Anda di halaman 1dari 9

Visi Program Studi :

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi
keperawatan lanjut usia

CARING DALAM KEPERAWATAN GERONTIK

PROGRAM STUDI : Prodi Ners


MATA KULIAH : Keperawatan Gerontik
DISUSUN OLEH :
1.Prabu Wijaya
2.Rina Octaviana
3.Pancawati
4.Ronny Sucipto
5.Salimah
6.Sawinah

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan


bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan. Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat
akan berhadapan dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu,Perawat harus
terus meningkatkan profesionalismenya dengan meningkatkan perilaku caring.Caring bukan
semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999).

Caring adalah pusat fokus atau inti dari keperawatan. Banyak teori dan makna dari
caring mulai dari grand theory, middle range theory, sampai practice theory seperti yang
disampaikan Watson tentang Human care, Swanson dengan A Theory of Caring, Boykin
dan Schoenhofer dengan Nursing As Caring. Newhouse et al., dalam sebuah Systematic
Review Advanced Practice Nurse Outcomes 1990-2008 menyatakan bahwa kepuasan pasien
merupakan high evidence grade, selanjutnya dalam sebuah meta synthesis “Patient
Satisfaction With Nursing Care” memberikan kesimpulan bahwa untuk mendapatkan
kepuasan pasien hal yang paling terpenting adalah perilaku caring. Pernyataan tersebut
menjadikan caring perawat merupakan bagian dari kepuasan pasien yang digunakan sebagai
evaluasi dari sistem pelayanan kesehatan. Caring adalah salah satu tindakan keperawatan
yang dilakukan setiap hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien
yang di hadapi (Watson,2011). Dalam memberikan pelayanan keperawatan, perlu
diperhatikan tiga aspek yakni care, cure, dan core. Proporsi pelayanan yang di berikan
sebanyak tiga perempatnya adalah caring (tindakan yang berfokus pada kenyaman dan
kepuasan bagi klien selama di rawat), sedangkan seperempatnya curing (tindakan
pengobatan yang di berikan dalam proses penyembuhan) (Lydia,2011).
Perilaku caring perawat merupakan hal yang penting bagi pasien sebagai pengguna
jasa dalam pelayanan keperawatan yang akan membantu salah satu proses dari kesembuhan
pasien itu sendiri. Perilaku caring adalah fokus utama dalam praktik dari keperawatan.
Caring mengandung nilai humanistik, menghormati kebebasan manusia, menekankan pada
peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap
orang (Laila, 2011).
Caring sebagai evaluasi pelayanan kesehatan merupakan trend di era ini, karena
gelombang pemasaran pelayanan kesehatan sekarang sudah berubah dari era service
excellence yang berbasis pada standar operasional prosedur atau juga standar pelayanan
minimal bergeser ke era care with character yang menjadikan nilai – nilai caring sebagai
prinsip dalam pelayanan kesehatan. Caring seorang tenaga medis sangat perlu dilakukan
penilaian.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep caring dalam keperawatan gerontik
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep Caring dari teori Kristen Swanson
3. Mahasiswa dapat memahami konsep utama metaparadigma keperawatan melalui
teori human caring

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengerti tentang Analisis keperawatan berdasarkan teori human caring
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori human caring dalam profesi keperawatan
3. Mahasiswa dapat memahami proses dan teori keperawatan human caring
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring secara Umum

Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang lain
yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih sayang
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat diartikan
sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa kepedulian kita
untuk orang lain, pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati dan perasaan
cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.

Menurut Anjaswarni (2005), caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan


bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan. 

Menurut Meidiana (2007), caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,
menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan
keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan. 

Menurut Morrison dan Burnard (2009), caring merupakan suatu proses yang
memberikan kesempatan kepada seseorang (baik pemberi asuhan (carrer) maupun
penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi, yang didukung dengan aspek-aspek
pengetahuan, penggantian irama, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati,
harapan dan keberanian. 

Menurut Potter dan Perry (2005), caring adalah suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak
keperawatan
Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan dari
rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring, karena
seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga kepada orang
lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada keluarga atau
orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.

Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang pasiennya, memahami pasien,
caring dalam spiritual dan juga dalam perawatan keluarga. Keperawatan sebagai suatu
profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat, Keperawatan adalah ilmu kesehatan
tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring
(Lindbreg, 1990).

Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberi dukungan kepada
individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku caring diajarkan kepada manusia
sejak lahir, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa pertahanan, sampai
meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi untuk mengubah struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai dalam merawat diri sendiri dan orang lain, serta dalam
prakteknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesioanal
carenya (Leininger, 1991).

Proses keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya


dengan konsep caring ditunjukkan dengan memperkenalkan diri kita kepada pasien kita
serta membuat kontak hubungan yang baik, memanggil pasien kita dengan
menyebutkan namanya secara halus, selalu memotivasi pasien kita, meyakinkan pasien
bahwa seorang perawat akan terus membantunya jika terjadi masalah, memenuhi
kebutuhan dasar seorang pasien dengan iklas, menjadi pendengar yang aktif, bersikap
jujur, dapat mengendalikan perasaan kita dengan baik, dan tentunya rasa empati kita
terhadap seorang pasien.

Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat, cepat, dan
berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat pasien kita senang
dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya. Bentuk dari sebuah caring dalam
keperawatan merupakan inti dari profesi keperawatan. Caring memliki banyak makna
yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994). Caring di
dalam suatu praktik keperawatan juga termasuk dalam tidak menerima uang atau
meminta uang kepada seorang pasien, kolaborasi dengan baik bersama anggota tim
kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan jaminan mutu.

2. Persepsi pasien tentang Caring


Pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan seorang
klien atau pasien. Jika pasien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai
individu, mereka biasanya menjadi teman kerja yang aktif dalam merencanakan
perawatan (Attree, 2001). Dalam penelitian, pasien menunjukkan bahwa mereka
semakin puas saat perawat melakukan aksi sebuah caring.
Bagi seorang perawat, membangun suatu hubungan dengan pasien sangatlah
penting. Seperti contohnya, perawat yang mempunyai pasien yang takut untuk
dipasangkan kateter intravena. Kebetulan juga perawat ini masih baru dan belum
terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut pun memutuskan
untuk dibantu oleh perawat yang sudah terampil sehingga pasien tidak akan cemas.
Dengan mengetahui karakteristik pasien, seorang perawat akan terbantu dalam memilih
pendekatan yang paling sesuai dengan pasien.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
seseorang yang menolong pasien, memecahkan dilematis dengan cara menghadirkan
hubungan dan memberikan prioritas kepada seorang pasien. Kepuasan pasien dapat
diukur dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan kepuasan
terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar manusia (Pohan, 2006).

3. Beberapa Teori Caring

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1984) sebagai usaha untuk


menguraikan dan menjelaskan beberapa fenomena dalam keperawatan (dikutip oleh
Taylor C. Dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam rangka membedakan antara
keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang berpengaruh
dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan,
konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski keempat konsep digunakan pada
setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan antara konsep ini berbeda antara
teori yang satu dengan teori yang lain.

Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan yang
menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan
secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa proses pelayanan
manusia dengan lingkungan pemulihan menyertakan proses generasi kehidupan,
penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta pemulihan untuk perawat dan
kliennya.

Watson (1988) juga menambahkan, teori ini menggambarkan suatu kesadaran


perawat untuk mengetahui apa itu perawat, sakit, caring, serta pulih. Oleh karena itu,
caring transpersonal menolak tempat maupun pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada penyakit sebelum pengobatan sebab harus dilihat apa penyebab penyakit klien dan
bagaimana pengobatannya terlebih dahulu. Selain itu juga harus mencari sumber
pemulihan dari dalam untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi diri secara
menyeluruh.

Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan transformatif yang
berarti keperawatan pemulihan itu mendukung proses penyembuhan dari dalam diri
(batin). Terdapat sepuluh faktor karatif, yaitu sifat dari karakter perawat yang
menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan.
Teori Watson sebagai pembangun struktur ilmu caring, yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik yang dapat dipraktikkan


dengan menggunakan kebaikan hati dan kasih sayang untuk memperluas diri dan
juga sikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan klien.
Jadi, dari kata altruistik dapat diartikan bahwa perawat harus memiliki nilai
mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.
2. Menciptakan kepercayaan, keyakinan, dan harapan, yaitu dengan cara
menciptakan suatu hubungan baik dengan klien yang menawarkan maksud dan
petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.
3. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu dengan cara
belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain, atau menempatkan
kedudukan diri dengan orang lain secara merata.
4. Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya dengan
belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain melalui komunikasi
yang efektif dengan klien.
5. Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif dengan cara
mendukung dan menerima perasaan klien.
6. Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah dengan
cara menerapkan proses keperawatan secara sistematis dalam membuat keputusan
pemecahan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan berfokus
pada klien.
7. Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar dengan cara belajar bersama
kepada klien guna mendapatkan keterampilan perawatan diri yang dapat
diimplementasikan pada kehidupan klien ke depan.
8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau perbaikan suasana mental, fisik,
sosial, serta spiritual dengan cara membuat pemulihan suasana pada semua
tingkatan, fisik maupun non-fisik. Juga dengan meningkatkan kebersamaan,
keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.
9. Mendapatkan kebutuhan manusia dengan cara membantu klien mendapatkan
kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja atau disadari.
10. Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomenal yang bersifat spiritual dengan
cara memberikan pengertian yang lebih baik mengenai diri dan klien.
Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi lima proses
pelayanan, yaitu :
1. Mengetahui, dengan cara berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam
kehidupan seseorang akan menghindari asumsi, fokus pada pelayanan seseorang,
penilaian menyeluruh, mencari petunjuk dan mengikat diri atau keduanya.
2. Melakukan bersama, dengan hadir secara emosional akan berakibat berada di
sana menunjukkan kemampuan berbagi perasaan dengan tidak marah-marah.
3. Sebisa mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain seperti melakukannya
terhadap diri sendiri yang berakibat timbulnya kenyamanan dan antisipasi dengan
cara menunjukkan kepercayaan dan keterampilan.
4. Kemampuan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan
seperti kelahiran dan kematian atau kejadian tak terduga. Caranya dengan
memberi tahu, menjelaskan, mendukung, atau mengizinkan fokus membuat
alternatif, membenarkan, dan memberikan umpan balik.
5. Mengatasi kepercayaan dengan menaruh kepercayaan menjalani hidup atau
transisi dalam menghadapi masa depan. Caranya dengan mempercayai dan
mempertahankan sikap penuh pengharapan menawarkan keyakinan yang
realistik.

Anda mungkin juga menyukai