Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR TEORI DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN HIPERTIROID
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin
Dosen Pengampu : Heny Marlina Riskawaty, S.Kep., Ners., M.kep.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. AISHA PUTRI MEIDIAH 7. SANDI APRIA MAULANA


2. SUCI RAMADHANI 8. YUNIK PURNAWATI
3. RESTIA SOVIANTI 9. SITI ORIZA
4. SULHAN HADI 10. WIDIA PUTRI NOVIANA
5. SOHIBUL HAMDI 11. UMRAH DAMAYANTI
6. RIZKA DWI APRIANTI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar Teori Dan Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Hipertiroid”. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin
sebagai laporan hasil diskusi kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami
temui, namun berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari
berbagai pihak yang terlibat maka makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kurang lebihnya kami
mohon maaf, semoga makalah mengenai “Konsep Dasar Teori Dan Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertiroid” ini bermanfaat untuk pembaca
pada khususnya dan kita semua pada umumnya.

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTIROID .....................................3
A. Definisi ..................................................................................................................3
B. Etiologi ..................................................................................................................3
C. Klasifikasi ..............................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis .................................................................................................5
E. Patofisiologi ...........................................................................................................6
F. Pathway ..................................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................8
H. Penatalaksanaan ....................................................................................................8
I. Komplikasi ..............................................................................................................10
J. Pencegahan .............................................................................................................10
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ...................................12
A. Pengkajian .............................................................................................................12
B. Diagnosa ................................................................................................................13
C. Intervensi ...............................................................................................................14
D. Implementasi .........................................................................................................21
E. Evaluasi..................................................................................................................21
BAB IV JURNAL .....................................................................................................23
A. Analisa PICOT ......................................................................................................23
BAB V PENUTUP ....................................................................................................25
A. Kesimpulan............................................................................................................25
B. Saran ......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan tiroid adalah kelainan endokrin yang paling sering
ditemukan setelah diabetes melitus. Prevalensi kelainan tiroid di wilayah
dengan defisiensi iodin lebih tinggi, salah satunya wilayah Asia Tenggara.
Hormon tiroid memiliki banyak efek pada beberapa organ di dalam tubuh
seperti meningkatkan pertumbuhan, sistem saraf pusat, kardiovaskuler, dan
laju metabolisme ( Pratomo et al 2022).
Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan
laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta
keempat, keadaan ini dapat timbul setelah terjadi syok emosional, stress atau
infeksi tetapi makna hubungan ini yang tepat belum dipahami.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami
hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar
tiroid itu sendiri. Baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme merupakan
penyakit yang menimbulkan gangguan pada fungsi metabolik dan endokrin
dari individu, keduanya juga mempunyai manifestasi klinik masing-masing
yang berakibat pada ketidakseimbangan dari tubuh.
Dengan adanya berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan
hipertiroidisme dan hipotiroidisme, maka sangat penting bagi kita sebagai
seorang tenaga keperawatan bisa menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan tepat pada klien dengan gangguan hipotiroidisme dan
hipertiroidisme.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Teori Penyakit Hipertiroid?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penyakit Hipertiroid?
C. TUJUAN
Yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :

1
1. Untuk mengetahui pengertian Hipertiroid
2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari penyakit Hipertiroid
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Hipertiroid
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hipertiroid
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan pada
pasien Hipertiroid
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Hipertiroid
7. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan Hipertiroid

2
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTIROID

A. Definisi
Hipertiroid atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif, terjadi ketika kelenjar
tiroid melepaskan terlalu banyak hormon dalam aliran darah sehingga
mempercepat metabolisme tubuh (Kemenkes 2020).
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah gangguan kesehatan yang terjadi
ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yaitu triiodothyronine (T3)
dan thyroxine (T4), secara berlebihan.. Kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi
menyebabkan metabolisme tubuh bekerja sangat cepat. Akibatnya, tubuh akan
mengalami sejumlah gangguan kesehatan seperti nafsu makan meningkat
namun berat badan tidak kunjung naik, jantung berdebar kencang, hingga sulit
berkonsentrasi (Siloam Hospital 2023).

B. Etiologi
Ada berbagai macam kondisi medis yang dapat memicu terjadinya hipertiroid,
mulai dari infeksi hingga gangguan autoimun. Kondisi yang memicu terjadinya
hipertiroid adalah sebagai berikut:

3
1. Graves Disease
Graves disease merupakan penyakit autoimun yang di mana sistem imun
menyerang kelenjar tiroid di dalam tubuh. Hal ini akan memicu kelenjar
tiroid untuk memproduksi hormon tiroid dalam jumlah banyak. Graves
disease merupakan penyebab hipertiroid paling umum di antara kondisi
medis lainnya.
2. Tiroiditis
Tiroiditis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada kelenjar tiroid.
Tiroiditis bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti gangguan
sistem imun tubuh dan infeksi virus tertentu. Beberapa jenis virus yang
dapat menginfeksi kelenjar tiroid di antaranya virus flu, gondongan
(mumps), dan COVID-19. Peradangan ini dapat mengakibatkan kebocoran
pada kelenjar tiroid sehingga hormon tiroid akan masuk ke aliran darah dan
memicu gejala-gejala hipertiroid.
3. Nodul Tiroid
Kondisi medis yang juga dapat menyebabkan hipertiroid adalah nodul
tiroid. Nodul tiroid merupakan benjolan padat atau bisa juga berisi cairan
yang muncul pada kelenjar tiroid.
Benjolan tersebut umumnya berisi cairan dan dapat menekan kelenjar tiroid
sehingga mengganggu proses produksi hormon. Nodul tiroid bisa
diakibatkan oleh beberapa hal, seperti kekurangan yodium hingga kanker
tiroid.
4. Penyebab Hipertiroid Lainnya
Selain gangguan kesehatan yang telah disebutkan di atas, hipertiroid juga
bisa dipicu oleh kondisi tertentu seperti:
a. Mengonsumsi obat yang mengandung yodium tinggi.
b. Menderita penyakit kronis tertentu, seperti anemia pernisiosa atau
diabetes tipe 1.
c. Memiliki keluarga dengan riwayat graves disease.

4
d. Kehamilan. Ibu hamil memiliki kadar hormon HCG yang tinggi dalam
tubuhnya. Hormon tersebut turut merangsang kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid dalam jumlah banyak.
C. Klasifikasi
Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid
itu sendiri, contohnya :
- Penyakit grave
- Functioning adenoma
- Toxic multinodular goiter
– Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar
tiroid,contohnya :
- Tumor hipofisis
- Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
- Pemasukan iodium berlebihan
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada sesorang yang menderita
Hipertiroid, yaitu:
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremo, iritabilitas, peningkatan kepekatan terhadap
katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme Basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan
4. Nafsu makan meningkat namun berat badan tidak kunjung bertambah.
5. Peningkatan frekuensi buang air besar (diare)
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi (Perubahan siklus menstruasi pada wanita).
8. Cepat lelah
9. Sulit tidur
10. Pembesaran kelenjar tiroid

5
11. Mata melotot (exophthalmos/eksoftalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat
penimbunan zat dalam orbit mata
E. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika,
dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak
hiperplasia dan lipatanlipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah
sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali
lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat
dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.
Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf
yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali

6
perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi
yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon
tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
F. Pathway

7
G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat
susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia
Test penunjang lainnya
1. Thyroid scan (nuklir tiroid), untuk memindai kelenjar tiroid menggunakan
kamera khusus, dengan terlebih dahulu menyuntikkan zat radioaktif ke
dalam pembuluh darah
2. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan
iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35%
dari dosis yang diberikan setelah 24 jam, pada pasien Hipertiroid akan
meningkat.
3. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien Hipertiroid adalah :
1. Obat-obatan antitiroid
a. Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan
harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan
100 mg.
b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon
tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,

8
nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan
OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
Dokter akan menurunkan dosis obat apabila kadar hormon tiroid dalam
tubuh telah kembali normal, biasanya 1–2 bulan setelah mulai kosumsi obat.
2. Terapi iodium radioaktif
Terapi iodium radioaktif bertujuan untuk menyusutkan kelenjar tiroid
sehingga mengurangi produksi jumlah hormon tiroid. Pasien akan diberikan
cairan atau kapsul yang mengandung zat radioaktif dan iodium dosis rendah,
yang akan diserap oleh kelenjar tiroid. Terapi ini berlangsung selama
beberapa minggu atau bulan.
Meski dosis yang diberikan rendah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pasien setelah menjalani pengobatan ini, yaitu:
 Hindari kontak dengan anak-anak dan ibu hamil selama beberapa hari
atau minggu untuk mencegah penyebaran radiasi
 Tidak dianjurkan untuk hamil setidaknya selama 6 bulan setelah
pengobatan
3. Operasi
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi dilakukan jika:
 Pemberian obat dan terapi iodium radioaktif tidak efektif untuk
mengatasi hipertiroidisme
 Pembengkakan yang terjadi pada kelenjar tiroid cukup parah
 Kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menjalani pengobatan dengan
obat-obatan atau terapi iodium radioaktif, misalnya sedang hamil atau
menyusui
 Pasien mengalami gangguan penglihatan yang cukup parah
Prosedur tiroidektomi dapat bersifat total atau sebagian, tergantung pada
kondisi pasien. Namun, sebagian besar tiroidektomi dilakukan dengan

9
mengangkat seluruh kelenjar tiroid untuk mencegah risiko hipertiroidisme
kambuh atau muncul kembali.
Pasien yang menjalani operasi pengangkatan kelenjar tiroid total dan
terapi radioaktif iodium dapat terkena hipotiroidisme. Kondisi ini dapat
diatasi dengan mengonsumsi obat berisi hormon tiroid. Akan tetapi,
konsumsi obat ini mungkin perlu dilakukan seumur hidup.
I. Komplikasi
Hipertiroidisme dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak
segera dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
 Krisis tiroid atau thyroid storm
 Osteoporosis
 Gangguan irama jantung (atrial fibrilasi)
Beberapa komplikasi hipertiroid yang dapat terjadi pada kehamilan adalah:
 Preeklamsia
 Kelahiran prematur
 Keguguran
 Bayi lahir dengan berat badan rendah
J. Pencegahan
Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid :
1. Berhenti merokok
Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang bisa
menghambat kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia
rokok dapat menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya
meningkatkan risiko terjadinya orbitopathy graves atau dikenal dengan
kelainan mata menonjol akibat hipertiroid.
2. Berhenti mengkonsumsi alkohol
3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid
Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu
makanan yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu, atau susu kedelai.
Selain itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang, salmon, kepiting,
ayam, telur, bayam, jamur shitake, dan beras merah.

10
4. Cek kesehatan tiroid Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah
melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala, tes ini dilakukan
dengan mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan sekitar leher.
Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala tiroid, seperti mudah
berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi dan nafsu makan
berubah, segera periksakan diri ke dokter
5. Berolahraga secara teratur
6. Mengelola stress dengan baik

11
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Bina hubungan
saling percaya (BHSP). Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan gagal
ginjal kronik biasanya :
a. Identitas Diri
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku /
bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
rekam medis, diagnosis medis dan alamat.
b. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama yang muncul bervariasi, dari mulai terjadi kelenjar
tiroid di bagian leher membengkak, nafsu makan meningkat namun berat
badan tidak kunjung bertambah, tremor, seperti tangan dan jari yang
gemetar, sering berkeringat bahkan dalam jumlah yang tidak wajar, mudah
lelah, dan sulit tidur.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klien untuk mengatasinya.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan
dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala,
infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alfa.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat penyakit keturunan.
f. Psikososial

12
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak
stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak.
Sering juga didapatka gangguan tidur.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali
dari ukuran normal.
2) Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
3) Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada
saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata
ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup
mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
4) Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan
jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia,
bunyi jantung.
5) Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.
B. Diagnosa
1) Resiko Penurunan Curah Jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung
2) Gangguan Citra Tubuh yang berhubungan dengan Perubahan
Struktur/bentuk tubuh

13
3) Defisit Nutrisi yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
4) Intoleransi Aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan
C. Intervensi
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi
Hasil
1. D.0011 Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Risiko intervensi keperawatan (I.02075)
Penurunan selama 3 x 24 jam,
Curah diharapkan curah Observasi
Jantung jantung meningkat,
 Identifikasi
dengan kriteria hasil:
tanda/gejala primer
1. Gambaran aritmia
penurunan curah
menurun
jantung (meliputi:
2. Lelah menurun
dispnea, kelelahan,
3. Dispnea menurun
edema, ortopnea, PND,
4. Tekanan darah
peningkatan CVP).
membaik
 Identifikasi
tanda/gejala sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi:
peningkatan berat
badan, hepatomegaly,
distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)
 Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan
darah ortostatik, jika
perlu)
 Monitor intake dan
output cairan
 Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor keluhan nyeri
dada (mis: intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presipitasi yang
mengurangi nyeri)

