Dosen Pembimbing:
Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns.M.Kep
Oleh:
Kelompok 2 A3/2017
1. Annisa 131711133039
2. Neiska Galuh M 131711133059
3. Linda Masruroh 131711133060
4. Uswatun Mujayana 131711133078
5. Mardha Hawa 131711133114
6. Fahri Muhlis A 131711133135
7. Allivia Arvianti P 131711133150
8. Taqiyatul Izzah 131711133152
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR IS
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) .............................................. 3
2.2 Manfaat dan Tujuan TAK. ......................................................................... 3
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi TAK............................................................... 5
2.4 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok ......................................... 5
2.5 Tahap Perkembangan Kelompok................................................................ 6
Lampiran...........................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi Aktivitas Kelompok
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok
2) Mahasiswa mampu mendeskripsikan manfaat dan tujuan terapi
aktivitas kelompok
3) Mahasiswa mampu mendeskripsikan indikasi dan kontraindikasi terapi
aktivitas kelompok
4) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kerangka teoritis terapi aktivitas
kelompok
5) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tahap perkembangan kelompok
6) Mahasiswa mampu mendeskripsikan jenis dari terapi aktivitas
kelompok
7) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
8) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tujuan dari TAK Sosialisasi
9) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kriteria klien TAK Sosialisasi
10) Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan TAK
Sosialisasi
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Khusus
1. Meningkatkan identitas diri.
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
4. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.
4
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.
5
2) Model komunikasi
Model komunikasi ini menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi teraupetik. Dengan model ini ketua kelompok memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok
3) Model Interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antara Anggota dan
terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari. Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok
untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik
interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk
mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan
mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan
menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4) Model Psikodrama
Pada model ini anggota dimotivasi untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang perna terjadi sebelumnya
yang pernah dialami oleh anggota kelompok (Direja, 2011)
6
tujuan umum dan khusus; daftar pemimpin kelompok disertai
keahliannya; daftar kerangka teoretis yang akan digunakan pemimpin
untuk mencapai tujuan; daftar kriteria anggota kelompok; uraian proses
seleksi anggota kelompok; uraian struktur kelompok: tempat sesi, waktu
sesi, jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota yang diharapkan dan
perilaku pemimpin yang diharapkan; uraian tentang proses evaluasi
anggota kelompok dan kelompok; uraian alat dan sumber yang
dibutuhkan; jika perlu, uraian dana yang dibutuhkan. Proposal dapat pula
berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan kelompok.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan
peran yang baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi
fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi
pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada
tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan,
kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan
komunikasi, misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu,
norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok
diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
2. Tahap konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih
mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai
pemimpin. Adapula anggota yang netral dan dapat membantu
menyelesaian konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang
ditampilkan, baik antaranggota kelompok maupun anggota dengan
pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasi
tingkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku yang
7
tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab
konflik
3. Tahap kohesif
Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat
satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota
kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan. Mereka
belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu
pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja
keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis. Kekuatan terapeutik dapat tampak
seperti dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan
Laraia (2001), yaitu 11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi
harapan, kesamaan, altruisme, koreksi pengalaman, pengembangan
teknik interaksi sosial, peniruan perilaku, belajar hubungan interpersonal,
faktor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan
tetap menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan. Serta mengurangi
dampak dan faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas
kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-
desclosure, dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat
akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi
kerahasiaan karena keterbukaan yang tinggi, dan keengganan berubah
perlu didefinisikan pemimpin kelompok agar segera melakukan
strukturisasi. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan
8
kemandirian. Pada kondisi ini kelompok segera masuk ke fase berikut,
yaitu perpisahan.
4) Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula
terjadi karena anggota kelompok atau pimpinan kelompok keluar dari
kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik
kelompok maupun individu Terminasi yang sukses ditandai oleh
perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari-hari.
Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi
berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan implementasi
tindakan keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih
pada klien di luar sesi
9
adaptif. Secara sederhana, jenis terapi aktivitas stimulus persepsi yang
dapat dilakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Sesi 1: Mengenal halusinasi
b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien dibantu untuk dapat
bersosialisasi dengan orang lain. Tahapan dalam terapi ini dapat dimulai
dari interpersonal (satu dengan satu), kelompok dan massa. Aktivitas
yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Untuk terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, aktivitas digunakan
sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensori
klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan yang
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas yang digunakan
sebagai stimulus seperti music, seni, menyanyi, dan menari.
4) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita, klien diorientasikan
pada kenyataan yang ada di sekitarnya. Seperti diri sendiri, orang lain
yang ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan
lingkungan yang pernah memiliki hubungan dengan klien. Aktivitas
dapat dapat berupa: orientasi waktu, tempat,benda yang ada di sekitar
dan semua kondisi nyata (Keliat dan Akemat, 2005: 13-14).
10
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang
dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep,2009)
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan
serta secara efektif dalam masyarakat. Maka terapi aktivitas kelompok
sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial
(Purwaningsih, 2012).
11
2. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berspons sesuai
dengan stimulus yang diberikan
3. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat & tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dll.
4. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
5. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.
12
Tidak bergairah/lesu
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia rumusan
diagnosa Isolasi Sosial yaitu :
Isolasi Sosial
Harga diri rendah
a. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di tempat
umum.
2. Objektif : Menarik diri, Tidak berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif : Merasa berbeda dengan orang lain, Merasa asyik dengan
pikiran sendiri, Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
2. Objektif : Afek datar, Afek sedih, Riwayat ditolak, Menunjukkan
permusuhan, Tidak mampu memenuhi harapan orang lain, Kondisi
difabel, tindakan tidak berarti, Tidak ada kontak mata,
Perkembangan terlambat, Tidak bergairah/lesu.
13
8. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar asien
b. TUK 2 : Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
Tanyakan pada pasien tentang:
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar Pasien
2. Orang yang paling dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
3. Apa yang membuat Pasien dekat dengan orang tersebut
4. Orang yang tidak dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
5. Apa yang membuat Pasien tidak dekat dengan orang tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
7. Kaji pengetahuan Pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
8. Diskusikan dengan Pasien penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
9. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien mengungkapkan
perasaannya
c. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan keuntungan
bergaul dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada Pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
14
d. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap
Intervensi :
1. Observasi perilaku Pasien saat berhubungan dengan orang lain.
2. Beri motivasi dan bantu Pasien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui :
Pasien-perawat
Pasien-perawat-perawat lain
Pasien-perawat-perawat lain-Pasien lain
Pasien-kelompok kecil
Pasien-keluarga/kelompok/masyarakat
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain
5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan untuk
meningkat kemampuan Pasien bersosialisasi
6. Beri motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah di buat
7. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
e. TUK 5 : Pasien mampu mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain/kelompok
2. Diskusikan dengan Pasien manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
f. TUK 6 : Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan sosial
15
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi prilaku menarik diri
2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Tanda dan gejala menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Cara keluarga meghadapi Pasien yang sedang menarik diri
3. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi
prilaku menarik diri
4. Latih keluarga cara merawat Pasien menarik diri
5. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien berkomunikasi dengan orang lain
6. Anjurkan anggota keluarga untuk rutin dan bergantian
mengunjungi pasien minimal 1x seminggu
7. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga merawat pasien di rumah sakit.
g. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
Intervensi :
1. Libatkan dan motivasi pasien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok sosialisasi untuk mengatasi perilaku isolasi social
16
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP sebagai berikut :
a. S: Pasien mengatakan mengenal nama perawat dan teman-teman di
ruangan atau teman sekamarnya, pasien juga mengatakan sudah
mampu bercakap-cakap dengan teman sekamarnya
b. O: Pasien tanpak mampu menggunakan teknik Terapi aktivitas
kelompok untuk mengatasi isolasi sosial
c. A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan belum tercapai apabila
respon pasien tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
d. P: Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai, lanjutkan
perencanaan apabila terdapat tujuan yang belum mampu dicapai oleh
pasien.
