Anda di halaman 1dari 14

PENYUSUNAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT

DAFTAR OBAT ANTIDIABETES


DAN ANTIHIPERLIPIDEMIA
Dosen Pengampu :
apt.Dra.Setianti Haryani,M.Farm

NAMA ANGGOTA :
ALYKA YULIANTI (211030490138)
MEIDITA HARI PURWADANI (211030490139)
NANDA SYALSABILA (211030490178)
NURUL ISTIQOMAH (211030490174)
REYDA OKTAVIANI (211030490184)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keberkahan

sehingga penulis dapat mnyelesaikan tugas dengan judul " penyusunan formularium
rumah sakit daftar obat antidiabetes dan antihiperlipidemia " Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada ibu apt.Dra.Setianti Haryani,M.Farm selaku dosen
praktikum farmasi rumah sakit, dan juga teman teman yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Namun tidak lepas dari itu semua, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami selaku penulis membuka
selebar lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini. Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari tugas ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami untuk mengangkat permasalahan
lain yang relevan pada tugas tugas selanjutnya.

Tangerang Selatan, 3 April 2023

2
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Dasar Teori.........................................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................6
2.1 Definisi Formularium Rumah Sakit....................................................................................6
2.5 Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium.....................9
2.6 Kriteria penghapusan obat dari formularium:.....................................................................9
BAB III......................................................................................................................................10
PENGGOLONGAN OBAT ANTIDIABETIK..........................................................................10
DAN ANTIHIPERLIPIDEMIA.................................................................................................10
3.1 Antidiabetik......................................................................................................................10
BAB IV......................................................................................................................................13
KESIMPULAN..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, termasuk pelayanan obat sesuai dengan kebutuhan medis. Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan fasilitas kesehatan bertanggung jawab atas
ketersediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan sesuai dengan kewenangannya.
Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai Jaminan
Kesehatan, disebutkan bahwa Formularium Nasional (Fornas) merupakan daftar
obat terpilih sebagai pedoman dalam pelayanan kesehatan. Tujuan utama pengaturan
obat dalam Fornas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi pengobatan sehingga tercapai penggunaan obat
rasional. Demikian pula di rumah sakit, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
bahwa Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep,
pemberi obat, dan penyedia obat sebagai pedoman pemilihan dan penggunaan obat
di rumah sakit. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat dan kebijakan
penggunaan obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan
Terapi dan ditetapkan oleh direktur/kepala rumah sakit. Formularium Rumah Sakit
dapat dilengkapi dengan mekanisme kerja Komite/Tim Farmasi dan Terapi serta tata
kelola Formularium Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit bermanfaat dalam
kendali mutu dan kendali biaya obat yang akan memudahkan pemilihan obat yang
rasional, mengurangi biaya pengobatan, dan mengoptimalkan pelayanan kepada

4
pasien. Penyusunan Formularium Rumah Sakit selain mengacu kepada Fornas, juga
mengacu pada Panduan Praktik Klinis Rumah Sakit serta mempertimbangkan hasil
evaluasi penggunaan obat di rumah sakit.

Menurut standar akreditasi rumah sakit, Formularium Rumah Sakit mengacu pada
peraturan perundang-undangan dan didasarkan pada misi rumah sakit, kebutuhan
pasien, serta jenis pelayanan yang diberikan. Pemantauan dan evaluasi Formularium
Rumah Sakit dilakukan terhadap kepatuhan penggunaan Fornas dan kepatuhan
penggunaan Formularium Rumah Sakit. Indikator pada Akreditasi Rumah Sakit
terkait formularium adalah tersedianya regulasi organisasi yang menyusun
Formularium Rumah Sakit, pemantauan terhadap penggunaan obat baru pada
formularium, pemantauan kepatuhan terhadap formularium baik dari persediaan
maupun penggunaannya, serta adanya reviu formularium secara berkala.
Penyusunan Formularium Rumah Sakit berdasarkan kriteria yang disusun secara
kolaboratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada praktiknya, format
formularium sangat bervariasi tergantung kepada interpretasi masing-masing rumah
sakit. Untuk itu perlu disusun pedoman penyusunan Formularium Rumah Sakit.

B. Tujuan
Menjadi acuan bagi rumah sakit dalam menyusun Formularium Rumah Sakit

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Formularium Rumah Sakit


Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis
fungsional, disusun oleh panitia farmasi dan terapi (PFT) yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit bermanfaat dalam kendali mutu
dan kendali biaya obat yang akan memudahkan pemilihan obat yang rasional,
mengurangi biaya pengobatan, dan mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.
Penyusunan formularium rumah sakit selain mengacu kepada fornas, juga mengacu
pada panduan praktik klinis rumah sakit serta mempertimbangkan hasil evaluasi
penggunaan obat di rumah sakit. Menurut standar akreditasi rumah sakit,
formularium rumah sakit mengacu pada peraturan perundang-undangan dan
didasarkan pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien, serta jenis pelayanan yang
diberikan
2.2 Komite/tim farmasi dan terapi
Ketentuan mengenai organisasi, keanggotaan, dan tanggung jawab Komite/Tim
Farmasi dan Terapi terdapat dalam rincian berikut:
1. Organisasi
Komite/Tim Farmasi dan Terapi merupakan wadah yang merekomendasikan
kebijakan penggunaan obat kepada direktur/kepala rumah sakit. Rekomendasi yang
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi selanjutnya disetujui oleh
direktur/kepala rumah sakit.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur paling sedikit
2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam 1 (satu)
bulan. Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar dari dalam

6
maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-
keahlian, atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi Komite/Tim Farmasi dan
Terapi.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi perlu menetapkan aturan mengenai kuorum untuk
memastikan bahwa stakeholder terwakili dalam pertemuan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, misalnya jumlah anggota minimal yang harus ada untuk
terselenggaranya rapat dan jumlah perwakilan yang harus ada dalam rapat.
2. Anggota
Komite/Tim Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan
lain yang di perlukan. Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh
seorang dokter atau seorang apoteker. Apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter.
3. Tugas
a. Menyusun program kerja yang akan dilakukan yang disetujui oleh direktur;
b. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit;
c. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam Formularium
Rumah Sakit;
d. Mengembangkan standar terapi;
e. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
f. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki;
h. Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan penggunaan obat (medication error);
i. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.
2.3 Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit
a. Obat yang dikelola di rumah sakit merupakan obat yang memiliki Nomor Izin Edar
(NIE);
b. Mengutamakan penggunaan obat generik;
c. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;

7
d. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
e. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung; dan
f. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
2.4 Tahapan Penyusunan Formularium Rumah Sakit
Penyusunan obat dalam Formularium Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan rumah
sakit mengacu pada data morbiditas di rumah sakit. Tahapan penyusunan
Formularium Rumah Sakit sebagai berikut:
1) Meminta usulan obat dari masing-masing Kelompok Staf Medik (KSM) dengan
berdasarkan pada Panduan Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway
2) Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM berdasarkan standar
terapi atau standar pelayanan medik.
3) Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
4) Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar.
5) Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
dikembalikan ke masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) untuk
mendapatkan umpan balik.
6) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF untuk mendapatkan obat
yang rasional dan cost effective.
7) Menyusun usulan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
8) Menyusun usulan kebijakan penggunaan obat.
9) Penetapan Formularium Rumah Sakit oleh direktur.
10) Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada seluruh tenaga
kesehatan rumah sakit
11) Melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan.

8
2.5 Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium
a. Mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang diajukan;
b. Alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik daripada yang sudah ada di dalam
formularium; dan
c. Bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung perlunya obat dimasukkan ke dalam
formularium.
2.6 Kriteria penghapusan obat dari formularium:
1. Obat tidak beredar lagi di pasaran.
2. Obat tidak ada yang menggunakan lagi.
3. Sudah ada obat baru yang lebih cost effective.
4. Obat yang setelah dievaluasi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
5. Berdasarkan hasil pembahasan oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
6. Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek samping yang
lebih ringan.
7. Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi.

9
BAB III

PENGGOLONGAN OBAT ANTIDIABETIK

DAN ANTIHIPERLIPIDEMIA

3.1 Antidiabetik
Obat antidiabetes mengacu pada semua jenis golongan obat yang berfungsi untuk
pengobatan diabetes. Semua golongan obat ini bertujuan untuk mengurangi kadar
gula darah ke batas yang dapat diterima tubuh (disebut mencapai normoglikemia)
dan mencegah timbulnya gejala diabetes seperti haus, buang air kecil berlebihan,
dan ketoasidosis. Obat golongan antidiabetes juga mencegah perkembangan, atau
memperlambat perkembangan, komplikasi penyakit jangka panjang, seperti
nefropati (penyakit ginjal), neuropati (kerusakan saraf), dan retinopati (kerusakan
retina mata)
3.2 Penggolongan Obat Antidiabetes
A. Golongan meglitinide
Obat golongan ini bekerja menstimulasi sekresi insulin, tetapi dalam efek yang
lebih mild ketimbang golongan sulfonilurea. Contoh obat golongan ini adalah
repaglinide. Obat golongan meglitinide digunakan dengan kombinasi bersama
metformin, karena tidak dapat digunakan tunggal.
B. Biguanides
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh dengan cara mengurangi
obat resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2 terjadi pembentukan glukosa oleh hati
yang melebihi normal sehingga biguanides menghambat proses ini. Contoh :
metformin, fenformin, dan buformin

