Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Disusun Oleh:

Fety Susanti (1130119003)

Fenny Priyanti (1130119018)

Aviva Rochmatul Aini (1130119023)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

S1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Akivitas
Kelompok”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar.

Makalah ini berisi tentangproses persalinan dan kelahiran makalah ini


kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar
belakang, rumusan masalah, dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan tentang definisi TAK, tujuan TAK, manfaat TAK, tahap-tahap TAK,
peran perawat TAK, macam-macam TAK,. penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah kami. Makalah ini juga kami
lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan
dalam penyusunan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik pihak penyusun
maupun pembaca.

Surabaya, 12 Maret 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi TAK................................................................................... 3
B. Tujuan TAK..................................................................................... 3
C. Manfaat TAK .................................................................................. 4
D. Tahap-tahap TAK............................................................................ 5
E. Peran perawat dalam TAK............................................................... 6
F. Macam-macam TAK...................................................................... 7
G. Kerangka teoritis TAK..................................................................... 10

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya
saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara
lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan
penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada
dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal
balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam
upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya
penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang
positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan
mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas
kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah,
meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada
klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini
terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam
keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota
kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya
dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

1
B. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta dapat
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki serta sesuai materi yang
harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen mata kuliah, maka ruang lingkup
makalah ini terbatas pada pembahasan Definisi TAK, Tujuan TAK, Manfaat TAK, Tahap-Tahap
TAK, Peran Perawat TAK, Macam-Macam TAK, Kerangka Teoritis TAK dan Terapi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi terapi aktivitas kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan kelompok
terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu
individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok
memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman
dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian
kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan
berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan
sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi.

3
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: fokus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi
kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
a) Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b) Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
c) Merupakan proses menerima umpan balik
C. Manfaat terapi aktivitas kelompok
Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik
dengan atau dari orang lain
2. Melakukan sosialisasi.
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
Secara khusus manfaatnya adalah :
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

4
D. Tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota,
dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan
kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
a) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
c) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa
dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami
terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

5
E. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat
proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan,
kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi
motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan
dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok
dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya
kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati
jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya
keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop
out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka
teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah

6
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang
bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya
anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli
terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi
yang menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock,
1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok
terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam
kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku
anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits
kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi
hasil yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan
terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
F. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya
memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e) Mengemukakan perasaanya

7
Karakteristik :
a) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b) Menarik diri dari realitas
c) Inisiasi atau ide-ide negative
d) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami
kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera
dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien
terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi
represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik)
dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c) Pembicaraan penderita sesuai realita
d) Penderita mampu mengenali diri sendiri
e) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan
depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain

8
c) Penderita kooperatif
d) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e) Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan
interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan
memfasilitasi psikoterapis untuk :
a) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b) Memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi,
saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta
menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a) Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b) Menyebutkan identitas penderita lain
c) Berespon terhadap penderita lain
d) Mengikuti aturan main
e) Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b) Penderita sering berada ditempat tidur
c) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d) Penderita dengan harga diri rendah
e) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai
pertanyaan
g) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

9
5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana
memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan
rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan :
a) Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b) Mengekspresikan perasaan
c) Meningkatkan hubungan interpersonal
G. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada
individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk
penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan
kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
menyelesaiakan masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi
terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan
menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah
individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a) Perlu berkomunikasi
b) Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal,
nonverbal, terbuka dan tertutup

10
c) Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d) Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk
melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota
kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka
berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) dagambarkan
melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku
anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini
belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi
dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada
saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong
anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat
anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa
yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna
dialami.
Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan,
misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan
sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.

B. Saran
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai