Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP

TINGKAT KESIAPAN MELAKUKAN CARDIOPULMONARY


RESUSCITATION PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

GREGORY HERNANDO
201210201101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP
TINGKAT KESIAPAN MELAKUKAN CARDIOPULMONARY
RESUSCITATION PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

GREGORY HERNANDO
201210201101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP
TINGKAT KESIPAN MELAKUKAN CARDIOPULMONARY
RESUSCITATION PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA1

Gregory Hernando2, Dwi Prihatiningsih3, Ruhyana4


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Email: keeplevelup@gmail.com

Intisari: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan Basic Life Support (BLS)
terhadap tingkat kesiapan melakukan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) pada mahasiswa
keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Metode penelitian Quasi Experiment Design dan
rancangan One Group Pretest-Posttest Design, dengan 1 kelompok perlakuan. Jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik stratified disproportional random sampling.
Hasil uji statistik Wilcoxon menunjukkan adanya peningkatan tingkat kesiapan melakukan CPR
setelah dilakukan pemberian pelatihan BLS yang ditunjukkan dengan p value 0,000, α=0,05.
Kata Kunci: Basic Life Support, Pelatihan, Cardiopulmonary Resuscitation, Tingkat Kesiapan

Abstract: The research was aimed to determine the effect of Basic Life Support training toward
readiness level on performing Cardiopulmonary Resuscitation in nursing student ‘Aisyiyah
University of Yogyakarta. The method used in this research was quasi experiment design with one
group pretest-posttest design. Respondents were 30 nursing student taken by stratified
disproportional random sampling. Wilcoxon test result show that p value = 0,000 (0,000<0,05) which
means that there were an increased level of readiness to perform CPR on nursing student of ‘Aisyiyah
University of Yogyakarta after the BLS training
Keywords: Basic life support, training, cardiopulmonary resuscitation, readines level
____________________________________

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Bantuan hidup dasar atau Basic Life menguasainya (Lind, dalam Colquhoun,
Support merupakan usaha yang pertama kali 2012).
dilakukan untuk mempertahankan kehidupan
Hasil beberapa penelitian
saat penderita mengalami keadaan yang
menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan
mengancam nyawa (Guyton & Hall, 2008).
belum siap untuk melakukan BLS. Dalam
Bantuan hidup dasar merupakan salah satu
penelitian Chandrasekaran (2010) sebanyak
upaya yang harus segera dilakukan oleh
98,4% (314 orang) mahasiswa keperawatan
seorang apabila menemukan korban yang
memiliki kesadaran yang rendah terhadap
membutuhkannya.
BLS, dengan nilai dibawah 50. Berdasarkan
Pengetahuan bantuan hidup dasar penelitian yang dilakukan oleh Josipovic
dianggap merupakan keterampilan yang (2009) sebanyak 22% mahasiswa keperawatan
mendasar bagi perawat (Parajulee & Selvaraj, dan Chiropractic menyatakan tidak siap untuk
2011). Keterampilan BHD menjadi penting melakukan CPR. Di Indonesia sendiri belum
karena didalamnya diajarkan tentang ada penelitian tentang pengetahuan maupun
bagaimana teknik dasar penyelamatan korban kesiapan mahasiswa perawat dalam
dari berbagai kecelakaan atau musibah sehari- melakukan CPR. Dari penelitian
hari yang biasa dijumpai (Fajarwati, dalam Chandrasekaran mahasiswa perawat belum
Hasanah, 2015). Oleh karena itu, setiap tenaga dinyatakan siap karena belum memiliki
kesehatan khususnya perawat wajib menguasai kemampuan. Salah satu faktor yang
dan siap untuk melakukan CPR dimanapun mempenagaruhi ketidaksiapan dalam
dan kapanpun (Keenan, Lamacraft & joubert, melakukan CPR adalah kurangnya
2009). pengetahuan, oleh karena itu dibutuhkan
pelatihan tentang BLS.
Maka dari itu kesiapan mahasiwa
perawat dalam melakukan BLS sangatlah Menurut Hasibuan (2003), Pendidikan
penting untuk ditingkatkan. Sejak 1961 dan latihan merupakan proses peningkatan
Norwegia telah mewajibkan CPR menjadi keterampilan kerja baik teknis maupun
kurikulum wajib di Sekolah Menengah Atas, manajerial.
dan negara-negara di Eropa lainnya sudah
METODE PENELITIAN
membiasakan siswa lulusan SMA untuk
menguasai Bantuan Hidup Dasar, tentunya Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh

mahasiswa perawat sebagai mahasiswa pelatihan Basic Life Support (BLS) terhadap

kesehatan mempunya kewajiban untuk tingkat kesiapan melakukan Cardiopulmonary


Resuscitation (CPR) pada mahasiswa
keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Pada daftar tabel 1 maka berdasarakan
Yogyakarta. Metode penelitian Quasi usia responden terbanyak yaitu responden
Experiment Design dan rancangan One Group yang berusia 20 tahun dengan frekuensi 16
Pretest-Posttest Design, dengan 1 kelompok (54%) adapun frekuensi usia responden paling
perlakuan. Jumlah responden dalam penelitian sedikit yaitu usia 17 & 18 sebanyak 1 (3%).
ini sebanyak 30 orang dengan teknik stratified
Tabel 1. menunjukan bahwa sebagian
disproportional random sampling.
besar responden mahasiwa keperawatan
Penelitian ini dilaksanakan di UNISA tahun 2016 adalah laki-laki sebanyak
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada 30 16 orang (53,3%) dan perempuan sebayak 14
orang mahasiswa. Penelitian menggunakan orang (46,6%).
data primer yang diambil dari kuesioner dan
Untuk mengetahui pengaruh sebelum
lembar observasi. Teknik analisis data
dan sesudah dilakukan pelatihan BLS oleh
penelitian menggunakan Wilcoxon.
peneliti dilakukan uji statistik SPSS 20 dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan analisis wilcoxon 2 related
samples atau matched pairs untuk penelitian
1. Karakteristik responden penelitian
dengan desain one group pretest posttest
Pengambilan data penelitian ini
design.
dilakukan pada bulan Mei 2016. dengan
30 responden yang memenuhi kriteria Tabel 2. Hasil uji Wilcoxon matched pairs
test Tingkat kesiapan
penelitian. Responden dalam penelitian
melakukan CPR
ini adalah Mahasiswa Keperawatan yang Asymp. Sig.
Variable Mean Z
(2-tailed)
belum memiliki pengalaman, pengetahuan Tingkat
Kesiapan 1,93 -4,522b 0,000
dan pelatiahan basic life support. pretest
Karakteristik yang diabahas dalam Posttest 3,40
Tabel 2 memperlihatkan bahwa hasil
penelitian ini adalah usia dan jenis
uji Wilcoxon matched pairs test didapatkan
kelamin sebagai berikut:
nilai Z sebesar -4,522b dengan Asym. Sig. (2-
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan usia dan tailed) (p) sebesar 0,000. Untuk menetukan
jenis kelamin
Karakteristik Frekuensi Persentase
hipotesis diterima atau ditolak maka besarnya
-Usia taraf signifikansi (p) dibandingkan dengan
17 1 3
18 1 3 taraf kesalahan 5% (0,05). Jika p lebih besar
19 10 33
20 16 54 dari 0,05 maka hipotesis tidak diterima. Hasil
21 2 7
penelitian ini menunjukan bahwa p lebih kecil
-Jenis kelamin
Laki-laki 16 53
dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga dapat
Perempuan 14 47 disimpulkan bahwa hipotesi (Ha) diterima.
Total 30 100%
Dengan demikian hasil penelitian ini Adanya pengaruh pelatihan basic life
memberikan kesimpulan bahwa ada support terhadap kesiapan sesuai dengan teori
peningkatan tingkat kesiapan melakukan yang disampaikan oleh Hasibuan (2010)
cardiopulmonary resuscitation setelah karena pelatihan merupakan suatu proses
dilakukan pemeberian pelatihan basic life belajar mengajar terhadap pengetahuan dan
support pada mahasiswa keperawatan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggungjawabnya dengan baik, sesuai dengan
2. Pembahasan
standar. Pelatihan dalam penelitian ini adalah
Hasil uji wilcoxon mathced pair
pelatihan tentang basic life support dengan
test pada tingkat kesiapan sebelum dan
menggunakan 2 metode yaitu menggunakan
sesudah diberikan pelatihan menunjukan
praktek dengan 1 alat peraga (phantom)
bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap
setelah diberikan ceramah teori. Pengumpulan
kesiapan melakukan cardiopulmonary
data penelitian ini dilakukan pre test sebelum
resuscitation. Hipotesis ini dapat diartikan
pelatihan dan sesudah atau seminggu setelah
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu
pelatihan (WHO, 2003).
ada peningkatan tingkat kesiapan setelah
diberikan pealtihan BLS pada mahasiswa Hasil penelitian ini didukung oleh
keperawatan Universitas Aisyiyah penelitian yang dilakukan oleh Aminuddin
Yogyakarta. Hal ini diperkuat dengan (2013) tentang “Analisis Faktor yang
adanya selisih mean tingkat kesiapan Berhubungan dengan Kesiapan Perawat
pretest dan posttest. Dalam Menangani Cardiac Arrest di Ruangan
ICCU dan ICU RSU Anutapura Palu”, hasil
Hal ini sejalan dengan penelitian
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa
yang dilakukan oleh Dewi (2015) yang
ada hubungan bermakna antara pelatihan
meneliti pengearuh pelatihan
dengan kesiapan (p=0,025). Sehingga
cardiopulomnary resuscitation terhadap
pelatihan yang diberikan pada penelitian ini
pengetahuan dan keterampiran
berpengaruh teerhadap kesiapan responden.
cardiopulmonary resuscitation siswa
SMA. Hasil penelitian Dewi (2015) Menurut Ivancevich (2008) yang
menunjukan bahwa ada pengaruh pelatihan menyatakan bahwa pelatihan membantu
cardiopulmonary resuscitation terhadap individu untuk menguasai keterampilan dan
pengetahuan dan keterampilan dengan kemampuan (kompetensi), sebagai contoh
hasil statistik p pengetahuan 0,000 seorang perawat dapat melakukan tindakan
(p<0,05) dan keterampilan 0,000 (p<0,05). penanganan cardiac arrest ketika sudah
memiliki keterampilan dan kemampuan.
Sejauh ini peneliti belum menemukan pelatihan. Dengan demikian penelitian ini
penelitian yang sama tentang pengaruh merekomendasikan keterampilan BLS
pelatihan basic life support terhadap kesiapan diberikan pada Keperawatan Dasar agar
melakukan cardiopulmonary resuscitation. mahasiswa keperawatan dapat lebih siap
berkontribusi dalam menolong korban yang
Menurut Kirkpatrick dalam Sukiarko
memerlukan pertolongan kegawatdaruratan
(2007) pelatihan didefinisikan sebagai upaya
sehari-hari.
untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah
perilaku dan mengembangkan keterampilan. SIMPULAN DAN SARAN
Dengan demikan pelatihan BLS dapat
Berdasarkan hasil penelitian dan
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pembahasan dapat diambil simpulan sebagai
responden serta mempengaruhi sikap atau
berikut:
keinginan responden untuk berbuat sesuatu.
Sebelum dilakukan pelatihan Basic
Bantuan Hidup Dasar (BHD) dianggap
Life Support, sebagian besar tingkat kesiapan
keterampilan dasar untuk perawat (Parajulee &
melakukan CPR berada pada tingkat R2
Selvaraj, 2011). Sementara itu menurut
sebanyak 27 mahasiswa (90%) ingin tetapi
American Heart Association (2015) Basic Life
belum mampu
Support dapat dilakukan oleh siapapun tidak
harus dari tenaga kesehatan. Keterampilan Setelah dilakukan pelatihan Basic Life

BHD menjadi penting karena didalamnya Support, sebagian besar besar tingkat kesiapan

diajarkan tentang bagaimana teknik dasar melakukan CPR berada pada tingkat R4

penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan sebanyak 24 mahasiswa (80%) ingin dan

atau musibah sehari-hari yang biasa dijumpai mampu melakuakan CPR

Fajarwati (2012, dalam Hasanah, 2015). Ada pengaruh pelatihan Basic Life

Namun di Universitas Aisyiyah Support terhadap tingkat kesiapan melakukan

Yogyakata, skill Basic Life Support atau CPR pada mahasiswa keperawatan Universitas

keterampilan bantuan hidup dasar diberikan ‘Aisyiyah Yogyakarta (z -4,735; p 0,000).

pada semester 7. Pada penelitian ini responden Saran bagi mahasiswa keperawatan,
yang diberikan pelatihan sebagian besar dapat aktif dalam mengikuti pelatihan BLS agar
melakukan keterampilan BLS meskipun dapat menolong korban kegawatdarurat.
mereka berada pada semester 2, 4 dan 6. Dari
Bagi peneliti selanjutnya agar
telaah hasil penelitian sebagian besar
menggunakan metode pelatihan lain seperti
responden telah memiliki keinginan
small group discussion atau peer gruop serta
melakukan CPR dan terjadi peningkatan
menggunakan media lain yang lebih menarik
kemampuan yang signifikan setelah diberikan
seperti audio visual dan lainnya, menambah Kabupaten Karanganyar. Skripsi.
veriabel penelitian dalam aspek perilaku atau STIKES Kusuma Husada. Surakarta.

aspek lain dengan metode pengumpulan data Hasibuan MSP. (2003) Manajemen Dasar,
Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT
menggunakan instrumen lain seperti lembar
Toko Gunung Agung.
observasi, teknik wawancara dan lain-lain.
Ivancevich JM. (2008). Perilaku dan
DAFTAR RUJUKAN Manajemen Organisasi. Jilid 1 dan 2.
Jakarta. Erlangga.
American Heart Association. (2015). Fokus
Utama Pembaruan Pedoman American Josipovic P. Webb, Michael., Grath, Mc, Ian.,
Heart Association 2015 untuk CPR dan (2009). Basic Life Support Knowledge
ECC. of Undergraduate Nursing and
Chiropractic Students. Australian
Aminuddin. (2013). Analisis Faktor yang Journal of Advanced Nursing.
Berhubungan dengan Kesiapan
Perawat dalam Menangani Cardiac Keenan M. Lamarcraft,G., & Joubert,G.
Arrest di Ruangan ICCU dan ICU RSU (2009). A Survey Of Nurse Basic Life
Anutrapura Palu. Skripsi. Poltekes support knowledge and training at a
Kemenkes. Palu. tertiary hospital. African Journal Of
Health Proffesions Education, 1(1), 4-
Chandrasekaran S, Kumar S, Bhat SA, 7.
Saravanakumar, Shabbir PM,
Chandrasekaran VP. (2010). Parajulee, S., & Selvaraj, V. (2011).
Awareness of Basic Life Support Knowledge Of Nurse Towards
among Medical, Dental, Nursing Cardiopulmonary Resuscitation In A
Student and Doctors. Indian Journal of Tertiary Care Teaching Hospital In
Anaesthesia. Nepal. Journal of clinical and
diagnostic reasearch.
Colquhoun M. (2012). Learning CPR at
School – Everyone should do it. Dalam Sukiarko, Edy. (2007). Pengaruh Pelatihan
Journal Resuscitation Council. Dengan Metode Belajar Berdasarkan
London. Elsevier. Masalah Terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Gizi Dalam
Guyton AC, Hall JE. (2008). Buku ajar Kegiatan Posyandu. Tesis. Universitas
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Diponegoro Semarang.
Jakarta: EGC.
WHO. (2003). Pelatihan Keterampilan
Hasanah UN. (2015). Hubungan Tingkat Manajerial SPMK.
Pengetahuan Dengan Keterampilan https://www.academia.edu/17632237/
Perawat Dalam Melakukan Tindakan 7ORIENTASI_and_INSERVICE_TRA
Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD NING_rev_Jan03_. Diakses pada
tanggal 21 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai