2017 Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt. Outline • Pelayanan Informasi Obat (PIO) • Medication Error • Drug-Related Problem (DRP)
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Pelayanan Informasi Obat Kegiatan yang dilakukan o/ Apoteker dlm pemberian informasi mengenai obat yg tdk memihak, dievaluasi dgn kritis dan dgn bukti terbaik dlm segala aspek penggunaan obat kpd profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat • Informasi mengenai obat resep, obat bebas dan herbal
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Informasi Obat • Dosis • Keamanan • Bentuk sediaan penggunaan pd • Formulasi khusus ibu hamil dan menyusui • Rute dan metode • Efek samping pemberian • Farmakokinetik • Interkasi • Farmakologi • Stabilitas • Terapeutik dan • Ketersediaan alternatif • Harga • Efikasi • Sifat fisika atau kimia dari obat • dll
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Peran Apoteker dalam PIO • Memastikan 4T1W: Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat), Waspada (efek samping) • Memeriksa etiket: nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya • Memberikan informasi penggunaan obat terutama: 1. Nama obat 2. Indikasi 3. Aturan pakai: dosis, cara pemberian, rute pemberian, frekuensi penggunaan, waktu minum obat 4. Cara penggunaan 5. Cara penyimpanan 6. Berapa lama obat harus digunakan 7. Apa yang hrs dilakukan jika lupa tdk minum obat 8. Kemungkinan ES yg akan dialami dan bgmn cara mencegah/meminimalkan
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Kegiatan PIO di Apotek 1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan 2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan) 3. Memberikan informasi dan edukasi kpd pasien 4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kpd mhsw farmasi yg sdg praktik profesi 5. Melakukan penelitian penggunaan obat 6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah 7. Melakukan program jaminan mutu IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria Dokumentasi PIO • u/ membantu penelusuran kembali dlm waktu yg relatif singkat dgn menggunakan formulir khusus • Hal-hal yg hrs diperhatikan: 1. Topik pertanyaan 2. Tanggal dan waktu PIO diberikan 3. Metode PIO (lisan, tertulis via telepon) 4. Data pasien (umur, jenis kelamin, BB, informasi lain spt riwayat alergi, apakah pasien sdg hamil/menyusui, data lab) 5. Uraian pertanyaan 6. Jawaban pertanyaan 7. Referensi 8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data Apoteker yg memberikan PIO
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Medication Errors • suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991, Basse & Myers, 1998) • Kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai dari kerugian dalam hal biaya bahkan sampai menyebabkan kematian (Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004) • setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien (NCC MERPP, 2012)
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Medication error telah dipilah menjadi dua definisi yang berbeda, yaitu: 1) Medical error Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh dokter, seperti salah mendiagnosa penyakit dari seorang pasien. Dari salah diagnosis tersebut bisa berpengaruh ke tahap selanjutnya yakni tahap pengobatan. 2) Pharmaceutical error Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh pihak kefarmasian. Kesalahan pada kategori ini bisa terjadi dari tahap produksi obat, pelayanan resep, hingga obat telah diterima dan dikonsumsi oleh pasien.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Kesalahan pada Pelayanan Resep • Sebab-sebab kesalahan pada saat pelayanan resep meliputi : – Salah pembacaan atau interpretasi tulisan dokter. Bisa nama obat atau dosisnya. – Salah pengambilan obat. – Salah cara peracikan obat. – Salah pada saat KIE kepada pasien. • Dalam hal penulisan resep terdapat titik-titik yang rawan yang harus dipahami baik oleh penulis resep (prescriber) maupun pembaca resep (dispenser). Menurut Michelle R. Cohen kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara prescriber dengan dispenser merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kesalahan medikasi (medication error) yang bisa berakibat fatal bagi penderita. (Cohen, 1999)
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
4 Fase Kejadian Medication Errors Menurut JAMA 5 Juli 1995, kesalahan pengobatan (medication error) dapat terjadi dalam proses prescribing (39%), transcribing (12%), dispensing (11%) dan administering (38%) • fase prescribing error yang terjadi pada fase penulisan resep. • fase transcribing error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses dispensing. • fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek. • fase administration error yang terjadi pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Fase Prescribing • Fase ini meliputi: - obat yang diresepkan tidak tepat indikasi, - tidak tepat pasien atau kontraindikasi, - tidak tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, - tidak tepat dosis dan aturan pakai. - tidak jelasnya tulisan atau instruksi dlm resep