14
 Monitor EKG 12
sadapan
 Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
 Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis: elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
 Monitor fungsi alat
pacu jantung
 Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
 Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian
obat (mis: beta
blocker, ACE
Inhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin)
Terapeutik

 Posisikan pasien semi-


fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung
yang sesuai (mis:
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi
lemak)
 Gunakan stocking
elastis atau pneumatik
intermitten, sesuai
indikasi
 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
 Berikan terapi
relaksasi untuk

15
mengurangi stress, jika
perlu
 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
Edukasi

 Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

2. Gangguan Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh


( I.09305)
Citra Tubuh tindakan keperawatan
…x 24 jam diharapkan Observasi
masalah keperawatan
 Identifikasi harapan
Citra Tubuh meningkat, citra tubuh
berdasarkan tahap
dengan kriteria hasil :
perkembangan
a. Verbalisasi  Identifikasi budaya,
agama, jenis kelami,
perasaan
dan umur terkait
negative tentang citra tubuh
 Identifikasi
perubahan tubuh
perubahan citra
menurun tubuh yang

16
b. Verbalisasi mengakibatkan
isolasi sosial
kekhawatiran
 Monitor frekuensi
pada penolakan pernyataan kritik
tehadap diri sendiri
atau reaksi
 Monitor apakah
orang lain pasien bisa melihat
bagian tubuh yang
menurun
berubah
c. Melihat bagian
Terapeutik
tubuh membaik
d. Menyentuh  Diskusikan perubahn
tubuh dan fungsinya
bagian tubuh
 Diskusikan
membaik perbedaan
penampilan fisik
e. Hubungan
terhadap harga diri
social membaik  Diskusikan akibat
perubahan pubertas,
kehamilan dan
penuwaan
 Diskusikan kondisi
stres yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka,
penyakit,
pembedahan)
 Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
 Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh

Edukasi

 Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
 Anjurkan
mengungkapkan

17
gambaran diri
terhadap citra tubuh
 Anjurkan
menggunakan alat
bantu( mis. Pakaian ,
wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti
kelompok
pendukung( mis.
Kelompok sebaya).
 Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
 Latih peningkatan
penampilan diri
(mis. berdandan)
 Latih pengungkapan
kemampuan diri
kepad orang lain
maupun kelompok

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


Tindakan keperawatan (I03119)
selama 3x24 jam
Observasi
diharapkan masalah
keperawatan menurun  Identifikasi status
dengan kriteria hasil: nutrisi
1. Porsi makanan yang  Identifikasi alergi dan
dihabiskan intoleransi makanan
meningkat  Identifikasi makanan
2. Kekuatan otot yang disukai
mengunyah  Identifikasi kebutuhan
meningkat kalori dan jenis nutrien
3. Kekuatan otot  Identifikasi perlunya
menelan meningkat penggunaan selang
4. Verbalisasi nasogastrik
keinginan untuk  Monitor asupan
meningkatkan makanan
nutrisi meningkat  Monitor berat badan
5. Pengetahuan tentang  Monitor hasil
pilihan makann yang pemeriksaan
sehat meningkat laboratorium
6. Pengetahuan tentang

18
pilihan minuman
Terapeutik
yang sehat
meningkat  Lakukan oral hygiene
7. Pengetahuan tentang sebelum makan, jika
standar asupan perlu
nutrisi yang tepat  Fasilitasi menentukan
meningkat pedoman diet (mis:
8. Penyiapan dan piramida makanan)
penyimpanan  Sajikan makanan
makanan yang aman secara menarik dan
meningkat suhu yang sesuai
9. Penyiapan dan  Berikan makanan
penyimpanan tinggi serat untuk
minuman yang aman mencegah konstipasi
meningkat  Berikan makanan
10. Sikap terhadap tinggi kalori dan tinggi
makanan/minuman protein
sesuai dengan  Berikan suplemen
tujuan kesehatan makanan, jika perlu
meningkat  Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi

 Ajarkan posisi duduk,


jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis

19
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi


aktivitas Tindakan keperawatan ( I.05176)
selama 3x24 jam
diharapkan masalah Observasi
keperawatan menurun  Identifikasi gangguan
dengan kriteria hasil: fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi mengakibatkan
meningkat kelelahan
2. Saturasi oksigen  Monitor kelelahan fisik
meningkat dan emosional
3. Kemudahan dalam  Monitor pola dan jam
melakukan tidur
aktivitas sehari-  Monitor lokasi dan
hari meningkat ketidaknyamanan
4. Kecepatan berjalan selama melakukan
meningkat aktivitas
5. Jarak berjalan
Terapeutik
meningkat
6. Kekuatan tubuh  Sediakan lingkungan
bagian atas nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis: cahaya,
7. Kekuatan tubuh suara, kunjungan)
bagian bawah  Lakukan latihan
menigkat rentang gerak pasif
8. Toleransi dalam dan/atau aktif
menaiki tangga  Berikan aktivitas
meningkat distraksi yang
9. Keluhan Lelah menenangkan
menurun  Fasilitasi duduk di sisi
10. Dyspnea saat tempat tidur, jika tidak
aktivitas menurun dapat berpindah atau
11. Dyspnea setelah berjalan
aktivitas menurun
12. Perasaan lemah Edukasi
menurun
 Anjurkan tirah baring
13. Aritmia saat
 Anjurkan melakukan
aktivitas menurun

20
14. Aritmia setelah aktivitas secara
aktivitas menurun bertahap
15. Sianosis menurun  Anjurkan
16. Warna kulit menghubungi perawat
membaik jika tanda dan gejala
17. Tekanan darah kelelahan tidak
membaik berkurang
18. Frekuensi napas  Ajarkan strategi
membaik koping untuk
19. EKG iskemia mengurangi kelelahan
membaik  Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

D. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI). Implementasi proses keperawatan merupakan
rangkaian aktivitas keperawatan dari hari yang harus dilakukan dan
didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan terhadap
efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula dengan menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.
Pada tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada
didalam rencana keperawatan dan langsung mencatatnya dalam format
tindakan keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria
hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah). Yang dimana evaluasi
keperawatan ini dicatat dan disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.

21
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
SOAP :
S Subjective yaitu Pernyataan atau keluhan dari pasien
O Objective yaitu Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
A Analisys yaitu Kesimpulan dari objektif dan subjektif
Planning yaitu Rencana tindakan yang akan dilakuakan
P
berdasarkan analisis
SOAPIER :
S Subjective yaitu Pernyataan atau keluhan dari pasien
O Objective yaitu Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
Analisis , interpretasi dari data subyektif dan data objektif.
Analsisis merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih
A
terjadi, atau masalah atau diagnosis yang baru akibat adanya
perubahan status kesehatan klien.
Planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah
P
dilanjutkan, ditambah atau dimodifikasi
Implementasi, artinya pelaksanaan tindakan yang dilakukan sesuai
I
instruksi yang ada dikomponen P
E Evaluasi, respon klien setelah dilakukan tindakan.
Reassesment, pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
R perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi. Apakah dari rencana
tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.

22
BAB IV
JURNAL
A. Analisa PICOT
Jurnal Comparasi
Populasi Intervensi Outcome Time
on
Efek Tikus putih Intervensi tikus putih Tidak Penelitian
Ekstrak galur diberikan pada galur terdapat dilaksanakan
Buah Wistar tikus putih Wistar perbedaan selama 6
Ciplukan berjumlah yang diinduksi berjumlah penurunan minggu, 1
(Physallis 30 ekor hipertiroid 30 ekor kadar T4 minggu
peruvenia) menggunakan yang dibagi yang pada pemeriksaan
Pada Kadar obat menjadi 5 kontrol awal,
T4 Tikus levothyroxine kelompok positif dan pemberian
Putih dosis 40 yaitu control induksi
mg/kgBB kelompok negatif hipertiroid
Penulis : selama 21 hari, 1,menggun setelah selama 3
Nita Parisa kemudian akan perlakuan minggu, dan 2
dibagi menjadi kontrol selama 14 minggu
Jurnal 5 kelompok negatif hari, pemberian
Biomedik yaitu kontrol dengan sedangkan kontrol negatif
Fakultas negatif akuades; untuk menggunakan
Kedokteran (Akuades), kelompok 2 kelompok akuades,
Universitas kontrol positif kontrol pemberian kontrol positif
Sriwijaya (PTU 100 positif ekstrak menggunakan
Volume 5 mg/kgBB), menggunak buah Propiltiourasil
Nomor 3 kelompok 3, 4, an ciplukan (PTU), ekstrak
November dan 5 ekstrak Propiltioura dosis 1, 2, buah ciplukan.
2019 buah Ciplukan. sil (PTU) dan 3
Selanjutnya 100 terdapat
dilakukan mg/kgBB; perbedaan
pengukuran kelompok penurunan
kadar T4. 3, 4, dan 5 kadar T4
Pengukuran berturut- (p<0,05).
kadar T4 turut

