Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ISOLASI SOSIAL DI

PUSKESMAS TAMALATE MAKASSAR

NAMA : PIPIASPITA

NIM : 14420192130

CI LAHAN CI INSTITUSI

Abdul Rahman, S.Kep., Ns., M. Tr.Adm.Kes Sudarman., S.Kep.,NS.,M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................2

B. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

a. Definisi......................................................................................................3

b. Etiologi......................................................................................................4

c. Rentang Respon.........................................................................................9

d. Patofisiologi.............................................................................................11

e. Menefistasi Klinik...................................................................................12

f. Komplikasi..............................................................................................13

g. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................14

h. Penatalaksanaan.......................................................................................14

i. Pohon Masalah........................................................................................17

B. Konsep Keperawatan

a. Pengkajian...............................................................................................17

b. Diagnosis Keperawatan...........................................................................18

c. Intervensi.................................................................................................18

d. Implementasi...........................................................................................25

e. Evaluasi...................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi

akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial

(Depkes RI, 2015)

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Farida, 2012)

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut (Farida, 2012):

a) Mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien

yanngmenderita penyakit isoslasi social

b) Mampu mendiagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami isolasisosial

c) Dapat mengetahui perencanaan keperawatan selanjutny


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

a. Definisi

Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan

orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan

tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi,

atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara

spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap

memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi

pengamatan dengan orang lain. (Keliat dan Akemat, 2015)

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. (Keliat dan Akemat, 2015)

Selain itu isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi

dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien

mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain

yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan

tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2014)


b. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut

(Stuart 2013), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab

gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang

mungkin mempengaruhi antara lain yaitu :

1. Faktor Predisposisi,

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

2. Faktor Perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus

dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan

ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan

selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan

pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang

lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan

dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak

aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa

ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku

curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.

Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak

tidak mersaa diperlakukan sebagai objek

Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas

perkembangan, lihat tabel dibawah ini :


Tahap Perkembangan Tugas

Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.


Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku

mandiri
Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung

jawab, dan hati nurani


Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan

berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama

jenis kelamin
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan

teman, mencari pasangan, menikah, dan

mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasilkehidupan yang sudah

dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan

perasaan keterkaitan dengan budaya


3. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku.

a. Sikap bermusuhan/hostilitas

b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan

untuk mengungkapkan pendapatnya.

d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada

pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,


kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam

pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan

musyawarah.

e. Ekspresi emosi yang tinggi

f. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat

bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

4. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat

juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh

satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari

lingkungan sosial.

5. Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan

jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang

anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil

penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita

skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya

8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,

penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,

diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

6. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor

internal maupun eksternal, meliputi :

7. Stresor Sosial Budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,

kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.

Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

8. Stresor Biokimia

a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan

mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia

b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan

meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan

MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka

menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia.

c. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada

pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan

karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya

peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali

dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.


d. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-

gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah

stuktur sel-sel otak

9. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

10. Stresor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan

yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan

individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai

masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik

c. Rentang Respon

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2013) menyatakan

bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam

kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.

Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan

keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu

hubungan

Respon adaptif Respon

Kesepian Manipulasif
Menyendiri
Menarik diri Implusif
Otonomi
Ketergantungan narcisme
Bekerja sama

interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang

masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang

umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi :

a) Solitude (menyendiri) : Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu

cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b) Otonomi : Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

c) Mutualisme (bekerja sama) : Adalah suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan

menerima.

d) Interdependen (saling ketergantungan) : Adalah suatu hubungan saling

tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina

hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum

berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi :

a) Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari

lingkungannya, merasa takut dan cemas.


b) Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina

hubungan dengan orang lain.

c) Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal

mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan

hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan

terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung

berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.

d) Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,

hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu

cenderung berorientasi pada diri sendiri.

e) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak

mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.

f) Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu

berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,

sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak

mendukungnya.(Trimelia, 2011: 9)

d. Patofisiologi

Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan

bahwa sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya

Padahalnya rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara

psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah,

sepi dan takut dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala

sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan
keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-

masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme

koping yang adekuat. Sumber-sumber koping meliputi ekonomi,

kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik pertahanan, dukungan sosial

dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu

seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan

mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang walaupun

terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang

mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan

diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial

dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari

dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk

meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart, 2015)

e. Menefistasi Klinik

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik

diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut

Gejala Subjektif

a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c) Respon verbal kurang atau singkat

d) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

e) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu


f) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan:

g) Klien merasa tidak berguna

h) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

i) Klien merasa ditolak

Gejala Objektif

a) Klien banyak diam dan tidak mau bicara

b) Tidak mengikuti kegiatan

c) Banyak berdiam diri di kamar

d) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat

e) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

f) Kontak mata kurang

g) Kurang spontan

h) Apatis (acuh terhadap lingkungan)

i) Ekpresi wajah kurang berseri

j) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

k) Mengisolasi diri

l) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

m) Memasukan makanan dan minuman terganggu

n) Retensi urine dan feses

o) Aktifitas menurun

p) Kurang enenrgi (tenaga)

q) Rendah diri
r) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada

posisi

tidur)

f. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial

antara lain

a) Defisit perawatan diri

b) Beresiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

g. Penatalaksanaan

1. Metode Biologik

Metode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial adalah

sebagai berikut:

a) Terapi Psikofarmaka

Terapi psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan

fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat

dihilangkan atau dengan kata lain skizofrenia dapat diobati

(Hawari,2013). Obat antipsikotik terpilih untuk skizofrenia terbagi

dalam dua golongan (Hawari, 2013) yaitu antipsikotik tipikal

(Klorpromazim, Trifluferazin, Haloperidol) dan antipsikotik atipikal

(Klozapin, Risperidon).Antipsikotik golongan tipikal tersebut bekerja

dengan memblokir reseptor dopamin terpilih, baik diarea striatal

maupun limbik di otak dan antipsikoti atipikal menghasilkan reseptor


dopamin dan serotonin selektif yang menghambat sistem

limbik.Memberikan efek antipsikotik (gejala positif) dan mengurangi

gejala negatif.

Menurut Doenges (2014) prosedur diagnostik yang digunakan

untuk mendeteksi fungsi otak pada penderita gangguan jiwa adalah

sebagai berikut:

 Coputerized Tomografi (CT Scan)

Induvidu dengan gejala negatif seringkali menunjukkan

abnormalitas struktur otak dalam sebuah hasil CT scan.

(Townsend, 2014)

 Magnetik Resonance Imaging (MRI)

Mengukur anatomi dan status biokimia dari berbagai segmen

otak.

 Positron Emission Tomography

Mengukur fungsi otak secara spesifik seperti metabolisme

glukosa, aliran darah terutama yang terkait dengan psikiatri.

 Elektroconvulsif Therapy (ECT)

Digunakan untuk pasien yang mengalami depresi.Pengobatan

dengan ECT dilakukan 2 sampai 3 kali per minggu dengan total 6

sampai 12 kali pengobatan. (Townsend, 2014)

b) Metode Psikososial

Menurut Hawari (2013) ada beberapa terapi untuk pasien

skizofrenia, diantaranya adalah sebagai berikut:


 Psikoterapi

Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan

apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai

tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih

dan pemahaman diri sudah baik. (Hawari, 2013)

 Terapi Psikososial

 Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu

kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan

mampu merawat diri, mampu mandiri tidak bergantung pada

orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan

masyarakat. (Hawari, 2013)

c) Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia ternyata

mempunyai manfaat.Diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan

jiwa lebih cepat hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaya

lebih cepat teratasi, dan lebih cepat dalam beradaptasi dengan

lingkungan.Terapi keagamaan yang dimaksud adalah berupa kegiatan

ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, shalat, ceramah

keagamaan, kajian kitab suci dan lain sebagainya. (Hawari,2013).

h. Pohon Masalah

Efek : Risiko Gangguan Sensori Persepsi :

Halusinasi
CP : Gangguan Interaksi Sosial

Isolasi Sosial

Causa: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. Konsep Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan

observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial

dapat ditemukan dengan wawancara, melelui bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1) Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?

