Anda di halaman 1dari 38

Sistem Distribusi Obat di

Rumah Sakit
Kelompok 5

ANGGI OMALIA PRAWESTY


AYU ANDARINI
DIANA HARYANI
NASTHIY RANURA
NURUL ATIKAH
QORIRAH NURSYASA
WULANDARY RESTI FAUZI
Kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
A. Pemilihan;
B. Perencanaan kebutuhan;
C. Pengadaan;
D. Penerimaan;
E. Penyimpanan;
F. Pendistribusian;
G. Pemusnahan dan penarikan;
H. Pengendalian; dan
I. Administrasi.
Pemilihan
Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa
dan terapi;
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
d. Efektifitas dan keamanan;
e. Pengobatan berbasis bukti;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
Pemilihan Sistem

Dalam memilih system distribusi, yg perlu dipertimbangkan adl:


Keamanan pasien, yg terkait dengan jumlah obat & macam obat.
Adanya masalah ganguan/ketidak efektifan distribusi obat, akan
berdampak serius, khususnya obat “High Alert”. Aturan tertulis spt
SOP/SPO harus ada dan difahami oleh semua yang terlibat.
SISTEM PASIEN BASED
a. UNIT DOSE
Sistem packing dimana setiap obat di wadah dalam tempat yg aman dg
informasi: Nama obat, kekuatan, dosis, no batch, Kadaluarsa. Obat disimpan
ditempat khusus untuk pasien tersebut. Tempat penyimpanan obat di kunci.
(Laci dekat pasien yg terkunci) dan obat tersimpat sesuai kriteria.
b. SISTEM DOSIS HARIAN
Dosis harian umumnya sudah bisa ditentukan dan obat pasien per 24 jam di
packing dg label yg diperlukan.

c. AMDS (AUTOMATED MEDICATION DISTRIBUTION SYSTEM)


Distribusi obat dg tempat desentralisasi yg terkontrol dg computer. Biasanya
digunakan untuk perpasien
 Pneumatic tube
 Sistem pendistribusian obat dg tabung dan
disalurkan dg menggunakan udara
bertekanan sebagai kekuatannya.
 Hambatan
 Tdk bias digunakan unt obat2 yg tdk stabil (e.g. albumin, insulin, IVIG).
 Obat yang lebih besar dari tabung.

 Obat dg pengawasan tinggi (e.g. narcotics ).


Perencanaan kebutuhan
 Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien.
 Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1. Anggaran yang tersedia;
2. Penetapan prioritas;
3. Sisa persediaan;
4. Data pemakaian periode yang lalu;
5. Waktu tunggu pemesanan; dan
6. Rencana pengembangan.
Pengadaan
 Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
antara lain:
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun
kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain),
atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
Penyimpanan

Penyimpanan harus dapat menjamin


kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas
dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Pendistribusian
Sistem distribusi obat adalah suatu proses
penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan
oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau
profesional pelayanan kesehatan lain untuk
diberikan kepada penderita.

Harapan SDO:
1. Tepat Penderita
2. Tepat Obat
3. Tepat Waktu pemberian
4. Tepat pemberian
5. Informasi Obat penderita, tepat personel pemberi
ke penderita
Persyaratan SDO Yang efektif
dan efisien
1. Ketersediaan obat yang tetap terpelihara.
2. Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil selama
proses distribusi.
3. Meminimalkan kesalahan obat dan memaksimalkan
keamanan pada penderita.
4. Meminimalkan obat yang rusak atau kadaluwarsa.
5. Efisiensi penggunaan SDM.
6. Meminimalkan pencurian dan atau kehilangan obat.
7. IFRS mempunyai semua akses dalam semua tahap proses
distribusi untuk pengendalian pengawasan dan penerapan
pelayanan farmasi klinik.
8. Terjadinya interaksi profesional antara apoteker, dokter,
perawat, dan penderita.
9. Meminimalkan pemborosan dan penyalahgunaan obat.
10. Harga terkendali.
11. Peningkatan penggunaan obat yang rasional.
Pembagian Sistem Distribusi
Obat di Rumah Sakit

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat


dilakukan dengan cara:

1. SDO resep individual


2. SDO Perlengkapan di ruangan
3. SDO kombinasi resep individu dan lengkap
di ruangan
4. SDO dosis unit
SDO Resep Individual

 Sistem distribusi obat resep individual


merupakan sistem penyampaian obat kepada
penderita secara individu sesuai dengan resep
yang ditulis oleh dokter, setiap resep dikaji dan
disiapkan oleh instalasi farmasi
Dokter menuliskan resep,
perawat menuliskan resep ini ke dalam profil
pemberian obat dan menyampaikan permintaan
obat ke intalasi farmasi.
Instalasi farmasi meracikkan obat tersebut
untuk dua sampai lima hari atau sesuai dengan
waktu yang tertera dalam resep.
Perawat menyimpannya dan memberikan obat
tersebut kepada penderita setiap kali waktu
pemberian obat
Alur sistem distribusi obat resep individual
Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan resep Kekurangan resep


individu Individu
• Kemungkinan
• Semua resep dikaji keterlambatan sediaan
langsung oleh Apt obat
• Memberi kesempatan
• Jumlah kebutuhan
berinterakasi antara
personel IFRS meningkat
dokter, perawat dan
• Memerlukan jumlag
penderita
perawat dan waktu
• Memungkinkan
perawat banyak untuk
pengendalian yang dekat
menyiapkan obat untuk
pada perbekalan di IFRS
penderita
• Mempermudah
penagihan biaya ke • Terjadi kesalahan
pnderita penyiapan obat karena
kurang pemeriksaan
SDO Perlengkapan di Ruang
(Floor stock)
Sistem distribusi obat floor stock merupakan
sistem penyampaian obat kepada penderita
sesuai dengan order dokter yang obatnya
disiapkan dan diambil oleh perawat dari
persediaan obat yang disimpan di ruang

 dokter menuliskan resep,


 perawat menginterpretasikan resep tersebut dan
mencatatnya ke buku profil pengobatan penderita.
 Apoteker hanya menerima permintaan obat dari
perawat, menyiapkan obat dalam bentuk dosis
berganda, kemudian menyampaikan persediaan
ruahan obat ke unit pelayanan penderita.
 Perawat menyiapkan semua dosis pengobatan
untuk diberikan kepada penderita termasuk
pencampuran sediaan intravena.
Dokter

Interpretasi
Resep
oleh perawat

Pengendalian
Persediaan di ruang Persediaan
oleh perawat

Penyiapan
Kereta obat
oleh perawat
Pengendalian
oleh apoteker
Pemberian
Penderita
oleh perawat

Alur sistem distribusi obat persediaan floor stock


 Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang
rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis
dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
 Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas
farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka
pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
 Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan
obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung
jawab ruangan.
 Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan Kekurangan

• Kesalahan penggunaan obat


meningkat
• Obat yang diperlukan • Perseidaan mutu obat tidak
segera tersedia di ruang terkendali krn ditempatkana
perawatan di ruang perawat
• Tidak ada pengembalian • Pencurian obat meningkat
obat yang terpakai, karena • Kerusakan obat bertambah
obat langsung diberikan ke • Penambahan modal unuk
penderita penyiapan ruang
• Pengurangan penyalinan penyimpanan obat
kembali order obat • Diperlukan waktu yanng
• Pengurangan jumlah banyak untuk perawat dalam
personal IFRS penanganan obat
• Meningkatkan kerugian
karena obat sering rusak
Sistem kombinasi resep individu
dan total floor stock

Sistem distribusi kombinasi adalah sistem pendistribusian


sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi sistem resep individu berdasarkan permintaan
dokter yang disiapkan dan didistribusikan oleh instalasi farmasi
sentral dan sebagian lagi disiapkan dari persediaan obat yang
terdapat di ruangan perawatan pasien.
Sistem kombinasi diterapkan untuk mengurangi tingkat
kesalahan pemberian obat.
Dokter

Interpretasi Interpretasi
Resep
oleh apoteker oleh perawat

Pengendalian Pengendalian Pengendalian


Peracikan
apoteker oleh perawat oleh apoteker

Pengendalian Lemari obat Persediaan di


Persediaan
oleh perawat di ruang ruang

Penyiapan
Kereta Obat
oleh perawat

Penderita Pemberian
oleh perawat

Alur sistem kombinasi resep individu dan total floor stock


Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan Kekurangan

• Adanya kajian/skrining
resep oleh apoteker,
• Interaksi profesional
antara apoteker-dokter- • Kemungkinan
perawat-pasien, keterlambatan sediaan
• Obat yang diperlukan obat untuk sampai ke
bisa cepat disiapkan penderita
terutama obat yang • Kesalahan obat dapat
sudah tersedia di terjadi di persediaan
ruangan. ruangan
• Sistem ini juga dapat
mengurangi beban
IFRS.
3Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
untuk pasien rawat inap.
 Sistem distribusi Unit Dose Dispensing
(UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap mengingat dengan sistem ini
tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stock atau
Resep individu yang mencapai 18%.
Dokter

Interpretasi oleh apoteker Resep

Pembaharuan oleh Profil Pengobatan


apoteker Penderita

Pemeriksaan oleh Kereta Obat


apoteker dan perawat

Pemberian oleh perawat Penderita

Alur sistem unit dosis


Keuntungan
 Mengurangi terjadinya medication error (ME).
 Pasien mendapat pelayanan farmasi yang baik.
 Menurunkan total biaya pengobatan karena hanya membayar
pengobatan yang digunakan saja.
 Mengefisienkan tenaga perawat dalam asuhan keperawatan,
karena perawat lebih banyak merawat pasien.
 Menghindari duplikasi permintaan obat ke bagian farmasi.
 Mengurangi kesalahan penggunaan obat, karena adanya
pemeriksaan ganda oleh tenaga farmasi.
 Menghindari adanya kemungkinan terjadinya pencurian dan
terbuangnya obat.
 Meningkatkan peranan dan pengawasan farmasi di rumah
sakit, mulai dari fase peresepan sampai pemberian obat.
Kerugian

 Membutuhkan tenaga pelaksana farmasi yang lebih


banyak
 Biaya operasional lebih besar
Pemusnahan dan penarikan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pengendalian

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
 Agar penggunaan Obat sesuai dengan Formularium
Rumah Sakit,
 Agar penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan
terapi
 Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai.
Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari:
 Pencatatan dan Pelaporan
 Administrasi Keuangan
 Administrasi Penghapusan
KASUS (KEKOSONGAN OBAT
DI RS)
 Didapatkan dari hasil riset LSM Indonesia Corruption
Watch (ICW) di Aceh, Sumatra Utara, Jawa Timur, dan
Banten bulan Juli- Desember 2018 , bahwa problem
kekosongan obat masih saja terjadi. Pasien pun
terpaksa mengeluarkan biaya sendiri untuk
menebusnya, sekalipun berstatus penerima bantuan
iuran (PBI).PBI harus merogoh koceknya mulai Rp100
ribu sampai Rp750 ribu.
PEMBAHASAN KASUS

Kekosongan obat diduga karena, yaitu :


a. lambatnya distribusi obat oleh perusahaan farmasi
b. penyusunan rencana kebutuhan obat (RKO) yang belum
sesuai oleh faskes
c. hutang faskes pada distributor obat akibat defisit BPJS
Kesehatan.
d. belum terdata obat dalam sistem pengadaan e-katalog
e. minimnya perusahaan penyedia obat dan keterlambatan
BPJS membayar klaim
DAMPAK KEKOSONGAN
OBAT DI RS
 Dapat mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan
 Berdampak pada eperawatan pasien , karena mereka
membatasi pilihan pengobatan yang tersedia untuk resep
pasien
 Rumah sakit akan mengalami kerugian
KASUS 2
PEMBAHASAN KASUS 2

 Dalam pengadaannya, pada tahun 2014 obat yang disediakan


kurang dari permintaan dikarenakan pendistribusian obat
difokuskan untuk Dinas Kesehatan Kota atau Provinsi.
Mengatasi kekosongan pihak rumah sakit melakukan permintaan
ke SubDir Kusta Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi, dan merujuk
pasien ke puskesmas untuk mendapatkan obat. Back order tidak
sesuai dengan lead time karena pegawai memiliki pekerjaan yang
banyak. Evaluasi dilakukan sebelum perencanaan kembali,
namun hanya dilakukan hanya pada akhir tahun.
 Kekosongan dapat menghambat proses penyembuhan penderita.
Oleh sebab itu pada tahun 2015 RS. X sesuai dengan visinya yaitu
sebagai pusat rujukan kusta nasional, mereka hanya menerima
penderita kusta dengan rujukan saja.
Daftar Pustaka

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit
 Siregar, C.J.P., dan Amalia. 2004. Farmasi Rumah Sakit
Teori dan Terapan Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai