Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI PADA


KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Diampu Oleh : Indra Gunawan, MSN

Oleh:

Afta Muhammad Zulfikar

C1814201054

KELAS 3A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “
MAKALAH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI
PADA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI” dan tak lupa solawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW .

Tidak lupa pula Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini, Ucapan terimah kasih kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II Bapak Indra Gunawan, MSN atas
segala bimbingan selama ini.
2. Orang Tua dan keluargamyang selalu setia memberikan doa dan restu kepada
Saya dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan kami.
3. Teman-teman yang telah bersedia membantu dalam memberikan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan Saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan besar
pula harapan Saya kepada siapapun yang mempunyai saran maupun kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah – makalah saya berikutnya berikutnya.

Tasikmalaya, Desember 2020


DFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
A.Latar Belakang1
B.Rumusan Masalah1
C.Tujuan2
BAB II PEMBAHASAN3
A.Definisi3
B.Tujuan3
C.Manfaat4
D.Tahap-Tahap5
E. Peran Perawat6
F.Macam-Macam8
G.Kerangka Teoritis11
H.Terapis13
BAB III PENUTUP15
A.Kesimpulan15
B.Saran15
DAFTAR PUSTAKA16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu
dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain
atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang
lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh
individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya
individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif
terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku
adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui
terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan
meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan
juga  meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan
orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan
jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting
dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah
diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk
mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aktifitas Kelompok ?
2. Apa Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok ?
3. Apa Manfaat Terapi Aktifitas Kelompok ?
4. Apa saja Tahap-Tahap Terapi Aktifitas Kelompok ?
5. Bagaimana Peran Perawat Terhadap Terapi Aktifitas Kelompok ?
6. Apa saja Macam-Macam Terapi Aktifitas Kelompok ?
7. Bagaimana Kerangka Teoritis Terapi Aktifitas Kelompok ?
8. Bagaimana Terapis Terapi Aktifitas Kelompok ?

C. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta
dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma
yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling
bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku
destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan
kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok
untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi
masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan
sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan
berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat
klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif.
B. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.      Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2.      Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot,
dan imajinasi.
3.      Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.
4.      Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
1.    Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2.    Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
3.    Merupakan proses menerima umpan balik

C. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :


1.      Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2.      Melakukan sosialisasi.
3.      Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

Secara khusus manfaatnya adalah :


1.      meningkatkan identitas diri
2.      menyalurkan emosi secara konstruktif
3.      meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :


1.         Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
2.         Meningkatkan keterampilan sosial.
3.         Meningkatkan kemampuan empati.
4.         Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

D. TAHAP-TAHAP DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1.     Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang
diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan
keuangan.
2.      Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
a.       Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
b.       Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
c.       Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
3.      Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4.     Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

E. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas


kelompok adalah :
1.      Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi,
karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta
uraian tugas terapis.
2.      Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok
menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan
memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3.      Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota
kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4.      Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
5.      Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok
dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6.      Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang
dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah


sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen
perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan
tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable
tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock,
1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok,
baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin
merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin
kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku
anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri.
Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian
yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat
psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader,
sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam
kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer
dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu
mendapat latihan dan keahlian yang professional.

F. MACAM-MACAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


1.      Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a.       Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b.      Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c.       Meningkatkan kemampuan intelektual
d.      Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e.       Mengemukakan perasaanya

Karakteristik :
a.       Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai
b.      Menarik diri dari realitas
c.       Inisiasi atau ide-ide negative
d.      Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan
2.      Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi
penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari
internal maupun eksternal.
Tujuan :
a.       Meningkatkan kemampuan sensori
b.      Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c.       Meningkatkan kesegaran jasmani
d.      Mengekspresikan perasaan
3.      Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan
pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun
secara didaktik.
Tujuan :
a.       Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi
alam sekitar)
b.      Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c.       Pembicaraan penderita sesuai realita
d.      Penderita mampu mengenali diri sendiri
e.       Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a.       Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,
waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang
lain
b.      Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain
c.       Penderita kooperatif
d.      Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e.       Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4.      Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a.       Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b.      Memberi tanggapan terhadap orang lain
c.       Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d.      Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :
a.       Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b.      Menyebutkan identitas penderita lain
c.       Berespon terhadap penderita lain
d.      Mengikuti aturan main
e.       Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :
a.       Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b.      Penderita sering berada ditempat tidur
c.       Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d.      Penderita dengan harga diri rendah
e.       Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f.       Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g.      Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5.      Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.

Tujuan :
a.       Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b.      Mengekspresikan perasaan
c.       Meningkatkan hubungan interpersonal

G. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


1.      Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada
kelompok dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang
tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu
anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
2.      Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak
efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok,
umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi
efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a.       Perlu berkomunikasi
b.      Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c.       Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d.      Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu
dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal
dan social anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana
mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip
komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa
proses komunikasi tersebut.
3.      Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat
dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini
kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa
cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4.      Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota
memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami.
Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.
H. TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a.       Dokter
b.      Psikiater
c.       Psikolog
d.      Perawat
e.       Fisioterapis
f.       Speech teraphis
g.      Occupational teraphis
h.      Sosial worker

Persyaratan dan kwalitas terapis


Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan
bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a.       Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b.      Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal
maupun patologis
c.       Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d.      Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa
yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
e.       Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f.       Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,
saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
B. SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta
dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan


Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh
Soedjarmo & Istiwidayanti.Jakarta: Erlangga.

Atkinson (1999).Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai