Anda di halaman 1dari 15

Makalah

EIKA KEPERAWATAN

Tentang :

“MORAL RIGHT”
Disusun oleh:

Kelompok 1 (satu)
1. Zaenal Alim (42010420039)
2. Devi Cantika Alfisiani (42010420043)
3. Oom Komariyah (42010420045)
4. Sukawati (42010420036)
5. Ahmad Muhazir (42010420042)
DOSEN PEMBIMBING :
R. Nur Abdulrakhman, MH.

Program Studi : D3 Keperawatan

STIKES CIREBON 2020/2021


Jl. Brigjen Dharsono No.12b,Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat
45153
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................................... 1
1.2. TUJUAN PENULISAN................................................................................................................... 1
1.3. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1. PENGERTIAN.................................................................................................................................. 2
2.2. KONSEP MORAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN.................................................... 3
2.3. PRINSIP MORAL RIGHT.............................................................................................................. 3
2.4. KONSEP MORAL RIGHT DALAM KEPERAWATAN........................................................... 4
2.4.1. Advokasi.................................................................................................................................. 4
2.4.2. Responsibilitas (Tanggung Jawab)....................................................................................... 6
2.4.3. Akuntabilitas (Tanggung Gugat)........................................................................................... 7
2.4.4. Loyalitas ........................................................................................................................ 9
BAB II PENUTUP........................................................................................................................11
3.1. KESIMPULAN............................................................................................................................... 11
3.2. SARAN............................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR

Rasa Syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa Karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas tentang “Moral Right” atau Hak moral, tentang segala sesuatu yang
bersangkutan tentang moral right. Dan kami juga berterima kasih pada bapak R. Nur
Abdulrakhman, MH. Selaku dosen mata kuliah Etika Keperawatan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bergunna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang “Moral Right” Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Cirebon, 12 september 2020

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Moral right dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai hak moral, hak moral adalah
didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau
individu.

Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang, dari
prinsip penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak orang.untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah yang terbaik bagi dirinya,
selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence) merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity merupakan suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsip confidentiality
(kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang klien merupakan hak
istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat.Fidelity / kesetiaan, berarti
perawat berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat,
meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice (keadilan),
merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.

Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan
praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Kondisi
inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik
tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan
(perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).

1.2. TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Etika
Keperawatan dan untuk lebih jauh memahami tentang prinsip Moral right.

1.3. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Moral Right.
2. Apa itu Prinsip Moral Right
3. Apa itu Konsep Moral Right dalam keperawatan

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Moral dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan di
masyarakat. Moral dan etika menjadi pedoman untuk seseorang dalam berinteraksi dalam
lingkungannya. Tujuannya untuk menciptakan komunikasi yang baik dan mencegah
permasalahan sosial. Moral berasal dari bahasa Latin “mores” artinya aturan kesusilaan. Menurut
Dian Ibung, moral adalah nilai (value) yang berlaku dalam lingkungan sosial dan mengatur
tingkah laku seseorang. Selain itu, Maria Assumpta menambahkan bahwa moral merupakan
aturan-aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai
manusia.
Hak Moral merupakan salah salah satu bagian dari Hak Cipta yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, tepatnya pada Pasal 5 .Moral adalah suatu
kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat
dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan
keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).
Hak moral (moral rights) adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang
tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun. Hak ini mengikuti pencipta, meskipun
hak ekonomi atas ciptaan tersebut telahdialihkan kepada pihak lain. Hak moral dapat
dipindahkan dengan syarat harus berdasarkan atas wasiat pencipta yang sudah meninggal.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral
dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal
yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode
etik keperawatan.

2
2.2. KONSEP MORAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena
keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat
masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai subseluler
(Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek
keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman
pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan
keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).
Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud adalah hubungan
terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan
didahulu adanya kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan
dari sakit (Kozier,1991).

2.3. PRINSIP MORAL RIGHT


Menurut KBBI, prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral sendiri sering
disalahartikan dengan etika, dimana moral biasanya mengacu pada standar pribadi tentang apa
yang benar dan salah dalam peilaku, karakter, dan sikap (Berman, Synder, & Frandsen, 2016).
Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwa prinsip moral adalah hal-hal yang mendasari
cara berpikir dan bertindak seseorang ketika akan melakukan sebuah perbuatan. Dalam 
keperawatan, prinsip moral mengatur perawatdalam bertindak ketika berhadapan dengan klien
dan melakukan asuhan keperawatan. Prinsip moral diterima secara luas dan umumnya
didasarkan pada aspek kemanusiaan dari masyarakat.

3
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas,
berhubungan dengan hukum legal.(Webster’s, 1998).Moralitas menyangkut apa yang benar dan
salah pada perbuatan, sikap, dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati
nurani atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati. Standar
moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau masyarakat dimana ia
dibesarkan.
Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang
perlu diketahuinya.
Moral Right dalam keperawatan menjurus kepada acuan bagi perilaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan yang baik yang dilakukan seseorang dan merupakan kewajiban dan
tanggung jawab moral sesuai prosedur.untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala
sesuatu yang perlu diketahuinya.

2.4. KONSEP MORAL RIGHT DALAM KEPERAWATAN

2.4.1. Advokasi
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan oleh
Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan dengan
setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator menginformasikan
hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus
peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien.
Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting
bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai
yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang
lain.

4
Advokasi yang dikaitkan dengan segala masalah dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Advokasi Diri
Yang termasuk kategori advokasi diri yaitu aplikasi yang dilakukan pada skala lokal dan
dalam lingkup kecil. Sebagai contoh ketika ada mahasiswa yang mendapatkan skorsing oleh
pihak Universitas tanpa adanya kejelasan. Sehingga dalam hal ini advokasi berperan untuk
mencari kejelasan dan klarifikasi pada pihak Universitas terkait masalah tersebut.
2. Advokasi Kasus
Kategori advokasi kasus yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan
terhadap seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang belum memiliki kemampuan untuk
membela diri sendiri maupun membela kelompoknya.
3. Advokasi Hukum
Advokasi hukum merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh lembaga atau ahli
hukum dalam untuk konsultasi, mediasi, negosiasi serta pendampingan. Yang dilakukan baik
didalam maupun diluar pengadilan dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang
berdimensi hukum.

Dari penjelasan ringkas mengenai pengertian advokasi yang dijabarkan di atas dapat
disimpulkan bahwa istilah advokasi secara sempit merupakan cara atau tindakan yang dilakukan
oleh penasehat atau pembela perkara di pengadilan untuk membela seseorang atau kelompok.

Dengan mengetahui definisi serta tujuan dari advokasi, diharapkan masyarakat khususnya
generasi muda serta orang-orang yang sedang menempuh jenjang pendidikan mampu
melaksanakan advokasi secara baik dan benar serta tepat sasaran

Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam mempraktekkan
keperawatan professional.
A. Peran perawat sebagai Advokasi
Peran adalah harapan tentang bagaimana seseorang yang menduduki posisinya
menunjukan prilaku terhadap orang yang berada di posisi lain (Roy, 1994). Selanjutnya menurut
Baylon and Maglaya, 1997 menegaskan bahwa peran adalah serangkaian perilaku yang

5
diharapkan oleh lingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di masayarakat dan
keluarga. Sedangkan menurut Stuart and Sundeen, 1998 peran adalah serangkaian pola dan
perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai
kelompok.
Pengertian peran yang dijabarkan dari beberapa konsep teori ini dapat dikatakan bahwa peran
adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya
dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

2.4.2. Responsibilitas (Tanggung Jawab)


Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)Responsibility : Keharusan
seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak. mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens, 1993:133).

Berdasarkan pengertian di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan


memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau
tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja
memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan
klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua
manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan
perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti
dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung
jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat.Misal
pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dengan
memberikannya dengan aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien terhadap obat tersebut.

6
2.4.3. Akuntabilitas (Tanggung Gugat)
Akuntabilitas merupakan istilah yang menggambarkan tanggungjawab seseorang terhadap
tindakan yang terlah dilakukan dan bersedia menanggung resikonya. Konsep moral dalam
praktik komunikasi keperawatan merujuk pada peraturan yang telah ditetapkan. Sehingga,
seorang perawat harus bertanggungjawab dan menerima konsekuensinya terhadap apa yang
dilakukannya baik terhadap pasien maupun teman seprofesinya.

Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang berhubungan dengan kemampuan


menjelaskan keputusan yang diambil dan aktivitas yang dilakukan. Dalam ilmu akuntansi,
konsep akuntabilitas harus dapat dipisahkan dari istilah responsibilitas karena memiliki
perbedaan. 

 Menurut Lawton and Rose, akuntabilitas artinya proses saat seseorang atau sebuah
organisasi membuat laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. 
 Menurut Adisasmita (2011:30),akuntabilitas adalah instrumen pertanggungjawaban
atas konsep keberhasilan dan kegagalan tugas pokok serta fungsi organisasi. 

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa arti akuntabilitas yakni
sistem kontrol tanggung jawab atas tugas dan fungsi masing-masing jabatan.

Akuntabilitas terdiri dari beberapa jenis tergantung konteks yang sedang dipakai. Menurut
Mardiasmo, akuntabilitas terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas Vertikal
Akuntabilitas vertikal adalah sebuah kondisi di mana seseorang mampu
mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil kepada jabatan otoritas di atasnya. Misalnya
saja akuntabilitas kepala dinas kepada walikota, kepala cabang kepada direktur, atau menteri
kepada presiden. 

2. Akuntabilitas Horizontal
Akuntabilitas horizontal adalah tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan
lingkungan eksternalnya yang tidak ada hubungan antara atasan dan bawahan. Tanggung jawab
di sini biasanya berhubungan erat dengan penyelesaian tugas pada pelayanan publik.

7
Dapat menjawab segala hal yang berhubungan dengan tindakan seseorang atau dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan, dan dapat menerima konsekuensi dari
tindakan tersebut merupakan konsep moral right dalam keperawatan

Menurut Bowen, prinsip akuntabilitas memiliki 3 fungsi di antaranya:

1. Alat Kontrol Tugas


Prinsip akuntabilitas merupakan media kontrol berjalannya tugas dan program yang telah
dilakukan dari pemimpin kepada anggotanya maupun kepada jabatan di atasnya. 

Akuntabilitas dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pemimpin dalam masa jabatan
tertentu. Dewan pengawas maupun pihak yang berkepentingan dapat melakukan evaluasi kinerja
yang sudah dilakukan. 

2. Menekan Angka Penyalahgunaan Tugas


Penyalahgunaan tugas dan wewenang mengarah pada tindakan korupsi. Adanya cacat
sistem dalam sebuah organisasi berpeluang besar terjadinya budaya korupsi. Hal ini berkaitan
pada aktivitas yang bertujuan untuk memperkaya diri sendiri dengan cara instan. 

Seringkali, tindakan korupsi dapat terbongkar setelah adanya proses audit keuangan.
Melalui laporan pertanggung jawaban, dewan direksi dapat mengetahui potensi dan indikasi
adanya korupsi atau tidak dalam sebuah organisasi. 

3. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kinerja


Sebuah aktivitas dapat dikatakan efisien ketika memberikan keuntungan yang banyak
bagi perusahaan. Misalnya ketika perusahaan mampu memproduksi 1000 barang secara cepat
maka keuntungan yang didapatkan semakin banyak. 

Sistem yang efisien tidak bisa terjadi begitu saja. Ada proses dan evaluasi yang harus
dilakukan secara terus menerus. Akuntabilitas dapat membantu pemimpin untuk mengevaluasi
titik-titik mana saja yang belum efisien. 

8
Konsep efektivitas berhubungan dengan tingkat kepuasan stakeholder maupun
masyarakat. Di sinilah pentingnya sebuah organisasi memiliki proses yang efektif dalam
menjalankan usahanya. 

Proses akuntabilitas membantu organisasi/ perusahaan untuk mengetahui apa yang


sedang dibutuhkan stakeholder dan masyarakat. Seperti laporan keuangan, laporan keuangan
sebagai salah satu alat untuk menilai akuntabilitas bisnis Anda kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.

2.4.4. Loyalitas
Loyalitas pada konsep moral dalam praktik komunikasi keperawatan berhubungan
dengan profesi yang dijalani oleh perawat itu sendiri. Loyalitas adalah upaya mempertahankan
dan memperkuat suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Loyalitas juga berfungsi
sebagai rasa simpati dan solidaritas terhadap pasien dan teman sejawat. Apa yang dimaksud
dengan loyalitas (loyalty)? Secara umum, arti loyalitas adalah kualitas kesetiaan atau kepatuhan
seseorang kepada orang lain atau sesuatu (misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap
dan tindakan orang tersebut.
Pendapat lain mengatakan pengertian loyalitas adalah mutu dari kesetiaan seseorang terhadap
pihak lain yang ditunjukkan dengan memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan
konstan kepada seseorang atau sesuatu.
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara profesional berhubungan dengan perawat.Loyalitas harus dipertahankan oleh setiap
perawat baik loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab utama turunnya loyalitas:

1. Faktor Rasional
Faktor ini mengacu pada hal yang bisa dijelaskan secara logis. Beberapa contohnya adalah
gaji, bonus, jenjang karir, serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan.

2. Faktor Emosional

9
Faktor emosional yang bisa membuat turunnya loyalitas karyawan mengacu pada hal yang
berhubungan dengan ekspresi diri dan perasaan. Faktor ini antara lain lingkungan kerja yang
tidak kondusif, perasaan was-was pada keberlangsungan perusahaan, ketidakcocokan dengan
pemimpin, pekerjaan yang tidak prestige, serta tidak adanya penghargaan pada prestasi kerja dari
karyawan.

3. Faktor Kepribadian
Faktor selanjutnya yang bisa menyebabkan menurunnya loyalitas dari karyawan adalah
kepribadian karyawan. Faktor ini menyangkut sifat pribadi karyawan. Ada beberapa orang yang memiliki
sifat mudah bosan serta sering mengalami ketidak cocokan dengan budaya kerja dari suatu perusahaan.

10
BAB II
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan.Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan
etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih
sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara
terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang
dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai
hak dan kewajiban masing-masing.Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai
posisinya.Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi
disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena
adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema etik harus
diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh
tanggung jawab dan tuntas.

3.2. SARAN
Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk


pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktik keperawatan

Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita harus


mengetahui dengan pasti segala bentuk etika maupun isu etik keperawatan; dan makalah ini
merupakan salah satu bagian pembelajaran yang sesuai.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://anggorohdwi.blogspot.com/2013/12/makalah-prinsip-etika-keperawatan-non.html?m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak#Hak_Legal_dan_Hak_Moral

https://azharnasri.blogspot.com/2015/12/makalah-advokasi-dalam-keperawatan.html?m=1

https://sulchan1-medina.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-responsibility-dan.html?m=1

https://suduthukum.com/2016/12/hak-moral-moral-rights.html

https://pakarkomunikasi.com/konsep-moral-dalam-komunikasi-keperawatan

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-advokasi.html

12

Anda mungkin juga menyukai