17
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.A Tanggal Pengkajian : 03-09-2019
Umur : 37 tahun RM No. :
000123XXX
Informan : Ibu pasien
II. ALASAN MASUK
Pasien mengurung diri di kamar dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak √
tidak berhasil
18
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan √ 32
Tindakan kriminal
Pasien trauma karena penolakan dari suaminya yang lebih memilih dengan
wanita lain dengan alasan bahwa pasien jelek
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/90mmHg N : 95x/menit S : 36.50C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 158cm BB : 63 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
19
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
: meninggal
Jelaskan : pada awalnya, pasien tinggal berdua dengan suami dengan pengambilan
keputusan dipegang oleh suami. Namun, sejak 1minggu pasca suami pergi dari
rumah, pasien tinggal dengan kedua orangtuanya atas permintaan si-ibu, karena
pasien terlihat tidak pernah keluar rumah lagi
2. Konsep diri
20
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : orangtua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : aktif dalam arisan ibu-
ibu RT dan program ibu kreatif
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : merasa malu dan takut
jika mengalami penolakan kembali
Masalah keperawatan: isolasi sosial: menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan
b. Kegiatan ibadah : pasien beribadah sebagaimana agamanya
Masalah Keperawatan : tidak ada
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
21
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
√ √
berlebihan
Jelaskan : pasien merasa putus asa dan sempat berpikir tidak ada gunanya untuk
hidup
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri
5. Afek
Datar √ Tumpul Labil Tidak sesuai
7. Persepsi
Jelaskan : tidak ada gangguan pada persepsi
Masalah Keperawatan : tidak ada
8. Proses Pikir
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada proses pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada
22
10. Tingkat kesadaran
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran dan tidak terjadi disorientasi
waktu/tempat/orang
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
Jelaskan : tidak ada gangguan pada memori pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada
23
IX. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung
Koping obat-obatan
√
Analisis data
24
pasien suka Gangguan konsep diri :
mengurung diri
harga diri rendah
- Pasien mengatakan
malu dan takut jika ↑
mengalami
Ketidakefektifan koping
penolakan kembali
- ↑
DO
Kurang pengetahuan:
- Komunikasi pasien
koping
lambat dan tidak
kooperatif ↑
- Pasien tidak lagi
Respon pascatrauma
bersosialisasi
dengan orang lain ↑
Perubahan proses keluarga
Daftar masalah
25
4. Isolasi sosial : menarik diri
5. Resiko bunuh diri
6. Gangguan pola tidur
7. Ketidakefektifan koping
8. Kurang pengetahuan: koping
Pohon Masalah
Ketidakefektifan koping
Respon pascatrauma
26
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah
27
Isolasi sosial Jangka pendek: Setelah SP 1
: menarik Pasien dilakukan Membantu
diri mampu intervesi selama pasien dalam
berhubunga mengungkap 7x24 jam, pasien membina
n dengan kan hal-hal dapat: hubungan saling
gangguan yang SP 1 percaya
konsep diri: melatarbelak Pasien Membantu
harga diri angi dapat pasien mengenal
rendah terjadinya membina penyebab
isolasi sosial hubungan isolaso sosial
Pasien saling Membantu
mampu percaya pasien mengenal
mengungkap Pasien keuntungan
kan dapat berhubungan
keuntungan mengenal dan kerugian
berinteraksi penyebab tidak
Pasien isolasi beberhubungan
mampu sosial dengan orang
mengungkap Pasien lain
kan kerugian dapat Mengajarkan
jika tidak mengenal pasien
berinteraksi keunutng berkenalan
dengan an SP 2
orang lain berhubun Mengajarkan
Pasien gan dan pasien
mampu kerugian berinteraksi
mempraktek tidak secara bertahap
kan cara berhubun (berkenalan
berkenalan gan dengan orang
dengan satu dengan pertama-
orang ornag lain seorang
28
Jangka panjang: Pasien perawat)
Pasien dapat
sembuh dari berkenala SP 3
isolasi n dengan Mengajarkan
sosial:menari orang lain pasien
k diri SP 2 berinteraksi
Pasien secara bertahap
dapat (berkenalan
berinterak dengan orang
si secara kedua- seorang
bertahap pasien)
(dengan
perawat)
SP 3
Pasein
dapat
berinterak
si secara
bertahap
(dengan
pasien)
BAB 4
29
PEMBAHASAN
30
Untuk mendapatkan pasien yang sesuai kriteria, perawat harus
melakukan pendeketan pada pasien, pendekatan yang dilakukan yaitu
dengan membangun hubungan saling percaya sehingga pasien dapat
mengekspresikan perasaannya. Setelah melakukan pendekatan, perawat
mengidentifikasi pasien yang sudah mampu melakukan interaksi
interpersonal dan peka terhadap stimulus sehingga TAK dapat berjalan
dengan baik karena pasien dapat menyampaikan pendapatnya.
BAB 5
PENUTUP
31
5.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan sosial yang bertujuan untuk Mampu
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
5.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini
dapat tercapai sesuai dengan keinginan. Serta diharapkan bagi tenaga
perawat menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan
keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah gangguan jiwa karena
TAK Sosialisasi merupakan tindakan keperawatan yang efektif
DAFTAR PUSTAKA
32
Pangestu, Dwi Wahyu. 2014. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri di RSJD
Surakarta”. Surakarta. Nakah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
repository.poltekkes-denpasar.ac.id
Lampiran
33
NASKAH ROLEPLAY
Peran :
1. Leader : Neiska
2. CO – Leader : Nisa
3. Fasilitator : Fahri
4. Observer : Taqiyatul I
5. Pasien 1 : Linda
6. Pasien 2 : Mardha
7. Pasien 3 : Allivia A
8. Pasien 4 : Uswatun M
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Terapi Aktivitas Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara
anggota yang berfokus pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi
atau berorientasi dengan orang lain.
Pasien 1 : (berbicara perlahan dengan suara yang rendah) “Biasa saja, Sus.”
Fasilitator : “Bagaimana kalau kita bermain bersama seperti janji Ibu dengan
saya kemarin, supaya Ibu dapat merasa lebih baik?”
34
Fasilitator : “Baiklah Bu, mari langsung menuju lokasi berkumpul.. Sudah
ditunggu teman – teman yang lain lho..”
Leader : “Jadi pak, bu, tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi dan sosialisasi dari bapak dan ibu
sekalian.. Baik, langsung kita mulai saja ya.. ”
Co- Leader : “Baik, pak, bu.. Pertama – tama terapi ini bisa dimulai dari
perkenalan diri ya, bisa dimulai dari ibu yang ada di sebelah kanan
saya ya, yaitu dari nama lengkap, nama panggilan, hobi, kemudian
alamat asal....”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu Aliv, sudah bisa memperkenalkan
dirinya... Tepuk tangan untuk ibu Aliv.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan ibu Aliv, silahkan memperkenalkan diri Bu”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Mardha.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Mardha silahkan memperkenalkan diri...”
35
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Linda.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Linda silahkan memperkenalkan diri...”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu semua disini sudah bisa
memperkenalkan dirinya... Tepuk tangan untuk kita semua..
Selanjutnya adalah kegiatan sharing pengalaman, silahkan saudara
Neiska..”
Leader : “Untuk Ibu Nana di sisi kiri saya, silahkan mulai menceritakan
pengalaman tidak menyenangkannya untuk kita cari bersama sisi
positif dari pengalaman yang dialami...”
36
positif dari pengalaman ini Ibu dapat menghargai setiap momen
yang dihabiskan dengan anak ibu dahulu.. selanjutnya, Ibu Linda
silahkan.. ”
37
mengatakan aktivitas yang disukai beserta alasannya.. Apa semua
sudah siap?”
Pasien 1 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain petak umpet, karena
seru dan merupakan permainan kesukaan saya ketika kanak-kanak”
Pasien 3 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain basket, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan dan
keringat”
Pasien 4 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain ular tangga, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah strategi”
Pasien 2 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain engklek, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan”
Permainan selesai.
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu semua disini sudah bisa
menyebutkan jenis permainan yang disukai... Tepuk tangan untuk
kita semua.. Selanjutnya adalah kegiatan sharing mengenai tujuan
dari terapi ini, silahkan saudara Neiska..”
38
Leader : “Baiklah, sebelum saya jelaskan apakah salah satu diantara ibu
ada yang mengetahui tujuan dari terapi aktivitas ini?”
Leader : “Karena sepertinya belum ada yang ingin menjawab, akan saya
jelaskan saja.. Jadi tujuan dari terapi aktivitas ini adalah untuk
meningkatkan respons sosial dan harga diri, membentuk
kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tingkat
adaptif... Sebelumnya, tepuk tangan terlebih dahulu untuk kita
semua yang telah menjalankan terapi ini dengan lancar dan baik...
Dengan adanya terapi ini, diharapkan ibu-ibu dapat menuju
kualitas hidup yang lebih baik dan dapat berinteraksi seperti
semula...”
Co-Leader : “Seluruh rangkaian terapi aktivitas pada hari ini sudah berjalan
dengan baik, terimakasih ibu- ibu atas kerjasama dan
partisipasinya.. Jangan lupa untuk berpartisipasi dalam terapi
selanjutnya...”
39
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
A. Latar Belakang
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptive.
Keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktivitas kelompok melalui dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan internasional dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan
orientasi realitas ( Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering
digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi
kesehatan.
B. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Menurut Stuart and
Sundeen (2006) Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk
meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada klien yang
mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Terapi Aktivitas
Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus
40
pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi atau berorientasi
dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan
memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara
bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien.
Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu :
kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan
bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik
tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok,
diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.
C. Tujuan TAK
TAK merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Wilson dan Kneisl (1992)
menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial
dan harga diri. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi kelompok secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pasien mengenai diri mereka sendiri melalui interaksi dengan
anggota kelompok lain yang memberikan umpan balik mengenai perilaku
mereka; memberikan pasien peningkatan keterampilan interpersonal dan
sosial; membantu anggota untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas (Kaplan & Sadock,
2010).
41
D. Waktu dan tempat
Hari : Minggu, 15 September 2019
Jam : 10.00 WIB
Tempat : LIPONSOS Keputih
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Media/ alat
1. Handphone untuk memutar musik
2. Bola pingpong
3. Buku tulis
4. Alat tulis
G. Setting tempat
Leader
Co– Leader
Observer
Fasilitator
Pasien
H. Pembagian tugas
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
42
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
I. Pasien
a. Kriteria Pasien
- Klien dengan isolasi diri
- Klien yang kooperatif dengan riwayat isolasi diri
- Klien yang sehat secara fisik
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
- Klien isolasi sosial yang sudah mendapat asuhan keperawatan
untuk masalah isolasi sosial.
- Klien isolasi sosial yang bersedia dijadikan responden
43
b. Proses seleksi
- Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
- Membuat kontrak dengan klien
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
- Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
- Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok
J. Susunan pelaksanaan
Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Neiska Galuh
b. CO – Leader : Annisa
c. Fasilitator : Fahri Muhlis
d. Observer : Taqiyatul Izzah
Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
No Nama Masalah keperawatan
44
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin,
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai,
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
b. Memanggil klien
c. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
d. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan permainan
- Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
e. Bila ada klien lain ingin ikut
- Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
- Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
- Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo, 2014:
243-245)
L. Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, fase-fase dalam
Terapi Aktifitas Kelompok adalah sebagai berikut:
1. Pre kelompok
45
Terapi mememulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dari kelompok,
menjelaskan sumber- sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase Awal
Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, dan
leader mulai melanjutkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit pada klien dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugas anggota dan yang akan terjadi para
anggota akan saling ketergantungan.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, dan
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase Kerja
Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok serta penyelesaian
masalah yang kreatif
4. Tahap Kerja
f. Terapis menjelaskan kepada klien apabila kaset pada tape recorder
dihidupkan, maka bola yang dipegang anggota kelompok segera
diedarkan kepada anggota kelompok yang lain searah dengan arah
jarum jam (yaitu kearah kiri).
46
g. Pada saat tape dimatikan oleh terapis, salah satu anggota kelompok
yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis
yang sebagai contoh.
h. Klien menuliskan nama panggilan pada kertas/papan nama di
tempel/dipakai.
i. Selanjutnya klien mengulangi perintah b, c, dan d sampai semua
anggota kelompok mendapat giliran.
j. Terapis memberi pujiaan untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan.
5. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
c. Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain di kehidupan sehari-hari
d. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian pasien
e. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
f. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses Terapi Aktivitas Kelompok
berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan
klien melakukan Terapi Aktivitas Kelompok. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan Terapi Aktivitas
Kelompok. Untuk Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1,
evaluasinya adalah kemampuan klien dalam memperkenalkan diri dari
segi aspek verbal maupun non-verbal dengan menggunakan formulir
evaluasi. Untuk sesi selanjutnya metodenya akan sama, hanya ada
sedikit perubahan dalam tahapannya.
47