MAKALAH
Untuk mengetahui tugas matakuliah
KMB II
Yang dibina oleh Bapak Dr. Arif Bachtiar, M.Kep ,
Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep gangguan
kebutuhan keseimbangan tubuh akibat patologis sistem tubuh” dengan baik.
Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah KMB II.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan maaf jika
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik serta saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya pembaca sebagai tambahan pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.........................
2.2 Prevalensi Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.........................
2.3 Etiologi Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.............................
2.4 Menifestasi Klinis Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh............
2.5 Patofisiologi Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.....................
2.6 Penatalaksanaan Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh...............
2.7 Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh........
2
3
4
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh akibat
patologis sistem tubuh
2. Untuk mengetahui Prevalensi gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh akibat
patologis sistem tubuh
3. Untuk mengetahui Etiologi gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh akibat
patologis sistem tubuh
4. Untuk mengetahui Menifestasi klinis gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh
akibat patologis sistem tubuh
5. Untuk mengetahui Patofisiologi gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh akibat
patologis sistem tubuh
6. Untuk mengetahui penaksanaan gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh akibat
patologis sistem tubuh
7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan gangguan kebutuhan keseimbangan tubuh
akibat patologis sistem tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu
tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran
timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemih dan suhu permukaan seperti kulit,
aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua sub modalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu
tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat.
Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa
dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
2.2 Prevalensi Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh
Prevalensi kasus demam thypoid sebesar 5,13%. Negara yang paling tinggi terkena
demam thypoid adalah negara di kawasan Asia Tengah (Pakistan,Bangladesh, India) dan
Asia Tenggara (Indonesia dan Vietnam), di Indonesia Demam thypoid adalah penyakit
infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik), mulai dari usia balita, anak-anak
dan dewasa. Insiden thypoid rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000
penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun
dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka kematian demam
tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17
juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap
tahun. Angka kejadian demam tifoid diketahui lebih tinggi pada negara berkembang
khususnya di daerah tropis. Di Indonesia kasus demam tifoid tercatat ada 900.000 kasus,
20.000 diantaranya berakhir dengan kematian. Dari sumber lain disebutkan bahwa angka
kejadian penyakit ini antara 350 - 810 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya.
Hasil Riset Dasar Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
terjangkit demam tifoid dibandingkan dengan seluruh penduduk (prevalensi) di
Indonesia sebesar 1,6% (Rahmawati & Winarto, 2010; Hadinegoro, Tumbelaka, &
Satari, 2001).
Prevalensi nasional Tifoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah (1,60%). Sebanyak 14 provinsi di Indonesia mempunyai
prevalensi Tifoid diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%),
Bengkulu (2,58%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah(1,61%), Banten (2,24%), Nusa
Tenggara Barat (1,93%), Nusa Tenggara Timur(2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%),
Kalimantan Timur (1,80%), Sulawesi Tengah (1,65%), Sulawesi Selatan (1,80%),
Gorontalo (2,25%), Papua Barat(2,39%) dan Papua (2,11%) (Riskesdas, 2007).
DAPUS
Herlman, T. Heather. 2009. NANDA International Diagnosis Keperawatan :Definisi dan
Klasifikasi. 2009-2011. Jakarta : EGC
Potter , P. A. Dan Perry, A. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperwatan vol. 3.Jakarta : EGC