat.
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Leher dan Kepala
Kepala
Inspeksi: Rambut pasien tampak berwarna hitam dan sedikit beruban, rambut
tampak panjang terurai, terlihat bersih tidak ada benjolan, bentuk
kepala simetris, bentuk kepala pasien lonjong, tampak kering, tidak
ada lesi di kepala pasien, tidak tampak ada luka bakar, tidak ada
infeksi, tidak tampak ada bekas jahitan, kepala tampah utuh, kedua
alis mata pasien tampak simetris, pada kulit pasien tidak terdapat
ketombe, dan wajah pasien tampak pucat.
Palpasi : Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan yang di rasakan saat
dilakukan palpasi pada daerah kepala pasien, tidak teraba massa
pada daerah kepala pasien, tekstur kepala halus, tidak ada
perubahan kontur tengkorak pada kepala pasien ataupun
diskontinuitas tengkorak pada kepala pasien, dan juga terdapat
tonjolan tulang pada permukaan kepala pasien tersebut.
Mata
Inspeksi : Mata kanan dan kiri pasien tampak simetris, konjungtiva pucat,
sklera berwarna putih, tidak ada edema, kelopak mata terdapat
lingkaran hitam dibawah mata, reflek pupil normal dan dapat
mengecil ketika ada rangsangan cahaya, terlihat lebar ketika tidak
ada cahaya, pupil isokor, ukuran pupil kanan dan kiri sama, mata
kanan dan kiri tidak juling, tidak ada tanda-tanda mata kuning pada
pasien, pasien dapat membuka dan menutup mata secara maksimal.
Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris, tampak bersih,tidak ada secret dan tidak
ada kelainan bentuk hidung pada pasien, bentuk lubang pasien
tampak simetris, pasien memiliki 2 ubang hidung, tidak terdapat lesi
pada hidung, tidak terdapat adanya tanda-tanda tumbuhnya tumor
atau benjolan pada hidung, tidak ada tanda-tanda adanya infeksi dan
pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit.
Telinga : Inspeksi: telinga kanan dan kiri simetris, ukuran telinga pasien
sedang, telinga tampak bersih tidak terdapat perdarahan dan tidak
terdapat edema, daun telinga tampak utuh, dan daun telinga tidak
ada lubang tindik ataupun anting.
Mulut : Inspeksi : Mukosa mulut tampak lembab, bibir kering , gigi tampak
sedikit kotor dan ada karang gigi, gusi tidak ada stomatitis, gigi ada
yang berlubang 2, lidah tidak ada stomatitis, lidah berwarna merah
muda dengan ada papila di permukaannya.
Leher : Inspeksi : Leher berwarna coklat sawo matang, kulit leher tidak ada
luka bakar bentuk leher simetris dan terdapat jakun pada leher
pasien.
Palpasi: Leher tidak terdapat pembesaran kelejar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak teraba adanya pembesaran vena
jugularis yang dirasakan saat di palpasi.
b. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : Kulit pasien berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi atau luka
bakar, tidak terdapat luka operasi pada kulit pasien, kulit pasien
tampak bersih , kulit tidak bersisik
Palpasi: Pada pemeriksaan palpasi turgor kulit pasien baik, tidak ada edema
dan tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba benjolan pada kulit pasien
Inspeksi : Dada pasien tampak simetris, tidak ada kelainan bentuk dada,
Bentuk thorax normal, kulit dada tampak bersih tidak ada luka
ataupun bekas operasi , terdapat penggunaan otot bantu pernapasan,
pasien tampak tidak batuk dan sputum tidak mengandung darah,
tidak tampak terdapat bendungan vena, bentuk scapula normal,
terdapat pernafasan Takipnea dengan adanya frekuensi pernafasan
yang jumahnya meningkat di atas frekuensi normal.
Palpasi : Dada terdapat nyeri tekan, gerakan diafragma tidak normal karena
costa depan bagian bawah terangkat pada waktu inspirasi, palpasi
posisi costa dari fossa menonjol kira-kira 5 cm dibawah fosaa
suprastemalis yaitu sudut pertemuan antara manubrium stemi dan
korpus stemi diamana ujung costa kedua melekat. Getaran suara
paru dari kedua sisi kiri dan kanan sama.