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Fase Transcribing • resep yang keliru dibaca/diterjemahkan sehingga otomatis salah juga obat yang diberikan kepada pasien. • secara sengaja instruksi yang diberikan dalam resep tidak dikerjakan • secara tidak sengaja ada instruksi dalam resep yang terlewatkan sehingga tidak dikerjakan.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Fase Dispensing • obat salah diambil karena adanya kemiripan nama atau kemiripan kemasan • salah memberi label obat sehingga aturan pemakaian obat atau cara pemakaian obat menjadi tidak sesuai lagi • mengambil obat yang sudah kadaluarsa. IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria Fase Administering • karena keliru dalam membaca nama pasien atau tidak teliti dalam memeriksa identitas pasien maka obat yang diberikan/diserahkan juga menjadi salah. • salah dalam menuliskan instruksi pemakaian obat kepada pasien • salah memberi penjelasan secara lisan kepada pasien sehingga pasien pun akhirnya salah dalam menggunakan obat tersebut.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Faktor Penyebab (Cohen, 1991; ISMP = Institute for Safe Medication Practices) 1) Komunikasi yang buruk, baik secara tertulis (dalam resep) maupun secara lisan (antar pasien, dokter dan apoteker). 2) Sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya). 3) Sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan). 4) Edukasi kepada pasien kurang. 5) Peran pasien dan keluarganya kurang.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Komunikasi yang Buruk • Tulisan tangan tdk jelas khususnya obat2 dengan kemiripan nama • Angka nol (0) dan angka desimal pada kekuatan obat/dosis • Singkatan tidak baku • Ambigu atau ketidaklengkapan resep
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Sistem Distribusi Obat • Sistem UDD (Unit Dose Dispensing) telah terbukti mengurangi celah terjadinya medication error • order obat diawasi dan disaring oleh personel farmasi dan perawat. • Dosis disiapkan, dikemas, dilabel, dan dicek oleh personel farmasi, dan diberikan pada pasien oleh perawat, yang sekaligus mengecek ketepatan administrasi obat IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria Sumber Daya Manusia • Salah perhitungan dosis • Pemberian nama/label dan kemasan tidak jelas • Salah administrasi obat
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Kurangnya Edukasi Pasien • Pasien yang mengetahui kegunaan masing-masing obatnya, aturan pakai, bentuk obatnya, dan bagaimana kerjanya • Pasien harus diberikan haknya untuk bertanya dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Pencegahan ME (Fortescue et al., 2003) 1) Penulisan resep oleh dokter secara komputerisasi (76%). 2) Ward clinical pharmacist (81%). 3) Peningkatan komunikasi antar dokter, apoteker/perawat dan pasien (86%)
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Pencegahan ME pd tahap prescribing Berdasarkan laporan dari USP Medication Error Reporting Program, beberapa hal berikut dapat dilakukan ketika dokter menulis resep untuk mencegah salah interpretasi terhadap penulisan resep, yaitu: 1) Mencantumkan identitas dokter yang tercetak dalam kertas resep. 2) Menuliskan nama lengkap obat (dianjurkan dalam nama generik), kekuatan, dosis dan bentuk sediaan. 3) Nama pasien, umur dan alamat, juga berat badan dan nama orang tua untuk pasien anak (Katzung and Lofholm, 1997).
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Skrining Resep • Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pengobatan. • Dalam pelayanan resep Apoteker harus melakukan skrining resep yang meliputi: 1) Persyaratan administratif (a. nama, SIP dan alamat dokter, b. tanggal penulisan resep, c. tanda tangan / paraf dokter penulis resep, d. nama, alamat, umur jenis kelamin dan berat badan pasien, e. nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta, f. cara pemakaian yang jelas, g. informasi lainnya). 2) Kesesuaian farmasetika (a. bentuk sediaan, b. dosis, c. potensi, d. stabilitas, e. inkompatibilitas, f. cara dan lama pemberian). 3) Pertimbangan klinis (a. efek samping, b. alergi, c. interaksi, d. kesesuaian indikasi, dosis, pasien, dan lain-lain).
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Drug Related Problem (DRP) masalah terkait obat • bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya (Hepler, 2003)
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
2 (dua) bagian DRP • actual masalah yang terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll) • potensial masalah yang akan terjadi pada saat setelah penggunaan obat (misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb).
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
8 jenis DRP 1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) Ada indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani dalam resep tersebut, misalnya pasien mengeluh nyeri di persendian, sedang dalam resep tersebut tidak ada obat untuk mengatasi masalah nyeri tersebut. 2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection) Pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan beresiko, misalnya pasien demam dikasih antibiotik rifampisin, ini jelas pemilihan bat salah. atau obat yang dipilih memiliki kontraindikasi atau perhatian (caution) terhadap pasien. 3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication) Obat yang ada dalam resep, tidak sesuai dengan indikasi keluhan penyakit pasien. 4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage) Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien.
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
5. Dosis Terlalu Besar (Over Dosage) Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar, diatas dosis maksimum, hal ini dapat berakibat fatal. 6. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (Adverse Drug Reactions) Obat yang diberikan memberikan efek samping yang memberatkan kondisi pasien, misalnya captopril menyebabkan batuk yang mengganggu (efek samping ini tidak selalu terjadi, karena sensitifitas setiap orang berbeda-beda). 7. Interaksi Obat (Drug Interactions) Obat-obatan dalam resep saling berinteraksi seperti warfarin dan vitamin K bersifat antagonis, atau obat dengan makanan semisal susu dan tetrasiklin membentuk khelat/kompleks yang tidak bisa diabsorpsi. 8. Gagal Menerima Obat (Failure to receive medication) Obat tidak diterima pasien bisa disebabkan tidak mempunyai kemampuan ekonomi, atau tidak percaya dan tidak mau mengkonsumsi obat-obatan. atau bisa juga disebabkan obat tidak tersedia di apotek sehingga pasien tidak dapat memperoleh obat
IMO 2017 - Rizki Siti Nurfitria
Pustaka • Permenkes No. 35 tahun 2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek • Cohen, M.R.,, 1991, Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication Error, American Pharmaceutical Association, Washington, DC