Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU RESEP

PHARMACEUTICAL CARE

OLEH : KELAS A2

Kelompok I

USWATUN KHASANAH (F202001168)


IRSAN (F202001076)
MUMUT APRILIANI (F202001092)
EKI ASRINA (F202001093)
ULFA NOVIANTI RAHMADANI (F202001094)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah
ini penulis membahas “Pharmaceutical Care”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang ilmu resep mengenai
pharmaceutical care, dalam makalah ini kami mengambil sumber dari beberapa buku yang
berkaitan dengan itu. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk memenuhi penugasan makalah
dari mata kuliah Ilmu Resep di jurusan Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Mandala Waluya. Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Apt. Dian
Rahmaniar., S.Farm., MKM. selaku dosen Ilmu Resep.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kendari, 16 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................................2

BAB I............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................1

I.1 Latar Belakang......................................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2

I.3 Tujuan....................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4

II.1 Konsep Pharmaceutical Care.................................................................................................4

II.2 Konsep Medication Record....................................................................................................4

II.3 Konsep Home Care................................................................................................................6

II.4. Pelayanan Resep Berhubungan dengan Skrining Resep.....................................................7

II.5 Konsep Pelayanan Residensial...............................................................................................8

BAB III.......................................................................................................................................11

PENUTUP..................................................................................................................................11

III.1. Kesimpulan........................................................................................................................11

III.2 Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah suatu tanggung jawab
profesi dari apoteker untuk mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan
memecahkan masalah terkait obat (Drug Related Problems). Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien melalui konseling obat,
konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau
wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
dalam penggunaan obat. Menurut KEPMENKES RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan
pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat
dan pengobatan.
Di dalam prakteknya, konseling obat melakukan penyampaian dan penyediaan
nasehat-nasehat yang berkaitan dengan obat, yang didalamnya terdapat implikasi
diskusi timbal balik dan tukar menukar opini. Dengan adanya diskusi timbal-balik dan
tukar menukar opini antara pasien dan apoteker diharapkan dapat diambil keputusan
bersama tentang terapi yang akan dijalani
Peran terpenting konseling pasien adalah memperbaiki kualitas hidup pasien dan
menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien . Dengan adanya konseling obat

1
diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat sehingga berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan
dalam proses penyembuhan penyakitnya. Selain dapat meningkatkan kepatuhan pasien,
pemberian konseling obat dapat mengurangi terjadinya efek samping obat pada
pengobatan yang dijalani oleh pasien.
Melalui konseling, apoteker dapat menyelidiki kebutuhan pasien saat ini dan akan
datang. Apoteker dapat menemukan apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan
apa yang perlu dikembangkan dalam diri pasien, dan masalah yang perlu diatasi. Selain
itu, apoteker diharapkan dapat menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu
dirubah. Untuk memberikan konseling obat yang benar terhadap pasien mengenai obat,
Apoteker diwajibkan untuk memiliki beberapa sumber informasi. Sumber infomasi
yang digunakan bisa berasal dari pustaka, media cetak, dan internet.
Sumber informasi obat meliputi antara lain dokumen, fasilitas, lembaga dan
manusia. Sedangkan dalam praktiknya sumber informasi obat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu sumber informasi primer, sumber informasi sekunder dan sumber
informasi tersier.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari Pharmatceutical Care?

2. Bagaimana konsep dari Medication Record?

3. Bagaimana konsep Home Care?

4. Bagaimana pelayanan resep yang berhubungan dengan skrining resep?

5. Bagaimana konsep pelayanan residensial?

2
I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dari Pharmatceutical Care.

2. Untuk mengetahui konsep dari Medication Record.

3. Untuk mengetahui konsep Home Care.

4. Untuk mengetahui pelayanan resep yang berhubungan dengan skrining resep.

5. Untuk mengetahui konsep pelayanan residensial

3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Konsep Pharmaceutical Care


a. Pengertian Pharmaceutical Care
Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi kepada pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah terapi pasien terkait dengan obat. Praktek kefarmasian ini
memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien Peran apoteker dalam asuhan kefarmasian di awal
proses terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi, memeriksa
kembali semua informasi dan memilih solusi terbaik untuk DRP (Drug Related
Problem) pasien. Di akhir proses terapi, menilai hasil intervensi sehingga didapatkan
hasil optimal dan kualitas hidup meningkat serta hasilnya memuaskan (keberhasilan
terapi) (Rover et al, 2003).
b. Peran apoteker di Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 922/MENKES/PER/X/1993
pasal 15, peran apoteker di apotek meliputi :
1. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
2. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep
dengan obat paten.
3. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep. Apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
4. Apoteker wajib memberikan informasi :
a) Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
b) Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

