Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Manajemen Farmasi

Pengkajian Resep Dan Pelayanan Kefarmasian Dirumah Sakit

Oleh

Nama : Muammad Anggi Saputra


NIM : 1948201052
Semester : tujuh (7)
Kelas :B
Dosen pengampu :Oktavianis, S.ST,M,.Biomed

PRODI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Puji syukur ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan

keterbukaan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul “Pelayanan Kefarmasian Di Ruah Sakit” sebagai salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Farmasi

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat ,ibu Oktavianis, S.ST,M,.Biomed selaku dosen pengampu

yang telah memberikan materi, sehingga menjadi modal awal dalam penulisan

makalah ini dan teman - teman kelompok yang telah turut membantu serta

memberikan ide, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang

mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca

untuk memberikan saran serta kritik yang membangun untuk menyempurnakan

makalah selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca terutama dalam dunia pendidikan.

Bukittinggi, 21 Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

C. Tujuan.................................................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 5

A. Rumah Sakit .......................................................................................................... 5

B. Pelayanan Farmasi diKlinik Rumah Sakit ............................................................ 5

C. Pengkajian dan Pelayanan Resep .......................................................................... 6

D. Resep ..................................................................................................................... 11

E. Copy Resep ............................................................................................................ 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 14

A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah salah satu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

tindakan kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan dengan tujuan tercapainya derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Upaya kesehatan diselenggarakan menurut pendekatan yang ditujukan

untuk pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan (promosi), pencegahan

penyakit (preventif), pengobatanpenyakit (kuratif), dan kesehatan. pemulihan

(rehabilitatif) yang luas, menyeluruh dan dilaksanakan secara berkelanjutan.

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke

pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan

pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai

komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker

dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat

melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain

adalah melaksanakan perubahan informasi, monitoring penggunaan obat dan

mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik

(Kepmenkes, 2004).

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Medication error adalah

kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan

tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Oleh sebab itu, apoteker dalam

menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal

3
tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya

dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional 4

(Oktarlina & Wafiyatunisa, 2017).

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,

prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian

harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja pelayanan yang di berikan oleh farmasi di rumah sakit


2. Bagaimana bentuk pelayanan apoteker dalam pemberian PIO

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui standar Pelayanan yang ada di rumah sakit

2. Untuk mengetahui pelayanan apa saja yang ada dirumah sakit

3. Untuk mengetahui pelayanan klinis kefarmasian yang dilakukan di rumah

sakit

D. MANFAAT

1. Sebagai saranan penerapan ilmu yang didapatkan dalam proses pengajaran

mata kuliah manajemen farmasi.

2. Mengetahui dan memahami pelayanan kefarmasian yang ada dirumah sakit.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. RUMAH SAKIT

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian


integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Rumah sakit adalah salah satu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan


tindakan kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan dengan tujuan tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan diselenggarakan menurut pendekatan
yang ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan (promosi),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatanpenyakit (kuratif), dan kesehatan.
pemulihan (rehabilitatif) yang luas, menyeluruh dan dilaksanakan secara
berkelanjutan.

Rumah sakit berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat. DiIndonesia, rumah sakit mengacu pada pelayanan kesehatan secara
umum, khususnya penyembuhan dan pemulihan. Kualitas pelayanan suatu rumah
sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan rumah sakit
tersebut.

B. PELAYANAN FARMASI KLINIK DIRUMAH SAKIT

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan


Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
1. Pengkajian dan pelayanan resep
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

5
3. konseling;
4. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
6. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

C. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP DIRUMAH SAKIT

1. Pengkajian Dan Pelayanan Resep

Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait


Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada
dokter penulis Resep. Apoteker harusmelakukan pengkajian Resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).

2. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan


pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.

a. PIO bertujuan untuk:

1). menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga


kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit;

6
2). menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;

3). menunjang penggunaan Obat yang rasional.

b. Kegiatan PIO meliputi:

1). menjawab pertanyaan;

2). menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

3). menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan


dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;

4). bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)


melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;

5). melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan


tenaga kesehatan lainnya; dan melakukan penelitian.

c. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

1). sumber daya manusia;

2). tempat; dan

3). perlengkapan.

3. Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian
konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan

7
costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
Obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus konseling Obat ditujukan
untuk:

a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;

b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;

c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;

d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat


dengan penyakitnya;

e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;

f. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;.

g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal


terapi;

h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan

i. membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga


dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan
pasien

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:

a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;

b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat


melalui Three Prime Questions;

c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada


pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;

d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah


pengunaan Obat;

8
e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan

f. dokumentasi.

4. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang


mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan
dalam PTO meliputi:

a. pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi,


Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

b. pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan

c. pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.

Tahapan PTO:

a. pengumpulan data pasien;

b. identifikasi masalah terkait Obat;

c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;

d. pemantauan; dan tindak lanjut

5. Monitoring Efek Samping Obat (Meso)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan


setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi. MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;

9
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:


a. mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO);
b. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
c. mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi;
e. melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional

6. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi


penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif. Tujuan EPO yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
Kegiatan praktek EPO:
a. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kualitatif; dan
b. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. indikator peresepan;
b. indikator pelayanan;

10
D. Resep

1. Definisi Resep dan Penulisan Resep

Menurut Anief (1997) resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter

kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada

apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai

peraturan perundangan yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas dan

lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap,

apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief, 1997).

2. Isi Resep

Dalam resep harus memuat:

a. Nama, alamat, dan nomor ijin praktek dokter, dokter ggi dan dokter hewan.

b. Tanggal penulisan resep (inscriptio)

c. Tanda /r pada bagian kiri setiap penulisan resep, namun setiap obat atau
komposisi obat (invocatio)

d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)

e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan


perundang undangan yang berlaku (subscription)

f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan

g. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anonima , 2009).

Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak


boleh ada iterasi (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihi ipsi
= untuk dipakai sendiri; alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas,

11
tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya (usus cognitus). Untuk penderita
yang segera memerlukan obatnya, Dokter menulis bagian kanan atas resep:
Cito, Statim, Urgent, P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda,
resep ini harus dilayani. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung
obat keras tanpa sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I = ne
iteratur = tidak boleh diulang. Resep yang tidak boleh diulang ialah: resep
yang mengandung obat narkotik, psikotropik atau obat yang lain yang
ditetapkan oleh Menkes cq. Dirjen POM. Harus dengan resep baru
(Anief,1997)

E. COPY RESEP

Kopi resep ialah salinan tertulis dari suatu resep (istilah lain dari kopi resepialah
apograph, exemplum atau afschrift). Salinan resep selain memuat semua
keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda det = detur, untuk obat yang sudah diberikan, atau tanda ne det = ne
detur, untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
a. Salinan resep harus ditandatangani Apoteker.
b. Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan, penandatanganan atau
paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh apoteker pendamping
atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status
yang bersangkutan.
c. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik selama
waktu tahun.
d. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat penderita-penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping satu pengganti
diizinkan untuk menjual obat keras yang disebut Daftar Obat Wajib 17

12
Apotek tanpa resep. Daftar obat tersebut ditetapkan oleh Menkes
(Anief,1997).

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan


Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.

1. Pengkajian dan pelayanan resep

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

3. konseling;

4. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

6. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan


pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit.

PIO bertujuan untuk:

 menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di


lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;

 menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan


Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;

14
 menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi:

 menjawab pertanyaan;

 menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

 menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan


penyusunan Formularium Rumah Sakit;

 bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan


kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;

 melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga


kesehatan lainnya; dan melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

 sumber daya manusia;

 tempat; dan perlengkapan

15
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, 10-17, Gadjah Mada University Press:
Jogyakarta.

Anonima , 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang


Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Joenoes N.Z., 2001, ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, Edisi 1, hal.16,
Airlangga University Press, Surabaya.

Kepmenkes. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer


1027/Menkes/Sk/IX/2004. CWL Publishing Enterprises, Inc., Madison, 2004,
352. Oktarlina, R. Z., &

Wafiyatunisa, Z. (2017). Kejadian Medication Error pada Fase Prescribing di


Poliklinik Pasein Rawat Jalan Rumah Sakit Daerah Mayjend HM Ryacudu
Kota Bumi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 1(3), 540–545.
Siregar, C.J.P, 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta : EG

16

Anda mungkin juga menyukai