2) Apakah ada perasaan tidak aman?

3) Bagaimana pendapat anda terhadap orang-orang di sekitarnya

(keluarga atau tetangga)?

4) Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila

punya siapa anggota keluarga dan teman dekatnya itu?

5) Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda?

Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?

6) Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui

observasiadalah sebagai berikut:


1) Pasien banyak diam dan tidak mau bicara

2) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat

3) Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

4) Kontak mata kurang

b. Diagnosis Keperawatan

1) Perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik

diri

2) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

c. Intervensi

1) Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan

dengan harga diri rendah

Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus :

TUK Kriteria Hasil Intervensi


1 Dapat Setelah 3x24 pertemuan, d. Bina hubungan saling
membina pasien dapat menerima percaya dengan prinsip
hubungan saling kehadiran perawat. komunikasi terapetik.
percaya Pasien dapat e. Sapa pasien dengan ramah
mengungkapkan perasaan baik verbal maupun non
dan keberadaannya saat verbal
ini f. Perkenalkan diri dengan
secara verbal : sopan
d. Mau menjawab salam g. Tanyakan nama lengkap
e. Ada kontak mata pasien dan nama kesukaan
f. Mau berjabat tangan pasien
g. Mau berkenalan h. Jelaskan tujuan pertemuan
h. Mau menjawab i. Buat kontrak interaksi yang
pertanyaan jelas
i. (Mau duduk j. Jujur dan menepati janji
berdampingan dengan k. Tunjukkan sikap empati dan
perawat menerima pasien apa adanya
j. Mau mengungkapkan l. Ciptakan lingkungan yang
perasaannya tenang dan bersahabat
m. Beri perhatian dan
penghargaan : temani pasien
walau tidak menjawab
n. Dengarkan dengan empati
beri sempatan bicara, jangan
buruburu, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti
pembicaraan pasien
o. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar
pasien
2 Pasien dapat Setelah 3x24 pertemuan, d. Tanyakan pada pasien
menyebutkan pasien dapat menyebutkan tentang :
penyebab minimal satu e. Orang yang tinggal
menarik diri penyebab menarik diri serumah/teman sekamar
yang berasal dari : pasien
a. Diri sendiri f. Orang terdekat pasien
b. Orang lain dirumah/ diruang perawatan
c. Lingkungan g. Apa yang membuat pasien
dekat dengan orang tersebut
h. Hal-hal yang membuat pasien
menjauhi orang tersebut
i. Upaya yang telah dilakukan
untuk mendekatkan diri
dengan orang lain
j. Kaji pengetahuan pasien
tentang perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya
k. Beri kesemapatan pada pasien
untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul
l. Diskusikan pada pasien
tentang perilaku menarik diri,
tanda serta penyebab yang
muncul
m. Berikan reinforcement
(penguatan) positif terhadap
kemampuan pasien dalam
mengungkapkan perasaannya
3. Pasien dapat Setelah 3x24 pertemuan, a. Kaji pengetahuan pasien
menyebutkan pasien dapat menyebutkan tentang manfaat dan
keuntungan keuntungan keuntungan berhubungan
berhubungan berhubungan dengan dengan dengan orang lain
dengan orang orang lain, misal : serta kerugiannya bila tidak
lain dan Banyak teman berhubungan dengan orang
kerugian bila Tidak kesepian lain
tidak Bisa diskusi b. Beri kesempatan pada pasien
berhubungan Saling menolong untuk mengungkapkan
dengan orang Setelah 3x24 pertemuan, perasaannya tentang
lain pasien dapat menyebutkan berhubungan dengan orang
kerugian tidak lain
berhubungan dengan c. Beri kesempatan pada pasien
orang lain, misal : untuk mengungkapkan
a. Sendiri perasaannya tentang kerugian
b. Tidak punya teman, bila tidak berhubungan dengan
kesepian orang lain
c. Tidak ada teman d. Diskusikan bersama tentang
ngobrol keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain
4. Pasien dapat Setelah 3x24 interaksi, a. Observasi perilaku pasien
melaksanakan pasien dapat saat berhubungan dengan
hubungan sosial mendemonstrasikan orang lain
secara bertahap hubungan b. Beri motivasi dan bantu
sosial secara bertahap pasien untuk berkenalan/
c. Beri reinforcement positif
atas keberhasilan yang telah
dicapai
d. Bantu pasien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang
lain
e. Beri motivasi dan libatkan
pasien dalam terapi aktivitas
f. kelompok sosialisasi
g. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama pasien dalam
mengisi waktu luang
h. Memotivasi pasien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat
i. Beri reinforcement atas
kegiatan pasien dalam
memperluas pergaulan
melalui aktivitas yang
dilaksanakan
5. Pasien dapat Setelah 3x24 interaksi, a. Dorong pasien untuk
mengungkapkan pasien dapat mengungkapkan
perasaannya mengungkapkan perasaan perasaannya bila
setelah setelah berhubungan berhubungan dengan orang
berhubungan dengan orang lain untuk lain/kelompok
dengan orang diri sendiri dan orang b. Diskusikan dengan pasien
lain lain untuk untuk: tentang perasaan manfaat
a. Diri sendiri berhubungan dengan orang
b. Orang lain lain
c. Kelompok c. Beri reinforcement atas
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya berhubungan
dengan orang lain
6 Pasien dapat Setelah 3x24 pertemuan a. Bina hubungan saling
memberdayakan keluarga dapat percaya dengan keluarga:
system menjelaskan tentang salam, perkenalkan diri,
pendukung atau Pengertian menarik diri sampaikan tujuan, buat
keluarga mampu dan tanda gejalanya kontrak eksplorasi perasaan
mengembangka Penyebab dan akibat keluarga
n kemampuan menarik diri Cara merawat b. Diskusikan pentingnya
pasien untuk pasien dengan menarik peranan keluarga sebagai
berhubungan diri pendukung untuk
dengan orang mengatasi perilaku menarik
lain diri
c. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang: perilaku
menarik diri , penyebab
perilaku menarik diri,
akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi, cara
keluarga menghadapi
pasien menarik diri
d. Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
mengatasi pasien menarik
diri
e. Latih keluarga merawat
pasien menarik diri
f. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih
g. Anjurkan anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain
h. Dorong anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk pasien minimal
satu kali seminggu
i. Beri reinforcement atas
hal-hal yang telah dicapai
keluarga
7. Pasien dapat Setelah 3x24 interaksi, a. Diskusikan dengan pasien
menggunakan pasien menyebutkan : tentang kerugian dan
obat dengan a. Manfaat minum obat keuntungan tidak minum,
benar dan tepat b. Kerugian tidak minum serta karakteristik obat
obat yang diminum (nama,
c. Nama, warna, dosis, dosis, frekuensi, efek
efek samping obat samping minum obat)
b. Bantu dalam menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
c. Anjurkan pasien minta
sendiri obatnya kepada
perawat agar pasien dapat
merasakan manfaatnya
d. Beri reinforcement positif
bila pasien menggunakan
obat dengan benar
e. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
f. Anjurkan pasien untuk
konsultasi dengan
dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
g.

d. Implementasi

Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan

yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada

tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling membantu,

kemampuan melakukan teknik, psikomotor, kemampuan melakukan

observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,

kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.

e. Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai

pola pikir. (S) merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan

(O) merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien

pada saat tindakan dilakukan atau menanyakan kembali apa yang telah

diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. (A)

merupakan analisis ulang atas data subjektif atau objektif utnuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau

data kontra indikasi dengan maslah yang ada.. (P) merupakan perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri

dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Departemen

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang (2013). Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : FK UI Kesehatan


Republik Indonesia

Jasfar, Farida. 2012. 9 Kunci Keberhasilan Bisnis Jasa. Jakarta : Salemba Empat

Keliat dan Akemat. 2015. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : TIM

Stuart, G.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. EGC, Jakarta

Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.

Townsend, M.C. (2014). Psychiatric Mental Perawatan Kesehatan: Konsep


Perawatan di Bukti-Based Practice 6 Ed., FA Davis Perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai