Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DILEMA ETIK PADA KASUS JIWA


Dosen Pembimbing :
Sri Agustiana, S.kep, Ners, M. Kes, M. Kep

DISUSUN OLEH :

1. Dhea Ananda (A2R17007)


2. M.Hendrawan (A2R17013)
3. Maynanda Aliftanisa A (A2R17016)
4. Nurin Syahmina (A2R17024)
5. Puspita Windy A (A2RU7029)
6. Rizky Gusti Saleh (A2R17030)
7. Umaimah Ayulaksmi (A2R17036)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWTAN TINGKAT I-A

STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 1

OKTOBER 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi disebut kesehatan (UU No.23
tahun 1992 tentang kesehatan).

(Menurut UU No 23 Tahun 1966) tentang kesehatan jiwa didefinisikan


sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intlektual, dan
emosional yang dioptimalkan dan berjalan selaras dengan keadaan orang tersebut.

Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki


aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan, dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yahoda dalam stuart dan laraia,
1998).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.3 MANFAAT
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etik Dalam Keperawatan

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab
moral.

Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. Inti dari hal
tersebut, yaitumenerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan masyarakat.
Kozier berpendapat bahwa kode etik keperawatan adalah :

 Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional


sertamemperbaiki dan memelihara standar tersebut.

 Kode etik adalah pedomen resmi untuk tindakan profesional. Artinya, diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nila pribadi bagi
anggota profesional.

 Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusandalam situasi keperawatan.

 Etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan, standar


ini akanmelindungi perawat dan pasien.

2.2 Maksud dan Tujuan Kode Etik Keperawatan

tujuan dari kode etik keperawatan pada dasarnya adalah upaya agar para
perawat dalammenjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan
menghormati martabat manusia.secara umum tujuan etika keperawatan yaitu
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat
dan perawat juga antara perawat dan masyarakat.sedangkan tujuan etika
keperawatan menurut nasional for nursing (pusat pendidikan tenaga keperawatan
milik perhimpunan perawat Amerika) adalah sebagai berikut :
 meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti akan pesan dan fungsi anggota tim kesehatan
tersebut.

 menggembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas


yaitu keputusan tentang baik dan buruk yang dipertanggung jawabkan
kepada tuhan sesuai dengan kepercayaannya.

 mengembangkan sikap personal atau pribadi dan sikap professional.

 menggembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk


dasar praktek keperawatan profesional.

memberikan kesempatan untuk menerapakan ilmu dan prinsip etika


keperawatandalam praktek dan situasi yang nyata.Adapun tujuan
etika keperawata menurut 1iro Ethics commission on healhing Amerika
yaitu :

 mengenal dan mendefinisikan unsur-unsur moral dalam praktek


keperawatan

 membentuk strategi atau cara-cara dan menganalisa masalah-masalah


moral yangterjadi dalam praktek keperawatan.

 menghubungkan prisip-prinsip moral atau pelajaran yang baik dapat


dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kepada tuhan sesuai denga kepercayaannya

Definisi Remaja

WHO (dalam sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada
tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia
antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.

Monks (1999) sendiri meberikan batasan usia masa remaja adalah masa
diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja

Perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap


lingkungan sosial. Untuk mencapai hubungan pola sosialisasi dewasa,
remaja harus membuat banyak penyesuain baru.

1. LINGKUNGAN KELUARGA
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan
anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri
menurut jenis kelamin. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan
lancar, maka dapat timbul proses indentifikasi yang salah. Remaja yang
berasal darin keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis
mempunyai kemapuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisai yang baik
dengan lingkungan sekitarnya (HURLOCK, 1973). Keluarga merupakan
satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan
keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama
bertanggungjawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian
biologis anak manusia (KARTONO, 1977)

2. LINGKUNGAN SEKOLAH
Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah
lingkungan sekolah. Dalam memilih sekolah orangtua perlu
mempertimbangkan hal sebagai berikut :
a. Kedisiplinan
b. Kebiasaan belajar
c. Pengendalian diri
d. Bimbingan guru

3. LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA


Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman
sebaya. Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat
remaja dapat melakukan sosialisasin dimana nilai yang berlaku bukanlah
nilai yang di tetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya.
Apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang
negatif
KENAKALAN REMAJA

Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi


oranglain dan lingkungan nya. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau
kenakalan anak anak muda merupakan gejala sakit (PATOLOGIS) secara sosial
pada anak anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang
(KARTONO, 2003) Kartini Kartono (1988) menyatakan bahwa remaja yang nakal
itu disebut sebagai anak cacat sosial dan mental, yang disebabkan oleh pengaruh
sosisal yang ada di masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan yg disebut “kenakalan”. Kesimpulan, kenakalan remaja
adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan
yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri
maupun oranglain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

Bentuk dan aspek aspek kenakalan remaja

Menurut Gunarso S (1988), dari segi hukum, kenakalan remaja dapat di golongkan
dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum, yaitu:

a. Kenakaln yang bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam Undang-
Undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran
hukum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesainnya sesuai
dengan Undang-Undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
hukum bila dilakukan pada orang dewasa.

Faktor faktor yang mepengaruhi kecenderungan kenakalan remaja


a. Identitas
b. Kontrol diri
c. Usia
d. Jenis kelamin
e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
f. Proses keluarga
g. Pengaruh teman sebaya
h. Kelas sosial ekonomi
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan
menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga
yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang
baik.

KONSEP ETIK

Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun


dirinya didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika. Seseorang harus
befikir secara rasional, bukan emosional dalam membuat keputusan etik.

Teori dasar atau prisip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat


keputusan etis praktek profesional. Teori etik digunakan dalam pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan aturan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS

Membuat keputusan etis, ada beberapa unsur yang mempengaruhi seperti


nilai dan kepercayaan pribadi kode etik keperawatan, konsep moral perawat dan
prinsip-prinsip etik.

1. Faktor agama dan adat istiadat.


Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama
dalam membuat keputusan etis.
2. Faktor sosial.
Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan.
3. Faktor ilmu pengetahuan dean teknologi.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas
hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai
mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan
baru.
4. Faktor dana meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah
banyak berupaya dengan mengadakan berbagai progam yang dibiyayai
pemerintah.
5. Faktor pekerjaan.
Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat
sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya
mendapatkan sanksi administrasi atau kehilangan pekerjaan.
6. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.

Anda mungkin juga menyukai