Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MASALAH KESEHATAN PADA TERAPI MODALITAS DALAM


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan jiwa
Dosen Pengampu : Drs. H. Nasihin, M .Kes

Disusun oleh :
Kelompok 5 / 3B

Fany Dyah Setyaningrum (P27901119069)


Farhana Hidayati (P27901119070)
Firda Herawati (P27901119071)
Fitri Yunengsih (P27901119072)

TINGKAT 3 REGULER B
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Kesehatan Pada
terapi modalitas dalam asuhan keperawatan jiwa ” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk meyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah


membantu proses terbuatnya makalah ini, khususnya kepada :

1. Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa.


2. Orang tua, tanpa doa dan restu nya makalah ini tidak akan selesai
dengan baik.
3. Bapak Drs. H. Nasihin, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan
jiwa
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada
penulis.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Terima Kasih.

Tangerang, 26 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Individu ......................................................................................................... 3
B. Terapi Kelompok....................................................................................................... 6
C. Terapi Keluarga....................................................................................................... 10
D. Terapi Lingkungan ....................................................................................................6
E. Terapi Biologis ..........................................................................................................1
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 17
B. Saran.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………19
BAB I
PENNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Penyebab gangguan jiwa yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan,
organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi
yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri berdasarkan (Rikesda tahun 2007)
bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat
sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari
populasi penduduknya.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi
Modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat pada
pasien dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi Individu, kelompok, keluarga,
biologis dan lingkungan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
2. Bagaimana tujuana dari terapi modalitas?
3. Apa saja Peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Apa saja jenis-jenis terapi modalitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Terapi Modalitas


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo,2014). Terapi modalitas keperawatan
jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem
pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

2. Tujuan Terapi Modalitas


Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).

3. Peran Perawat dalam Terapi Modalitas


Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak
sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator ( Nasir dan Muhits, 2011).
Tindakan tersebut meliputi:
1) Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya
perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan
bahwa anggota keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi
anggota keluarganya.
3) Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan
keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4) Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga
yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga
yang membutuhkan perawatan.

4. Jenis-jenis Terapi Modalitas


A. Terapi Individu
1. Pengertian Terapi Individu
Sebuah hubungan yang terstruktur akan dijalin antara perawat dengan
klien nantinya bisamengubah perilaku klien. Terapi individual merupakan
penanganan seseorang dengan macammacam gangguan jiwamelalui
pendekatan hubungan individual antara terapis dengan klientersebut.
Sedangkan hubungan yang dijalin sendiri adalah hubungan yang memang
disengajadengan tujuan terapi dan dilakukan pada tahap sistematis atau
terstruktur sehingga lewathubungan tersebut nantinya perilaku klien akan
berubah sesuai dengan tujuan yang ingindicapai. (Nasir & Muhith. 2011)
Hubungan terstruktur ini memiliki tujuan agar klien bisa menyelesaikan
masalah yangsedang dialami dan juga bisa meredakan penderitaan atau
distress emosional sekaligusmengembangkan cara yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan dasar. (Nasir & Muhith. 2011)
2. Kegiatan Terapi Individu
Terdapat beberapa kegiatan yang termasuk terapi individu dalam
keperawatan jiwa adalah sebagai berikut :
- Memberikan bimbingan Sosial kepada orang yang menderita
penyakit parah (terminalillnes), dan stress.
- Membantu para pegawai yang menghadapi pemutusan hubungan
kerja (PHK) dalammemperoleh pelatihan dan pekerjaan baru.
- Memberikan bimbingan sosial kepada pasangan muda yang baru
menikah atau pelatihan perenting skills kepada pasangan yang baru
memiliki anak.(Nasir & Muhith. 2011)
3. Tahap-Tahap Terapi Individu
Terdapat beberapa tahapan yang digunakan dalam terapi individual ini
meliputi tigatahapan yakni tahapan orientasi, tahapan kerja dan juga
tahapan terminasi.
1) Tahapan orientasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi
dengan klien Tahaporientasi merupakan jenis terapi dalam
psikologiyang dilakukan saat perawatmemulai interaksi dengan klien
untuk membina hubungan saling percaya. Setelahklien mempercayai
perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama
perawatmendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya
masalah pada klien, apakonflik yang terjadi, juga penderitaan yang
klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara
perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendakdicapai
dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang
akandilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. (Nasir & Muhith.
2011)
2) Tahapan kerja
Tahapan kerja dilakukan saat klien mulai bisa mengeksplorasi diri
danmengungkapkan apa saja yang sedang ia alami. Tugas perawat
nantinya tidak hanyauntuk memperhatikan namun konteks cerita
namun juga memperhatikan perasaanklien saat bercerita. (Nasir &
Muhith. 2011)
3) Tahapan terminasi
Tahapan terminasi dilakukan ketika terjalin hubungan terapeutik
yang sudah meredadan terkendali yakni klien sudah merasa lebih
baik, memperlihatkan peningkatanfungsi diri, sosial dan juga
pekerjaan serta yang terpenting adalah mencapai tujuandari terapi.
(Nasir & Muhith. 2011)

B. Terapi Aktivitas Kelompok


a. Pengertian
terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan secra kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal
(Yosep,2008).
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang
kegiatannya diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang
sama atau sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang
sama dengan cara berdiskusi satu sama lain. (Susana,2011)
menurut Depkes RI terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu upaya
untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu
yang sama untukm memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota
(Prabowo,2014).
b. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1) Model lokal konflik
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok harus
memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan perasaaan untuk
penyelesaian masalah atau konflik.
2) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi teraupetik. Dengan model ini leader memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok.
3) Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antar anggota dan
terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah
terjadi sebelumnya. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami. (Direja,2011)
c. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis purwaningsih (2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien menstimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi pada
sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan
ucapan. Terapi aktivitas ini untuk menstimulasi sensori pasien yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris.
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengorientasikan pasien
terhadap situasi nyata. Biasanya dilakukan pada kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien yaitu
diri sendiri, orang lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang
pernah mempunyai hubungan dengan pasien dan waktu saat ini maupun
yang lalu.
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar pasien.
d. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengungkapkan perasaannya
e) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
a) Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
b) Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
c) Pembicaraan pasien sesuai realita
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
a) Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
b) Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar persepsi
dengan orang lain
d) Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
e. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai
beberapa manfaat:
1. Umum
- meningkatkankemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan baik dengan atau dari orang lain
- melakukan sosialisasi
- membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
2. Khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitasi
- Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
- Meningkatkan kemampuan sosial
- Meningkatkan kemampuan empati
- Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
f. Tahapan dalamTerapi Aktivitas Kelompok
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010)
adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang
menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok
dilaksanakan serta proposal lengkap dengan media apa saja yang
digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
a) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota. Konflik merupakan masa sulit dalam proses
kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugas anggotanya dan saling
ketergantungan yang akan tejadi.
b) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi
masalah dan anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini akan
terjadi:
a) Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling
percaya yang telah terbina
c) Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati
d) Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan
tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f) Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara.
Anggota kelompok mungkin akan mengalami terminasi premature,
sukses atau tidak sukses. Terminasi dapat menyebabkan
kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal itu terapis perlu mengevaluasi
kegiatan dan menujukkan sikap betapa bermaknnya kegiatan tersebut,
menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota.
Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre atau
post test.
g. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) sebagai berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
dalam kelompok,membantu kelomopok untuk menyadari
dinamisnyakelomok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta memimpin
dan mengarahkan jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam
kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan
memberikan stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat respon pasien,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan menangani
anggota kelompok yang drop out.

C. Terapi keluarga
a. Pengertian keluarga
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan
tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara
sehat (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang
berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan bukan
suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh keluarga adalah
suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi
kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu
dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling
menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif
menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi
meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan
dan upaya seluruh
anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahami karakter.
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem
yang terdiri  dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak
& saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi
kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya
bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga
d. Manfaat terapi keluarga :
1) Klien
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga
lebih dapat . menerima, toleran & menghargai klien sebagai
manusia
3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien
dalam proses rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan
asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak
memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko
edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut
Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer
dan tersier yaitu :
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4) Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
.
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien.
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

D. Terapi Lingkungan
1. Definisi Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita
dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan
fisik dan sosial yang ditata agar dapat membantu penyembuhan dan atau
pemulihan pasien. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik dan
multidisipliner.
2. Tujuan Terapi Lingkungan

a. Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri


b. Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
c. Membantu belajar untuk mempercayai orang lain
d. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

3. Peran serta keluarga dan masyarakat dalam proses terapi


Keluarga merupakan orang terdekat yang sangat memengaruhi
kehidupan pasien. Oleh karena itu, peran serta keluarga dalam
penyembuhan pasien juga menjadi hal yang utama karena setelah selesai
menjalani perawatan di rumah sakit pasien akan kembali ke keluarga dan
berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menerima kembali
kehadiran pasien merupakan hal yang harus ditata sedini mungkin.
Pelibatan keluarga dalam penyusunan perencanaan perawatan,
pengobatan, dan persiapan pulang pasien merupakan solusi yang harus
dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan secara komprehensif.
Penyiapan lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan penyuluhan
dan penyebaran selebaran tentang kesehatan jiwa, penyakit jiwa, dan
solusinya. Hal ini membutuhkan kerja sama yang solid antarpihak, yaitu
tenaga kesehatan dan kebijakan pemerintah setempat.

4. Strategi Dalam Terapi Lingkungan (Yusuf, 2015)


 Aspek Fisik

1. Menciptakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman seperti


gedung yang permanen, mudah dijangkau atau diakses, serta
dilengkapi dengan kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, kamar
mandi dan WC. Cat ruangan sesuai dengan pengaruh dalam
menstimulasi suasana hati pasien menjadi lebih baik, seperti warna
muda atau pastel untuk pasien amuk, serta warna cerah untuk pasien
menarik diri dan anak-anak. Semua ruangan hendaknya disiapkan
dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan, serta usahakan
suasana ruangan bagai di rumah sendiri (home sweet home). Hal-
hal yang bersifat pribadi dari pasien harus tetap dijaga. Kamar
mandi dan WC harus tetap dilengkapi dengan pintu sebagaimana
layaknya rumah tinggal. Kantor keperawatan hendaknya dilengkapi
dengan kamar-kamar pertemuan yang dapat digunakan untuk
berbagai terapi, misalnya untuk pelaksanaan terapi kelompok, terapi
keluarga, dan rekreasi
2. Struktur dan tatanan dalam gedung sebaiknya dirancang sesuai
dengan kondisi dan jenis penyakit, serta tingkat perkembangan
pasien. Misalnya ruang anak dirancang berbeda dengan dewasa
ataupun usia lanjut. Demikian pula ruangan untuk kondisi akut
berbeda dengan ruang perawatan intensif.

 Aspek Intelektual

Tingkat intelektual pasien dapat ditentukan melalui kejelasan


stimulus dari lingkungan dan sikap perawat. Oleh karena itu, perawat
harus dapat memberikan stimulus ekstrenal yang positif dalam arti
perawat harus berkemampuan merangsang daya pikir pasien sehingga
pasien dapat memperluas kesadaran dirinya sehingga pasien dapat
menerima keadaan dan peran sakitnya.

 Aspek Sosial
Perawat harus mampu mengembangkan pola interaksi yang
positif, baik perawat dengan perawat, perawat dengan pasien, maupun
perawat dengan keluarga pasien. Untuk dapat membangun interaksi
yang positif tersebut perawat harus menguasai kemampuan
berkomunikasi dengan baik. Penggunaan teknik komunikasi yang tepat
akan sangat berperan dalam menciptakan hubungan terapeutik antara
perawat dengan pasien. Oleh karenanya, diharapkan pasien dapat
mengembangkan hubungan komunikasi yang baik terhadap pasien lain
maupun perawatnya, karena hubungan interpersonal yang
menyenangkan dapat mengurangi konflik intrapsikis yang akan
menguatkan fungsi ego pasien dan mendukung kesembuhan pasien.

 Aspek Emosional

Iklim emosional yang positif mutlak harus diciptakan oleh


seluruh perawat dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
penyembuhan pasien. Sikap dasar yang hendaknya dibangun adalah
memperlihatkan sikap yang tulus, jujur/dapat dipercaya, hangat, tidak
defensif, empati, peka terhadap perasaan dan kebutuhan pasien, serta
bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

 Aspek Spiritual

Spiritual merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat


dielakkan pemenuhannya. Meningkatkan aspek spiritual dari
lingkungan dalam proses penyembuhan ditujukan untuk
memaksimalkan manfaat dari pengalaman, pengobatan, dan perasaan
damai bagi pasien. Cara pemenuhan yang paling mudah adalah dengan
penyediaan sarana ibadah seperti tempat ibadah, kitab suci, dan ahli
agama. Pemberian penguatan terhadap perilaku positif yang telah
dilakukan pasien dalam hal spritual akan memotivasi pasien
melakukannya lebih baik sebagai dampak dari peningkatan harga diri
pasien.

5. Jenis – Jenis Terapi Lingkungan

1) Terapi Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pada waktu luang dengan kegiatan
konstruktif dan menyenangkan, serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial. Contoh : berenang, main kartu, karambol dan lain-
lain
2) Terapi kreasi seni
Berikan kesempatan pada pasien untuk menyalurkan/mengekspresikan
perasaannya. Contoh : bernyanyi, menari
3) Terapi dengan menggambar dan melukis
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan tentang apa
yang sedang terjadi dengan dirinya dengan cara menggambar yang
berfungsi untuk menurunkan ketegangan
4) Literatur
Terapi yang diberikan dengan cara membaca majalah, koran dan lain-
lain, diharapkan setelah membaca pasien dapat mendiskusikan dengan
terapis/perawat
5) Pet therapy
Stimulasi yang diberikan dengan menggunakan objek binatang untuk
bermain
6) Plant therapy
Mengajarkan pasien dengan cara menanam dan memelihara serta
memanfaatkan hasil saat tanaman itu dipetik.

6. Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan


1) Pengasuh (Mothering Care)
Seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien akan memberikan
asuhan keperawatan atas dasar identifikasi masalah baik kebutuhan
fisik maupun emosional. Selain itu, perawat juga harus memfasilitasi
pasien agar mengembangkan kemampuan barunya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan demikian, pasien dapat
memahami dan menerima situasi yang sedang dialaminya serta
termotivasi untuk mengubah perilaku yang destruktif manjadi
konstruktif. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat juga harus
membantu pasien mengenal batasan-batasan dan menerima risiko
akibat perilakunya.
Contohnya : pasien menolak minum obat atau menjalani pemeriksaan
tertentu, maka perawat disini bertugas menjelaskan manfaat
pengobatan ataupun pemeriksaan tersebut dan konsekuensi dari
penolakannya.
2) Manajer
Pasien sama dengan setiap manusia yang lain yaitu individu yang unik.
Oleh karenanya, dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
harus memperhatikan tingkat perkembangan pasien. Sebagai
perencana, perawat melakukan pengkajian untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang kondisi dan kebutuhan pasien sebelum
melakukan asuhan keperawatan. Sebagai manajer, perawat harus dapat
mengatur dan mengorganisasi semua kegiatan untuk pasien dari
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi. Selain
itu, perawat harus mampu memberikan arahan singkat dan jelas kepada
pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar asuhan keperawatan
yang telah direncanakan dapat dilaksanakan secara komprehensif.

E. Terapi Biologis
Terapi biologis (kadang-kadang disebut immunotherapy, biotherapy, atau
terapi pengubah respon biologis) adalah tambahan yang relatif baru bagi
keluarga perawatan kanker yang juga meliputi operasi, kemoterapi, dan terapi
radiasi. Terapi biologis menggunakan sistem kekebalan tubuh, baik secara
langsung atau tidak langsung, untuk melawan kanker atau mengurangi efek
samping yang mungkin disebabkan oleh beberapa pengobatan kanker.
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model
medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit murni disebabkan
karena adanya gangguan pada jiwa semata, tanpa mempertimbangkan adanya
kelaianan patofisiologis. Proses terapi dilakukan dengan melakukan
pengkajian spesifik dan pengelompokan gejala dalam sindroma spesifik.
Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa seperti : pemberian obat
(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT),
foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap
diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan
ECT.
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Terapi aktivatas kelompok dan terapi keluarga merupaka terapi modalitas yang
melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga. Terapi aktivitas
kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya diikuti oleh beberapa
pasien yang mempunyai masalah yang sama atau sejenis dan dipandu oleh satu
atau lebih terapis pada saat yang sama dengan cara berdiskusi satu sama lain
sedangkan Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitikberatkan pada
proses interpersonal.
C. Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien
dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif yaitu diberikan terapi
keluarga maupun terapi aktivitas kelompok karena terapi tersebut. Namun
sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan teori
terapi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa , Yogyakarta:
Nuha Medika
Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Jakarta: EGC
Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep.Iyus. (2008) . Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Rafika Aditama
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-Komprehensif.pdf
http://repository.unpkediri.ac.id/2251/1/BAHAN%20AJAR%20KEPERAWATAN
%20JIWA.pdf

Anda mungkin juga menyukai