Disusun Oleh :
1948201080
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Farmasi dengan judul
“Formularium Rumah Sakit (Membandingkan kesesuaian resep obat-obat di RSDP dengan
Formularium Rumah Sakit)”.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan sehingga kami
tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai pihak. Dan
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi
dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin, namun kami
menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Kami berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi Formularium Rumah Sakit.................................................................................3
2.2 Sistematika Formularium Rumah Sakit............................................................................3
2.3 Kriteria Pemilihan Obat Untuk Formulasi Rumah Sakit..................................................4
2.4 Prinsip penerapan Formularium.......................................................................................4
2.5 Pedoman Penggunaan Formularium.................................................................................6
2.6 Tahapan Penyusunan Formularium Rumah Sakit............................................................6
2.7 Penyusunan dan Revisi Formularium Rumah Sakit.........................................................7
2.8 Evaluasi Obat Untuk Formularium..................................................................................9
2.9 Keuntungan Memakai Sistem Formularium....................................................................9
2.10 Kesesuaian Resep Obat Dengan Formularium Rumah Sakit.......................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatuorganisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan komprehensif, kuratif danpreventif kepada
masyarakat. Pelayanan rumah sakit sangat menetukan mutu dari rumah sakit tersebut.
Beberapa pelayanan yang menjadi tolak ukur pada standar minimal pelayanandi
rumah sakit diantaranya yaitu pelayanan kefarmasian (Permenkes, 2016).
Rumah Sakit harus mempunyai organisasi atau unit untuk mengatur dan mengelola
segala hal yang berkaitan dengan obat. Sehingga, dibentuklah Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) dan Tim Farmasi dan Terapi (TFT). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 58 tahun 2014, Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu
bagian Rumah Sakit yang berada di bawah pengawasan dan koordinasi wakil direktur
penunjang medik. Pengorganisasian instalasi farmasi harus mencakup penyelenggaraan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan
farmasi klinik dan manajemen mutu. Adapun organisasi lainnya yaitu Tim Farmasi dan
Terapi. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah organisasi yang bekerja dalam memberikan
rekomendasi tentang kebijakan penggunaan obat kepada pimpinan Rumah Sakit. Anggota
TFT yaitu dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker
Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.Salah satu tugas TFT
yaitu mengembangkan dan merevisi Formularium Rumah Sakit (Menkes RI, 2014).
1
Rumah Sakit tersebut. Penyusunan Formularium Rumah Sakit juga mengacu pada
pedoman pengobatan yang berlaku (Menkes RI, 2013).
Di dalam Rumah Sakit, dokter harus menjalankan tugasnya yaitu menuliskan resep
obat berdasarkan daftar Formularium Rumah Sakit, sebagaimana yang tertera pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010
tentang kewajiban menuliskan resep menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah (Menkes RI, 2010).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi
Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit
harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
3
generik untuk kombinasi dan dituliskan masing-masing komponen berdasarkan
kekuatannya. Satu jenis obat dapat tercantum dalam lebih dari satu kelas terapi atau
sub terapi sesuai indikasi medis (Menkes RI, 2020).
1. Obat yang dikelola di rumah sakit merupakan obat yang memiliki Nomor Izin Edar
(NIE); 2. Mengutamakan penggunaan obat generik;
2. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;
3. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
4. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung; dan
5. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
1. Obat harus diseleksi atas dasar kebutuhan komunitas dan obat-obatan tersebut harus
dapat mengatasi pola penyakit dan kondisi daerah tersebut.
2. Obat yang dipilih adalah drug of choice
3. Daftar formularium harus memiliki jumlah oabat yang terbatas. Hanya obat-obatan
yang diperlukan yang dapat disediakan di rumah sakit. Duplikasi obat dengan khasiat
terapetik sama tidak boleh terjadi.
4. Penggunaan produk obat kombinasi hanya untuk kasus tertentu, misalnya TB.
5. Obat-obat yang tidak cukup bukti tentang khasiat, keamanan dan kualitas, serta tidak
cost effective perlu dievaluasi dan dihapus bila telah ada alternative obat yang lebih
dapat diterima.
4
Formularium merupakan sarana yang digunakan oleh dokter dalam pola pengobatan,
oleh karena itu formularium harus lengkap, ringkas dan mudah digunakan. Formularium
sangat diperlukan di rumah sakit karena dapat digunakan sebagai dasar pedoman
perencanaan obat bagi manajemen dan sebagai sebagai pedoman perencanaan obat bagi
dokter dalam melakukan peresepan di rumah sakit (Anonim, 2002). Prinsip pengelolaan
sistem formularium terdiri atas tiga bagian yaitu :
a. Evaluasi Penggunaan Obat, adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus dan
terstruktur yang diakui oleh rumah sakit dan ditujukan untuk menjamin bahwa obat
digunakan secara tepat, aman dan efektif.
b. Pemeliharaan Formularium
1) Pengkajian golongan terapi obat. Pengkajian ulang dilakukan setiap tahun oleh
Tim Farmasi dan Terapi, bertujuan agar formularium dapat memberikan informasi
yang selalu mutakhir. Kriteria pengkajian meliputi kemanfaatan, toksisitas,
perbedaan harga dari antara golongan obat yang sama, laporan reaksi obat yang
merugikan, informasi baru tentang suatu obat dari penelitian atau pustaka medik
mutakhir, dan penghapusan golongan obat. Hasil pengkajian golongan terapi obat
dapat menjadi masukan bagi pengembangan kriteria penggunaan obat baru, dan
perubahan formularium.
2) Penambahan atau penghapusan monografi obat formularium, yang disampaikan
oleh apoteker atau dokter dalam bentuk formulir permohonan perubahan
formularium, disertai laporan evaluasi obat, dan data mengenai pengaruh obat
yang diusulkan terhadap mutu dan biaya perawatan penderita.
3) Penggunaan obat nonformularium untuk penderita khusus. Kebijakan dan
prosedur penggunaan obat-obat nonformularium perlu ditetapkan oleh Tim
Farmasi dan Terapi dan perlu pengkajian tentang kecenderungan penggunaan obat
nonformularium di rumah sakit, yang akan mempengaruhi keputusan penambahan
atau penghapusan obat formularium.
c. Seleksi sediaan obat, mencakup konsep kesetaraan terapi yang terdiri dari subsitusi
generik dan pertukaran terapi. Subsitusi generik adalah obat yang mengandung zat
aktif sama dan mempunyai bentuk, konsentrasi, kekuatan dan rute pemberian yang
sama, tetapi dapat menghasilkan respon farmakologi yang berbeda, sedangkan
pertukaran terapi adalah obat-obat dengan kandungan zat aktif berbeda tetapi dapat
menghasilkan respon farmakologi yang sama.
5
2.5 Pedoman Penggunaan Formularium
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan Panitia
Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi
dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem formularium yang diusulkan
oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap
institusi.
3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan
oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi Farmasi.
6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek terapinya
sama, seperti :
a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang sama
untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.
b. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan
pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari
sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk
mendiagnosa dan mengobati pasien.
1. Meminta usulan obat dari masing-masing Kelompok Staf Medik (KSM) dengan
berdasarkan pada Panduan Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway
2. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM berdasarkan standar
terapi atau standar pelayanan medik
3. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
6
4. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar
5. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
dikembalikan ke masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) untuk mendapatkan
umpan balik
6. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF untuk mendapatkan obat yang
rasional dan cost effective
7. Menyusun usulan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
8. Menyusun usulan kebijakan penggunaan obat
9. Penetapan formularium rumah sakit oleh Direktur
10. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada seluruh tenaga
kesehatan rumah sakit
11. Melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan (Menkes RI, 2020).
1. Permohonan harus diajukan secara resmi melalui KSM kepada Komite/Tim Farmasi
dan Terapi menggunakan Formulir 1 (untuk pengajuan obat masuk dalam
formularium) atau Formulir 2 (untuk pengajuan penghapusan obat dalam
formularium)
a. Formulir pengajuan obat untuk masuk dalam formularium
7
b. Formulir pengajuan penghapusan obat dalam formularium
2. Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit
yang diajukan setidaknya memuat informasi:
8
2.8 Evaluasi Obat Untuk Formularium
Evaluasi obat untuk formularium terdiri atas nama generik, nama dagang, sumber
pemasok obat, penggolongan farmakologi, indikasi terapi, bentuk sediaan, daya
ketersediaan hayati, dan data farmakokinetik, rentang dosis dari berbagai rute pemberian,
efek samping dan toksisitas, perhatian khusus, keuntungan dan kerugian, serta
rekomendasi.
1. Kategori tidak dikendalikan, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik.
2. Kategori dipantau, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik, tetapi
penggunaanya dipantau oleh IFRS.
3. Kategori terbatas, yaitu obat yang dapat digunakan oleh staf-staf medik tertentu atau
oleh departemen tertentu.
4. Kategori bersyarat, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik pada
periode tertentu.
5. Ketegori dihapus, yaitu obat yang dihapus dari formularium yang ada.
(Narulita dkk,2020).
Sistem formularium yang dikelola dengan baik memberikan tiga keuntungan bagi
rumah sakit, antara lain :
9
2.10 Kesesuaian Resep Obat Dengan Formularium Rumah Sakit
Daftar obat-obat yang berada di Rumah Sakit dr. Drajat Prawiranegara Kota Serang
sebagian ada yang belum sesuai dengan formularium rumah sakit. Hal ini dibuktikan
dengan adanya obat-obat yang berada di setiap depo yang belum tercantum di dalam
formularium rumah sakit contohnya onoiwa, oxcal.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun
oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
2. Obat-obat yang berada di Rumah Sakit dr. Drajat Prawiranegara Kota Serang
sebagian ada yang belum sesuai dengan formularium rumah sakit. Hal ini dibuktikan
dengan adanya obat-obat yang berada di setiap depo yang belum tercantum di dalam
formularium rumah sakit contohnya onoiwa, oxcal.
3. Pedoman penggunaan formularium meliputi pembuatan kesepakatan antara staf medis
dari berbagai disiplin ilmu dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan
kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus
mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Tahapan Penyusunan obat dalam Formularium Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan
rumah sakit mengacu pada data morbiditas di rumah sakit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Meisaroh dkk, 2019. Profil Kesesuaian Penulisan Resep Pada Pasien Umum Rawat
Inap Dengan Formularium Di Rumah Sakit Bedah Mitra Sehat Lamongan. Jakarta.
Kemenkes RI, 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 2 Tahun 2020
21(1), 1-9
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Narulita, Sari W., and Endah Aprianti. "Evaluasi Kesesuaian Peresepan Suplemen terhadap
Formularium Rumah Sakit pada Pasien Rawat Inap di Instalasi Farmasi Salah Satu
Rumah Sakit Umum Swasta Kota Bandung." Jurnal Health Sains, vol. 1, no. 4, 2020,
pp. 235-242.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Tentang Klasifikasi Dan Perizinan
Rumah Sakit No. 56.
Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72 Tahun 2016
TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
12