10
C. Golongan Inhibitor Alpha-glucosidase
Alpha-glucosidase adalah suatu enzim pada usus, yang bekerja memecah
karbohidrat kompleks menjadi monosakarida, salah satunya glukosa. Contohnya
adalah akarbose, yang dengan demikian dapat mengurangi kadar gula yang masuk
dari makanan. Salah satu efek samping yang kurang disukai dari obat golongan ini
adalah perut kembung dan sering buang gas. Untuk mengurangi efek samping ini,
obat dianjurkan diminum sesaat sebelum makan atau pada saat makan.
D. Golongan Inhibitor DPP-4
Disebut juga golongan gliptin. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan
adalah sitagliptin, linagliptin, dan vildagliptin. Obat golongan ini bekerja
menghambat enzim DPP-4 dalam tubuh. Enzim DPP-4 bekerja menghancurkan
hormon incretin, yaitu hormon yang dibutuhkan dalam regulasi gula darah tubuh.
Obat ini biasanya adalah terapi lini ketiga, jika gula darah tetap tidak terkontrol
dengan metformin dan sulfonilurea.
E. Golongan SGLT2-Inhibitor
Obat golongan ini bekerja menghambat enzim sodium glucose transporter (SGLT),
sehingga akan menghambat penyerapan kembali gula di ginjal. Dengan demikian,
gula akan dikeluarkan lewat urine dan kadar gula dalam darah dapat terjaga.
Contoh obat golongan ini adalah dapaglifozin.
3.3. Antihiperlipidemia
Antihiperlipidemia adalah obat yangdigunakan untuk menurunkan kadarlipid
plasma.
Obat-obat yang menurunkan kadarlipoprotein serum :
A. Niasin ( Asam nikotinat )
Niasin adalah suatu penghambat kuat padasistem lipase intraseluler dari
Jaringanadiposa yang diduga dapat menurunkanproduksi VLDL (Very Low
Density Lipoprotein)dengan menurunkan aliran asam lemak bebaske hati.
B. Fibrat-klofibrat dan gemfibrozil
Merupakan Derivat Asam fibrat Empat mekanisme kunci obat golongan fibrat
dengan mekanisme kerja Meningkatkan lipolisis, Meningkatkan asupan asam

11
lemak hati dan menurunkan produksi trigliserida hati, Meningkatkan asupan
LDLoleh reseptor LDL4 dan Menstimulasi transport kolesterol balik
sehingga meningkatkan HDL.

C. Resin pengikat asam empedu : kolestiramindan kolestipol


Obat yang bekerja pada saluran pencernaan. Bekerja dengan cara mengikat asam
empedudi usus dan meningkatkan pembuangan LDLdari aliran darah
Kolestipol dan Kolestiramin hanya bermanfaatpada hiperlipoproteinemia yang
melibatkanpeningkatkan LDL saja
D. Probukol
Obat antilipidemia yang memiliki sifatantioksidan dalam
menghambataterosklerosis. Obat ini tidak disukai karena justru menurunkan
kadar HDL lebih besar daripada LDL
E. Inhibitor HMG-CoA reduktase
Afinitas dengan enzim kuiat sehingga efektif dalam menghambat HMG-CoA
reduktase sehingga HMG-CoA tidak sampai menjadi asam
mevalonat dalam tahapan sintesis kolesterol.Penghambatan ini akan
menyebabkan pengurangan simpanan kolesterol intraseluler

12
BAB IV

KESIMPULAN

Tujuan Penyusunan Formularium Rumah Sakit adalah agar menjadi acuan bagi
rumah sakit dalam menyusun Formularium Rumah Sakit, di dalam formularium
tersebut terdapat Ketentuan mengenai organisasi, keanggotaan, dan tanggung jawab
Komite/Tim Farmasi dan Terapi, Kriteria pemilihan obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit, Tahapan Penyusunan Formularium Rumah Sakit,
Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium dan
Kriteria penghapusan obat dari formularium
Ada beberapa kategori golongan antidibatik yaitu golongan meglitinide, biguanides,
Golongan Inhibitor Alpha-glucosidase, Golongan Inhibitor DPP-4, Golongan
SGLT2-Inhibitor. Sedangkan untuk golongan obat Antihiperlipidemia obat
yangdigunakan untuk menurunkan kadarlipid plasma yaitu , A. Niasin ( Asam
nikotinat ), Fibrat-klofibrat dan gemfibrozil, Resin pengikat asam empedu :
kolestiramindan kolestipol, Probukol,Inhibitor HMG-CoA reduktase :
lovastatin,pravastatin, simvastatin dan fluvastatin

13
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes Indonesia, nomor hk.01.07/menkes/200/2020, tentang pedoman


penyusunan Formularium Rumah Sakit

14

Anda mungkin juga menyukai