Perkusi : Pasien di minta terlentang, paru-paru anterior dari supraklavikula
ke bawah abdomen sisi kiri dan kanan sama, pasien di minta duduk
dan mengangkat kedua lengan bagian aksila dari atas ke bawah sisi
dari kanan dan kiri sama, paru-paru posterior sisi kanan dan kiri
sama, ICS VII-VIII dan ICS IV-V suara paru-paru timpami (dang
dang dang).
Auskultasi : Meminta pasien bernafas secara normal dan auskultasi pertama
meletakkan diafragma stetoskop pada trakea dan mendengar bunyi
nafas secara teliti serta pada sisi kiri dan kanan sama, terdapat suara
nafas vesikuler pada semua lapang paru, terdapat bunyi tambahan
nafas wheezing kerena eksudat lengket tertiup aliran udara
terdengar saat fase inspirasi dan ekspeksi.
e. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran pada jantung, dengan melihat
cara pola napas pasien tidak normal dengan perbandingan inspirasi
dan ekspirasi, pernapasan pasien cheyne stokes yang merupakan
pola napas cepat dengan sifat kresendo dekrensendo, bentuk dada
pada pasien tidak ada kelainan pada tulang dada, warna kulit pasien
area pada dada sawo matang, cara bernapas pasien menggunakan
otot-otot dada
Palpasi : Ketika meletakkan telapak tangan pada ruang ICS II terdapat pulsasi
pada area aorta dan pulmonal, kemudian telapak tangan geser pada
ke ICS V parasternal sinistra adanya pulsasi pada area ventrikel
kanan atau tricuspid, lalu telapak tangan geser ke ruang
midclavicula sinistra ictus cordis tidak tampak di garis midclavicula
sinistra intercosta V.
Perkusi : Saat melakukan pemeriksaan batas jantung pada ICS II pada area
aorta sebelah kanan dan pumonal sebelah kiri, menentukan batas
kanan jantung melalui perubahan suara perkusi sonor menjadi
pekak, batas jantung kiri di tentukan melalui letak istus cordis, ICS
V mid clavicula kiri (area mitral), ICS V mid snernalis kiri yaitu
area katup trikuspid atau ventrikel kiri.
Auskultasi : Saat melakukan auskultai terdapat adanya bunyi jantung ketiga
pada decompensasi kiri disebut Gallop Rhythm, yaitu suara yang
timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolic dari atrium kiri
ke ventrikel kiri yang sudah membesar merupakan hal yang penting
karena berkaitan dengan peningkatan volume pengisian ventrikel,
bunyi jantung ke tiga sangat spesifik karena untuk menegakkan
diagnosis
f. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesan atau benjolan pada area perut, kulit
perut pada pasien tidak tampak tegang, tidak tampak ada luka
jahitan bekas operasi dan luka bakar, warna kulit perut pasien sawo
matang, tidak tampak ada pelebaran pembuluh darah vena, bentuk
perut simetris, gerakan perut tampak mengembang dan mengempis
saat inspirasi dan ekspirasi, gerakan peristaltik normal, tampak ada
kesimetrisan pada perut pasien.
Auskutasi: Ketika melakukan auskultasi menggunakan stetoskop sumber
suara dari abdomen suara dari struktur vaskuler dan peristaltik usus
normal, mendengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1
menit terdapat frekuensi peristaltik usus 12 kali/menit, pada pasien
tidak terjadi obstruksi pada abdomen, tidak ada kelumpuhan pada
usus peritonitis suara sangat melemah dan kadang hilang.
Perkusi : Ketika diperkusi pada abdomen tidak ada perbesaran organ, tidak
terdapat cairan bebas di dalam rongga perut, tidak terdapat udara
bebas, melakukan pada tiap kuadran terdapat suara timpani yang
dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan, perkusi di
daerah epigastrium dan hipokondrium kiri menimbulkan suara
timpani, perkusi hepar daerah paru ke bawah untuk menentukan
batas hepar yaitu dari perpindahan suara pekak.
Palpasi : Abdomen pasien tidak adanya ketegangan otot dan tidak ada nyeri
tekan, konsistensi abdomen lunak, tidak teraba adanya massa,
palpasi hepar pada saat inspirasi gembunagan perut pada saat di
tekan secara lembut hepar tidak teraba, palpasi pada ginjal tidak
terdapat nyeri tekan, bentuk dan ukuran normal yaitu dengan ginjal
tidak teraba.
Inspeksi :Bentuk simetris pada genetalia pasien, pasien terpasang oleh alat
kateter pada genetalia pasien, genetalia pasien tampak terihat bersih,
kulit penis pasien tampak utuh, tidak ada inflamasi atau iritasi pada
daerah genetalia pasien, tidak ada massa pada genetalia pasien,
pasien sudah di sunat, kedua testis pasien simetris, tidak ada edema
pada genetaia pasien.
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT : 4 4
4 4
Keterangan:
0: tidak ada tonus, tidak ada kontraksi
1: ada tonus, tidak ada kontraksi
2: ada tonus, ada kontraksi, tidak mampu melawan gravitasi
3: melawan gravitasi, tidak dapat melawan tahanan
4: melawan tahanan dengan setengah kekuatan
5: melawan dengan kekuatan penuh
i. Pemeriksaan Neurologi
ANALISA DATA
Valentina Winarti
NAMA PASIEN : Tn. Y
UMUR : 42 Tahun
NO. REGISTER : 290815
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (SDKI)
DS: Proses penyakit Disfungsi seksual
DO:
1. Pasi
en tampak gelisah
2. Pasi
en terpasang Oksigen 4LPM
3. Frek
uensi napas 25 kali/menit
4. Pasi
en tampak sesak napas
5. Tek
anan darah : 160/90 mmHg
6. Den
yut Nadi :
98x / mnt
UMUR : 42 Tahun
NO REGISTER : 290815
UMUR : 42 Tahun
NO REGISTER : 290815
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan SIKI : Edukasi Seksualitas ( I. 12447)
proses penyakit yang ditandai dengan Observasi Observasi
Pasien mengatakan sesak terasa seperti 1. Identifikasi persiapan dan kemampuan menerima 1. Memberikan informasi kepada pasien dapat
tertimpa benda berat, sesak pada dada informasi memberikan pengetahuan dan pemahaman pasien
sebelah kiri, bertambah pada saat Terapeutik Terapeutik
digunakan beraktivitas dan berkurang 1. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan 1. Menambah wawasan pasien tentang seksualitas yang
pada saat istirahat. Saat berjalan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan baik dan benar
beberapa langkah pasien keringat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Membuat pasien semakin memahami tentang hubungan
dingin dan pucat, dokter Edukasi seksualitas walaupun dalam keadaan sakit
mengintruksikan untuk membatasi 1. Jelaskan anatomi dan fisiologis sistem reproduksi laki- 3. Pasien dapat mengetahui tentang hubungan seksualitas
aktivitas yang dapat meningkatkan laki dan perempuan yang belum diketahui oleh pasien
kinerja jantung berlebih, begitu juga 2. Jelaskan perkembangan sesualitas sepanjang siklus Edukasi
dengan aktivitas seksual. Karena hal kehidupan 1. Agar pasien dapat mengetahui anatomi dan sistem
tersebut pasien mengatakan dalam 3. Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan sosial terhadap reproduksi yang dimilikinya
berhubungan seksual derngan istrinya aktivitas seksual 2. Agar pasien mengerti mengenai perkembangan
menjadi terbatas. Dan Pasien 4. Jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual dan seksualitas
mengalami depresi dan juga kondisi AIDS akibat seks bebas 3. Agar pasien tidak terpengaruh oleh kelompok yang
jantungnya yang tidak segera salah
pulih.Pasien tampak gelisah, Pasien SIKI : Konseling seksualitas ( I. 07214) 4. Agar pasien mengetahui resiko tertular penyakit
terpasang Oksigen 4LPM, Frekuensi Observasi menular seksual dan AIDS akibat seks bebas
napas 25 kali/menit, Pasien tampak 1. Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem Observasi
sesak napas Tekanan darah : 160/90 reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular 1. Agara dapat mengetahui masalah reproduksi, masalah
mmHg, Denyut Nadi : 98x / mnt. seksual seksualitas dan penyakit menular seksual yang dialami
2. Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan oleh pasien
penyebab 2. Agar dapat mengatuhui penyebab disfungsi seksual
3. Monitor stress, kecemasan depresi dan penyebab yang dialami oleh pasien
disfungsi seksual 3. Agar dapat mengetahui penyebab stress, kecemasan,
Terapeutik depresi yang dialami pasien
1. Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan Terapeutik
2. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk1. Agar pasien dapat berkomunikasi dengan mudah
menceritakan permasalahan seksual dengan pasangannya
3. Berikan pujian terhadap perilaku yang benar 2. Agar pasien dapat mengungkapkan isi hati dan
4. Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan perasaannya
menggunakan bahasa yang mudah diterima, dipahami dan 3. Agar pasien semakin percaya diri dan bersemangat
tidak menghakimi dalam berhungan seksual
Edukasi 4. Agar informasi yang diberikan perawat kepada pasien
1. Jelaskan efek pengobatan, kesehatan dan penyakit tepat sasaran
terhadap disfungsi seksual Edukasi
2. Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas 1. Agar pasien dapat memahami efek pengobatan,
seksual kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual yang
Kolaborasi dialaminya
1. Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu 2. Agar pasien dapat mengerti modivikasi aktivitas
seksual
SIKI: Perawatan Kenyamanan ( I. 08245) Kolaborasi
Observasi 1. Kolaborasi dengan tim medis lain dapat mempercepat
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (misalnya kesembuhan pasien
mual, nyeri, sesak, gatal)
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi Situasi dan Observasi
perasaannya 1. Agar dapat mengetahui gejala yang tidak
Terapeutik menyenangkan (misalnya mual, nyeri maupun sesak,
1. Berikan posisi yang nyaman gatal)
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Agar dapat mengetahui situasi dan perasaan yang
3. Berikan pemijatan dialami pasien
4. Dukung keluarga dan pengasuh akibat dalam Terapeutik
terapi/pengobatan 1. Membuat pasien menjadi nyaman
5. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan 2. Agar pasien dapat melakukan hubungan seksual tanpa
terapi/pengobatan yang diinginkan terganggu oleh lingkungan yang tidak mendukung
Edukasi 3. Agar pasien menjadi nyaman
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan 4. Agar dapat mengetahui akibat terapi/pengobatan yang
2. Ajarkan terapi relaksasi dialami pasien
3. Ajarkan latihan pernapasan 5. Agar dapat mengetahui situsi yang dialami oleh pasien
4. Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing Edukasi
Kolaborasi 1. Agar dapat mengetshui kondisi yang dialami pasien
1. Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, arthistamin, saat ini
jika perlukan 2. Agar pasien nyaman
3. Agar pasien dapat bernapas dengan baik dan tidak
merasa sesak
4. Agar pasien dapat mengalihkan rasa sesak yang
dirasannya
Kolaborasi
1. Terapi yang diberian kepada pasien dapat mempercepat
kesembuhan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN
UMUR : 42 Tahun
NO.REGISTER : 290815
TANGAN
TANGAN
UMUR : 42 Tahun
NO.REGISTER : 290815
TANGAN
TANGAN
TANGAN
EVALUASI KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn Y
UMUR : 42 Tahun
NO.REGISTER : 290815
TANGAN
O:
Nadi : 83 x/menit
A:
P: Intervensi di lanjutkan
NAMA PASIEN : Tn Y
UMUR : 42 Tahun
NO.REGISTER : 290815
TANGAN
Nadi : 80 x/menit
A:
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019 Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Fajarini, dkk. 2013. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi.https://id.scribd.com/doc/148084983/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA-PASIEN-DENGAN-GANGGUAN-SISTEM-REPRODUKSI-doc.
(diakses pada tanggal 04 Oktober 2020 pukul 22.30)
Studi Kasus
Waktunya Kapan??
TEKNIK RELAKSASI NAPAS Program Studi Pendidikan Profesi
DALAM
Pengertian
Relaksasi ini sebaiknya dilakukan
Tujuan nyeri
Valentina Winarti
Posisinya Bagaimana??
Posisi latihan relaksasi nafas dalam dapat
STIKES RS BAPTIS KEDIRI dilakukan dengantiduran atau duduk.
Yangpenting prosedurnya benar
.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang relaksasi nafas
dalam.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian nafas dalam
b. Menyebutkan manfaat nafas dalam
c. Menyebutkan cara latihan nafas dalam.
B. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab
C. Media
Leaflet.
D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian nafas dalam
2. Manfaat nafas dalam
3. Cara latihan nafas dalam
(Materi Terlampir)
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari nafas dalam?
2. Sebutkan manfaat nafas dalam!
3. Sebutkan cara latihan nafas dalam!
F. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam Penyuluhan
Kesehatan keluarga
Kesehatan
MATERI PENYULUHAN
Referensi :
Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba
Medika.