23
dilakukan menggunak
sebanyak 3 an ekstrak
kali yaitu buah
sebelum Ciplukan
dilakukan dengan
induksi dosis 250
hipertiroid mg, 500
dengan mg, dan
levotiroksin 40 1000 mg
mg/kgBB, per kg berat
sesudah badan
induksi (BB).
hipertiroid,
dan setelah
perlakuan
kontrol negatif
(akuades),
kontrol positif
(PTU) dan
ekstrak 3 dosis
(250, 500, dan
1000
mg/kgBB.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, terjadi penurunan kadar T4
pada tikus yang diinduksi hipertiroid selama 21 hari dengan menggunakan
obat levothyroxine dosis 40 mg/kgBB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vessal et al pada tahun 1996 dimana efek ekstrak etanol
ciplukan yang diinjeksikan pada tikus betina serupa dengan pemberian beta
estradiol 15 gram (5-8 hari) yaitu dapat meningkatkan aktivitas Baso Medial
Hypothalamus (BMH) dan lysylaminopeptidase (lys-AP) pada pituitari. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pemberian beta estradiol bersamaan dengan
larutan ciplukan pada tikus dapat meningkatkan aktivitas enzim pituitari dan
hipotalamus. Hal ini diharapkan dapat mengendalikan sekresi TSH.

24
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan tiroid adalah kelainan endokrin yang paling sering ditemukan
setelah diabetes melitus. Prevalensi kelainan tiroid di wilayah dengan defisiensi
iodin lebih tinggi, salah satunya wilayah Asia Tenggara. Hormon tiroid
memiliki banyak efek pada beberapa organ di dalam tubuh seperti
meningkatkan pertumbuhan, sistem saraf pusat, kardiovaskuler, dan laju
metabolisme.
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah gangguan kesehatan yang terjadi
ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yaitu triiodothyronine (T3)
dan thyroxine (T4), secara berlebihan.. Kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi
menyebabkan metabolisme tubuh bekerja sangat cepat. Akibatnya, tubuh akan
mengalami sejumlah gangguan kesehatan seperti nafsu makan meningkat
namun berat badan tidak kunjung naik, jantung berdebar kencang, hingga sulit
berkonsentrasi (Siloam Hospital 2023).
Hipertiroidisme dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak
segera dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
 Krisis tiroid atau thyroid storm
 Osteoporosis
 Gangguan irama jantung (atrial fibrilasi)
Pola hidup sehat yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala dari
hipertiroidisme adalah mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga
secara teratur, mengelola stres dengan baik, dan tidak merokok
B. SARAN
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang penyusunan makalah, agar kedepan bisa lebih
baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, T., Subiantonny, A., & Yunitawati, D. (2015). Pengaruh Ekstrak Etanol
Ciplukan Terhadap Penurunan Kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Tikus Jantan Galur Wistar Induksi Propylthiouracil. Indonesian Journal of
Micronutrition, 7(1), 11-24.

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Hipertiroid. Jakarta : Kemenkes RI. Online.

Medis Siloam Hospital. (2023). Apa itu Hipertiroid. Online.


https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hipertiroid

Parisa, N. (2019). Effects of Ciplukan Fruit Extract (Physallis peruvenia) on T4


levels in White Rats. Biomedical Journal of Indonesia, 5(3), 121-125.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Pratomo, B. Y., Widodo, U., & Ferdiansyah, D. 2022. MANAJEMEN


PREOPERATIF PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID. Jurnal
Komplikasi Anestesi, 9(3), 60-67.

26

Anda mungkin juga menyukai