(TERAPI KELOMPOK)
Disusun Oleh :
Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas
tentang “Jenis – Jenis Terapi Mordalitas (Terapi Kelompok)” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
2.2 Manfaat
Menurut Yosep (dalam Sitohang, 2011) terapi aktivitas kelompok mempunyai
manfaat:
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Membentuk sosialisasi
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan
perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri.
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
2.3 Tahapan Terapi Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase pra-
kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok
(Stuart & Laraia, 2001 dalam Sihotang, 2019).
1. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria
anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono
(dalam Sihotang, 2019) jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi
biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria
anggota yang me menuhi syarat untuk mengikuti terapi kelompok adalah sudah punya
diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat
(Yosep dalam Sihotang, 2019).
2. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran
baru. Yalom (dalam Sihotang, 2019) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (dalam Sihotang, 2019) juga
membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
a. Tahap orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial
masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak
dengan anggota.
b. Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku
yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina dalam Sihotang, 2019).
c. Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat dalam Sihotang, 2019).
3. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan
realistis (Keliat dalam Sihotang, 2019). Pada akhir fase ini, anggota kelompok
menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan
kemandirian (Yosep dalam Sihotang, 2019).
4. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok
akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat
bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat dalam Sihotang, 2019).
2.4 Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-
jenis terapi individual yaitu:
1. Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan
interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien
diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang
paling umum dilakukan.
2. Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan
pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan.
Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena
mereka mempunyai problem yang sama.
3. Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi
tentang konflik yang disadari pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi
antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya
bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin
kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (Tomg dalam Ahmad, 2020).
Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan diri,
sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik
antar anggota kelompok yang difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat
berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert dalam Ahmad, 2020).
2.5 Kuesioner Kepuasan Anggota Kelompok
Di bawah ini diberikan satu contoh kuesioner untuk mengukur kepuasan
seseorang terhadap kelompok yang dia ikuti. Kuesioner ini bisa digunakan oleh
pekerja sosial dalam proses asesmen atau penggalian masalah dan kebutuhan klien
dalam kegiatan Terapi Kelompok (Zastrow, 2018). Pilihan jawaban dari atas ke
bawah menunjukkan tingkat kepuasan anggota kelompok yang bisa diberi skor secara
berjenjang dari 4 hingga 1 atau 0. Skor jawaban yang tinggi menunjukkan tingkat
kepuasan yang tinggi, kep[uasan anggota kelompok dikategorikan tinggi jika berada
diantara skor 10 s/d 14; skor sedang sekitar 5 s/d 9 dan rendah jika memiliki skor di
bawah 5.
Pekerja sosial dapat memberi pengantar atau petunjuk sebagai berikut :
mohon anda dapat mengevaluasi pengalaman-pengalaman yang dialami anda di
dalam kelompok yang anda ikuti. Silahkan anda memberi tanda silang (X) pada
pilihan jawaban yang tersedia. Jawaban-jawaban anda terhadap kuesioner ringkas ini
akan membantu kami dalam memperbaiki kelompok-kelompok di masa yang akan
datang. Guna menjamin kerahasiaan, anda tidak perlu mencantumkan nama dan
indentitas anda lainnya.
1. Apakah anda dapat mencapai harapan-harapan anda dengan bergabung dengan
kelompok ini?
___ Ya, sepenuhnya
___ Sebagian besar
___ Tidak ada kemajuan berarti
___ Semakin memburuk dari sebelumnya
Komentar lain:
Komentar lain:
Komentar lain:
4. Bagaimana perasaan anda terhadap anggota lain dari kelompok ini?
___ Puas dengan siapa saja
___ Puas dengan sebagian, tidak puas dengan sebagian lainnya
___ Biasa-biasa saja, tidak ada perasaan apapun
___ Tidak puas dengan sebagian besar anggota kelompok ini
___ Tidak puas dengan semua anggota kelompok ini
Komentar lain:
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi kelompok adalah suatu metode khusus yang memberikan kesempatan-
kesempatan kepada individu-individu dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam
seting-seting fungsional, pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan. Terapi kelompok
dapat digunakan utuk ranah klinis, pendidikan sampai industri sesuai dengan tujuan
diadakannya terapi dengan tetap memperhatikan prinsip dan proses berjalannya
terapi.
Tahapan terapi kelompok terdiri dari, fase prakelompok, fase awal kelompok;
tahap orientasi, tahap konflik, tahap kohesif, fase kerja kelompok, dan fase terminasi.
Bentuk-bentuk terapi kelompok terdiri atas, kelompok eksplorasi interpersonal,
kelompok bimbingan-inspirasi, serta terapi berorientasi psikoanalitik. Sebelum terapi
diputuskan selesai, para anggota diminta untuk mengisi kuesioner demi keputusan
hasil akhir dari terapi kelompok.
3.2 Saran
Pemberian terapi kelompok suportif berdampak respon perilaku yang cukup
besar. Terapi kelompok suportif merupakan sala satu jenis terapi kelompok untuk
merubah perilaku, perubahan perilaku dilatih melalui tahapan-tahapan tertentu
sehingga perubahan perilaku yang diharapkan akan lebih mudah dilakukan klien.
Gambaran perilaku yang akan dipelajari, memperlajari perilaku baru melalui petunjuk
dan demonstrasi, role play yaitu mempraktekkan perilaku baru dengan memberikan
umpan balik dan mengaplikasikan perilaku baru dalam situasi nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsah., Hamid, A., & Susanti, H. (2019). Peningkatan Generatvitas Melalui Terapi
Kelompok pada Perempuan Paruh Baya. Program Studi Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Hidayati, E. (2020). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif terhadap Kemampuan
Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Amino Gondohutomo Kota Semarang. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM
UNIMUS
Istiana, D., Keliat, B. A., & Nuraini, T. (2019). Terapi Kelompok Terapeutik Anak
Usia Sekolah pada Anak-Orang Tua dan Anak-Guru Meningkatkan
Perkembangan Mental Anak Usia Sekolah. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 , 94-100.
Sihotang, L. (2019). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Terhadap Kemampuan Mengontrol. Medan: USU: Tidak diterbitkan.
Suharto, E. (2020). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung: Alfabeta.