Anda di halaman 1dari 7

A.

ANALISIS JURNAL : KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN


ABC (AIRWEY, BREATHING, CIRCULATION) TERHADAP KEBERHASILAN
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MATERNITAS DI RUANG ICU
a. Peneliti : zainul Arifin
b. Judul : kemampuan perawat dalam penatalaksanaan ABC ( Airwey, breathing,
circulation) terhadap keberhasilan penanganan kegawatdaruratan maternitas di icu
c. Tujuan
Tujuan yang diharapkan adalah untuk mengetahui adanya korelasi kemampuan
perawat dalam penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing, Circulation) terhadap
keberhasilan penanganan kegawatdaruratan maternitas di Ruang ICU
d. Pendahuluan
Perawat yang bertugas di ICU harus bisa melalukan penatalaksanaan Airway,
Breathing, Circulation (ABC) yang lebih kompleks dengan kemampuan lebih
dibandingkan dengan perawat di ruang lainnya yang melayani pasien dalam keadan
darurat klinis atau kritis, kemampuan perawat mencakup aspek pendidikan,
pengetahuan, dan sikap kerja. Keterampilan ABC berkualitas tinggi pada semua
anggota tim yang merawat dapat menghemat waktu berharga dan meningkatkan
kinerja tim. Diseminasi pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan
pendekatan ABC sangat diperlukan terutama melalui pelatihan ICU pada perawat.
Penatalaksaan Airway, Breathing, Circulation (ABC) diterapkan dalam semua
keadaan darurat klinis untuk penilaian dan perawatan segera. Pendekatan ini diterima
secara luas oleh para ahli dalam pengobatan darurat dan kemungkinan meningkatkan
hasil perawatan kesehatan profesional berfokus pada masalah klinis yang paling
mengancam jiwa. Salah satu kasus yang membutuhkan penatalaksanaan yang ABC
yang lebih kompleks adalah kasus maternitas.
e. Metode penelitian
Data dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman.
f. Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini dilakuakan di ruang ICU dengan tota sampling perawat di ruang
ICU RSUD dr. Haryoto lumajang (n=18) dan melakukan penatalaksanaan ABC pada
kegawatdaruratan maternitas dibulan januari-april 2018, data dianalisis menggunakan
uji rank spearman. Dari 18 responden penelitian menunjukan semua pernah
melakukan penatalaksanaan ABC pada kasus kegawatdaruratan.
g. media
koesioner

h. Hasil
Table 1 Karakteristik perawat ICU

N Karakteristik n %
O
1. Umur 31-35 thn 10 55,5
2. Pelatihan BCLS 14 77,8
3. Pelatihan ICU 4 22,2
4. Belum pelatihan 4 22,2

Berdasarkan tabel 1 dari 18 responden penelitian menunjukkan sebagian besar usia


perawat >30 tahun (55,5%) dan sebagian besar hanya pelatihan BCLS (77,8%).
Hanya 22,2% saja, perawat yang sudah pelatihan ICU dan masih ada yang belum
pelatihan baik ICU maupun yang lainnya (22,2%).

Table 2 kemampuan perawat dalam penatalaksaan ABC (airway, breathing,


circulation)

N Kemampuan n %
O penatalaksanaan
1. Airwey 12 66,7
2. Breathing 2 11,1
3. Airwey, breathing, 4 22,2
cirulation

Tabel 2 menunjukkan kemampuan perawat dalam penatalaksaan ABC (Airway,


Breathing, Circulation) lengkap hanya sebagian kecil saja. Tetapi penatalaksanaan
untuk jalan nafas (Airway) lebih dari 50% perawat ICU sudah melaksanakannya
berdasarkan standar yang ada.

Table 3 keberhasilan penanganan kegawatdaruratan maternitas di runag ICU

NO Keberhasilan penanganan (kali) n %


1. 2 (3 tim) 9 50
2. 3 (2 tim) 6 33
3. 4 (1 tim) 3 16,7

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hanya sebagian kecil (3 perawat) pernah sebanyak


4 kali melaksanakan penatalaksanaan ABC dan berhasil dengan memberikan harapan
hidup pada kasus maternitas. Tetapi sebagian besar pernah sebanyak 2 kali
melaksanakan penatalaksanaan ABC dan berhasil dengan memberikan harapan hidup
pada kasus maternitas yang dilaksanakan secara tim.

i. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi kemampuan perawat dalam
penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing, Circulation) terhadap keberhasilan
penanganan kegawat daruratan maternitas di ruang ICU RSUD dr. Haryoto
Lumajang.
j. Saran
Perlu dilakukan penelitian secara berkesinambungan untuk menyusun perencanaan
dan evaluasi yang tepat dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
DAFRAT PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

B. ANALISIS JURNAL : PENERAPAN RESPONSE TIME PERAWAT DALAM


PELAKSANAAN PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
JANTUNG DI UGD RSUD PROF. DR. MA. BATUSANGKAR
a. Peneliti : Helga dwi marsya
b. Judul : penerapan response time perawat dalam pelaksanaan penentuan prioritas
penanganan kegawatdaruratan jantung di UGD RSUD prof. dr. ma. Batusangkar
c.Tujuan

1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui response time perawat
dalam pelaksanaan penentuan prioritas penanganan kegawatdaruratan jantung di
IGD RSUD Prof. Dr.M.A Hanafiah SM Batusangkar.
2. Mengetahui response time perawat dalam kegawatdaruratan jantung di IGD RSUD
Dr.M.A Hanafiah SM Batusangkar
d. Pendahuluan
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia dan
meningkat setiap tahunnya, henti jantung dan henti nafas merupakan kondisi
kegawatdaruratan dari penyakit jantung yang sering terjadi. Maka dari itu diperlukan
nya reponse time yang cepat dan tepat dalam menentukan prioritas penanganannya.
Seluruh tindakan yang dilakukan pada saat konsisi darurat haruslah benar-benar
efektif dan efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien dapat
kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui response time perawat dalam pelaksanaan penentuan prioritas
penanganan kegawatdaruratan jantung di IGD. Metode penelitian ini mengunakan
pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 54 orang yang terkena penyakit jantung
yang datang ke IGD RSUD Prof. MA Hanafiah SM Batusangkar dengan teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling.

e. Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
f. Populasi dan sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah pasien jantung yang datang ke IGD
RSUD prof. dr. ma hanafiah batusangkar tahun 2019. Sampel berjumlah 45 orang yang
terkena penyakit jantung yang datang ke UGD RSUD prof. ma. Hanafiah dengan
tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling.
g. Media
Media yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat ukur data dan lembar observasi
h. Hasil
Hasil penelitian didapatkan analisa univariat didapatkan response time pasien jantung
paling banyak selama 10-30 menit sebesar 28 responden (51,9%) dan untuk distribusi
frekuensi kesesuaian kesesuaian responden yang paling banyak sangat sesuai 25
responden (53,7%), analisa bivariat didapatkan nilai P Value = 0,004 (p<0,05). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara response time
perawat dengan kesesuian penanganan pada pasien jantung di IGD RSUD Prof. MA
Hanafiah SM Batusangkar. Diharapkan untuk institusi pelayanan untuk mempertahan
dan meningkatkan lagi untuk response timenya dan lebih tepat lagi untuk menentukan
priritas penanganan.

i. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Juni
2019 sampai 10 juli 2019 mengenai penerapan response time perawat dalam
pelaksanaan penentuan prioritas kegawatdaruratan jantung di IGD RSUD Prof. Dr.
M.A Hanafiah Batusangkar tahun 2019 maka diambil kesimpulan :
1. Sebagian besar responden yang diberi response time penanganan 10-30 menit
sebanyak 28 responden (51,9%), dari 54 responden yang berada di IGD RSUD
Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar.
2. Sebagian besar responden yang menyatakan sangat sesuai dengan response time
dalam menetukan prioritas sebanyak 29 responden (53,7%) dari 54 responden yang
ada di IGD RSUD Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar.

j. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang pelayanan
perawat tentang pentingnya response time terhadap kegawatdaruratan di instalasi
gawat darurat dan pada pihak rumah sakit untuk meningkatkan kompetensi petugas
IGD dan memperbaiki waktu tanggap penanganan yang belum tepat dengan cara
melakukan pelatihan mengenai waktu tanggap penanganan pasien di IGD. Di harapkan
dengan semakin meningkatnya keterampilan dan pengetahuan maka semakin cepat
waktu tanggap dalam melakukan penanganan pasien.

Daftar pustaka
Apriani dan Syafitri Febriani, 2017. Hubungan Kegawatdaruratan Dengan Waktu
Tannggap Pada Pasien Jantung Koroner.Jurnal Kesehatan. Palembang

C. ANALISIS SKRIPSI : HUBUNGAN RESPIRATORY RATE (RR) DAN OXSYGEN


SATURATION (Sp02) PADA KLIEN CEDERA KEPALA

a. Peneliti : riki ristanto dan Amin jakaria


b. Judul : hubungan respiratory rate (RR) dan oxsygen saturation (Sp02) pada klien
cedera kepala
c. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara RR dan SpO2
pada klien yang mengalami cedera kepala.
d. Pendahuluan
Evaluasi fungsi respirasi pada pasien cedera kepala merupakan intervensi penting
saat kebutuhan oksigenasi pada otak yang sedang mengalami cedera (Bruijns et
al.,2014).Evaluasi penatalaksanaan pasien cedera kepala.Fungsi respirasi merupakan
fungsi yang menjamin fungsi respirasi, umumnya dilakukan melalui pengukuran RR
dan SpO2 Namun, saat ini masih belum ada system evaluasi fungsi respirasi yang
ideal untuk diterapkan pada kasus cedera kepala, karena baik RR maupun SpO2
sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan ketika diterapkan. Respiratory Rate
(RR) adalah jumlah siklus pernafasan (inspirasi dan ekspirasi penuh) yang dihitung
dalam waktu 1 menit atau 60 detik (Perry & Potter, 2005).

e. Metode penelitian
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan desain cohort
retrospektif ini dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung pada bagian
Rekam Medis Data diambil dari semua rekam medis pasien bulan Januari 2016
hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis. Variabel yang digunakan adalah jumlah
RR dan Kadar SpO2 saat pasien masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.
Data yang didapatkan kemudian diolah dengan SPSS 20.0 menggunakan Uji Korelasi
Spearman’s Rho.
f. Populasi dan sampel
Data yang didapat menunjukkkan bahwa pada periode pengambilan sampel,rerata usia
penderita cedera kepala adalah 40,17 (19-68) tahun, dengan prevalensi laki laki yang
terbanyak (71,3%), dan mekanisme cedera terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas
(88,7%). Hasil tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian Tjahjadi et al. (2013) yang
menyatakan bahwa jumlah pasien laki-laki yang mengalami cedera kepala (61 orang
atau 81.96%) lebih banyak dibandingkan jumlah pasien perempuan (11 orang atau
18.04%).

g. Media
h. Hasil
Berdasarkan hasil analisis Uji Korelasi Spearman’s Rho didapatkan p= 0,002, r=0,247
i. Kesimpulan
Pada pasien cedera kepala, komponen RR memiliki hubungan yang bermakna dengan
kadar SpO2 dengan kekuatan lemah dan arah korelasi negatif.
j. Saran

Daftar pustaka
Amanda, Gita & Marbun, Julkifli. (2014). Indonesia Urutan Pertama Peningkatan
Kecelakaan Lalu Lintas. http//republika.co.id. Diakses tanggal 24 Juli 2016 Pukul
09.11 WIB. Bouzat, Pierre, Legrand, Robin, Gillois,

Anda mungkin juga menyukai