II.2 Konsep Medication Record


a. Pengertian Medication record 
Medication Record atau rekam medis merupakan suatu catatan berupa keterangan
yang tertulis dari pasien berupa identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium,
diagnosa dan segala pelayanan dan segala tindkan yang akan dilakukan sebagi
penanganan selanjutnya.
4
b. Tujuan Medication record 
Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar , maka tertib administrasi tidak akan
berhasil.
c. Bagian-bagian dari Medication record 
1) Data Administratif
Pada data administratif merupakan lembar awal yang terdapat pada berkas
rekam medis pasien. Data di dalamnya meliputi data demografi, data keuangan dan
data lain yang berhubungan dengan pasien. Misalnya, tentang pernyataan pasien
untuk menerima atau menolak tindakan medis, pernyataan pasien mengenai
pemberian hak kuasa, dan pernyataan mengenai kerahasiaan informasi medis
pasien.
Data administratif tercatat dan terbagi dalam lembar-lembar formulir rekam
medis pasien. Contoh formulirnya seperti lembaran pengesahan untuk melepaskan
informasi, lembar sertifikat kelahiran atau kematian, lembar korespondensi yang
berkaitan dengan permintaan informasi dari rekam medis, lembar tanda identitas
pasien, dan lembar protokol klinis.
2) Data Klinis
Data klinis merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
penunjang medis terhadap pasien. Data ini digunakan untuk tindakan yang
berkaitan langsung dengan pelayanan terhadap pasien.
Data ini umumnya terdapat pada lembar-lembar formulir. Contohnya seperti
formulir anamnesis yang berisi riwayat penyakit/operasi/trauma, riwayat dan
kondisi penyakit saat ini, dan riwayat penyakit serupa di keluarga, kemudian ada
formulir pemeriksaan yang berisi semua hasil pemeriksaan fisik. 
3) Bentuk Pelayanan Kesehatan
Isi rekam medis berikutnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Umumnya
ada tiga jenis pelayanan kesehatan. Pertama yakni perawatan rawat jalan
(ambulatory care) yang merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran.
Bisa diartikan pula sebagai pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien
yang tidak dalam bentuk rawat inap.

5
Yang kedua ada Hospital Acute Care, yang menyediakan fasilitas perawatan
akut (Acute Care Facilities/ACFs). ACFs yakni sebuah pelayanan kesehatan yang
disediakan oleh rumah sakit untuk pasien yang memiliki kondisi serius, tiba- tiba
atau penyakit akut atau cedera atau yang harus dilakukan operasi tertentu. Terakhir,
Long Term Care, merupakan pelayanan jangka panjang yang menyediakan fasilitas
perawatan dan rehabilitasi kurang dari 30 hari.

II.3 Konsep Home Care


a. Pengertian home care
Home Care adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan
kepada klien individu dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan
untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat
kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi
kesehatan (Warhola dalam Bukit, 2008). National Association for Home Care (1996)
mendefinisikan, Home Care disediakan kapanpun saat seseorang lebih memilih tinggal
di rumah namun membutuhkan perawatan secara terus menerus yang tidak mudah dan
tidak efektif jika dilakukan sendiri oleh keluarga dan teman. Selanjutnya yang perlu
diperhitungkan untuk melakukan perawatan homecare ini adalah mendekatkan akses
pelayanan antara agensi penyedia pelayanan ini dengan pasien. Salah satu yang bisa
dilakukan adalah pelayanan homecare berbasis layanan elektronik (e-homecare
services). Penggunaan tehnologi ini juga akan menimbulkan manfaat signifikan
dibidang kesehatan dengan kecepatan aksesnya. (C Liddy, 2008; S V Hoecke, 2010; SH.
Landers, 2010).
Terdapat tiga unsur utama dalam Home Care, yakni pengelola pelayanan,
pelaksanaan pelayanan dan klien. Pengelola pelayanan adalah agensi atau unit yang
bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan dirumah, baik
penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang
ditetapkan. Pelaksanaan pelayanan adalah pelaksana yang terdiri dari tenaga perawatan
professional yang merupakan kolaborasi praktisi kesehatan baik itu perawat, dokter,
fisioterapi, ahli gizi dibantu dengan tenaga-tenaga professional lain terkait dan tenaga
non professional. Klien adalah penerima perawatan kesehatan di rumah dengan
melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien.
Apabila diperlukan keluarga dapat juga menunjukkan seseorang yang akan menjadi
pengasuh (care–giver) yang melayani kebutuhan sehari – hari dari klien (Prasetyo,
6
2010).

b. Manfaat home care


Manfaat pelayanan Home Care dalam Home Care for seniors (2011) adalah :
1. Memberikan individu yang membutuhkan perawatan harkat dan kemadirian’
2. Dapat membantu mencegah atau menunda perawatan di Rumah Sakit atau panti
jompo.
3. Mengizinkan kebebsaan maksimal dan kenyamanan bagi individu.
4. Menawarkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarga.
5. Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka
6. Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka.

II.4. Pelayanan Resep Berhubungan dengan Skrining Resep


Berdasarkan KepMenkes No. 1027/Menkes/sk/IX/2004, standar pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi :
1. Pelayanan resep ; Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
a. Persyaratan administratif :
1) Nama, SIP dan alamat dokter
2) Tanggal penulisan resep.
3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah minta.
6) Cara pemakaian yang jelas.
7) Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain).
2. Penyiapan obat.
a. Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah.Dalam melakukan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan
etiket yang benar.
7
b. Etiket.
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c. Kemasan obat yang diserahkan.
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan obat.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai.
e. Informasi obat.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.
f. Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan sediaan
farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
g. Monitoring penggunaan obat.
Setelah penyerahan obat pada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovaskuler, diabetes, TBC, ashma, dan penyakit kronis lainnya.
h. Promosi dan edukasi.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara
aktif dalam promosi dan eduksi. Apoteker ikut membantu memberikan informasi,
antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

II.5 Konsep Pelayanan Residensial


Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
8
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan (medication record).

Pelayanan residensial menurut Bukit (2008) dapat dilakukan oleh Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pelayanan Kesehatan dibawah koordiinasi Rumah
Sakit, Pelayanan Keperawatan Hospice, Pelayanan Kesehatan praktek mandiri atau
berkelompok dan Yayasan Pelayanan Sosial. Zang (2003) menjelaskan ada tiga cara utama
pemberian pelayanan perawatan kesehatan di rumah yakni certified home health agency /
CHHA (Lembaga kesehatan di rumah bersertifikat), the long term home health care
program/ LTHHCPI (Program perawatan kesehatan di rumah jangka panjang) dan lembaga
berlisensi.
CHHA adalah lembaga yang memberikan kesempatan bagi individu yang mengalami
penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang dibutuhkan di rumah mereka
sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu dengan memberi berbagai jenis pelayanan,
termasuk pelayanan keperawatan terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi,
pelayanan sosial medis, asisten perawatan kesehatan di rumah, konseling nutrisi
transportasi, peralatan, dan terapi pernapasan. Program khusus seperti pelayanan kesehatan
mental, pelayanan pediatrik, program anak dan ibu, program AIDS, terdapat juga
pelayanan berteknologi tinggi seperti terapi inravena, kemoterapi di rumah, dan
penatalaksanaan nyeri. Pelayanan yang diberikan CHHA disebut juga sebagai pelayanan
keperawatan singkat.
LTHHCPI atau rumah perawatan tanpa dinding, dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan indvidu yang menderita penyakit kronis di rumah. Biaya perawatan tidak boleh
lebih dari 75% dari biaya rata-rata perawatan institusional di wilayah setempat. LTHHCPI
memberikan pelayanan keperawatan terampil minimal dua minggu sekali, meliputi terapi
fisik, okupasi dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan nutrisi serta pelayanan
perawatan personal. Jika memenuhi syarat, klien dapat menerima pelayanan modern atau
pelayanan lepas, termasuk perawatan sosial harian, sistem kedaruratan personal,
transportasi, perbaikan pemukiman, dan perawatan respite.
Lembaga berlisensi, menawarkan berbagai pelayanan yang mencerminkan pelayanan
yang diberikan oleh CHHA. Kriteria pendaftaran, pembagian pelayanan yang terampil dan
proses rujukan pada hakikatnya sama dengan CHHA. Namun, perbedaannya adalah pada
bentuk pembayaran yang ditanggung klien. Tipe pelayanan kesehatan di rumah lainnya
antara lain perawatan berdasarkan penyakit yakni program pelayanan kesehatan yang

9
memerlukan perawatan kesehatan, pemantauan proses penyembuhan dan mengupayakan
untuk tidak terjadi kekambuhan dan perawatan ulang ke rumah sakit. Tipe kedua adalah
pelayanan kesehatan umum yang berfokus pada pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Tipe ketiga adalah pelayanan kesehatan khusus dimana pada kondisi klien yang
memerlukan teknologi tinggi, misalnya kemoterapi dan sebagainya (Bukit, 2008).

10
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi kepada pasien.
2. Medication Record atau rekam medis merupakan suatu catatan berupa keterangan
yang tertulis dari pasien berupa identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium,
diagnosa dan segala pelayanan dan segala tindkan yang akan dilakukan sebagi
penanganan selanjutnya. Adapun bagian dari medication record yaitu : data
administrative,data klinis dan bentuk pelayanan Kesehatan
3. Home Care adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan
kepada klien individu dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah),
bertujuan untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan
derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta
rehabilitasi kesehatan. Adapun tiga unsur utama dari Home Care yaitu : pengelola
pelayanan,pelaksanaan pelayanan dan klien.
4. Pelayanan resep terkait skrining resep meliputi pengkajian administrative,farmasetik
dan klinis sebelum resep diracik
5. Pelayanan residensial menurut Bukit (2008) dapat dilakukan oleh Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pelayanan Kesehatan dibawah koordiinasi
Rumah Sakit, Pelayanan Keperawatan Hospice, Pelayanan Kesehatan praktek
mandiri atau berkelompok dan Yayasan Pelayanan Sosial. Zang (2003) menjelaskan
ada tiga cara utama pemberian pelayanan perawatan kesehatan di rumah yakni
certified home health agency / CHHA (Lembaga kesehatan di rumah bersertifikat),
the long term home health care program/ LTHHCPI (Program perawatan kesehatan
di rumah jangka panjang) dan lembaga berlisensi.

III.2 Saran
Saran dari kelompok kami yakni agar lebih memahami konsep dari pelayanan
kefarmasian karena hal ini penting dalam dunia kerja farmasi yang berhubungan antara
obat dan pasien dimana metode pelayanan tertentu digunakan dalam keadaan tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adit Agus Prasetyo. 2010. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Kemiskinan ( studi
kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2003-2007)”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Bukit, A. (2008). ”Pengaruh Berat Umbi dan Dosis Pupuk KCL terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)”. Skripsi sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan.
Landers, 2010. Pharmaceutical Care untuk Penyakit hipertensi.jakarta
Liddy, E. D. 2008. Natural Language.Natural Language Processing. In Encyclopedia of Library
and Information Science, 2nd Ed. NY. Marcel Decker, Inc., 1–15.
Rovers, J. P., et al., 2003, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, American Pharmaceutical
Association, Washington, D.C.
S V Hoecke, 2010. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, Depkes RI, Jakarta.
Zang.2003. Pengaruh kualitas layanan home care terhadap kepuasan dan kepercayaan pasien di
Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Vol 1:3

12
13

Anda mungkin juga menyukai