Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

KEKURANGAN KALORI PROTEIN

OLEH KELOMPOK 5 :

PHILIEN DIAN WOWOR

ADITYA AZIZ

NOVIA MOKODONGAN

Sunarti arsad

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji ayukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelsaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan-kekurngan yang masih harus kami perbaiki,dari itulah kami harapkan kritik serta
saran dari para pembaca guna meberikan masukan-masukan kepada kami untuk lebih baik kedepan.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana menangani
klien dengan gangguan haematologi hususnya pada bayi dan anak

Manado, 15 mei 2019


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. TUJUAN..................................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR KEPERAWATAN...................................................................
A. PENGERTIAN........................................................................................................
B. ETIOLOGI...............................................................................................................
C. PATOFISIOLOGI...................................................................................................
D. GEJALA KLINIS....................................................................................................
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM....................................................................
F. PENGOBATAN......................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN KKP........................
A. PENGKAJIAN........................................................................................................
B. PENGKAJIAN FISIK.............................................................................................
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................................
D. DIANGNOSA KEPERAWATAN..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan juga
berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak,
mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang
tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein. Protein yang
berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat
utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari makanan
tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi adalah
salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan energi dan protein.
KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang. Gejala
kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak tersebut lebih rendah
disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat badan
ideal.

B.     TUJUAN
1.      Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan KKP
2.      Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi KKP
2. etiologi KKP
3. manifestasi klinik KKP
4. patofisiologi KK
5. komplikasi KKP
6. penatalaksanaan KKP pada anak
7. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan KKP
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN 
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit
difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM
)
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua
bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b. Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang
kurang.
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.

B. ETIOLOGI
1. Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian
b) makanan.
c) Penyakit metabolik
d) Kelaian kongenital
e) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.

2. Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protien
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.

C. PATOFISIOLOGI
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan normal
dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada masukan
yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber
energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya,
seperti berbagai asam amino. 

2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok
adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati.
Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam
amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemah dalam hati.

D. GEJALA KLINIS
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat
menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

2. Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap
lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan
lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
1. Pada kwashiorkor ;penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin
serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.

F. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk
mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2) 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3) Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4) Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5) Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar 
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN KKP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst.

2. Keluhan utama
 Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi
lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
 Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan
kurus dll.

3. Riwayat kesehatan;
a. Riwayat penyakit sekarang
a) Kapan keluhan mulai dirasakan
b) Kejadian sudah berapa lama.
c) Apakah ada penurunan BB
d) Bagaimanan nafsu makan psien
e) Bagaimana pola makannya
f) Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis obatnya.

b. Pola penyakit dahulu


a) Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang

c. Riwayat penyakit keluarga


a) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi atau kurang protein.

d. Riwayat penyakit sosial


a) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
c) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
d) Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.
e. Riwayat spiritual
a) Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.

B PENGKAJIAN FISIK.
1. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi pasien meliputi :
b) Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
c) Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
d) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak siannosis,
perut membuncit.
2. Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium;
- feses, urine, darah lengkap
- pemeriksaan albumin.
- Hitung leukosit, trombosit
- Hitung glukosa darah.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
A. Pada Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau
makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg per 3
hari.

INTERVENSI RASIONAL
a. Mengukur dan mencatat BB pasein a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
sering mencegah muntah
c. Menyajikan makanan yang dapat c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan
menimbulkan selera makan pasien
d. Memberikan makanan tinggi TKTP d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau pembuluh darah.
makan. e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% ) untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat
melalui parenteral

Evaluasi : Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa dibantu orang lain.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari  a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai pasien
dengan kemampuannya. b. Meningkatkan motivasi pasien untuk
c. Melatih dan membimbing dalam merubah beraktivitas walau dalam keterbatasan /
posisi. sesuai kemampuannya.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan
gerakan-gerakan yang ringan. aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya
tanpa bantuan orang lain.

3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh


Tujuan :
a. Mencegah komplikasi

INTERVENSI RASIONAL
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP) a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi
b. Menjaga personal hygiene pasien daya tahan tubuh.
c. Memberikan penkes tentang pentingnya b. Personal hygiene mempengaruhi status
gizi untuk kesehatan. kesehatan pasien.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral. c. Pendidikan gizi menentukan status gizi
dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan
secara cepat melalui parenteral.

Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.

B. Pada marasmus.
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak
mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak
kusam, penderita mau makan.

INTERVENSI RASIONAL
a. Mengukur dan mencatat berat badan a. BB menggambarkan status gizi pasien
pasien. b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil dan mencegah muntah
tapi sering. c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu
c. Menyajikan makanan yang dapat makan pasien
menimbulkan selera makan. d. Kalori dan protien sangat berpengaruh
d. Memberi makanan TKTP terhadap gizi pasien.
e. Memberi motivasi kepada penderita agar e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat
mau makan. melalui parenteral
f. Memberikan makanan lewat parenteral
( D 5% )

Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai
dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal, bibir
lembab, pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.

INTERVENSI RASIONAL
a. mengukur tanda vital pasien. a. Tanda vital ( nadi dan tensi )
b. Menganjurkan agar minum yang banyak menggambarkan keseimbangan cairan dan
kepada pasien elektrolit pasien.
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam. b. Alternative penggantian cairan secara
d. Memberikan cairan lewat parenteral  cepat.
c. Input dan output menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan
cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit normal,
mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa dibantu orang lain.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari. a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik
b. Membantu pasien melakukan aktivitas pasien.
sesuai dengan kemampuannya. b. Meningkatkan motivasi pasien untuk
c. Melatih dan membimbing pasien beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
dalam ,merubah posisi. c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan
d. Membantu pasien melakukan gerakan- aktivitas pasien.
gerakan ringan. d. Sebagai support mental bagi pasien.

Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA :

Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.

Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri.

Anda mungkin juga menyukai