Anda di halaman 1dari 15

FARMASI RUMAH SAKIT

“ REKONSILIASI OBAT”

Disusun oleh kelompok :

LARAS WIDI PRATAMA (15000)


HANALIA ZAHARA (1500015)
ROZA HARMIKA SARI (1500031)
SINTIA NANDA MEILANI (1500033)

DOSEN :
HUSNAWATI, M.Si, Apt

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Farmasi
Rumah Sakit . Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Husnawati yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah mengenai
“Rekonsiliasi obat”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk melengkapi nilai tugas
mata kuliah farmasi rumah sakit dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai rekonsiliasi obat obat.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
penyusun dan para pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan dari makalah yang telah dibuat. Untuk
penyempurnaan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Pekanbaru, Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan farmasi klinik ................................................................................ 3
2.2 Pengertian rekonsiliasi obat............................................................................ 4
2.3 Tujuan rekonsiliasi obat ................................................................................. 6
2.4 Tahapan rekonsiliasi obat ............................................................................... 6
2.5 Contoh formulir rekonsiliasi obat................................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik.

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).

Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan


bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan
Pelayanan Kefarmasian secara komprehensif yang bersifat farmasi klinik.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu


kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.
Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus
mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi obat?


2. Apa tujuan dari rekonsiliasi obat?
3. Apa saja tahap proses rekonsiliasi obat?
4. Contoh formulir rekonsiliasi obat?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui pengertian rekonsiliasi obat.


2. Mengetahui tujuan dari rekonsiliasi obat.
3. Mengetahui tahap rekonsiliasi obat.
4. Mengethui contoh formulir rekonsiliasi obat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung
oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit juga harus


menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Dalam penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat dibentuk satelit farmasi sesuai dengan
kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Menurut Permenkes No. 58 tahun 2014 Pelayanan farmasi klinik di rumah


sakit merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam
rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien.Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
bertujuan untuk:

3
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:


a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. Pelayanan farmasi klin

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:


1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

2.2 Pengertian rekonsiliasi obat


Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2014 Rekonsiliasi Obat merupakan
proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error)
seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat.
Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu

4
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

Rekonsiliasi obat merupakan suatu proses yang menjamin informasi terkait


penggunaan obat yang akurat dan komprehensif dikomunikasikan secara konsisten
setiap kali terjadi perpindahan pemberian layanan kesehatan seorang pasien.
Pengertian rekonsiliasi tersebut menysratkan beberapa elemen penting yang
mendasari keberhasilan implementasi program tersebut, yaitu:

1. Proses rekonsiliasi obat merupakan proses formal


2. Proses rekonsiliasi obat merupakan proses dengan pendekatan multisiplin
3. Penyedia layanan kesehatan harus dapat bekerja sama dengan pasien dan
keluarga pasien/penjaga pasien.

Proses perpindahan pemberian layanan kesehatan dapat terjadi pada setting berikut:

1. Saat pasien masuk rumah sakit (MRS)


2. Pasien mengalami perpindahan antar bangsal atau unit layanan dalam suatu
instansi rumah sakit yang sama (misalnya dari bangsal rawat inap menuju
intencive care unit)
3. Perpindahan dari suatu instansi rumah sakit menuju: rumah, layanan
kesehatan primer, antara lain: puskesmas, praktek prbadi dokter yang
bekerjasama dengan apotek atau klinik) atau rumah sakit lain.

Medication error dapat terjadi pada tahap :


 Prescribing (peresepan)
 Dispensing (penyiapan)
 Drug administration (pemberian obat).

5
Kesalahan pada salah satu tahapdapat terjadi secara berantai dan menimbulkan
kesalahan pada tahap selanjutnya. Kejadian Medication error terkait dengan partisi,
produk obat, prosedur, lingkungan atau sstem yang melibatkan prescribing,
dispending, drug administration

2.3 Tujuan rekonsiliasi obat


Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
a. memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien;
b. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
c. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

2.4 Tahapan rekonsiliasi obat


Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:

A. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang
pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal
kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.

Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien,


daftar Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication
chart. Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
sebelumnya. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat
bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.

6
B. Komparasi

Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah sedang dan


akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan atau perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan
dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti
tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat
penulisan Resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu
adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.

C. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian


dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24
jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
a. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja
b. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti
c. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi
Obat.

D. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi Obat yang diberikan.
Pedoman teknis mengenai rekonsiliasi Obat akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.

7
Pelayanan Obat Resep

Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek.


Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan obat
lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau
(Permenkes No.24 tahun 1993).

Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan


kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap
harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep,
tanda R/ pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya,
kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang dibutuhkan,
aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi penberian,


adanya medikasi rangkap, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit
yang menyebabkan pasien menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

Apoteker memiliki peranan penting dalam implementasi rekonsiliasi obat


sebagai bagian dari tenaga kesehatan professional yang berada dalam garda depan
pemberian layanan kesehatan, apoteker memiliki kesempatan yang besar untuk
berinteraksi dengan pasien dan menggali informasi terkait riwayat penggunaan obat.

8
2.5 Contoh formulir rekonsiliasi obat

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rekonsiliasi obat merupakan suatu proses yang menjamin informasi terkait


penggunaan obat yang akurat dan komprehensif dikomunikasikan secara konsisten
setiap kali terjadi perpindahan pemberian layanan kesehatan seorang pasien.

Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah memastikan informasi yang


akurat tentang Obat yang digunakan pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat
tidak terdokumentasinya instruksi dokter dan mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat
tidak terbacanya instruksi dokter.

Medication error dapat terjadi pada tahap :


 Prescribing (peresepan)
 Dispensing (penyiapan)
 Drug administration (pemberian obat).

Apoteker memiliki peranan penting dalam implementasi rekonsiliasi obat


sebagai bagian dari tenaga kesehatan professional yang berada dalam garda depan
pemberian layanan kesehatan, apoteker memiliki kesempatan yang besar untuk
berinteraksi dengan pasien dan menggali informasi terkait riwayat penggunaan obat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit

Siregar, Charles J.P. 2003 . Farmasi rumah sakit. Jakarta : EGC.

Siregar, C.J.P dan Amalia Lia, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan,
Penerbit buku kedokteran.

11

Anda mungkin juga menyukai