Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN ROLEPLAY


TAK SOSIALISASI

Dosen Pembimbing:
Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns.M.Kep

Oleh:

Kelompok 2 A3/2017

1. Annisa 131711133039
2. Neiska Galuh M 131711133059
3. Linda Masruroh 131711133060
4. Uswatun Mujayana 131711133078
5. Mardha Hawa 131711133114
6. Fahri Muhlis A 131711133135
7. Allivia Arvianti P 131711133150
8. Taqiyatul Izzah 131711133152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Terapi Aktivitas Kelompok dan Roleplay: TAK
Sosialisasi” dengan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Jiwa II yang telah membimbing kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini;
2. Kelompok 2 Jiwa yang telah meluangkan waktu dan partisipasinya dalam
penyelesaian makalah;
3. Teman-teman kelas A3 2017; serta
4. Fakultas keperawatan atas sarana dan prasarana yang menunjang
penyelesaian makalah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga menyadari bahwa
pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu
penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga penulis
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.

Surabaya, 4 September 2019

Penulis

i
DAFTAR IS

ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) .............................................. 3
2.2 Manfaat dan Tujuan TAK. ......................................................................... 3
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi TAK............................................................... 5
2.4 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok ......................................... 5
2.5 Tahap Perkembangan Kelompok................................................................ 6

2.6 Jenis Terapi Aktivitas Kelompok............................................................... 9


2.7 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi......................................................10
2.7.1 Definisi.............................................................................................10
2.7.2 Tujuan TAK Sosialisasi....................................................................11
2.7.3 Kriteria Klien TAK Sosialisasi.........................................................11
2.7.4 Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi.............................................12
BAB 3 TINJAUAN KASUS ...........................................................................18
3.1 Studi Kasus.................................................................................................18
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................30
BAB 5 PENUTUP............................................................................................38
5.1 Kesimpulan.................................................................................................38
5.2 Saran ..........................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................39

Lampiran...........................................................................................................40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang
menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain. Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka
peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan sedangkan individu yang
mempunyai mekanisme koping mal adaptif (skizofrenia), bila tidak segera
mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah
yang lebih banyak dan lebih buruk. Menjelaskan bahwa meningkatkan
sosialisasi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan pemberian terapi
aktivitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada saat ini pengaruh
TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini disebabkan karena jumlah pasien
dengan riwayat menarik diri masih relativ banyak meskipun TAK sosialisasi
sudah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah pengertian dari terapi aktivitas kelompok?
2) Apakah manfaat dan tujuan terapi aktivitas kelompok?
3) Bagaimanakah indikasi dan kontraindikasi terapi aktivitas kelompok?
4) Bagaimanakah kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok?
5) Bagaimana tahap perkembangan kelompok?
6) Apa saja jenis dari terapi aktivitas kelompok?
7) Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok sosialisasi?
8) Apakah tujuan dari TAK Sosialisasi?
9) Bagaimana kriteria klien TAK Sosialisasi?
10) Bagaimana Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi Aktivitas Kelompok
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok
2) Mahasiswa mampu mendeskripsikan manfaat dan tujuan terapi
aktivitas kelompok
3) Mahasiswa mampu mendeskripsikan indikasi dan kontraindikasi terapi
aktivitas kelompok
4) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kerangka teoritis terapi aktivitas
kelompok
5) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tahap perkembangan kelompok
6) Mahasiswa mampu mendeskripsikan jenis dari terapi aktivitas
kelompok
7) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
8) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tujuan dari TAK Sosialisasi
9) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kriteria klien TAK Sosialisasi
10) Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan TAK
Sosialisasi

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal. Sedangkan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah
satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama yang bertujuan untuk
memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga terjadi identifikasi
diri yang baru, menghilangkan rasa isolasi diri, menungkatkan kepercayaan
diri serta bertambahnya pengetahuan tentang berbagai cara pemecahan
masalah dalam kehidupan individu.

TAK ini perlu dilakukan agar para kelompok (pasien) mampu


melakukan interaksi sosial, yaitu dengan cara sosialisasi yang dapat
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal klien, yang dapat
dimulai dari saling mengenal dengan orang lain dan menciptakan hubungan
harmonis dengan orang lain. Dalam TAK juga, bisa diberikan informasi
tentang cara pemecahan masalah.

2.2 Manfaat dan Tujuan TAK


Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :
a. Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku
defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti kognitif dan afektif.

3
b. Khusus
1. Meningkatkan identitas diri.
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
4. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.

Tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:


a. Tujuan Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh
pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.
3. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri
dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri
dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti fungsi kognitif dan afektif.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai
identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
2. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat
dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di
dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan
emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok
lainnya.

4
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi TAK


1) Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
2) Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas,
sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak
terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi
aktifitas kelompok.
3) Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik
terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan
berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan
berdasarkan problem yang sama.

2.4 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


1) Model lokal konflik
Pada model terapi aktivitas kelompok ini anggota kelompok di fasilitasi
dan diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaaan untuk penyelesaian masalah atau konflik.
Model fokal konflik. Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi
kelompok berfokus pada kelompok dari pada individu. Prinsipnya, terapi
kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu
anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik

5
2) Model komunikasi
Model komunikasi ini menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi teraupetik. Dengan model ini ketua kelompok memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok
3) Model Interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antara Anggota dan
terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari. Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok
untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik
interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk
mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan
mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan
menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4) Model Psikodrama
Pada model ini anggota dimotivasi untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang perna terjadi sebelumnya
yang pernah dialami oleh anggota kelompok (Direja, 2011)

2.5 Tahap Perkembangan Kelompok


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh
dan kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui empat
fase, yaitu (Stuart & Laraia, 2001): fase pra-kelompok; fase awal kelompok;
fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok.
1) Fase Pra kelompok
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah
tujuan dan kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh
perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok untuk mencapai
tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan
pelaksanaan kegiatan kelompok. Garis besar isi proposal adalah: daftar

6
tujuan umum dan khusus; daftar pemimpin kelompok disertai
keahliannya; daftar kerangka teoretis yang akan digunakan pemimpin
untuk mencapai tujuan; daftar kriteria anggota kelompok; uraian proses
seleksi anggota kelompok; uraian struktur kelompok: tempat sesi, waktu
sesi, jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota yang diharapkan dan
perilaku pemimpin yang diharapkan; uraian tentang proses evaluasi
anggota kelompok dan kelompok; uraian alat dan sumber yang
dibutuhkan; jika perlu, uraian dana yang dibutuhkan. Proposal dapat pula
berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan kelompok.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan
peran yang baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi
fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi
pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada
tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan,
kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan
komunikasi, misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu,
norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok
diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
2. Tahap konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih
mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai
pemimpin. Adapula anggota yang netral dan dapat membantu
menyelesaian konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang
ditampilkan, baik antaranggota kelompok maupun anggota dengan
pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasi
tingkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku yang

7
tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab
konflik
3. Tahap kohesif
Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat
satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota
kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan. Mereka
belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu
pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja
keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis. Kekuatan terapeutik dapat tampak
seperti dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan
Laraia (2001), yaitu 11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi
harapan, kesamaan, altruisme, koreksi pengalaman, pengembangan
teknik interaksi sosial, peniruan perilaku, belajar hubungan interpersonal,
faktor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan
tetap menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan. Serta mengurangi
dampak dan faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas
kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-
desclosure, dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat
akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi
kerahasiaan karena keterbukaan yang tinggi, dan keengganan berubah
perlu didefinisikan pemimpin kelompok agar segera melakukan
strukturisasi. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan

8
kemandirian. Pada kondisi ini kelompok segera masuk ke fase berikut,
yaitu perpisahan.
4) Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula
terjadi karena anggota kelompok atau pimpinan kelompok keluar dari
kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik
kelompok maupun individu Terminasi yang sukses ditandai oleh
perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari-hari.
Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi
berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan implementasi
tindakan keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih
pada klien di luar sesi

2.6 Jenis Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok ini terdapat beberapa macam yaitu:

1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Kognitif/Persepsi


Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/persepsi ini adalah terapi
yang menggunakan stimulus sebagai alatnya. Menurut Susana dan
Hendarsih, (2012: 113) terapi ini dilakukan dengan mempersepsikan
stimulus yang nyata sehari-hari yang terkait dengan pengalaman
kehidupan dan alternative penyelesaiaanya. Stimulus yang disediakan
seperti: membaca artikel, majalah atau buku, menonton acara TV, dan
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
klien yang maladaptif atau distruktif misalnya kemarahan, kebencian,
putus hubungan, pandangan negative pada orang dan halusinasi.
Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus yang diberikan.
Dengan penerapan terapi aktivitas kelompok ini maka kemampuan
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi. Proses yang
dilakukan yaitu dengan mendengarkan respon klient terhadap stimulasi
yang diberikan dalam menjalani kehidupannya menjadi perilaku yang

9
adaptif. Secara sederhana, jenis terapi aktivitas stimulus persepsi yang
dapat dilakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Sesi 1: Mengenal halusinasi
b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien dibantu untuk dapat
bersosialisasi dengan orang lain. Tahapan dalam terapi ini dapat dimulai
dari interpersonal (satu dengan satu), kelompok dan massa. Aktivitas
yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Untuk terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, aktivitas digunakan
sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensori
klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan yang
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas yang digunakan
sebagai stimulus seperti music, seni, menyanyi, dan menari.
4) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita, klien diorientasikan
pada kenyataan yang ada di sekitarnya. Seperti diri sendiri, orang lain
yang ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan
lingkungan yang pernah memiliki hubungan dengan klien. Aktivitas
dapat dapat berupa: orientasi waktu, tempat,benda yang ada di sekitar
dan semua kondisi nyata (Keliat dan Akemat, 2005: 13-14).

2.7 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


2.7.1 Definisi
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama.
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan

10
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang
dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep,2009)
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan
serta secara efektif dalam masyarakat. Maka terapi aktivitas kelompok
sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial
(Purwaningsih, 2012).

2.7.2 Tujuan TAK Sosialisasi


a. Umum
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
b. Khusus
1. Klien mampu memperkenalkan diri
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan

2.7.3 Kriteria Klien TAK Sosialisasi


1. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kemauan untuk melakukan interaksi interpersonal

11
2. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berspons sesuai
dengan stimulus yang diberikan
3. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat & tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dll.
4. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
5. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.

2.7.4 Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi


Konsep asuhan keperawatan pemberian prosedur terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
I. PENGKAJIAN
a. Tanda dan Gejala Mayor
1) Data subjektif
 Klien merasa ingin sendiri
 Klien merasa tidak aman di tempat umum
2) Data objektif
 Klien menarik diri
 Klien tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
b. Tanda dan Gejala Minor
1) Data subjektif
 Merasa berbeda dengan orang lain
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri
 Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
2) Data objektif
 Afek datar atau sedih
 Riwayat ditolak
 Menunjukkan permusuhan
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
 Kondisi difabel
 Tidak ada kontak mata

12
 Tidak bergairah/lesu
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia rumusan
diagnosa Isolasi Sosial yaitu :
 Isolasi Sosial
 Harga diri rendah
a. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di tempat
umum.
2. Objektif : Menarik diri, Tidak berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif : Merasa berbeda dengan orang lain, Merasa asyik dengan
pikiran sendiri, Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
2. Objektif : Afek datar, Afek sedih, Riwayat ditolak, Menunjukkan
permusuhan, Tidak mampu memenuhi harapan orang lain, Kondisi
difabel, tindakan tidak berarti, Tidak ada kontak mata,
Perkembangan terlambat, Tidak bergairah/lesu.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
a. TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Sapa Pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang di
sukai pasien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur dan tepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

13
8. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar asien
b. TUK 2 : Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
Tanyakan pada pasien tentang:
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar Pasien
2. Orang yang paling dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
3. Apa yang membuat Pasien dekat dengan orang tersebut
4. Orang yang tidak dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
5. Apa yang membuat Pasien tidak dekat dengan orang tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
7. Kaji pengetahuan Pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
8. Diskusikan dengan Pasien penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
9. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien mengungkapkan
perasaannya
c. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan keuntungan
bergaul dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada Pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain

14
d. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap
Intervensi :
1. Observasi perilaku Pasien saat berhubungan dengan orang lain.
2. Beri motivasi dan bantu Pasien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui :
 Pasien-perawat
 Pasien-perawat-perawat lain
 Pasien-perawat-perawat lain-Pasien lain
 Pasien-kelompok kecil
 Pasien-keluarga/kelompok/masyarakat
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain
5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan untuk
meningkat kemampuan Pasien bersosialisasi
6. Beri motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah di buat
7. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
e. TUK 5 : Pasien mampu mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain/kelompok
2. Diskusikan dengan Pasien manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
f. TUK 6 : Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan sosial

15
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi prilaku menarik diri
2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Tanda dan gejala menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Cara keluarga meghadapi Pasien yang sedang menarik diri
3. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi
prilaku menarik diri
4. Latih keluarga cara merawat Pasien menarik diri
5. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien berkomunikasi dengan orang lain
6. Anjurkan anggota keluarga untuk rutin dan bergantian
mengunjungi pasien minimal 1x seminggu
7. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga merawat pasien di rumah sakit.
g. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
Intervensi :
1. Libatkan dan motivasi pasien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok sosialisasi untuk mengatasi perilaku isolasi social

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan.
Focus intervensi pada klien degan gangguan Isolasi Sosial yaitu dapat
Mengatasi tingkat Isolasi Sosial. Adapun Standar Prosedur Oprasional
(SOP) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terlampir

16
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP sebagai berikut :
a. S: Pasien mengatakan mengenal nama perawat dan teman-teman di
ruangan atau teman sekamarnya, pasien juga mengatakan sudah
mampu bercakap-cakap dengan teman sekamarnya
b. O: Pasien tanpak mampu menggunakan teknik Terapi aktivitas
kelompok untuk mengatasi isolasi sosial
c. A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan belum tercapai apabila
respon pasien tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
d. P: Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai, lanjutkan
perencanaan apabila terdapat tujuan yang belum mampu dicapai oleh
pasien.

17
BAB 3
TINJAUAN KASUS

4.1 Studi Kasus


Pasien atas nama Ny. A usia 32 tahun dibawa ke rumah sakit oleh ibunya
setelah selama 2 minggu mengurung diri di kamar, tidak mau berbicara
ataupun bersosialisasi dengan orang lain dan sering menangis. Menurut ibu
pasien, Ny. A berubah demikian setelah suaminya pergi dari rumah. Ny. A
juga tidak menyukai apabila ada cermin di kamarnya dengan mengatakan,
dia tidak mau melihat dirinya yang jelek seperti kata suaminya. Selama
anamnesa, pasien sering diam, raut wajah tampak sedih dan selalu melihat
kebawah. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan kondisi umum terlihat
kantong mata menghitam dan tampak lesu. Tanda-tanda vital pasien
menunjukkan data sebagai berikut :
Suhu : 36.50C ; TD : 120/90 mmHg ; Nadi : 95x/menit ; RR :
20x/menit

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT MAWAR TANGGAL DIRAWAT 03-09-2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.A Tanggal Pengkajian : 03-09-2019
Umur : 37 tahun RM No. :
000123XXX
Informan : Ibu pasien
II. ALASAN MASUK
Pasien mengurung diri di kamar dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak √

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil

tidak berhasil

18
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan √ 32

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Penjelasan : pasien mengalami penolakan dari suaminya dengan alasan,


pasien sudah tidak cantik lagi sehingga memuat suaminya memilih pergi dari
rumah dengan wanita lain yang lebih cantik dan muda
Masalah Keperawatan : Perubahan proses keluarga.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya Tidak √

Masalah Keperawatan : tidak ada

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:

Pasien trauma karena penolakan dari suaminya yang lebih memilih dengan
wanita lain dengan alasan bahwa pasien jelek

Masalah Keperawatan : Respons pascatrauma

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/90mmHg N : 95x/menit S : 36.50C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 158cm BB : 63 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

Masalah keperawatan : tidak ada

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

19
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
: meninggal

Jelaskan : pada awalnya, pasien tinggal berdua dengan suami dengan pengambilan
keputusan dipegang oleh suami. Namun, sejak 1minggu pasca suami pergi dari
rumah, pasien tinggal dengan kedua orangtuanya atas permintaan si-ibu, karena
pasien terlihat tidak pernah keluar rumah lagi

2. Konsep diri

a Gambaran diri : pasien merasa dirinya jelek, hitam dan kucel


b. Identitas : pasien mengatakan dia adalah anak perempuan tunggal
dan dulunya adalah seorang istri yang berperan seagai ibu
rumah tangga
c. Peran : pasien dulunya aktif dalam arisan ibu-ibu di RT dan
sesekali ikut program ibu kreatif seperti membuat aksesoris
kalung, gelang, bros
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa sebagai seorang perempuan
seharusnya tampil cantik, tidak terlihat kucel dan aktif di
kegiatan lingkungan sekitar
e. Harga diri : pasien merasa membenci dirinya karena tampak jelek dan
malu untuk kembali bersosialisasi di lingkungan RT

20
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : orangtua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : aktif dalam arisan ibu-
ibu RT dan program ibu kreatif
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : merasa malu dan takut
jika mengalami penolakan kembali
Masalah keperawatan: isolasi sosial: menarik diri

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan
b. Kegiatan ibadah : pasien beribadah sebagaimana agamanya
Masalah Keperawatan : tidak ada

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : penampilan pasien rapi
Masalah Keperawatan : tidak ada

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis √ Lambat Membisu √ Tidak mampu


memulai pembicaraan
Jelaskan : pasien tidak sepenuhnya membisu hanya menjawab sekenanya
dengan singkat dan lambat
3. Aktivitas Motorik:

√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi

21
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif

4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
√ √
berlebihan

Jelaskan : pasien merasa putus asa dan sempat berpikir tidak ada gunanya untuk
hidup
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri
5. Afek
Datar √ Tumpul Labil Tidak sesuai

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga

7. Persepsi
Jelaskan : tidak ada gangguan pada persepsi
Masalah Keperawatan : tidak ada
8. Proses Pikir
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada proses pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada

9. Isi Pikir dan waham


Jelaskan : tidak ada permasalahan pada isi pikir dan waham
Masalah Keperawatan : tidak ada

22
10. Tingkat kesadaran
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran dan tidak terjadi disorientasi
waktu/tempat/orang
Masalah Keperawatan : tidak ada

11. Memori
Jelaskan : tidak ada gangguan pada memori pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat konsentrasi dan berhitung
Masalah Keperawatan : tidak ada

13. Kemampuan penilaian


Jelaskan : tidak ada gangguan pada kemampuan penilaian
Masalah Keperawatan : tidak ada

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan : Bantuan minimal
2. BAB/BAK : Bantuan minimal
3. Mandi : Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias : Bantuan minimal
5. Istirahat dan tidur :
Tidur siang lama : tidak pernah
Tidur malam lama : 23.00 s/d 03.00
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif √

Jelaskan : menghindar dan menutup diri


Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping

23
IX. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang koping

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Depresi
Terapi Medik : obat antidepressan

Analisis data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS Resiko bunuh diri Resiko bunuh diri
- Pasien mengatakan

sempat berpikir
tidak ada gunanya Isolasi sosial : menarik diri
lagi untuk hidup

-
DO Gangguan konsep diri :
- Pasien terlihat harga diri rendah
putus asa

- Pasien tampak lesu
Ketidakefektifan koping

Kurang pengetahuan:
koping

Respon pascatrauma

Perubahan proses keluarga
DS Isolasi sosial : menarik diri Isolasi sosial : menarik
- Ibu pasien
↑ diri
mengatakan ahwa

24
pasien suka Gangguan konsep diri :
mengurung diri
harga diri rendah
- Pasien mengatakan
malu dan takut jika ↑
mengalami
Ketidakefektifan koping
penolakan kembali
- ↑
DO
Kurang pengetahuan:
- Komunikasi pasien
koping
lambat dan tidak
kooperatif ↑
- Pasien tidak lagi
Respon pascatrauma
bersosialisasi
dengan orang lain ↑
Perubahan proses keluarga

DS Gangguan konsep diri : Gangguan konsep diri:


- Pasien mengatakan Harga diri rendah
harga diri rendah
benci terhadap
dirinya ↑
- Pasien
Ketidakefektifan koping
menganggap
dirinya jelek ↑
- Pasien merasa
Kurang pengetahuan:
malu
koping
DO

- Kontak mata
pasien (-) Respon pascatrauma
- Tampak sedih dan

lesu
- Pasien tidak suka Perubahan proses keluarga
ada cermin di
ruanganya yang
dapat
menunjukkan
dirinya

Daftar masalah

1. Perubahan proses keluarga


2. Respon pascatrauma
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

25
4. Isolasi sosial : menarik diri
5. Resiko bunuh diri
6. Gangguan pola tidur
7. Ketidakefektifan koping
8. Kurang pengetahuan: koping

Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial : menarik diri Gangguan pola tidur

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Ketidakefektifan koping

Kurang pengetahuan: koping

Respon pascatrauma

Perubahan proses keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri

26
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Resiko Jangka pendek: Setelah SP 1
Bunuh diri 1. Pasien dapat dilakukan  Membantu
aman dan intervensi selama pasien dengan
selamat 7x24 jam pasien percakapan
Jangka panjang: dapat: untuk
Pasien dapat SP 1 melindungi dari
mneghindari  Pasien percobaan
perilaku risiko dapat bunuh diri
bunuh diri terlindung SP 2
dari  Membantu
percobaan pasien dengan
bunuh percakapan
diri untuk
SP 2 melindungi dari
 Pasien isyarat bunuh
dapat diri
terlindung SP 3
dari  Membantu
isyarat pasien dengan
bunuh percakapan
diri untuk
SP3 meningkatkan
 Pasien harga diri pasien
dapat isyarat bunuh
meningka diri
tkan
harga diri

27
Isolasi sosial Jangka pendek: Setelah SP 1
: menarik  Pasien dilakukan  Membantu
diri mampu intervesi selama pasien dalam
berhubunga mengungkap 7x24 jam, pasien membina
n dengan kan hal-hal dapat: hubungan saling
gangguan yang SP 1 percaya
konsep diri: melatarbelak  Pasien  Membantu
harga diri angi dapat pasien mengenal
rendah terjadinya membina penyebab
isolasi sosial hubungan isolaso sosial
 Pasien saling  Membantu
mampu percaya pasien mengenal
mengungkap  Pasien keuntungan
kan dapat berhubungan
keuntungan mengenal dan kerugian
berinteraksi penyebab tidak
 Pasien isolasi beberhubungan
mampu sosial dengan orang
mengungkap  Pasien lain
kan kerugian dapat  Mengajarkan
jika tidak mengenal pasien
berinteraksi keunutng berkenalan
dengan an SP 2
orang lain berhubun  Mengajarkan
 Pasien gan dan pasien
mampu kerugian berinteraksi
mempraktek tidak secara bertahap
kan cara berhubun (berkenalan
berkenalan gan dengan orang
dengan satu dengan pertama-
orang ornag lain seorang

28
Jangka panjang:  Pasien perawat)
 Pasien dapat
sembuh dari berkenala SP 3
isolasi n dengan  Mengajarkan
sosial:menari orang lain pasien
k diri SP 2 berinteraksi
 Pasien secara bertahap
dapat (berkenalan
berinterak dengan orang
si secara kedua- seorang
bertahap pasien)
(dengan
perawat)
SP 3
 Pasein
dapat
berinterak
si secara
bertahap
(dengan
pasien)

BAB 4

29
PEMBAHASAN

Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara


kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal. Sedangkan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah
satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama yang bertujuan untuk
memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga terjadi identifikasi
diri yang baru, menghilangkan rasa isolasi diri, meningkatkan kepercayaan
diri serta bertambahnya pengetahuan tentang berbagai cara pemecahan
masalah dalam kehidupan individu.

Tujuan diadakannya TAK ini agar kelompok (pasien) dapat


melakukan interaksi sosial, dengan cara sosialisasi yang dapat
meningkatkan hubungan interpersonal dan menciptakan hubungan yang
harmonis dengan orang lain. TAK dilakukan pada semua klien rehabilitasi
dengan catatan klien telah dilakukan observasi sebelumnya dan sudah
mendapatkan diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, wahamnya tidak
terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak menghambat proses terapi
aktifitas kelompok.

Kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki hubungan


satu dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama.
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang
dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep,2009)

30
Untuk mendapatkan pasien yang sesuai kriteria, perawat harus
melakukan pendeketan pada pasien, pendekatan yang dilakukan yaitu
dengan membangun hubungan saling percaya sehingga pasien dapat
mengekspresikan perasaannya. Setelah melakukan pendekatan, perawat
mengidentifikasi pasien yang sudah mampu melakukan interaksi
interpersonal dan peka terhadap stimulus sehingga TAK dapat berjalan
dengan baik karena pasien dapat menyampaikan pendapatnya.

BAB 5
PENUTUP

31
5.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan sosial yang bertujuan untuk Mampu
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
5.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini
dapat tercapai sesuai dengan keinginan. Serta diharapkan bagi tenaga
perawat menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan
keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah gangguan jiwa karena
TAK Sosialisasi merupakan tindakan keperawatan yang efektif

DAFTAR PUSTAKA

32
Pangestu, Dwi Wahyu. 2014. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri di RSJD
Surakarta”. Surakarta. Nakah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Nurochimah, Yuliana. 2017. “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok untuk


Menangani Halusinasi pada Skizofrenia di Panti Rehabilitas Mental dan
Emosi Griya Trisna Jebres, Surakarta”. Surakarta. Fakultas Ushulddin dan
Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
repository.poltekkes-denpasar.ac.id

Efendi, Surya, Atih Rahayuningsih dan Wan Muharyati. 2012. Pengaruh


Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan
Perilaku Klien Isolasi Sosial. Ners jurnal keperawatan. Keperawatan
Universitas Andalas. Vol 8 no 2

Emilyani, Desty. 2015. Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap kemandirian


pasien skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa
Propinsi NTB. Jurnal Analis Medika Bio Sains. Keperawatan Universitas
Andalas. Vol. 2 no. 2

Mahmudah, Nila. 2013. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (taks)


terhadap kemampuan interaksi sosial antar individu dengan individu yang
lain di panti sosial bina insan (psbi ) bangun daya II. Universitas islam negeri
syarif hidayatullah

Lampiran

33
NASKAH ROLEPLAY

Naskah Roleplay Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Pasien dengan


Isolasi Diri

Peran :

1. Leader : Neiska
2. CO – Leader : Nisa
3. Fasilitator : Fahri
4. Observer : Taqiyatul I
5. Pasien 1 : Linda
6. Pasien 2 : Mardha
7. Pasien 3 : Allivia A
8. Pasien 4 : Uswatun M
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Terapi Aktivitas Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara
anggota yang berfokus pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi
atau berorientasi dengan orang lain.

Scene 1 : Perawat mengadakan kontrak ulang dengan pasien untuk


persiapan TAK

Pasien 1 : (berbicara sendiri dengan suara yang rendah di sudut ruangan)

Fasilitator : “Assalamualaikum Ibu Linda, ini saya Perawat Fahri yang


kemarin membuat janji dengan Ibu... Bagaimana perasaan Ibu hari
ini?”

Pasien 1 : (berbicara perlahan dengan suara yang rendah) “Biasa saja, Sus.”

Fasilitator : “Bagaimana kalau kita bermain bersama seperti janji Ibu dengan
saya kemarin, supaya Ibu dapat merasa lebih baik?”

Pasien 1 : “Boleh saja Sus..”

34
Fasilitator : “Baiklah Bu, mari langsung menuju lokasi berkumpul.. Sudah
ditunggu teman – teman yang lain lho..”

Scene 2 : Pasien berlatih untuk dapat memperkenalkan diri.

Leader : “Assalamualaikum wr wb, bapak dan ibu... Perkenalkan saya


Neiska, yang akan memandu latihan Terapi Aktivitas Kelompok
pada hari ini... Sebelumnya apakah sudah ada yang tahu manfaat
dari terapi ini?”

Pasien 1,2,3 : “.......”

Leader : “Jadi pak, bu, tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi dan sosialisasi dari bapak dan ibu
sekalian.. Baik, langsung kita mulai saja ya.. ”

Co- Leader : “Baik, pak, bu.. Pertama – tama terapi ini bisa dimulai dari
perkenalan diri ya, bisa dimulai dari ibu yang ada di sebelah kanan
saya ya, yaitu dari nama lengkap, nama panggilan, hobi, kemudian
alamat asal....”

Pasien 3 : (berbicara dengan lirih) “Saya Allivia Arvianti, biasa dipanggil


Aliv, hobi membaca, asal dari Sidoarjo.”

Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu Aliv, sudah bisa memperkenalkan
dirinya... Tepuk tangan untuk ibu Aliv.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan ibu Aliv, silahkan memperkenalkan diri Bu”

Pasien 2 : (berbicara dengan lirih) “Saya Mardha Hawa, biasa dipanggil


Mardha, hobi menyanyi, asal dari Madiun.”

Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Mardha.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Mardha silahkan memperkenalkan diri...”

Pasien 1 : (berbicara dengan lirih) “Saya Linda Masruroh, biasa dipanggil


Linda, hobi menjahit, asal dari Jember.”

35
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Linda.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Linda silahkan memperkenalkan diri...”

Pasien 4 : (berbicara dengan lirih) “Saya Uswatun Hasanah, biasa dipanggil


Nana, hobi berkebun, asal dari Banten.”

Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu semua disini sudah bisa
memperkenalkan dirinya... Tepuk tangan untuk kita semua..
Selanjutnya adalah kegiatan sharing pengalaman, silahkan saudara
Neiska..”

Scene 3 : Pasien dapat menceritakan pengalaman tidak menyenangkan dan


mengambil sisi positif dari pengalaman tersebut.

Leader : “Baiklah selanjutnya adalah kita bersama-sama berbagi cerita


tentang pengalaman yang tidak menyenangkan, setelah itu kita gali
bersama-sama hal positif yang dapat diambil dari pengalaman
tersebut... Bagaimana ibu-ibu apakah sudah siap? Setelah ini
fasilitator akan membagikan kertas dan selanjutnya saudara Nisa
akan mencontohkan terlebih dahulu...”

Co-Leader : “Disini saya akan mencontohkan terlebih dahulu ya bu... Jadi


saya pernah memiliki pengalaman diputuskan pacar saya sebanyak
dua kali.. Pengalaman yang bisa saya bagikan disini adalah bahwa
saya akhirnya mendapatkan pasangan yang lebih baik sekarang...”

Leader : “Untuk Ibu Nana di sisi kiri saya, silahkan mulai menceritakan
pengalaman tidak menyenangkannya untuk kita cari bersama sisi
positif dari pengalaman yang dialami...”

Pasien 4 : (berbicara dengan nada sedih dan lirih) “Pengalaman kurang


menyenangkan saya adalah ditinggalkan anak saya bekerja di luar
negeri dan belum pernah kembali menengok saya..”

Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Nana yang sudah bisa


menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Nana.. Sisi

36
positif dari pengalaman ini Ibu dapat menghargai setiap momen
yang dihabiskan dengan anak ibu dahulu.. selanjutnya, Ibu Linda
silahkan.. ”

Pasien 1 : “Pengalaman kurang menyenangkan saya adalah saat saya


dihipnotis dan dirampok didalam angkutan umum..”

Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Linda yang sudah bisa


menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Linda..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat lebih was-was dan
berhati-hati dikemudian hari.. Selanjutnya, Ibu Mardha silahkan.. ”

Pasien 2 : “Pengalaman yang kurang menyenangkan bagi saya adalah saat


diberhentikan dari sekolah dahulu..”

Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Mardha yang sudah bisa


menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Mardha..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat mencoba kembali untuk
memiliki hidup yang lebih baik.. selanjutnya, Ibu Aliv silahkan.. ”

Pasien 3 : “Pengalaman tidak menyenangkan saya adalah ketika


ditinggalkan pergi anak dan suami saya bersama perempuan lain...”

Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Aliv yang sudah bisa


menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Aliv.. Sisi
positif dari pengalaman ini Ibu dapat menghargai setiap momen
yang dihabiskan dengan anak dan suami dahulu serta menjalani
kehidupan ibu dengan lebih baik.. Karena kita semua berhak untuk
bahagia.. ”

Scene 4 : Pasien mencoba memperbaiki pola interaksi melalui partisipasinya


dalam permainan kelompok

Leader : “Agenda kita selanjutnya yaitu permainan giring bola.. Untuk


mekanisme permainannya adalah dengan mengoper bola
kesamping kanan seiring dengan berputarnya lagu.. setelah lagu
berhenti, maka orang terakhir yang menggenggam bola harus

37
mengatakan aktivitas yang disukai beserta alasannya.. Apa semua
sudah siap?”

(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu


yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)

Pasien 1 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain petak umpet, karena
seru dan merupakan permainan kesukaan saya ketika kanak-kanak”

(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu


yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)

Pasien 3 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain basket, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan dan
keringat”

(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu


yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)

Pasien 4 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain ular tangga, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah strategi”

(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu


yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)

Pasien 2 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain engklek, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan”

Permainan selesai.

Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu semua disini sudah bisa
menyebutkan jenis permainan yang disukai... Tepuk tangan untuk
kita semua.. Selanjutnya adalah kegiatan sharing mengenai tujuan
dari terapi ini, silahkan saudara Neiska..”

38
Leader : “Baiklah, sebelum saya jelaskan apakah salah satu diantara ibu
ada yang mengetahui tujuan dari terapi aktivitas ini?”

Pasien 1,2,3,4 : “......”

Leader : “Karena sepertinya belum ada yang ingin menjawab, akan saya
jelaskan saja.. Jadi tujuan dari terapi aktivitas ini adalah untuk
meningkatkan respons sosial dan harga diri, membentuk
kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tingkat
adaptif... Sebelumnya, tepuk tangan terlebih dahulu untuk kita
semua yang telah menjalankan terapi ini dengan lancar dan baik...
Dengan adanya terapi ini, diharapkan ibu-ibu dapat menuju
kualitas hidup yang lebih baik dan dapat berinteraksi seperti
semula...”

Co-Leader : “Seluruh rangkaian terapi aktivitas pada hari ini sudah berjalan
dengan baik, terimakasih ibu- ibu atas kerjasama dan
partisipasinya.. Jangan lupa untuk berpartisipasi dalam terapi
selanjutnya...”

39
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
A. Latar Belakang
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptive.
Keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktivitas kelompok melalui dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan internasional dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan
orientasi realitas ( Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering
digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi
kesehatan.

B. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Menurut Stuart and
Sundeen (2006) Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk
meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada klien yang
mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Terapi Aktivitas
Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus

40
pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi atau berorientasi
dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan
memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara
bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien.
Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu :
kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan
bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik
tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok,
diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.

C. Tujuan TAK
TAK merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Wilson dan Kneisl (1992)
menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial
dan harga diri. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi kelompok secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pasien mengenai diri mereka sendiri melalui interaksi dengan
anggota kelompok lain yang memberikan umpan balik mengenai perilaku
mereka; memberikan pasien peningkatan keterampilan interpersonal dan
sosial; membantu anggota untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas (Kaplan & Sadock,
2010).

41
D. Waktu dan tempat
Hari : Minggu, 15 September 2019
Jam : 10.00 WIB
Tempat : LIPONSOS Keputih

E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

F. Media/ alat
1. Handphone untuk memutar musik
2. Bola pingpong
3. Buku tulis
4. Alat tulis

G. Setting tempat

Leader
Co– Leader
Observer
Fasilitator
Pasien

H. Pembagian tugas
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien

42
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok

I. Pasien
a. Kriteria Pasien
- Klien dengan isolasi diri
- Klien yang kooperatif dengan riwayat isolasi diri
- Klien yang sehat secara fisik
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
- Klien isolasi sosial yang sudah mendapat asuhan keperawatan
untuk masalah isolasi sosial.
- Klien isolasi sosial yang bersedia dijadikan responden

43
b. Proses seleksi
- Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
- Membuat kontrak dengan klien
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
- Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
- Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok

J. Susunan pelaksanaan
 Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Neiska Galuh
b. CO – Leader : Annisa
c. Fasilitator : Fahri Muhlis
d. Observer : Taqiyatul Izzah
 Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
No Nama Masalah keperawatan

1 Linda Masruros Isolasi diri

2 Mardha Hawa Isolasi diri

3 Allivia Arvianti Isolasi diri

4 Uswatun Hasanah Isolasi diri

K. Tata tertib dan antisipasi masalah


1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai,
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai,
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi,
d. Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAKS berlangsung

44
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin,
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai,
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
b. Memanggil klien
c. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
d. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan permainan
- Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
e. Bila ada klien lain ingin ikut
- Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
- Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
- Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo, 2014:
243-245)
L. Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, fase-fase dalam
Terapi Aktifitas Kelompok adalah sebagai berikut:
1. Pre kelompok

45
Terapi mememulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dari kelompok,
menjelaskan sumber- sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase Awal
Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, dan
leader mulai melanjutkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit pada klien dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugas anggota dan yang akan terjadi para
anggota akan saling ketergantungan.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, dan
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase Kerja
Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok serta penyelesaian
masalah yang kreatif
4. Tahap Kerja
f. Terapis menjelaskan kepada klien apabila kaset pada tape recorder
dihidupkan, maka bola yang dipegang anggota kelompok segera
diedarkan kepada anggota kelompok yang lain searah dengan arah
jarum jam (yaitu kearah kiri).

46
g. Pada saat tape dimatikan oleh terapis, salah satu anggota kelompok
yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis
yang sebagai contoh.
h. Klien menuliskan nama panggilan pada kertas/papan nama di
tempel/dipakai.
i. Selanjutnya klien mengulangi perintah b, c, dan d sampai semua
anggota kelompok mendapat giliran.
j. Terapis memberi pujiaan untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan.
5. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
c. Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain di kehidupan sehari-hari
d. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian pasien
e. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
f. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses Terapi Aktivitas Kelompok
berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan
klien melakukan Terapi Aktivitas Kelompok. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan Terapi Aktivitas
Kelompok. Untuk Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1,
evaluasinya adalah kemampuan klien dalam memperkenalkan diri dari
segi aspek verbal maupun non-verbal dengan menggunakan formulir
evaluasi. Untuk sesi selanjutnya metodenya akan sama, hanya ada
sedikit perubahan dalam tahapannya.

47

Anda mungkin juga menyukai