Anda di halaman 1dari 39

Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL

OLEH :
ANISA
14420192142

CI INSTITUSI

(..........................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan
bagian dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak dengan
disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya pemenuhan
kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan berkembang
secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh yang dapat
diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun pendidikan dan sosial
(Suryani dan Badi’ah).
Anak dengan masalah retardasi mental mempunyai keterbatasan
kognitif maupun sosial. Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang
muncul pada masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan
fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah
normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan
sumber-sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).
Berdasarkan data yang didapatkan dalam Journal of Maternal Child
Health (2017) Hampir 83 juta penduduk dunia diperkirakan mengalami
keterbelakangan mental (World Health Organization, 2013). Sekitar
seperempat dari kasus disebabkan oleh kelainan genetik dan 5% dari kasus
diwarisi dari orang tua. Sekitar 95 juta orang mengalami disabilitas di tahun
2013 yang penyebabnya tidak diketahui (Global Burden of Disease Study
2013 collaborators, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan umum

Memperoleh informasi mengenai gangguan retardasi mental


C. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang konsep medis retardasi mental
b. Mengetahui tentang konsep keperawatan retardasi mental
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Retardasi Mental


1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada
masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah
normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden,
2009).
Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan
signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif
(keterampilan sosial dan praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun
(Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse
(misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008),
tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).

2. Penyebab Retardasi Mental


Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui,
hanya saja 25% kasus yang memiliki penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
- Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahi
- Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah
lahir
- Cedera kepala yang berat

b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)


- Rubella kongenitalis
- Meningitis
- Infeksi sitomegalovirus bawaan
- Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis
- Listeriosis
- Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
- Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman,
sindrom Prader-Willi)
- Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
- Fenilketonuria
- Sindroma Hunter
- Sindroma Hurler
- Sindroma Sanfilippo
- Leukodistrofi metakromatik
- Adrenoleukodistrofi
- Sindroma Lesch-Nyhan
- Sindroma Rett
- Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
- Sindroma Reye
- Dehidrasi hipernatremik
- Hipotiroid Kongenital
- Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
f. Keracunan
- Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu
hamil

- Keracunan metilmerkuri

- Keracunan timah hitam

g. Gizi
- Kwashiokor
- Marasmus
- Malnutrisi
h. Lingkungan
- Kemiskinan
- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi (Utaminingsih, 2015)

3. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi anak retardasi mental menurut Somantri dalam Ferial (2011)

adalah sebagai berikut :

a. Retardasi mental ringan


Retardasi mental ringan disebut juga moron atau debil.

Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan

menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih

dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan

pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

b. Retardasi mental sedang


Anak retardasi mental sedang disebut juga imbisil. Kelompok ini

memiliki IQ 51-36 pada skala binet dan 54-40 menurut skala wescher

(WISC). Anak retardasi mental sedang sangat sulit bahkan tidak dapat

belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan

berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya

menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dan lain-lain.

c. Retardasi mental berat


Kelompok anak retardasi mental berat sering disebut idiot.

Retardasi mental berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala

binet dan antara 39-25 menurut skala weschler (WISC).


Para ahli medis mengkasifikasikan retardasi mental berdasarkan

pada nilai tes intelegensinya, yakni: ringan (mampu didik), sedang

(mampu latih), berat (mampu rawat), dan sangat berat (mampu rawat)

seperti dalam tabel berikut.

Tingkat Retardasi Rentang Persentase


Usia Mental
Mental IQ Retardasi Mental
Retardasi Mental
50-70 9-12 tahun 85%
Ringan
Retardasi Mental
35-49 6-8 tahun 10%
Sedang
Retardasi Mental
20-34 3-5 tahun 3-4%
Berat
Retardasi Mental Di bawah
< 3 tahun 1-2%
Sangat Berat 20
Tabel 2.1 Klasifikasi Retardasi
Mental Sumber : Muttaqin
(2008)

4. Karakteristik
Anak retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda dari anak

normal lainnya. Mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada

di bawah rata-rata atau normal, sehingga menyebabkan perkembangan

kecerdasan dimiliki banyak hambatan, untuk itu diperlukan layanan

khusus guna membantu mengoptimalkan kemampuan dan potensinya, hal

ini terutama yang berkaitan dengan perawatan diri. Sehingga pada

kehidupannya kelak dapat mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang

lain (Apriyanto, 2012).

Menurut Delphie dalam Yusuf (2015) karakteristik retardasi mental

adalah sebagai berikut:

a. Pada umumnya, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan


potensialnya.

b. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan perilaku

maladaptif, yang berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik,

perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka menghindarkan

diri dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau

kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa

takut yang tidak menentu sebab akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap

suka bermusuhan.

c. Pribadi anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang

salah.

d. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya

perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak normal,

kecacatan sensori, khususnya pada persepsi penglihatan dan

pendengaran sering tampak pada anak dengan gangguan

perkembangan.

e. Sebagian dari anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

kelainan penyerta serebral palsi, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh

kerusakan bagian tertentu pada otak saat dilahirkan ataupun saat awal

kehidupan. Mereka yang tergolong memiliki serebral palsi mempunyai

hambatan pada intelektual, masalah berkaitan dengan gerak dan postur tubuh,

pernapasan mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara disebabkan

adanya kekejangan otot-otot mulut (artikulasi), serta kesulitan sewaktu

mengunyah dan menelan makanan yang keras seperti permen karet, popcorn,

sering kejang otot (seizure).

f. Secara keseluruhan, anak dengan gangguan perkembangan (retardasi

mental) mempunyai kelemahan pada segi berikut.


1) Keterampilan gerak.

2) Fisik yang kurang sehat.

3) Kurangnya perasaan percaya terhadap situasi dan keadaan

sekelilingnya.

4) Keterampilan kasar dan halus motor yang kurang.

g. Dalam aspek keterampilan sosial, anak dengan gangguan

perkembangan umumnya tidak mempunyai kemampuan sosial, antara

lain suka menghindar dari keramaian, ketergantungan hidup pada

keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang

berlebihan, kelainan peran seksual, kurang mampu berkaitan dengan

kegiatan yang melibatkan kemampuan intelektual, dan mempunyai pola

perilaku seksual secara khusus.

h. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai keterlambatan pada

berbagai tingkat dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, serta

masalah bahasa dapat memengaruhi perkembangan kemandirian dan

dapat menetap hingga pada usia dewasa.

i. Pada beberapa anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, serebral palsi, gangguan

perkembangan lain (nutrisi, sakit dan penyakit, kecelakaan dan luka),

epilepsi, dan disabilitas fisik dalam berbagai porsi.

5. Gejala Klinis
Menurut Yusuf (2015) gejala anak retardasi mental, antara lain

sebagai berikut.

a. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan dalam

mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu

cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus-menerus.

b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.


c. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak RM berat
d. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan

retardasi mental berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada

yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri, atau bangun tanpa

bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat

sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.

e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak

retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti

berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu

memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak retardasi mental

ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang

mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal

itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam

memberikan perhatian terhadap lawan main.

g. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak

retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas.

Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya memutar-mutar jari di depan

wajahnya dan melakukan hal- hal yang membahayakan diri sendiri,

misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dan

lain-lain

5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia

6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi

2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada
sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus

q. Urin asam vanililmandelik


1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic (Behrman dan Kliegman, 2010)

6. Patofisiologi
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
pranatal, perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan
kromosom (trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan
sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan
gangguan metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat
berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal mencakup
kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan
degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan
sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental.
Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral, defisit
sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya
ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara
mandiri dalam komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan
sosial) (Betz dan Sowden, 2009).
7. PATHWAY
Faktor Pranatal Faktor Perinatal Faktor Pascanatal

Infeksi Trauma
Kelainan kromosom Abrupsio plasenta Infeksi
Kelainan genetik dan kelainan Diabetes maternal Keracunan
metabolik yang diturunkan Kelahiran prematur Lingkungan
Keracunan Metabolik
Gizi

Kerusakan pada fungsi otak

Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan


perkembangan motorik perkembangan motorik perkembangan perkembangan perkembangan
kasar halus bahasa sosial kognitif

Apraksia(tidak
Sulit berkonsentrasi Menunjukkan
Tidak mampu mandi/ mampu melakukan
Bingung Kontak mata perilaku tidak
mengenakan pakaian/ gerakan yang telah
Gelisah kurang sesuai anjuran
makan/ ke toilet/ dipelajari)
Perilaku berlebihan Perilaku tidak Bergantung pada
berhias secara mandiri Disleksia (gangguan
Perilaku tidak Konsisten sesuai usia orang lain
Minat melakukan membaca)
Tidak mampu Kurang responsif Sulit
perawatan diri kurang Sulit menyusun
melakukan keterampilan atau tertarik memahami
kalimat
atau perilaku khas usia pada orang lain komunikasi
Sulit
Tidak mampu
mengungkapkan
Anak mempelajari
kata- kata keterampilan baru
Tidak mampu
Defisit Anak Keluarga melakukan
Perawatan
kemampuan yang
Diri Gangguan dipelajari
1.Ansietas komunikasi sebelumnya
2.Kurang verbal
Gangguan pengetahuan
Tumbuh 3.Koping
Kembang keluarga tak
efektif Gangguan interaksi
sosial
Isolasi sosial

Ketidakberdayaan

Risiko cidera

(Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )
8. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi
dimensional dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi
mental juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang
rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya
(Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus,
yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] ,


haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun,
karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang
menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan
demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan
dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang
sampai beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap
kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi
suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang,
bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak
harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan
atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung,
misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara kepada
anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan
anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan interaktif
dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric,
misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar.
Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar
memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami
gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan
untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas
yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh,
koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan
anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian
tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang
tidak sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan
tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif,
gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis


dimensi kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan.
Pengkajian terdiri dari atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan
kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan adaptif: komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural
dan bahasa, perhatian, dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat
badan yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi
saat ini, status masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid,
perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan, masalah-
masalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga
meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis
spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang
mengalami sindrom down.
Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak
kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh
kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua
sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada
anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat
hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau
tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,
ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa
antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,
merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi
berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan
sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap.
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5-
3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran
pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam
tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), adalah
sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual
3. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
Kaperawatan
1. Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan kebersihan Kebersihan
diri Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan perawatan 1. Pertimbangkan budaya anak saat
Definisi diri: kebersihan secara mandiri, mempromosikan aktivitas perawatan
Ketiadaan atau dengan kriteria hasil: diri
kurangnya 2. Pertimbangkan usia anak saat
informasi 1. Mencuci tangan (5) mempromosikan aktivitas perawatan
kognitif yang 2. Mempertahankan diri
berkaitan kebersihan mulut (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe terkait
dengan topik 3. Memperhatikan kuku jari dengan bantuan yang diperlukan
tertentu tangan (5) 4. Fasilitasi anak untuk menggosok gigi
4. Memperhatikan kuku kaki dengan tepat
Gejala dan (5) 5. Monitor kebersihan kuku, sesuai
Tanda Mayor 5. Mempertahankan dengan kemampuan merawat diri anak
Objektif penampilan yang rapi (5) 6. Monitor integritas kulit anak
1. Tidak mampu 6. Mempertahankan 8. Jaga ritual kebersihan
mandi/ kebersihan tubuh (5) 7. Dukung orangtua/ keluarga
mengenakan berpartisipasi dalam ritual menjelang
pakaian/ makan/ Keterangan: tidur yang biasa dilakukan dengan
ke toilet/ berhias (5) : Tidak terganggu tepat
secara mandiri 8. Berikan bantuan sampai anak benar-
2. Minat b. Perawatan diri: makan benar mampu merawat diri secara
melakukan Setelah dilakukan tindakan mandiri
perawatan diri keperawatan diharapkan perawatan b. Bantuan perawatan diri:
kurang diri:makan secara mandiri, dengan pemberian makan
kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam posisi makan
1. Menggunakan alat makan (5)
yang nyaman
2. Menaruh makanan pada alat 2. Dukung anak untuk makan di ruang
makan (5) makan
3. Menaruh makanan di mulut 3. Berikan alat - alat yang bisa
(5) memfasilitasi anak untuk makan
sendiri
4. Menghabiskan makanan (5) 4. Gunakan cangkir dengan pegangan
yang besar, jika diperlukan
Keterangan: 5. Gunakan alat makan dan gelas yang
(5) : Tidak terganggu tidak mudah pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering mungkin
dengan pengawasan ketat, dengan
tepat.
2. Gangguan tumbuh a. Perkembangan anak: a. Bimbingan antisipatif
kembang Usia Anak Tindakan keperawatan:
berhubungan dengan Pertengahan 1. Bina hubungan saling percaya
efek Setelah dilakukan tindakan 2. Instruksikan klien mengenal perilaku dan
ketidakmamp uan keperawatan diharapkan perkembangan dengan cara yang tepat
fisik perkembangan anak: usia 3. Bantu klien memutuskan bagaimana
anak pertengahan adekuat, masalah dipecahkan
Definisi Kondisi dengan kriteria hasil: 4. Bantu klien beradaptasi dengan adanya
individu mengalami 1. Bermain berkelompok (4- perubahan peran
gangguan kemampuan 5) 5. Jadwalkan kunjungan terkait dengan
bertumbuh dan 2. Mengembangkan perkembangan situasi dan strategi yang
berkembang sesuai persahabatan (4-5) tepat
dengan kelompok usia 3. Menunjukkan 6. Jadwalkan peninjauan kembali untuk
kreatifitas (4-5) mengevaluasi keberhasilan atau kebutuhan
Gejala dan Tanda 4. Menunjukkan penguatan
Mayor Objektif kemampuan pada 7. Libatkan keluarga maupun orang orang
1.Tidak mampu tingkat mampu di terdekat klien jika memungkinkan
melakukan sekolah (4-5) b. Manajemen perilaku
keterampilan atau Keterangan: 1. Komunikasikan harapan bahwa anak dapat
perilaku khas 5. : Sering tetap mengontrol perilakunya
sesuai usia menunjukkan 2. Konsultasikan dengan keluarga dalam
2.Pertumbuhan fisik 6. : Secara Konsisten rangka mendapatkan informasi mengenai
terganggu Gejala menunjukkan kondisi kognisi dasar anak
dan Tanda 3. Atur batasan bersama anak
Minor Objektif b. Perawatan diri: 4. Tahan diri dari mendebat atau melakukan
1.Tidak mampu Aktivitas Sehari- hari tawar menawar pada anak untuk
melakukan Setelah dilakukan tindakan Menetapkan batasan perilaku
perawatan diri keperawatan diharapkan 5. Gunakan suara bicara yang lembut dan
sesuai usia 2.Afek datar perawatan diri: aktivitas rendah
3.Respon sosial lambat sehari- hari secara mandiri, 6. Jangan memojokkan anak
4.Kontak mata terbatas dengan kriteria hasil: 7. Hindari mendebat anak
5.Nafsu makan 1. Makan (5) 8. Acuhkan perilaku yang tidak tepat
menurun 6.Lesu 2. Memakai baju (5) 9. Berikan penghargaan apabila anak dapat
3. Ke toilet (5) mengontrol diri.
4. Mandi (5) c. modifikasi perilaku: keterampilan
5. Berpakaian (5) sosial
6. Kebersihan (5) 1. Bantu anak mengidentifikasi masalah dari
7. Kebersihan mulut (5) kurangnya keterampilan sosial
Keterangan: 2. Dukung anak untuk verbalisasi
(5) : Tidak terganggu perasaannya berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam suatu
hubungan interpersonal
4. Bantu anak untuk mengidentifikasi
kemungkinan tindakan dan
konsekuensi dari hubungan
interpersonal/ sosialnya
5. Identifikasi keterampilan sosial yang
spesifik yang akan menjadi fokus latihan
6. Bantu anak untuk mengidentifikasi
langkah langkah dalam berperilaku dalam
rangka mencapai keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran dalam setiap
langkah berperilaku
8. Sediakan umpan balik bagi anak jika
mampu menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat penerimaan caregiver
terkait dengan perannya untuk
menyediakan perawatan
2. Mengakui tingkat ketergantungan
anak terhadap caregiver, sesuai dengan
kebutuhan
3. Membuat pernyataan positif pada
caregiver terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan untuk
pengambilan keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga dalam
permasalahan berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi mengenai anak
sesuai dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver mengenai
pemberian terapi bagi anak sesuai dengan
keinginan anak
8. Diskusikan mengenai keterbatasan yang
dimilki caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan kepada caregiver
selama anak menunjukkan kemunduran
e. Peningkatan perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling percaya dengan
anak
2. Lakukan interaksi personal dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan unik setiap anak
dan tingkat kemampuan adaptasi yang
diperlukan
4. Bangun hubungan saling percaya dengan
orang tua
5. Ajarkan orang tua mengenai tingkat
perkembangan normal dari anak dan
perilaku yang berhubungan
6. Demonstrasikan kepada orangtua
mengenai kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak dengan
kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh sesuai dengan
bahasa verbal
9. Dukung anak untuk berinteraksi dengan
teman temannya melalui
keterampilan bermain peran
10. Sediakan aktivitas yang mendukung
interaksi diantara anak anak
11. Dukung anak untuk mengekspresikan
diri melalui penghargaaan yang positif
atau umpan balik yang baik.
12. Peluk anak dan nyamankan anak saat
anak merasa sedih
13. Bangun suasana yang aman bagi anak
untuk belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk mencari bantuan
dari orang lain ketika anak memang
memerlukan bantuan
15. Bantu anak untuk belajar mandiri
16. Sediakan kesempatan bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/ mengenal
namanya, sesuai kebutuhan
18. Rencanakan pembelajaran dengan
mendukung anak menebak apa yang akan
terjadi dan berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan sebagainya
19. Berikan kesempatan dan mendukung
aktivitas motoric
20. Monitor pemberian regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan masalah yang
tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk mengidentifikasi
masalah atau situasi yang membutuhkan
tindakan yang menguras pikiran
3. Ajari anak untuk melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir” sebelum bertindak
secara impulsif
4. Bantu anak mengidentifikasi akibat dari
suatu tindakan serta keuntungan/
kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih tindaka yang
paling menguntungkan
6. Bantu anak untuk mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang sudah
dilakukan
7. Beri dukungan positif terhadap usaha
yang berhasil
8. Bantu anak untuk mengevaluasi
bagaimana hasil yang tidak sesuai bisa
dihindari dengan menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
9. menebak apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak untuk
memberikan pilihan yang memungkinkan,
dan sebagainya
10.Berikan kesempatan dan mendukung
aktivitas motoric
11.Monitor pemberian
regimen pengobatan, sesuai dengan
kebutuhan
g. Pendidikan orangtua: Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara perilaku orang
tua dan tujuan yang sesuai dengan usia
anak
2. Rancang program pendidikan
yang didadasarkan pada kekuatan
keluarga
3. Libatkan orang tua dalam desain dan isi
yang ada dalam program pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor personal yang
berdampak pada keberhasilan
Program pendidikan (misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman negatif dengan
penyedia layanan sosial, hambatn bahasa,
komitmen waktu, masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya minat)
5. Identifikasi adanya pemicu stress keluarga
(misalnya, depresi orangtua,
Kecanduan narkoba, alcohol
kesadaran/kecakapan berbahasa, tingkat
pendidikan yang rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik perkawinan,
percampuran keluarga setelah perceraian,
dan hukuman yang berlebihan pada anak-
anak)
6. Identifikasi tugas perkembangan atau
tujuan yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme pertahanan yang
digunakan oleh sebagian besar kelompok
usia
8. Fasilitasi diskusi orangtua terkait metode
disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang
diperoleh
9. Ajarkan orangtua mengenai fisiologis,
emosional, dan karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan sumber informasi online, buku,
dan literatur yang dirancang untuk
mengajarkan orangtua mengenai
pengasuhan anak
11. Berikan orangtua bahan bacaan dan
materi lainnya yang akan membantu
dalam melakukan peran pengasuhan
12. Anjurkan orangtua pentingnya diet
seimbang, makan tiga kali sehari, dan
makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara yang dapat digunakan
orangtua untuk membantu anak dalam
mengelola kemarahan
15. Bantu orangtua mengidentifikasi kriteria
evaluasi untuk rawatan sehari hari dan
pengaturan sekolah
16. Identifikasi dan mengajarkan orangtua
mengenai cara menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola perilaku anak
17. Motivasi orangtua untuk mencoba
strategi berbeda dalam mengasuh anak
18. Gunakan teknik bermain peran akan
teknik pengasuhandan keterampilan
komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
dengan ancaman keperawatan diharapkan 1. Bina hubungan saling percaya
terhadap konsep tingkat kecemasan berkurang, 2. Instruksikan klien mengenal perilaku dan
diri dengan kriteria hasil: perkembangan dengan cara yang tepat
1. Mengeluarkan rasa 3. Bantu klien memutuskan bagaimana
Defenisi: Kondisi marah secara masalah dipecahkan
emosi dan pengalaman berlebihan (4) 4. Bantu klien beradaptasi dengan adanya
subyektif individu 2. Rasa takut perubahan peran
terhadap objek yang disampaikan secara 5. Jadwalkan kunjungan terkait dengan
tidak jelas dan spesifik lisan (4) perkembangan situasi dan strategi yang
akibat antisipasi 3. Rasa cemas yang tepat
bahaya yang disampaikan secara 6. Jadwalkan peninjauan kembali untuk
memungkinkan lisan (4) mengevaluasi keberhasilan atau kebutuhan
individu melakukan Keterangan: penguatan
tindakan untuk (3): Sedang 7. Libatkan keluarga maupun orang orang
menghadapi ancaman (4): Ringan terdekat klien jika memungkinkan
Batasan b. Tingkat kecemasan b. Konseling
karakteristik : sosial : Tindakan keperawatan:
1. Merasa bingung Setelah dilakukan tindakan 1. Bangun hubungan terapeutik yang
2. Merasa khawatir keperawatan diharapkan didasarkan pada [rasa] saling percaya
dengan akibat dari tingkat kecemasan social dan saling menghormati
kondisi yang berkurang, dengan kriteria 2. Tunjukkan empati, kehangatan, dan
dihadapi 3)Sulit hasil: ketulusan
berkonsentrasi 1. Persepsi diri yang 3. Tetapkan lama hubungan konseling
4)Gelisah 5)Sulit negatif pada 4. Tetapkan tujuan-tujuan
tidur 6)Merasa tidak keterampilan social (4) 5. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi
berdaya 7)Kontak 2. Persepsi diri yang untuk memfasilitasi ekspresi yang
mata buruk negatif terhadap menjadi perhatian
penerimaan oleh 6. Minta anak untuk mengidentifikasi apa
orang lain (4) yang mereka bisa/tidak bisa lakukan
3. Takut berinteraksi terkait dengan peristiwa yang terjadi
dengan orang yang 7. Tentukan bagaimana perilaku keluarga
lebih unggul (5) mempengaruhi anak
4. Memperhatikan tentang 8. Gunakan alat pengkajian (misalnya,
penilaian orang lain kertas dan pensil, audiotape, videotape,
setelah pertemuan sosial latihan interaksi dengan orang lain) untuk
(5) membantu meningkatkan kesadaaran diri
Keterangan: (4): Ringan (5): anak dan pengetahuan konselor terhadap
Tidak ada situasi, dengan cara yang tepat
c. Koping : 9. Dukung pengembangan keterampilan
Setelah dilakukan tindakan baru, dengan tepat
keperawatan diharapkan 10. Dukung penggantian kebiasaan yang
manajemen koping tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
meningkat, dengan kriteria diinginkan
hasil: c. Peningkatan Koping
1. Menyatakan perasaan Tindakan keperawatan:
akan kontrol diri (4) 1. Dukung hubungan [anak] dengan orang
2. Menyatakan penerimaan yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang
terhadap situasi (4) sama
3. Menyatakan butuh 2. Bantu anak untuk menyelesaikan masalah
bantuan (4) dengan cara yang kontruktif
Keterangan : 3. Berikan penilaian [kemampuan]
(4) : Sering Menunjukkan penyesuaian anak terhadap perubahan-
perubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan
d. Adaptasi terhadap indikasi
Disabilitas fisik : 4. Berikan penilaian mengenai dampak dari
Setelah dilakukan tindakan situasi kehidupan anak terhadap peran dan
keperawatan diharapkan hubungan [yang ada]
kemampuan beradaptasi 5. Dukung anak untuk mengidentifikasikan
terhadap disabilitas fisik deskripsi yang realistis terhadap adanya
meningkat, dengan kriteria perubahan dalam peran
hasil: 6. Berikan penilaian mengenai pemahaman
1. Menyatakan secara anak terhadap proses penyakit
lisan kemampuan untuk Berikan penilaian dan diskusikan respon
menyesuaikan terhadap alternatif terhadap situasi [yang ada]
disabilitas (4) 7. Gunakan pendekatan yang tenang dan
2. Menyampaikan secara memberikan jaminan
lisan penyesuaian terhadap 8. Berikan suasana penerimaan
disabilitas (4) 9. Sediakan informasi aktua mengenai
3. Beradaptasi terhadap diagnosis, penanganan, dan prognosis
keterbatasan secara 10. Sediakan anak pilihan- pilihan yang
fungsional (4) realistis mengenai aspek perawatan
Mengidentifikasi 11. Dukung sikap [anak] terkait dengan
rencana untuk harapan yang realistis sebagai upaya
memenuhi aktivitas untuk mengatasi perasaan
hidup harian (4) ketidakberdayaan
Keterangan: 12. Evaluasi kemampuan anak dalam
(4) Sering dilakukan membuat keputusan
13. Cari jalan untuk memahami perspektif
anak terhadap situasi yang penuh stress
14. Tidak mendukung pembuatan keputusan
saat anak berada pada situasi stress yang
berat
15. Dukung kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur- angsur
16. Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan
17. Dukung aktivitas- aktivitas sosial dan
komunitas [agar bisa dilakukan]
18. Dukung [kemampuan dalam] penerimaan
19. terhadap keterbatasan orang lain
20. Kenali latar belakang budaya/spiritual
anak
21. Dukung penggunaan sumber-sumber
spiritual, jika diinginkan
22. Eksplorasi pencapaian anak sebelumnya
23. Eksplorasi alasan anak mengkritik diri
24. Konfrontasi terhadap perasaan ambivalen
anak (kemarahan atau ditekan)
25. Tumbuhkan cara penyaluran kemarahan
dan permusuhan yang kontruktif
26. Bantu anak dalam mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
27. Dukung identifikasi nilai hidup yang
spesifik
28. Eksplorasi bersama anak mengenai
metode sebelumnya pada saat
menghadapi maslaah kehidupan
29. Mengenalkan anak pada seseorang (atau
kelompok) yang telah berhasil melewati
pengalaman yang sama
30. Dukung penggunaan mekanisme defensif
yang tepat
31. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi
dan rasa takut
4 Kesiapan a. Koping keluarga Setelah a. Bimbingan antisipatif
peningkatan dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
koping keluarga keperawatan diharapkan 1. Bina hubungan saling percaya
manajemen 2. Instruksikan klien mengenal perilaku dan
Defenisi : koping keluarga meningkat, perkembangan dengan cara yang tepat
Pola adaptasi dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien memutuskan bagaiman
anggota keluarga 1. Menetapkan fleksibelitas masalah dipecahkan
dalam peran (4) 4. Bantu klien beradaptasi dengan adanya
Mengatasi 2. Menghadapi masalah perubahan peran
situasi yang keluarga (4) 5. Jadwalkan kunjungan terkait
dialami klien secara 3. Mengelola masalah dengan perkembangan situasi dan strategi
efektif dan keluarga (4) yang tepat
menunjukkan 4. Melibatkan anggota 6. Jadwalkan peninjauan kembali untuk
keinginan serta keluarga dalam mengevaluasi
kesiapan untuk pengambilan keputusan Keberhasilan atau kebutuhan penguatan
meningkatkan (4) 7. Libatkan keluarga maupun orang orang
kesehatan keluarga 5. Mengungkapkan terdekat klien jika memungkinkan
dan klien. perasaan dan emosi b. Peningkatan Koping
Gejala dan Tanda secara terbuka diantara Tindakan keperawatan:
Mayor: Subjektif anggota keluarga (4) 1. Dukung hubungan [anak] dengan orang
1. Anggota keluarga 6. Menggunakan strategi yang memiliki ketertarikan dan tujuan
menetapkan tujuan untuk mengelola konflik yang sama
untuk meningkatkan keluarga (4) 2. Bantu anak untuk menyelesaikan masalah
gaya hidup sehat 7. Menggunakan strategi dengan cara yang kontruktif
2. Anggota keluarga pengurangan stress yang 3. Berikan penilaian [kemampuan]
menetapkan sasaran berpusat pada keluarga penyesuaiann anak terhadap perubahan-
untuk meningkatkan (4) perubahan dalam citra tubuh, sesuai
kesehatan dengan indikasi
Gejala dan Tanda Keterangan: 4. Berikan penilaian mengenai dampak dari
Minor: Subjektif (4) Sering menunjukkan situasi kehidupan anak terhadap peran dan
1. Anggota keluarga b. Fungsi keluarga Setelah hubungan [yang ada]
mengidentifika si dilakukan tindakan 5. Dukung anak untuk mengidentifikasikan
pengalaman yang keperawatan diharapkan deskripsi yang realistic terhadap adanya
mengoptimalk an keluarga menunjukkan fungsi perubahan dalam peran
kesejahteraan keluarga, dengan kriteria 6. Berikan penilaian mengenai pemahaman
2. Anggota keluarga hasil: anak terhadap proses penyakit
berupaya 1. Merawat anggota 7. Berikan penilaian dan diskusikan respon
menjelaskan keluarga yang memiliki alternative terhadap situasi [yang ada]
dampak krisis ketergantungan (4-5) 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan
terhadap 2. Mengatur perilaku memberikan jaminan
perkembangan anggota keluarga (4- 5) 9. Berikan suasana penerimaan
3. Anggota keluarga 3. Beradaptasi terhdap 10.Sediakan informasi aktual mengenai
mengungkapkan adanya perkembangan diagnosis, penanganan,dan prognosis
minat5 dalam transisi (4-5) 11.Sediakan anak pilihan- pilihan yang
membuat kontak 4. Menerima realistis mengenai aspek perawatan
dengan orang lain keanekaragaman 12.Dukung sikap [anak] terkait dengan
yang mengalami diantara anggota harapan yang realistis sebagai upaya untuk
situasi yang sama keluarga (4-5) mengatasi perasaan ketidakberdayaan
Kondisi Klinis 5. Anggota 13.Evaluasi kemampuan anak dalam
Terkait 1.Kelainan keluarga bisa saling membuat keputusan
genetic 2.Cedera mendukung (4-5) 14.Cari jalan untuk. memahami perspektif
Traumatik 3.Kondisi anak terhadap situasi yang penuh. Stress
Kronis Keterangan: 15.Tidak mendukung pembuatan keputusan
(4) : Sering atau anak berada pada stres yang berat
menunjukkan 16.Dukung kemampuan mengatasi situasi
(5) : Secara konsisten secara berangsur-angsur
menunjukkan 17.Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan
c. Pengetahuan 18.Dukung aktivitas- aktivitas sosial .dan
pengasuhan komunitas [agar bisa dilakukan]
Setelah dilakukan tindakan 19.Dukung [kemampuan dalam] penerimaan
keperawatan diharapkan terhadap keterbatasan orang lain
dapat memahami 20.Kenali latar belakang budaya/spiritual
pengetahuan pengasuhan, anak
dengan kriteria hasil: 21. Dukung penggunaan sumber-sumber
spiritual, jika diinginkan
1. Pertumbuhan dan 22.Eksplorasi pencapaian anak sebelumnya
perkembangan yang 23.Eksplorasi alsan anak mengkritik diri
normal (3-5) 24.Konfrontasi terhadap perasaan ambivalen
2. Perilaku anak yang nak (kemarahan atau ditekan)
normal (3-5) 25.Tumbuhkan cara penyaluran lemarahan
3. Kebutuhan keamanan (3- dan permusuhan yang kontruktif
5) 26.Bantu anak dalam mengidentifikasi respon
4. Pencegahan cedera (3- positif dari orang lain
5) 27.Dukung identifikasi nilai hidup yang
5. Kebutuhan perawatan spesifik
fisik (3-5) 28.Eksplorasi bersama anak mengenai
6. Kebutuhan psikologi (3- metode sebelumnya pada saat menghadapi
5) masalah kehidupan
7. Kebutuhan emosi (3- 5) 29.Mengenalkan anak pada seseorang (atau
8. Kebutuhan stimulasi (3- Kelompok) yang telahBerhasil melewati
5) pengalaman yang sama
9. Kebutuhan untuk Dukung penggunaan mekanisme deensif
bersosialisasi (3-5) yang tepat
10. Kebutuhan spiritual (3- Dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan
5) rasa takut
11. Kebutuhan bimbingan c. Peningkatan Keterlibatan Keluarga
moral (3- 5) Tindakan keperawatan:
12. Pengelolaan kesehatan 1. Bangun hubungan pribadi dengan pasiern
umum (3- 5) dan anggota keluarga yang akan terlibat
13. Metode disiplin yang dalam perawatan
sesuai untuk usia 2. Identifikasi kemampuan anggota keluarga
perkembangan (3-5) untuk terlibat dalam perawatan anak
14. Strategi komunikasi 3. Ciptakan budaya. Fleksibilitas untuk keluarga
yang efektif (3-5) 4. Tentukan sumber daya fisik, emosional
dan edukasi dari pemberi perawatan
Keterangan: utama
(3) : Pengetahuan 5. Identifikasi defisit perawatan diri anak
sedang 6. Identifikasi preferensi anggota keluarga
(4) : Pengetahuan untuk keterlibatan dengan anak
banyak 7. Identifikasi harapan nggota keluarga
(5) : Pengetahuan untuk
sangat banyak 8. Antisipasi dan identifikasi kebutuhan
keluarga
9. Dorong anggota keluarga dan anak untuk
membantu dalam mengembangkan
rencana perawatan, termasuk hasil
yang diharapkan dan
Pelaksanaan rencana perawatan
10. Dorong anggota keluarga dan anak
untuk bersikap asertif dalam berinteraksi
dengan pember layanan kesehatan
professional
11. Monitor struktur dan keluarga
12. Monitor keterlibatan anggota keluarga
dalam perawatan anak
13. Berikan informasi penting kepada
anggota keluarga mengenai anak sesuai
dengan keinginan anak .
14. Fasilitasi pemahaman mengenai aspek
medis dari kondisi anak pada anggota
keluarga
15. Berikan dukungan yang diperlukanbagi
kerluarga untuk membuat keputusan
16. Identifikasi persepsi anggota keluarga
mengenai situasi,
peristiwa yang tidak diinginkan, perasaan
dan perilaku anak
17. Identifikasi stressor situasional lainnya
untuk anggota keluarga
18. Identifikasi gejala fisik individu anggota
yang terkait dengan stress (misalnya,
kesedihan, mual, muntah, mudah
terganggu)
19. Tentukan tingkat ketergantungan anak
pada anggota keluarga, yang sesuai untuk
usia atau penyakit
20. Dorong untuk fokus pada setiap aspek
positif dari situasi anak
21. Identifikasi dan hormati mekanisme
koping yang digunakan oleh anggota
keluarga
22. Identifikasi kesulitan koping anak
dengan anggota keluarga
23. Identifikasi kekuatan dan kemampuan
anak dengan anggota keluarga
24. Informasikan faktor- faktor yang dapat
meningkatkan kondisi anak pada
anggota keluarga
25. Dorong anggota keluarga untuk
menjaga atau mempertahankan
hubungan keluarga yang sesuai
26. Diskusikan pilihan jenis perawatan di
rumah, seperti tinggal berkelompok,
perawatan di rumah, atau respite care ,
yang sesuai
d. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:
1. Nilailah reaksi emosi keluarga terhadap
kondisi anak
2. Pertimbangkan beban psikologis dari
prognosi terhadap keluarga
3. Dukung harapan yang realistis
4. Dengarkan kekhawatiran, perasaan dan
pertanyaan dari keluarga
5. Tingkatkan hubungan saling percaya
dengan keluarga
6. Identifikasi sifat dukungan spiritual bagi
keluarga
7. Identifikasi kesepakatan terkait harapan
antara anak, keluarga dan tenaga
kesehatan
8. Kurangi perbedaan harapan antara anak,
keluarga dan tenaga kesehatan melalaui
keterampilan komunikasi
9. Bantu anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan memecahkan
konflik nilai-nilai [keluarga]
10 Hargai dan dukung mekanisme koping
yang digunakan keluarga
11 Berikan sumber spiritual untuk keluarga,
sesuai kebutuhan
12 Libatkan anggota keluarga dan anak dalam
membuat keputusan terkait perawatan, jika
memungkinkan
13 Bantu kelurga untuk mendapatakan
pengetahuan, keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung keputusan
mereka terhadap perawatan anak
5 Defisit a. Pengetahuan a. Pendidikan orangtua: Keluarga
pengetahuan pengasuhan yang membesarkan anak
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
Dengan Tindakan keperawatan 1. Pahami hubungan antara perilaku orang
gangguan Diharapkan dapat tua dan tujuan yang sesuai dengan usia
Fungsi memahami pengetahuan anak
Kognitif pengasuhan, dengan 2. Rancang program pendidikan yang
kriteria hasil: Didadasarkan pada kekuatan keluarga
Defenisi 1. Pertumbuhan dan 3. Libatkan orang tua dalam desain dan isi
Ketiadaan atau perkembangan yang yang ada dalam program pendidikan
kurangnya normal (3-5)
4. Identifikasi factor-faktor personal yang
informasi 2. Perilaku anak yang
berdampak pada keberhasilan program
Kognitif yang normal (3-5)
Berkaitan 3. Kebutuhan keamanan pendidikan (misalnya, nilai-nilai budaya
Dengan topic (3-5) pengalaman negative dengan penyedia
tertentu. 4. Pencegahan cedera layanan sosial, hambatn bahasa,
(3-5) komitmen waktu, masalah penjadwalan,
Gejala dan 5. Kebutuhan perawatan perjalanan dan kurangnya minat)
Tanda Mayor fisik (3-5) 5. Identifikasi adanya pemicu stress keluarga
Subjektif 6. Kebutuhan psikologi (misalnya, depresi orangtua,
Menanyakan (3-5) Kecanduan narkoba, alkohol, kesadaran/
Masalah yang 7. Kebutuhan emosi (3- kecakapan berbahasa, tingkat pendidikan
dihadapi 5) yang rendah, kekerasan dalam rumah
Objektif 8. Kebutuhan stimulasi tangga, konflik perkawinan, percampuran
1.Menunjukka (3-5) keluarga setelah perceraian, dan .hukuman
n perilaku 9. Kebutuhan untuk yang berlebihan pada
tidak sesuai bersosialisasi (3-5) anak-anak)
anjuran 10. Kebutuhan spiritual
2.Menunjukka (3-5) 6. Identifikasi tugas perkembangan atau
n persepsi 11. Kebutuhan tujuan yang sesuai untuk anak
yang keliru bimbingan moral (3- 7. Identifikasi mekanisme pertahanan
terhadap 5) yang
masalah 12. Pengelolaan digunakan oleh sebagian
Gejala dan kesehatan umum (3- besar kelompok usia
Tanda Minor 5) 8. Fasilitasi diskusi orangtua terkait metode
Objektif 13. Metode disiplin disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang
1. Menjalani yang sesuai untuk diperoleh
pemeriksaan usia perkembangan 9. Ajarkan orangtua mengenai fisiologis,
yang tidak (3-5) emosional, dan karakteristik perilaku
tepat 14. Strategi komunikasi
normal anak
2. yang efektif (3-5)
10. Berikan sumber informasi online, buku,
Menunjukkan
dan literature yang dirancang untuk
perilaku Keterangan:
berlebihan (3) : Pengetahuan mengajarkan orangtua mengenai
(mis. Apatis, Sedang pengasuhan anak
bermusuhan, (4) : Pengetahuan 11. Berikan orangtua bahan bacaan dan
agitasi, hysteria) Banyak materi lainnya yang akan membantu
(5) : Pengetahuan sangat dalam melakukan peran pengasuhan
banyak 12. Anjurkaan orangtua pentingnya diet
seimbang, makan tiga kali sehari, dan
b. Perilaku patuh makanan ringan bergizi
Setelah dilakukan tindakan 13. Tinjau masalah keamanan dengan orang
keperawatan diharapkan tua
dapat menunjukkan perilaku 14. Diskusikan cara yang dapat digunakan
patuh,dengan kriteria hasil: orangtua untuk membantu anak anak
1. Mengidentifikasi dalam mengelola kemarahan
hambatan untuk 15. Bantu orangtua mengidentifikasi kriteria
melaksanakan evaluasi untuk rawatan sehari hari dan
aktivitas fisik yang pengaturan sekolah
ditentukan (4) 16. Identifikasi dan mengajarkan orangtua
2. Menggunakan strategi mengenai cara menggunakan berbagai
untuk meningkatkan strategi dalam mengelola perilaku anak
keamanan (4) 17. Motivasi orangtua untuk mencoba
3. Berpartisipasi dalam strategi berbeda dalam mengasuh anak
aktivitas fisik sehari- 18. Gunakan teknik bermain peran akan
hari yang ditentukan (4) teknik pengasuhan dan keterampilan
komunikasi
Keterangan: b. modifikasi perilaku: keterampilan sosial
(4): Sering menunjukkan Tindakan keperawatan:
c. Kognisi 1. Bantu anak mengidentifikasi masalah dari
1. Orientasi kognisi (4) kurangnya keterampilan sosial
Memproses informasi (4) 2. Dukung anak untuk verbalisasi
perasaannya berkaitan dengan masalah
Keterangan:
interpersonal
(4) : Sedikit terganggu
3. Bantu anak untuk mengidentifikasi hasil
d. Memori yang diinginkan dalam suatu hubungan
Setelah dilakukan tindakan interpersonal
keperawatan diharapkan 4. Bantu anak untuk mengidentifikasi
memori, dengan kriteria hasil: kemungkinan tindakan dan konsekuensi
1. Mengingat informasi dari hubungan interpersonal/ sosialnya
5. Identifikasi keterampilan sosial yang
baru saja terjadi secara
spesifik yang akan menjadi fokus latihan
akurat (4)
6. Bantu anak untuk mengidentifikasi langkah
2. Mengingat informasi
langkah dalam berperilaku dalam rangka
yang terbaru secara
mencapai keterampilan sosial
akurat (4)
7. Bantu anak bermain peran dalam setiap
3. Mengingat informasi
langkah berperilaku
yang sudah lama secara
8. Sediakan umpan balik bagi anak jika
akurat (4)
mampu menunjukkan kemampuan
Keterangan:
(4) : Sedikit terganggu keterampilan sosial yang ditargetkan
c. Peningkatan perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling percaya dengan
anak
2. lakukan interaksi personal dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan unik setiap anak
dan tingkat kemampuan adaptasi yang
diperlukan
4. Bangun hubungan saling percaya dengan
orang tua
5. Ajarkan orang tua mengenai tingkat
perkembangan normal dari anak dan
perilaku yang berhubungan
6. Demonstrasikan kepada orangtua
mengenai kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh sesuai dengan
bahasa verbal
9. Dukung anak untuk berinteraksi dengan
teman temannya melalui keterampilan
bermain peran
10. Sediakan aktivitas yang mendukung
interaksi diantara anak anak
11. Dukung anak untuk mengekspresikan diri
melalui penghargaaan yang positif atau
umpan balik yang baik.
12. Peluk anak dan nyamankan anak saat
anak merasa sedih
13. Bangun suasana yang aman bagi anak
untuk belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk mencari bantuan dari
orang lain ketika anak memang
memerlukan bantuan
15. Bantu anak untuk belajar mandiri
16. Sediakan kesempatan bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/ mengenali
namanya, sesuai kebutuhan
18. Rencanakan pembelajaran dengan
mendukung anak menebak apa yang akan
terjadi dan berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan sebagainya
19. Berikan kesempatan danmendukung
aktivitas motorik
20. Monitor pemberian regimen
pengobatan, sesuai dengan kebutuhan

Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal atau eksternal
yang dapat meningkatkan atau
mengurangi motivasi untuk berperilaku
sehat
2. Pertimbangkan riwayat individu dalam
konteks personal dan riwayat sosial
budaya individu, keluarga dan masyarakat
3. Tentukan pengetahuan kesehatan dan
gaya hidup perilaku saat ini pada individu,
keluarga, atau kelompok sasaran
4. Bantu individu, keluarga dan masyarakat
untuk memperjelas keyakinan dan nilai-
nilai kesehatan
5. Prioritaskan kebutuhan orang yang belajar
dengan mengidentifikasi kebutuhan
berdasarkan apa yang disukai klien,
keterampilan perawat, sumber yang
tersedia, dan kemungkinan keberhasilan
pencapaian tujuan
6. Rumuskan tujuan dalam
programpendidikan kesehatan [tersebut]
7. Identifikasi sumber daya (misalnya,
tenaga, ruang peralatan, uang, dan lain-
lain) yang diperlukan untuk melaksanakan
program
8. Pertimbangkan kemudahan akses, hal-hal
yang disukai, dan biaya dalam
perencanaan program
9. Hindari penggunaan teknik dengan
menakut- nakuti sebagai strategi untuk
memotivasi orang agar mengubah perilaku
kesehatan atau gaya hidup
10. Tekankan manfaat kesehatan positif yang
langsung atau [manfaat] jangka pendek
yang bisa diterima oleh perilaku gaya
hidup positif daripada [menekankan
pada] manfaat jangka panjang atau efek
negatif dari ketidakpatuhan
11. Aplikasikan strategi untuk meningkatkan
harga diri audiens yang menjadi sasaran
12. Kembangkan materi pendidikan tertulis
yang tersedia dan sesuai dengan audiens
yang menjadi sasaran
13. Lakukan demonstrasi/ demonstrasi ulang,
partisipasi pembelajar, dan manipulasi
bahan pembelajaran ketika mengajarkan
keterampilan psikomotorik
14. Gunakan instruksi dibantu komputer,
televisi, video interaktif, dan teknologi-
teknologi lainnya untuk menyampaikan
informasi
15. Libatkan individu, keluarga, dan
kelompok dalam perencanaan dan
rencana implementasi gaya hidup atau
modifikasi perilaku kesehatan
16. Pertimbangkan dukungan keluarga,
teman sebaya, dan masyarakat terhadap
perilaku yang kondusif bagi kesehatan
17. Manfaatkan system dukungan dan
keluarga untuk meningkatkan efektivitas
gaya hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan
18. Tekankan pentingnya pola makan yang
sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain
bagi individu, keluarga, dan kelompok
yang meneladani nilai dan perilaku ini
dari orang lain, terutama pada anak- anak
19. Gunakan berbagai strategi dan intervensi
utama dalam program
20. Pendidikan

Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga
telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. & Kliegman. R. M. 2010. Nelson Esiensi Pediatri Edisi 4.


Jakarta: EGC
Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Mahasiswa Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC),
6th edition. United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. 2017. Jumlah Anak
Berkebutuhan Khusus Sumatera Barat Tahun 2017. Padang: Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Barat
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Hull, David & Johnston, D. I. 2008. Dasar- Dasar Pediatri Edisi 3.
Jakarta: EGC
Iswari, Mega & Nurhastuti. 2010. Anatomi Fisiologi dan Neorologi Dasar
(Dasar- dasar Ilmu Faal dan Saraf untuk PLS). Padang: UNP Press
Liyana, Nina, Muhariati, Metty & Rusilanti. (2014). Jurnal Kesejahteraan Keluarga
dan Pendidikan. Perbandingan pola asuh belajar anak tunagrahita mampu
didik berdasarkan status ekonomi orang tua. 20 juni 2018.
http://scholar.google.com.pe/citations?user=GEdLYt4AAAAJ&hl=es
Moohead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition.
United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Muliana. (2013). Hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian anak
retardasi mental sedang di SLB Negeri tingkat Pembina Provinsi
Sulawesi Selatan Makasar. 20 juni 2018
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3172/1/mulianan.pdf&sa=U&ved
Na’imah Tri, Nur’aeni & Septiningsih, Dyah Siti. (2017). Jurnal psikologi
undip. Orientasi happiness pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita
ringan. 22 Desember 2017 https://google.co.id/search/client=ucweb-b-
bookmark&q=Jurnal+dampak+retardasi+mental+2017&oq=jurnal+dampa
k+retardasi+mental+2017&aqs=mobile-gws-lite
Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku ajar: keperawatan medikal bedah . Yogyakarta: Nuha Medika
Perendrawati, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Sosiodrama Terhadap Keterampilan
Komunikasi Non Verbal Pada Anak Retardasi Mental Ringan Di SLB X
Kota Cirebon. 26 Desember 2017.
https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q=Jurnal+pen
atalaksanaan+keperawatan+retardasi+mental+2015&oq=Jurnal+penatalaksa
naan+keperawatan+retardasi+mental+2015&aqs=mobile-gws-lite
Praptono, dkk. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus SPIRIT Edisi 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Journal of Maternal and Child Health. 2017. Factor Affecting the Occurrence of Mental
Disability in Ponorogo District, East Java. 3 Januari 2018
http://www.thejmch.com/index.php?journal=thejmch&page=article&op=do
wnload&path%5B%5D=62path%5B%5D=67
Sari, S. P. (2017). Jempol Mahasiswa Rancangan Program Tingkatkan Motorik
Halus Anak Tunagrahita. 14 Desember 2017.
https://news.okezone.com/read/2017/08/25/65/1762937/jempol-mahasiswa-
rancang-program-tingkatkan-motorik-halus-anak-tunagrahita
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1 . Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
Sekolah Luar Biasa Kasih Ummi Kota Padang. 2017. Data Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang 2017. Padang: SLB Kasih Ummi
Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D .
Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai