Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

RETARDASI MENTAL

OLEH :

KELOMPOK 2:
1) Rahmawati (A1C220009)
2) Radhiyah H Mukmin (A1C220039)
3) Yayu Safitri (A1C220046)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas Rahmat serta karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “RETARDASI
MENTAL” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.

Terima kasih juga kami sampaikan juga kepada dosen pengajar


Keperawatan Anak yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk
mengerjakan tugas ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami,
tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun
materil.

Walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi kami


menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kekhilafan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap kami harapkan
demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Wasalamualaikum wr.wb

Makassar, 29 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
A. RETARDASI MENTAL
KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi ..........................................................................................................1
2. Etiologi ..........................................................................................................2
3. Manifestasi Klinis ..........................................................................................3
4. Patofisiologi ...................................................................................................4
5. Penatalaksanaan .............................................................................................7
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian .....................................................................................................9
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................11
3. Intervensi Keperawatan................................................................................11
4. Implementasi Keperawatn............................................................................14
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA…........................................................................................17

ii
iii
KONSEP TEORI
RETARDASI MENTAL

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah menyebabkan ketidakmampuan individu untu
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal (Soetjiningsih,1994)
Retardasi mental adalah kedaan yang penting secara klinis maupun
sosial. Kelainan ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang
diakibatkan oleh kemampuan yamh diakibatkan oleh gangguan yang
bermakna dalam intelegensi terukur dan perilaku penyesuaian diri
(adaptif).
Retardasi mental (RM) adalah tingkat fungsi intelektual yang
secara signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes
intelegensi yang dilaksanakan secara individual (Yustinus, 2006). Istilah
lain dari retardasi mental yang sering digunakan di Indonesia yaitu
tunagrahita. Menurut Apriyanto dalam Utami (2016) tunagrahita
merupakan kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Tuna
berarti merugi, grahita berarti pikiran. Retardasi mental (mental
retardation atau mentally retarded) berarti keterbelakangan mental.
Menurut Schwart dalam Arfandi (2012) retardasi mental
merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan pada
perkembangan mental, tingkat intelegensi, bahasa, sosial, dan motorik.
Retardasi mental memiliki keterbatasan pada fungsi intelektual dan
kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi meliputi
komunikasi, keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan
merawat diri.

1
2. Etiologi
Secara garis besar nya faktor penyebabnya dibagi 4 golongan yaitu :
a. Faktor Genetik
1) Kelainan jumlah kromosom, misalnya trisomi-21 atau dikenal
dengan Mongolia atau Down Syndrome
2) Kelainan bentuk kromosom
b. Faktor Prenatal
Dimaksudkan adalah keadaan tertentu yang telah diketahui sebelum
atau pada saat kelahiran, tetapi tidak dapat di pastikan penyebabnya
c. Faktor Perinatal
1) Proses kelahiran yang lama misalnya plasenta previa, ruptur tali
umbilicus
2) Posisi janin yang abnormal seperti letak bokong atau melintang,
anomali uterus, dan kelainan bentuk jalan lahir
3) Kecelakaan pada waktu lahir dan distress fatal
d. Faktor Pascanatal
1) Infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis)
2) Trauma kapitis dan tumor otak
3) Kelainan tulang tengkorak
4) Kelaianan endokrin dan metabolik, keracunan pada otak, serta
faktor sosio-budaya

3. Klasifikasi
klasifikasi IQ Klinis
Retardasi ringan IQ 50-55 s/d Merupakan level yang umum. Anak
68-70 dapat belajar keterampilan teoritis,
dapat hidup mandiri dengan latihan
khusus misalnya belajar ilmu hitung.
Anak juga dapat mandiri seperti mandi,
memakai baju sendiri. Anak dapat
mencapai usia kejiwaan 8-12 tahun
(usia sekolah)

2
Retardasi IQ 35-40 s/d Dapat belajar keterampilan merawat
sedang 50-55 diri, latihan sosial, dan kejuruan dasar
lingkungan kerja yang terlindung. Usia
kejiwaan anak adalah 3-7 tahun ( usia
pra sekolah)
Retardasi berat IQ 20-25 s/d Perlu pengawasaan sepanjang sisa
35-40 waktu lahir, dapat melakukan latihan
khusus untuk mempelajari beberapa
keterampilan diri. Usia kejiawaan anak
biasanya toddler
Profound IQ kurang dari Tidak mampu belajar keterampilan
Retardation 20-25 merawat didi anak umumnya
dilembagakan. Usia kejiwaan usia bayi

Intelegensi menurut nilai IQ

No Jenis Golongan Nilai IQ


.

1 Sangat superior 130 />130


2 Superior 120-129
3 Di atas rata-rata 110-119
4 Rata-rata 90-110
5 Retardasi Mental Borderline 70-79
6 Retardasi Mental Ringan 52-69
7 Retardasi Mental Bedang 36-51
8 Retardasi Mental Berat 20-35
9 Retardasi Mental Sangat Berat Di bawah 20

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak dengan retardasi mental yaitu :

3
a. Penampilan fisik tidak seimbang misalnya kepala terlalu
kecil/besar, mulut melongo, matasipit/mongoloid, badan bungkuk
b. Kecerdasan terbatas
c. Tidak dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai
usia
d. Arah minat dangat terbatas kepada hal-hal yang terbatas dan
sederhana saja
e. Perkembangan bahasa/bicara lambat
f. Tidak ada/ kurang sekalai perhatian terhadap lingkungan nya
(pandangan kosong) dan perhatianya labil, sering berpindah pindah
g. Koordinasi gerakan kurang, gerakan kurang terkendali
h. Daya ingatanya lemah, emosi sangat miskin dan terbatas, apatis,
dan acuh tak acuh dengan sekitarnya
i. Sering ngiler/ keluar cairan dari mulut

5. Patofisiologi
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
pranatal, perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk
kelainan kromosom (trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X),
gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-
1],dan gangguan metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab
perinatal dapat berhubungan dengan masalah intrauterus seperti
abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta
masalah neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intrakranial.
Penyebab pascanatal mencakup kondisi- kondisi yang terjadi karena
cedera kepala, infeksi, dan gangguan degeneratif dan demielinisasi.
Sindrom Fragile X, sindrom down, dan sindrom alkohol janin terjadi
pada sepertiga dari kasus retardasi mental. Munculnya masalah-masalah
terkait, seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik,
dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya ditentukan oleh

4
seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara mandiri dalam
komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan sosial) (Betz dan
Sowden, 2009).
Pathway Retardasi Mental

Faktor Genetik Faktor Prenatal Faktor Perinatal Faktor Pascanatal

 Gizi  Proses Kelahiran  Akibat infeksi


 Mekanis yang lama  Trauma kapitis dan
 Toksin  Posisi Janin yang tumor otak
 Endokrin abnormal  Kelainan tulang
Kelainan Jumlah dan
 Radiasi  Kecelakaan pada tengkorak
bentuk Kromosom  Stress waktu lahir dan  Kelainan endokrin
 Imunitas kegawatan fatl dan metabolic,
 Anoreksia Embrio keracunan pada
otak

Kerusakan pada fungsi otak:


Hemisfer kanan : Keterlambatan perkembangan motoric kasar dan halus
Hemisfer kiri : Keterlambatan perkembangan Bahasa, social, dan kognitif

Penurunan fungsi intelektual secara umum


Gangguan perilaku adaptif sosial

Keluarga Hubungan sosial Perkembangan

6. Gangguan Fungsi intelektual ↓

3. Kecemasan komunikasi
4. Kurang verbal
pengetahuan 7. Gangguan
5. Koping keluarga tumbuh 1. Defisit perawatan
tidak efektif kembang diri
8. Isolasi social 2. ketidakberdayaan
9. Kerusakan 3. Resiko Cedera
interaksi sosial

5
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi
dimensional dan sangat individual. Semua anak yang mengalami
retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya (Soetjiningsih,
2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan
pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan
kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal
mungkin (Utaminingsih, 2015).
1) Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:
2) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] ,
haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
3) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda
defisit perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat
[Ritalin])
4) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
5) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin
[Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai
kebutuhan yang sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak
lainnya. Namun, karena perkembangan anak yang lebih lambat,
orang tua kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas
tersebut. Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk
memilih permainan dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak,
walaupun kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat

6
diperpanjang sampai beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan
setiap kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak
suara, pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai
meliputi suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang,
bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan.
Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko
makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat
umtuk berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan
langsung, misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara
kepada anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan
menaikkan anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan
edukasionalnya. Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang
dapat dikempeskan merupakan mainan air yang baik yang
mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan untuk
mempelajari keterampilan motoric, misalnya keseimbangan,
mengayun, menendan, dan melempar. Boneka dengan pakaian yang
dapat diganti dan jenis kancing yang berbeda dapat membantu anak
mempelajari keterampilan berpakaian.
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon
dengan frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk
mendorong bicara. Mainan harus dirancang secara sederhana
sehingga anak dapat belajar memainkan mainan tersebut tanpa
bantuan. Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan fisik
berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk
aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran
jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).

7
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
identitas diri anak, umur, unutk mengukut tumbang anak sesuai
dengan usia tumbuh kembang , identitas orang tua, data diri, alamat ,
kondisi lingkungan dan komunitas untuk mengetahui epidemiologi,
pola asuh, asah dan asih. Agama dan suku menilai perilaku tentang
kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan dan
tradisi yang dapat menunjang/menghambat perilaku sehat. Keluhan
yang membuat anaknya di bawa ke rumah sakit karena pertumbuhan
dan perkembangan anaknya yang terlambat dari kelompok
seusianya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala
diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau
lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus
otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri
dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan
kasar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X,
Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis
( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
3)   Riwayat kesehatan keluarga

8
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit
yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya
retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak
simetris)
2) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
3) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4) Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
5) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
6) Gigi: odontogenesis yang tdk normal
7) Telinga : keduanya letak rendah; dll
8) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9) Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10) Tangan  : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11) Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
12) Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13) Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
d. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
1) Kromosomal kariotipe
a) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c) Terdapat beberapa kelainan kongenital
d) Genitalia abnormal
2) Elektro Ensefalogram (EEG)

9
a) Gejala kejang yang dicurigai
b) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
a) Pembesaran kepala yang progresif
b) Tuberous sclerosis
c) Dicurigai kelainan yang luas
d) Kejang lokal
e) Dicurigai adanya tumor intrakranial
4) Titer virus untuk infeksi kongenital
a) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
b) Neonatal hepatosplenomegali
c) Petechie pada periode neonatal
d) Chorioretinitis
e) Mikroptalmia
f) Kalsifikasi intracranial
g) Mikrosefali
5) Serum asam urat ( uric acid serum)
a) Choreoatetosis
b) Gout
c) Sering mengamuk
6) Laktat dan piruvat darah
a) Asidosis metabolic
b) Kejang mioklonik
c) Kelemahan yang progresif
d) Ataksia
e) Degenerasi retina
f) Ophtalmoplegia
g) Episode seperti stroke yang berulang
7) Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a) Hepatomegali
b) Tuli

10
c) Kejang dini dan hipotonia
d) Degenerasi retina
e) Ophtalmoplegia
f) Kista pada ginjal
8) Serum seng (Zn)
a) Acrodermatitis
b) Logam berat dalam darah
c) Anamnesis adanya pika
d) Anemia
9) Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a) Gerakan yang involunter
b) Sirosis
c) Cincin Kayser-Fleischer
10) Serum asam amino atau asam organic
a) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b) Gagal tumbuh
c) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d) Warna rambut yang tidak biasa
e) Mikrosefali
f) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
11) Plasma ammonia
Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
12) Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
b) Atrofi N. Optikus
c) Degenerasi retina
d) Seberal ataksia yang berulang
e) Mioklonus
f) Hepatosplenomegali
g) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h) Kejang
i) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun

11
13) Urin mukopolisakarida
a) Kiposis
b) Anggota gerak yang pendek
c) Badan yang pendek
d) Hepatosplenomegali
e) Kornea keruh
f) Gangguan pendengaran
g) Kekakuan pada sendi
14) Urin reducing substance
a) Katarak
b) Hepatomegali
c) Kejang
15) Urin ketoacid
a) Kejang
b) Rambut yang mudah putus
16) Urin asam vanililmandelik
a) Muntah- muntah
b) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
c) Gejala disfungsi autonomic

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
c. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga
e. Defisit pengetahuan b/d gangguan fungsi kognitif
f. Gangguan interaksi sosial b/d hambatan perkembangan
g. Isolasi sosial b/d keterlambatan perkembangan
h. Risiko cidera b/d perubahan fungsi kognitif

12
i. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan individu dalam
hubungan sosial
j. Ketidakberdayaan b/d penurunan fungsi intelektual

3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit perawatan diri
Bantuan perawatan diri : Kebersihan diri
1) Pertimbangkan budaya anak saat mempromosikan aktivitas
perawatan diri
2) Pertimbangkan usia anak saat mempromosikan aktivitas
perawatan diri
3) Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang
diperlukan
4) Fasilitasi anak untuk menggosok gigi dengan tepat
5) Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan kemampuan merawat
diri anak
6) Monitor integritas kulit anak
7) Jaga ritual kebersihan
8) Dukung orangtua/ keluarga berpartisipasi dalam ritual menjelang
tidur yang biasa dilakukan dengan tepat
9) Berikan bantuan sampai anak benar- benar mampu merawat diri
secara mandiri
Bantuan perawatan diri: pemberian makan
1) Posisikan anak dalam posisi makan yang nyaman
2) Dukung anak untuk makan di ruang makan
3) Berikan alat – alat yang bisa memfasilitasi anak untuk makan
sendiri
4) Gunakan cangkir dengan pegangan yang besar, jika diperlukan
5) Gunakan alat makan dan gelas yang tidak mudah pecah dan tidak
berat, sesuai kebutuhan
6) Berikan penanda sesering mungkin dengan pengawasan ketat,
dengan tepat.

13
b. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
Bimbingan antisipatif :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Instruksikan klien mengenal perilaku dan perkembangan dengan
cara yang tepat
3) Bantu klien memutuskan bagaimana masalah dipecahkan
4) Bantu klien beradaptasi dengan adanya perubahan peran
5) Jadwalkan kunjungan terkait dengan perkembangan situasi dan
strategi yang tepat
6) Jadwalkan peninjauan kembali untuk mengevaluasi keberhasilan
atau kebutuhan penguatan
7) Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika
memungkinkan
Manajemen perilaku
1) Komunikasikan harapan bahwa anak dapat tetap mengontrol
perilakunya
2) Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka mendapatkan
informasi mengenai kondisi kognisi dasar anak
3) Atur batasan bersama anak
4) Tahan diri dari mendebat atau melakukan tawar menawar pada
anak untuk menetapkan batasan perilaku
5) Gunakan suara bicara yang lembut dan rendah
6) Jangan memojokkan anak
7) Hindari mendebat anak
8) Acuhkan perilaku yang tidak tepat
9) Berikan penghargaan apabila anak dapat mengontrol diri.
Modifikasi perilaku: keterampilan sosial
1) Bantu anak mengidentifikasi masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2) Dukung anak untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan
masalah interpersonal

14
3) Bantu anak untuk mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam
suatu hubungan interpersonal
4) Bantu anak untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan
konsekuensi dari hubungan interpersonal/ sosialnya
5) Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi
fokus latihan
6) Bantu anak untuk mengidentifikasi langkah langkah dalam
berperilaku dalam rangka mencapai keterampilan sosial
7) Bantu anak bermain peran dalam setiap langkah berperilaku
8) Sediakan umpan balik bagi anak jika mampu menunjukkan
kemampuan keterampilan sosial yang ditargetkan
Dukungan pengasuhan :
1) Mengkaji tingkat penerimaan caregiver terkait dengan perannya
untuk menyediakan perawatan
2) Mengakui tingkat ketergantungan anak terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3) Membuat pernyataan positif pada caregiver terhadap upaya yang
telah dilakukan
4) Menyediakan dukungan untuk pengambilan keputusan caregiver
5) Monitor interaksi keluarga dalam permasalahan berkaitan dengan
anak
6) Menyediakan informasi mengenai anak sesuai dengan apa yang
menjadi keinginan anak
7) Mengajarkan caregiver mengenai pemberian terapi bagi anak
sesuai dengan keinginan anak
8) Diskusikan mengenai keterbatasan yang dimilki caregiver kepada
anak
9) Memberikan dukungan kepada caregiver selama anak
menunjukkan kemunduran
Peningkatan perkembangan: anak
1) Bangun hubungan saling percaya dengan anak
2) Lakukan interaksi personal dengan anak

15
3) Identifikasi kebutuhan unik setiap anak dan tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4) Bangun hubungan saling percaya dengan orang tua
5) Ajarkan orang tua mengenai tingkat perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang berhubungan
6) Demonstrasikan kepada orangtua mengenai kegiatan yang
mendukung tumbuh kembang anak
7) Bantu integrasi anak dengan kelompoknya
8) Yakinkan bahasa tubuh sesuai dengan bahasa verbal
9) Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman temannya melalui
keterampilan bermain peran
10) Sediakan aktivitas yang mendukung interaksi diantara anak anak
11) Dukung anak untuk mengekspresikan diri melalui penghargaaan
yang positif atau umpan balik yang baik.
12) Peluk anak dan nyamankan anak saat anak merasa sedih
13) Bangun suasana yang aman bagi anak untuk belajar dan
bereksplorasi
14) Ajarkan anak untuk mencari bantuan dari orang lain ketika anak
memang memerlukan bantuan
15) Bantu anak untuk belajar mandiri
16) Sediakan kesempatan bermain puzzle
17) Ajarkan anak untuk menuliskan nama/ mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya, sesuai kebutuhan
18) Rencanakan pembelajaran dengan mendukung anak
Latihan kontrol impuls
1) Pilih strategi pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan fungsi kognitif
2) Bantu anak untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang
membutuhkan tindakan yang menguras pikiran
3) Ajari anak untuk melakukan tindakan“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara impulsif

16
4) Bantu anak mengidentifikasi akibat dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5) Bantu anak untuk memilih tindakan yang paling menguntungkan
6) Bantu anak untuk mengevaluasi hasil dari serangkaian tindakan
yang sudah dilakukan
7) Beri dukungan positif terhadap usaha yang berhasil
8) Bantu anak untuk mengevaluasi bagaimana hasil yang tidak
sesuai bisa dihindari dengan menggunakan pilihan perilaku yang
berbeda
Pendidikan orangtua: Keluarga yang membesarkan anak
1) Pahami hubungan antara perilaku orang tua dan tujuan yang
sesuai dengan usia anak
2) Rancang program pendidikan yang didadasarkan pada kekuatan
keluarga
3) Libatkan orang tua dalam desain dan isi yang ada dalam program
pendidikan
4) Identifikasi factor-faktor personal yang berdampak pada
keberhasilan program pendidikan (misalnya, nilai-nilai budaya
pengalaman negatif dengan penyedia layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu, masalah penjadwalan, perjalanan dan
kurangnya minat)
5) Identifikasi adanya pemicu stress keluarga (misalnya, depresi
orangtua, kecanduan narkoba, alkohol, kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat pendidikan yang rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik perkawinan, percampuran keluarga setelah
perceraian, dan hukuman yang berlebihan pada anak-anak)
6) Identifikasi tugas perkembangan atau tujuan yang sesuai untuk
anak
7) Identifikasi mekanisme pertahanan yang digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia

17
c. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
1) Bina hubungan saling percaya
2) Instruksikan klien mengenal perilaku dan perkembangan dengan
cara yang tepat
3) Bantu klien memutuskan bagaimana masalah dipecahkan
4) Bantu klien beradaptasi dengan adanya perubahan peran
5) Jadwalkan kunjungan terkait dengan perkembangan situasi dan
strategi yang tepat
6) Jadwalkan peninjauan kembali untuk mengevaluasi keberhasilan
atau kebutuhan penguatan
7) Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika
memungkinkan
8) Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan
9) Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi
ekspresi yang menjadi perhatian
10) Minta anak untuk mengidentifikasi apa yang mereka bisa/tidak
bisa lakukan terkait dengan peristiwa yang terjadi
11) Tentukan bagaimana perilaku keluarga mempengaruhi anak
12) Gunakan alat pengkajian (misalnya, kertas dan pensil, audiotape,
videotape, latihan interaksi dengan orang lain) untuk membantu
meningkatkan kesadaaran diri anak dan pengetahuan konselor
terhadap situasi, dengan cara yang tepat
13) Dukung pengembangan keterampilan baru, dengan tepat
14) Dukung penggantian kebiasaan yang tidak diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan
15) Dukung hubungan (anak) dengan orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang sama
16) Bantu anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
kontruktif
17) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian anak terhadap
perubahan perubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan indikasi

18
18) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan anak
terhadap peran dan hubungan
19) Dukung anak untuk mengidentifikasikan deskripsi yang realistis
terhadap adanya perubahan dalam peran

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga


1) Bina hubungan saling percaya
2) Instruksikan klien mengenal perilaku dan perkembangan dengan
cara yang tepat
3) Bantu klien memutuskan bagaimana masalah dipecahkan
4) Bantu klien beradaptasi dengan adanya perubahan peran
5) Jadwalkan kunjungan terkait dengan perkembangan situasi dan
strategi yang tepat
6) Jadwalkan peninjauan kembali untuk mengevaluasi keberhasilan
atau kebutuhan penguatan
7) Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika
memungkinkan
8) Dukung hubungan (anak) dengan orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang sama
9) Bantu anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
kontruktif
10) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaiann anak terhadap
perubahan- perubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan indikasi
11) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan anak
terhadap peran dan hubungan (yang ada)
12) Dukung anak untuk mengidentifikasikan deskripsi yang realistic
terhadap adanya perubahan dalam peran
13) Berikan penilaian mengenai pemahaman anak terhadap proses
penyakit
14) Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan,dan
prognosis

19
15) Sediakan anak pilihanpilihan yang realistis mengenai aspek
perawatan
16) Dukung sikap [anak] terkait dengan harapan yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi perasaan ketidakberdayaan
17) Evaluasi kemampuan anak dalam membuat keputusan

e. Defisit pengetahuan b/d gangguan fungsi kognitif


1) Pahami hubungan antara perilaku orang tua dan tujuan yang
sesuai dengan usia anak
2) Rancang program pendidikan yang didadasarkan pada kekuatan
keluarga
3) Libatkan orang tua dalam desain dan isi yang ada dalam program
pendidikan Identifikasi factor-faktor personal yang berdampak
pada keberhasilan program pendidikan (misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman negative dengan penyedia layanan sosial,
hambatn bahasa, komitmen waktu, masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya minat)
4) Identifikasi adanya pemicu stress keluarga (misalnya, depresi
orangtua, kecanduan narkoba, alkohol, kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat pendidikan yang rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik perkawinan, percampuran keluarga setelah
perceraian, dan .hukuman yang berlebihan pada anak-anak)
5) Identifikasi tugas perkembangan atau tujuanyang sesuai untuk
anak
6) Identifikasi mekanisme pertahanan yang digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
7) Fasilitasi diskusi orangtua terkait metode disiplin yang ada,
seleksi, dan hasil yang diperoleh
8) Ajarkan orangtua mengenai fisiologis, emosional, dan
karakteristik perilaku normal anak

20
9) Berikan sumber informasi online, buku, dan literature yang
dirancang untuk mengajarkan orangtua mengenai pengasuhan
anak
10) Berikan orangtua bahan bacaan dan materi lainnya yang akan
membantu dalam melakukan peran pengasuhan
11) Diskusikan cara yang dapat digunakan orangtua untuk membantu
anak anak dalam mengelola kemarahan
12) Bantu orangtua mengidentifikasi kriteria evaluasi untuk rawatan
sehari hari dan pengaturan sekolah
13) Identifikasi dan mengajarkan orangtua mengenai cara
menggunakan berbagai strategi dalam mengelola perilaku anak
14) Motivasi orangtua untuk mencoba strategi berbeda dalam
mengasuh anak
f. Gangguan interaksi sosial b/d hambatan perkembangan
1) Bantu anak mengidentifikasi masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2) Dukung anak untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan
masalah interpersonal
3) Bantu anak untuk mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam
suatu hubungan interpersonal
4) Bantu anak untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan
konsekuensi dari hubungan interpersonal/ sosialnya
5) Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi
fokus Latihan Bantu anak untuk mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku dalam rangka mencapai keterampilan
sosial
6) Bantu anak bermain peran dalam setiap langkah berperilaku
7) Identifikasi kebutuhan unik setiap anak dan tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
8) Ajarkan orang tua mengenai tingkat perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang berhubungan

21
9) Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman temannya melalui
keterampilan bermain peran
10) Dukung anak untuk mengekspresikan diri melalui penghargaaan
yang positif atau umpan balik yang baik.
11) Bangun suasana yang aman bagi anak untuk belajar dan
bereksplorasi
12) Ajarkan anak untuk mencari bantuan dari orang lain ketika anak
memang memerlukan bantuan
g. Isolasi sosial b/d keterlambatan perkembangan
1) Bantu anak mengidentifikasi masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2) Dukung anak untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan
masalah interpersonal
3) Bantu anak untuk mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam
suatu hubungan interpersonal
4) Bantu anak untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan
konsekuensi dari hubungan interpersonal/ sosialnya
5) Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi
fokus Latihan
6) Bantu anak untuk mengidentifikasi langkah langkah dalam
berperilaku dalam rangka mencapai keterampilan sosial
7) Bantu anak bermain peran dalam setiap langkah berperilaku
8) Sediakan umpan balik bagi anak jika mampu menunjukkan
kemampuan keterampilan sosial yang ditargetkan
9) Identifikasi kebutuhan unik setiap anak dan tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
10) Ajarkan orang tua mengenai tingkat perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang berhubungan
11) Demonstrasikan kepada orangtua mengenai kegiatan yang
mendukung tumbuh kembang anak
12) Bantu integrasi anak dengan kelompoknya

22
13) Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman temannya melalui
keterampilan bermain peran.Sediakan aktivitas yang mendukung
interaksi diantara anak anak
14) Dukung anak untuk mengekspresikan diri melalui penghargaaan
yang positif atau umpan balik yang baik.

h. Risiko cidera b/d perubahan fungsi kognitif


1) Identifikasi kebutuhan keamanan anak berdasarkan fungsi fisik
dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu
2) Identifikasi hal- hal yang membahayakan di lingkungan anak
3) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan
berisiko
4) Gunakan peralatan perlindungan untuk membatasi mobilitas fisik
atau akses pada situasi yang membahayakan
5) Monitor lingkungan terhadap terjadinya perubahan status
keselamatan
6) Edukasi individu dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap
bahan berbahaya yang ada di lingkungan
7) Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari anak yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu
8) Identifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi risiko jatuh
9) Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan anak dan keluarga
10) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh (misalnya, lantai licin, dan tangga
terbuka)
11) Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan
tingkat kelelahan dengan ambulasi
12) Ajarkan anak untuk beradaptasi dengan terhadap modifikasi gaya
berjalan yang telah disarankan (terutama kecepatan)
13) Letakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi anak
14) Sediakan alas kaki yang tidak licin untuk memfasilitasi
kemudahan menjangkau

23
i. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan individu dalam
hubungan sosial
1) Gunakan pertanyaan maupun pernyataan yang mendorong klien
untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan kekhawatiran
2) Tunjukkan kesadaran dan rasa sensitif terhadap emosi yang
ditunjukkan anak
3) Gunakan perilaku non verbal untuk menfasilitasi komunikasi
yang dominan
4) Berespon segera sehingga menunjukkan pemahaman terhadap
pesan yang diterima
5) Klarifikasi pesan yang diterima dengan menggunakan pertanyaan
maupun memberikan umpan balik
6) Verifikasi pemahaman mengenai pesan-pesan yang disampaikan
dengan menggunakan pertanyaan maupun memberikan umpan
balik
7) Gunakan teknik diam/ mendengarkan dalam rangka mendorong
klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan kekhawatiran
8) Stimulasi ingatan dengan cara mengulangi pemikiran anak yang
terakhir diekspresikan, dengan cara yang tepat Implementasikan
teknik mengingat yang tepat, misalnya visual imagery, alat yang
membantu ingatan, permainan ingatan, tanda-tanda ingatan,
teknik asosiasi, membuat daftar, menggunakan computer,
menggunakan papan nama, atau [berlatih] mengulang informasi
9) Beri Latihan orientasi, misalnya anak berlatih mengenai informasi
pribadi dan tanggal, dengan cara yang tepat
10) Berikan kesempatan untuk menggunakan ingatan kejadian yang
baru saja terjadi, misalnya menanyakan pada anak mengenai
tamasya yang baru saja dilakukan, dengan cara yang tepat
11) Monitor perilaku anak selama terapi
12) Identifikasi dan koreksi kesalahan orientasi anak
13) Monitor perubahan-perubahan dalam latihan mengingat

24
j. Ketidakberdayaan b/d penurunan fungsi intelektual
1) Bantu anak memahami bahwa seringnya ketidakmampuan untuk
mencapai tingkah laku yang diinginkan merupakan hasil dari
pernyataan diri yang tidak rasional
2) Bantu anak mengidentifikasi stressor yang diterima yang
berkontribusi pada kondisi stress
3) Bantu anak mengidentifikasi interpretasi diri yang salah tentang
stressor yang diterima
4) Bantu anak mengenal kepercayaan tertentu yang tidak rasional
dibandingkan dengan realitas nyata
5) Bantu anak untuk mengganti interpretasi yang salah dengan
interpretasi yang lebih mempunyai dasar realitas terhadap situasi
penuh stress, kejadian dan interaksi
6) Buat pernyataan/ menanyakan pertanyaan yang menantang
persepsi/ tingkah laku anak, dengan cara yang tepat
7) Buat pernyataan yang menggambarkan alternatif cara melihat
situasi
8) Bantu anak mengidentifikasi sistim kepercayaan yang
mempengaruhi status kesehatan
9) Gunakan system kepercayaan anak yang biasanya untuk melihat
situasi dengan cara yang berbeda
10) Monitor pernyataan anak mengenai harga diri
11) Tentukan fokus kontrol anak
12) Tentukan kepercayaan diri anak dalam hal penilaian diri
13) Dukung anak untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
14) Bantu anak untuk menemukan penerimaan diri
15) Dukung kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang lain
16) Kuatkan kekuatan pribadi yang diidentifikasi anak
17) Berikan pengalaman yang akan meningkatkan otonomi

4. Implementasi Keperawatan

25
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Aktivitas yang dilakukan pada implementasi
yaitu melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respon klien terhadap lingkungan tersebut.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda
melakukan kontak dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi,
kumpulkan data subjektif dan objektif dari klien, keluarga. Selain itu
juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi,
terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil
telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi.
Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dengan kriteria hasil:
a. Defisit perawatan diri
1) Anak mampu melakukan perawatan kebersihan diri secara
mandiri
2) Anak mampu melakukan perawatan diri makan secara
mandiri
b. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
1) Perkembangan anak: tumbuh kembang anak adekuat sesuai
dengan usia pertumbuhan
2) Perawatan diri: aktivitas sehari- hari secara mandiri sesuai
tumbuh kembang
c. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
1) Tingkat kecemasan berkurang
2) Manajemen koping anak meningkat
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga
1) Manajemen koping keluarga meningkat

26
2) Mampu memperlihatkan kemampuan dalam melakukan
fungsi peran keluarga
e. Defisit pengetahuan b/d gangguan fungsi kognitif
1) Orang tua dapat memahami pengetahuan tentang pengasuhan
anak sesuai tumbuh kembang
2) Anak memperlihatkan kemampuan tentang memori (anak
dapat mengingat informasi yang diberikan)
f. Gangguan interaksi sosial b/d hambatan perkembangan
1) Mengungkapkan keinginan untuk berinteraksi dengan orang
lain
2) Anak mampu mengimplementasikan keterampilan interaksi
social
3) Anak mendapatkan dukungan sosial
g. Isolasi sosial b/d keterlambatan perkembangan
1) Anak menunjukkan keterampilan sosial berinteraksi dengan
teman dekat
2) Anak mampu berpartisipasi dalam kegiatan seperti kegiatan
keagamaan
h. Risiko cidera b/d perubahan fungsi kognitif
1) Anak terbebas dari cedera
2) Anak mampu menjelaskancara/metode untuk mencegah
injuri
3) Anak mampu menjelaskan faktor risiko dari lingkungan
/perilaku personal
i. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan individu dalam
hubungan sosial
1) Anak dapat berkomunikasi secara lisan
2) Anak dapat melakukan orientasi kognitif
3) Anak dapat memproses informasi
j. Ketidakberdayaan b/d penurunan fungsi intelektual
meningkatkan kepercayaan mengenai Kesehatan, merasakan
kemampuan melakukan, dengan kriteria hasil:

27
1) Persepsi bahwa perilaku kesehatan tidak terlalu rumit
2) Kepercayaan terhadap kemampuan untuk melakukan perilaku
sehat

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, dkk. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC – NOC Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
Publishing

Wulandari, dkk. 2016. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ODHA (ORANG


DENGAN HIV/ AIDS). Blitar : Media Nusa Creative

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak unruk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Nurs, Nursalam, M. Dan Ninuk Dian Kurniawati. 2007. Asuhan Keperawatan


pada Pasien terinfeksi RETARDASI MENTAL.Jakarta: Salemba Medika.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :


EGC

Evalina. 2012. Studi Deskriptif Infeksi HIV pada Anak di Rumah Sakit
Umum Pusat Adam Malik Medan. Sari Pediatri. 14(2): 73-78.

Huriati. 2014. RETARDASI MENTAL pada Anak. Sulesana. 9(2): 126-131.

28
29

Anda mungkin juga menyukai