Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY


“ADAPTATION MODEL”

DI SUSUN OLEH
(KELOMPOK 8 )
1. NABIL THORIQ
2. NITA SULATIA WULANDARI
3. REZA SEPTIANA HANDAYANI
4. PARIATI PUSPITAYANTI
5. ZIANA ZAIN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat allah swt atas limpahan rahmat taufiq dan
hidayah -Nya makalah ini dapat tersusun dengan selesai.

Dengan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi

Karena pembatasan pengetahuan maupun pengalaman,kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh krena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun diri pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram 09 november 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………...……………………...........i

DAFTAR ISI ……………………………………..…………..........................ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….........4

1.1. Latar Belakang……………...………………………………..….........4


1.2. Rumusan Masalah………………...……………………………..........4
1.3. Tujuan Penulisan………………………………...
…………………....4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..5

2.1. Sejarah riwayat tentang teori sister calista roy ……………………..5

2.2 konsep dasar model keperawatan menurut sister calista roy. ………..5

2.3. teori adaftasi sister Calista Roy dalam keperawatan ……………… 6

2.4. model adaptasi menurut sister calista roy……………………………10

2.5. paradigma keperawaran menurut sister calista roy…………………..12

BAB III PENUTUP…………………………………………..........................19

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………..19

3.2. Saran ………………………………………………...........................19

DAFTAR PUSTAKA……………………………….………………………..20
BAB 1

PENDAHULAN

A.LATAR BELAKANG

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok


situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam
bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya
menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu :
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1.Pengertian falsafah keperawatan secara umum

2. Apa riwayat singkat tentang teori calista roy

3. Bagaimna konsep dasar model keperawatan menurut calista roy

4. Bagaimana teori adaftasi Calnista Roy dalam keperawatan

5. Model adaptasi menurut calista roy

6. Bagaimna paradigma keperawaran menurut calista roy

C. TUJUAN

Untuk mengetahui pengertian falsafah keperawatan dan riwayat singkat


tentang sister calista roy,bagaimna pendapatnya tentang keperawatan agar kita bisa
mempelajari dan sebagai penambah wawasan buat kita sebagai tenaga kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FALSAFH KEPERWATAN SECARA UMUM

Falsafah Keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada
klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistic, yang harus dipenuhi dalam hal kebutuhan biologi, psikologi, sosial, kultural
dan spiritual melalui upaya asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis,
dengan memperhatikan aspek kemanusiaan bahwa setiap klien berhak mendapatkan
perawatan tanpa membedakan suku, agama, status sosial dan ekonomi
Berikut adalah beberapa pengertian falsafah keperawatan menurut beberapa pakar
keperawatan :

1. Falsafah Keperawatan menurut Florence Nightingale (Modern nursing) yaitu


melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses.
Manipulasi dari lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses
perbaikan atau pergantian dan kesehatan klien.
2. Falsafah Keperawatan menurut Martha Rogers, 1970 yaitu bahwa
keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.
3. Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) yaitu bahwa
keperawatan memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang
merupakan dasar bagi kehidupan yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu
yang berorientasi kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan
yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien / pasien.
4. Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi
ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan
pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti
halnya ilmu pengetahuan.Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh
perhatian, penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan
informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan
5. Falsafah Keperawatan menurut Betty Neuman.Newman menggunakan
pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan
sistem terbuka dan konsep stresor.

Dari hal tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwasannya esensi dari falsafah
keperawatan meliputi hal sebagai berikut :

 Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus
dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan
spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara
sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
 Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung
memperhatikan aspek kemanusiaan.
 Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku, kepercayaan, status, sosial, agama, dan ekonomi.
 Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan
bukan sendiri-sendiri.
 Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan
seorang penerima jasa yang pasif.

B. RIWAYAT SINGKAT TEORI SISTER CALISTA ROY

Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di Universitas
of California Los Angeles. (Potter & Perry, 2005).

Roy memulai pekerjaannya dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari Universitas of California Los Angeles. Dalam sebuah
seminar dengan Dorrothy E. Johnson.Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan yang sesuai dengan keperawatan. (Potter &
Perry, 2005).

C.KONSEP MODEL DASAR KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY

Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy


memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi
terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan
adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkat usia.

Roy mengembangkan konsep model keperawatan, berdasarkan 3 asumsi dasar


yaitu :

1.Asumsi dari teori sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagian.
Sistem terdiri dari proses input, outout, control dan umpan balik (Roy, 1991)

2.Asumsi dari teori Helson

Prilaku adaptasi adalah berfungsinya stimulus dan derajat adaptasi yang dapat
berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual.

3.Asumsi dari teori humanisme (konsep Maslow)


Manusia sebagai mahluk yang holistic mempunyai kekuatan yang krearif. Menurut
Roy, Humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan terhadap kemampuan koping
manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

D. TEORI ADAPTASI SISTER CALISTA ROY

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan


keperawatan adalah individu, keluarga, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptasi sistem” dalam segala cara aspek yang merupakan satu kesatuan.

Sistem terdiri dari proses input, output dan umpan balik, dengan penjelasan sebagai
berikut :

a) Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual. 

1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,


efeknya segera, misalnya infeksi . 
2. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial. 
3. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak. 
u
m
ti
S
m
u
l
tiu
l
s
S s
U
P
N
I
k
o
n
t
e
l
a
k
f
r
o
e
d
i
s
T
s
l
a
u
t
l
a
u

b) Control
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsstem. 

1. Subsistem regulator. Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen :


input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang
dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem. 
2. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan
emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses
pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih
sayang. 

c). Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar
.Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output
sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon
yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan.Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung
tujuan ini. 

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam


mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut
Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi,
dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara
umum. 
1. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
2. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
4. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
5. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
6. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
7. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
8. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
9. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau
hilang kemampuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan
cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.
10. Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
11. Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
12. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
13. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang
lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara
dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
14. adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif
itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu
sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau
koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon
yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

E. MODEL ADAPTASI SISTER CALISTA ROY

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu


system yang hidup terbuka dan adaftif.Sebagai system adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik system. Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan. Proses control manusia sebagai suatu system. Adaptasi adalah
mekanisme koping, terbagi atas regulator dan kognator, dimana keduanya
digambarkan sebagai aksi dalam hubungan terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.
a.Model Fungsi Fisiologis
Fungsi fisiologis berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya,
Roy mengidentifikasi 9 kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian : mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan, dan fungsi fisiologis
dengan proses yang komplek terdiri dari 4 bagian :
1. Oksigenasi : kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan proses, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transport gas. (Vairo, 1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : mulai dari proses ingestis dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
dan injuri. (Servonsky, 1984, dalam Roy 1991).
3.Eliminasi : yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dan intestinal dan ginjal.
(Servonsky, 1984, dalam Roy 1991).
4.Aktifitas dan Istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktifitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho, 1984 dalam Roy
1991).
5.Proteksi / perlindungan : sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunisasi dan struktur integument (kulit, rambut dan kuku). Dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.(Sato,
1984 dalam Roy, 1991).
6.The sense / perasaan : penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi nyeri
penting dalam pengkajian perasaan.(Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan Elektrolit : keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi fisiologis dapat menyebabkan ketidak
seimbangan elektrolit.(Parly, 1984 dalam Roy, 1991).
8.Fungsi Syaraf / neurologis : hubungan-hubungan neurologist merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktifitas organ-organ tubuh. (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi Endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormone sesuai
dengan fungsi neurologist, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi
tubuh. Aktifitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respons
stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme. (Howard & Valentine
dalam Roy, 1991).
b.Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktifitas
mental dan eksprsi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.The psysical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini seiring terlihat pada saat mereka kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsisteni diri, ideal diri, moral
etik, dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c.Model Fungsi Peran
Model fungsi peran mengenal pola-pola interaksi social seseorang dalam
hubunganya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
skunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya di masyarakat sesuai dengan kedudukannya.
d.Model Interdependensi.
Model Interdependensi adalah bagian dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta / kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif
untuk melakukan tindakan bagi dirinya.Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
F. FARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALISTA ROY
Empat elemen utama dari teori Roy adalah :
1).Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan,
2) Konsep lingkungan,
3) Konsep sehat dan,
4)Keperawatan. Dimana antara keempat element tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
1)Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima Asuhan Keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistik
adaptif Sistem” dimana “Holistic Adaptif Sistem” ini merupakan perpaduan
antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, jadi manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan
antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia dapat digambarkan sebagai
istilah input, proses kontrol dan umpan balik serta out put. Sedangkan sistem
adaptasi sebagai proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yang
melibatkan aktifitas koqnator dan regulator dan digambarkan sebagai aksi
dalam hubungannya terhadap 4 efektor cara adaptasi yaitu fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
2)Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah “semua kondisi, keadaan dan pengaruh–pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan
kelompok “ (Roy and Andrews, 1991 dalam Nursing theory : 260) dalam hal
ini Roy menekankan agar lingkungan dapat di design untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi
pada individu terhadap adanya perubahan.
3)Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan dan proses menjadi
manusia yang utuh dan terintegrasi secara keseluruhan (Roy and Andrews.
1991 dalam Nursing Theory : 261). Integritas individu dapat ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan
kekuasaan. Asuhan Keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon
adaptifnya. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi penekanan
pada kondisi sehat dan sejahtera.
4)Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan
menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan
respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain
meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga
bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal,
kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih
menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Konsep- konsep tentang roy menjelaskan bahwa manusia bisa berarti


individu,keluarga,kelompok atau masyarakat luas,dan masing-masing sebagai
sistem adaftasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik
yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan intraksi dengan
lingkungannya

B. SARAN

Pembaca diharapkan mampu memahami dan mempelajari setiap konsep dan


model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori
dan model parktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentanggan dengan etika,norma,dan budaya perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien dalam situasi sehat dan sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2010). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Professional
Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta:EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai