Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi adalah Satuan Kerja/ Unit
Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Berdasarkan SK
Menkes No. 1243/Menkes/SK/VIII/2005 telah ditetapkan menjadi Badan Layanan
Umum (BLU), dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai
dengan yang telah diamanatkan dalam PP No.23 Tahun 2005.
RSUP Dr. Kariadi sebagai badan layanan umum pemeritah adalah instansi
di lingkungan pemerintahan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit terbesar sekaligus rumah
sakit rujukan bagi wilayah Jawa Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah rumah
sakit kelas A Pendidikan dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan bagi
dokter, dokter spesialis dari FK UNDIP dan institusi pendidikan lainnya
(www.rskariadi.co.id diakses pada 13 Agustus 2018).
Persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda antara
perusahaan satu dengan yang lainnya. Kelompok A adalah kelompok obat yang
kritis dan harganya mahal, maka harus dikendalikan secara ketat yaitu dengan
membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan
monitoring secara terus menerus. Kelompok obat A di simpan secara rapat agar
tidak mudah dicuri. Pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok
A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara
rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali.
Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya.
Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan
pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring
dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai
dengan jenis perlakuan obat.
Prinsip ABC dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventori,
penjualan dan sebagainya. Analisis ini dapat memberikan informasi terhadap
produk-produk utama yang memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan
dalam organisasi penjualan.
Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis
perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan
anggaran terbanyak. Urutan langkah sebagai berikut:
1). Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satu
metode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yang
diperlukan untuk tiap nama dagang.
2). Kelompokkan ke dalam jenis-jenis /katagori, dan jumlahkan biaya per
jenis/ katagori perbekalan farmasi.
3). Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing persentase jenis
perbekalan farmasi terhadap anggaran total.
4) Urutkan kembali perbekalan farmasi diatas mulai dari yang memakan
persentase biaya paling banyak.
5). Hitung persentase kumulatif, dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya.
6). Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ±80% anggaran perbekalan
total.
7). Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 80%
8). Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 15%
9). Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 5%.
Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan
farmasi didalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:
1). Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan
sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban.
2). Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.
3). Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu
disusun berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out)
4). Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan,pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Apabila proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus tetap
melibatkan tenaga kefarmasian untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain:
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakaiharus
mempunyai nomor izin edar.
d. Masa kadaluwarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme untuk mencegah kekosongan stok
obat yang tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi
(Gudang Farmasi) tutup.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
1). Pembelian
3. Pengadaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan dapat
dilakukan melalui pembelian, produksi sediaan farmasi, dan sumbangan/hibah.
Pengadaan di RSUP Dr.Kariadi Semarang dilakukan setiap bulan oleh ULP
(Unit Layanan Pengadaan) berdasarkan usulan perbekalan farmasi oleh kepala
instalasi farmasi yang telah disetujui oleh direktur utama. Pengadaan di RS ini
dilakukan dengan 4 metode yaitu e-Catalog, tender (>200 juta), penunjukan
langsung (<200 juta misalnya jika hanya ada satu merk alkes dan reagen), dan
pembelian insidentil (<10 juta misalnya untuk obat kosong tetapi dibutuhkan
segera dengan persetujuan pejabat pengadaan /Kepala IFRS).
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Penerimaan di Rumah Sakit Dr. Kariadi ini dilakukan oleh panitia penerima
barang yang dibentuk khusus untuk menerima perbekalan kesehatan yang
didistribusikan oleh supplier dengan proses memeriksa fisik barang dan
disesuaikan dengan Surat Pesanan (SP) dan faktur pengiriman terutama dari sisi
spesifikasinya, seperti kualitas, dan kuantitas, nomor batch, tanggal kadaluarsa.
Setelah barang diperiksa kemudian dimasukkan ke dalam gudang transit dan
dicatat dalam buku harian penerimaaan barang serta dilakukan entry data
penerimaan perbekalan farmasi pada HMIS (Hospital Management Information
System). Jika ada ketidaksesuaian jumlah, identitas barang, maupun ada barang
yang rusak, panitia penerimaan berhak menolak barang yang didistribusikan oleh
supplier.
5. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasiaan. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud adalah stabilitas,
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Tujuan penyimpanan adalah:
a. Memudahkan pencarian dan pengawasan
b. Memelihara mutu sediaan farmasi
c. Menjaga ketersediaan
d. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
Adapun kegiatan penyimpanan meliputi :
a. Penyelenggaraan tata laksanan penyimpanan (storage procedure)
b. Perencanaan/persiapan dan pengembangan ruang-ruang penyimpanan
(storage space)
c. Perencanaan/penyimpanan dan pengoperasian alat-alat pembantu pengaturan
barang (material handling equipment)
d. Tindakan-tindakan kemananan dan keselamatan
Gudang perbekalan farmasi di Rumah Sakit Dr. Kariadi terdiri dari beberapa
ruang penyimpanan yaitu gudang pusat farmasi yang berisi obat dan alat
kesehatan yang siap didistribusikan, gudang infus, gudang transit obat, gudang
TPN (Total Parenteral Nutrition), gudang sitostatika dan obat HAM (High Allert
Medication), dan gudang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Masing-masing
gudang memiliki kriteria yang terpenuhi yaitu luas yang memadai, ruang kering
(tidak lembab), terdapat ventilasi yang cukup, pencahayaan yang baik, lantai
keramik, pintu dengan sistem keamanan finger lock, lemari penyimpanan obat dan
alat kesehatan yang efektif-efisien, ada lemari khusus untuk menyimpan
narkotika-psikotropika (terkunci) dan lemari pendingin khusus untuk obat dengan
perlakuan suhu.
Sistem penyimpanan yang digunakan juga sudah sesuai dengan kriteria
mutu yaitu penataan barang sesuai dengan bentuk sediaan secara alfabetis,
penerapan sistem FIFO (First In First Out)-FEFO (First Expired First Out) agar
terhindar dari kerugian akibat obat yang kadaluwarsa, barang diletakkan di atas
pallet (tidak bersentuhan langsung dengan lantai) dan kartu pengendalian stok
barang yang selalu diperbarui.
Penyimpanan khusus untuk obat narkotika-psikotropika disimpan didalam
lemari dan terkunci, penyimpanan khusus dilakukan agar terhindar dari
penyalahgunaan. Beberapa obat dan vaksin yang membutuhkan penjagaan suhu
2-8 °C disimpan dalam lemari pendingin dengan pengecekan suhu setiap hari dan
penerapan cold chain yaitu distribusi dengan menggunakan ice box. Obat
sitostatika dan obat HAM disimpan terpisah dari obat lain agar mudah dalam
pengambilan dan menghindari kontaminasi terhadap barang yang lain, mengingat
obat sitostatika dan HAM merupakan obat yang berbahaya jika terpapar pada
manusia. Bahan berbahaya dan beracun disimpan di ruangan tersendiri, terpisah
dari obat dan alat kesehatan yang lain. Selain itu, bahan-bahan seperti kardus
karton dilarang masuk dalam gudang pusat farmasi, penanganan hama dilakukan
secara rutin dan tiap gudang dilengkapi dengan alat monitor suhu dan
kelembaban. Sistem penyimpanan ini dilakukan sedemikian rupa agar
mempermudah dalam pengambilan obat (distribusi) dan menjaga kualitas obat
agar tetap sama seperti saat datang dari supplier serta menghindari kejadian
berbahaya seperti kebakaran dan kontaminasi silang antar obat jika terjadi
tumpahan.
Pengendalian awal barang datang dilakukan di gudang transit, yang mana
barang dipisahkan menurut jenis dan peruntukannya. Sebelum dilakukan
penyimpanan dilakukan pemberian tanda khusus untuk Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), High Allert Medication (HAM) dan sitostatika, Look Alike Sound
Alike (LASA), dan obat-obat yang disimpan pada suhu dingin. Hal ini bertujuan
untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
berdampak pada keselamatan pasien maupun pegawai. Selain itu juga untuk
mengatur penataan sesuai dengan identitas kadaluwarsa barang sehingga
harapannya barang dengan waktu kadaluwarsa yang paling dekat yang mudah
dijangkau terlebih dahulu. Pada masing-masing ruangan penyimpanan sudah
terdapat pengatur suhu dan kelembaban yang di kontrol setiap hari. Untuk obat-
obat yang penyimpanannya tidak di lemari pendingin, disimpan pada suhu
terkontrol yaitu < 25 °C. Pengendalian penyimpanan perbekalan kesehatan ini juga
dilakukan di setiap depo farmasi di RSUP Dr. Kariadi sehingga mutu pengobatan
tetap terjaga hingga diterima oleh pasien.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyerahkan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Distribusi yang dilakukan di RSUP Dr.Kariadi bertujuan menyediakan
perbekalan farmasi di masing-masing depo farmasi yang terdapat di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan harian pasien rawat inap maupun rawat jalan. Depo
Farmasi membuat permintaan mutasi melalui HMIS (Hospital Management and
Information System) kemudian menunggu persetujuan dari petugas Gudang
Farmasi. Setelah permintaan mutasi disetujui, maka surat permintaan mutasi
tersebut di print out dan ditandatangani oleh Kepala Tim Depo Farmasi yang
selanjutnya diserahkan kepada petugas Gudang Farmasi. Petugas Gudang Farmasi
membuat bukti mutasi dalam bentuk print out yang kemudian ditandatangani oleh
Apoteker Gudang. Bukti mutasi yang telah di print out kemudian dilakukan
penyiapan barang oleh petugas Gudang Farmasi dan semua pengeluaran sediaan
obat maupun alat kesehatan dicatat dalam kartu stok sebagai pengendalian.
Setelah semua obat tersebut sudah siap, petugas dari masing-masing depo farmasi
akan mengambil obat di Gudang Farmasi untuk dilakukkan pengecekkan ulang
kelengkapan obatnya dan dibawa ke masing - masing depo.
Apabila stok obat disalah satu depo habis dan membutuhkan obat atau alat
kesehatan tersebut serta gudang mengalami kekosongan barang tersebut dan di
depo lain masih ada stok, maka dilakukan transfer barang yang dilakukan oleh
petugas gudang. Depo yang memerlukan melaporkan ke bagian gudang kemudian
petugas gudang melakukan transfer barang dari depo yang masih memiliki stok ke
depo yang membutuhkan dengan melakukan transfer melalui HMIS.
Pendistribusian obat dan alat kesehatan serta bahan habis pakai ini
didistribusikan kepada setiap depo di RSUP Dr. Kariadi meliputi depo farmasi
Garuda, depo rawat jalan, depo ICU (Intensive Care Unit), depo Jantung, depo
IGD (Gawat Darurat), depo IBS (Bedah Sentral), ruang rawat inap, dan depo
Handling Sterile serta depo Sitostatika. Kemudian sistem distribusi ke pasien
dilakukan sesuai dengan peruntukkannya di setiap depo. Khusus obat program
seperti Obat Anti Tuberculosis (OAT) dan obat HIV/AIDS, pendistribusian dari
Dinas Kesehatan diterima oleh gudang pusat farmasi dan langsung di
distribusikan ke depo rawat jalan sehingga pengelolaan OAT ini dilakukan oleh
depo rawat jalan.
Sistem distribusi untuk pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi
menggunakan sistem Onedaily Unit Doses Dispensing (OUDD) sedangkan untuk
pasien rawat jalan dengan sistem Individual Prescribing System (IPS). Sistem
distribusi di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Kariadi ini dibantu oleh Hospital
Management Information System (HMIS) misalnya permintaan mutasi obat atau
alat kesehatan dari depo farmasi dan laporan stok obat/alkes.
7. Pelaporan
Laporan-laporan yang ada di gudang farmasi antara lain :
a. Laporan harian, meliputi : bukti permintaan, kartu stok.
b. Laporan bulanan, merupakan pemakaian barang selama satu bulan yang berisi
laporan persediaan (saldo awal, mutasi masuk, mutasi keluar, saldo akhir)
laporan anggaran yang terserap, laporan narkotika dan psikotropika.
9. Administrasi Kefarmasian
Administrasi pelaporan perbekalan farmasi merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin dan tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulan, semester atau tahunan. Pencatatan dan pelaporan
merupakan sarana perhitungan dalam rangka pertanggung jawaban obat-obatan
yang berada di Instalasi Farmasi dan merupakan sarana informasi dalam rangka
pengendalian persediaan, perencanaan pengadaan dan perencanaan
pendistribusian. Tujuannya yaitu tersedianya data mengenai jenis dan jumlah
penerimaan, persediaan, pengeluaran atau penggunaan dan data mengenai waktu
dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat dan bahan medis habis pakai. Jumlah
item obat dan bahan medis habis pakai yang mengalami mutasi dicatat, dilaporkan
kemudian di evaluasi dan pada akhirnya digunakan untuk perencanaan yang akan
datang. Laporan ketersediaan obat dilakukan tiap bulan dan akhir tahun.
Kegiatan administrasi yang dilakukan di IFRS meliputi laporan penggunaan
obat (pengelolaan resep rawat jalan, rawat inap dan Instalasi Gawat Darurat),
laporan penggunaan obat-obat program seperti TBC dan ARV, laporan narkotika
dan psikotropika. Laporan-laporan di instalasi farmasi RSUP Dr. Kariadi
dilakukan oleh bagian administrasi. Setiap laporan keluar ditandatangani oleh
direktur rumah sakit.
a. Laporan Pemakaian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Setiap depo farmasi yang ada di RSUP Dr. Kariadi mengirimkan laporan
pemakaian obat, bahan medis habis pakai dan alat-alat kesehatan yang digunakan
setiap bulan. Laporan tersebut dikirim tiap akhir bulan.
b. Laporan Narkotika
Rumah sakit terutama instalasi farmasi RSUP Dr. Kariadi menyusun dan
mengirimkan laporan penggunaan obat narkotika tiap bulan. Laporan penggunaan
narkotika berasal dari penggunaan obat narkotika di depo-depo farmasi. Laporan
ini ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Semarang dengan
tembusan kepada :
1) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2) Kepala Balai POM Jawa Tengah
3) Penanggung jawab narkotika di rumah sakit
4) Arsip
Laporan narkotika terdiri dari penggunaan sediaan jadi narkotika dan
laporan khusus penggunaan morfin dan pethidin.
c. Laporan Psikotropika
Laporan ini dibuat setiap bulan tetapi dilaporkan satu tahun sekali ( awal
januari sampai akhir desember). Laporan ini dibuat oleh instalasi farmasi yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Semarang.
d. Laporan OAT (Obat Anti Tubercolosis)
Obat – obat anti tubercolosis (OAT) RSUP Dr. Kariadi ditangani oleh
Instalasi Farmasi tetapi penyimpanannya di Instalasi Rawat Jalan. Penyediaan
obat ini berasal dari Dinas Kesehatan Kota Semarang. Penanganan pasien TB
awal dilakukan di Instalasi Rawat Jalan dan untuk selanjutnya pasien dikirim ke
Puskesmas sesuai alamat tempat tinggalnya. Instalasi Rawat Jalan bertugas
mengirim obat ke puskesmas yang meminta sesuai dengan data pasien yang
diterima. Laporan penggunaan OAT dibuat petugas yang bertanggung jawab dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Semarang.
e. Laporan ARV
Penyediaan obat ini berasal dari Dinas Kesehatan Kota Semarang. Laporan
penggunaan ARV ini dibuat setiap bulan sekali dan dilaporkan secara online ke
Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah dan Menteri Kesehatan.
g. Laporan Vaksin
Penyediaan obat ini berasal dari Dinas Kesehatan Kota Semarang. Laporan
penggunaan obat vaksin ini dibuat setiap bulan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Semarang dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah dan Menteri Kesehatan. Pelaporan Penggunaan Obat obat vaksin setiap
bulannya. Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tidak melakukan
pelaporan maka dianggap tidak melapor.
10. Pemusnahan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan
d. Dicabut izin edarnya
Pengelolaan obat-obat kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa di RSUP Dr.
Kariadi bisa dilakukan sistem retur kepada pihak distributor dengan memenuhi
berberapa persyaratan, misalnya kemasan obat masih utuh dan hal ini berlaku
sesuai kesepakatan di awal kerjasama antara pihak rumah sakit dengan distributor.
Pengambilan obat tersebut biasa nya dilakukan oleh distributor 3 bulan sebelum
kadaluarsa, ada juga yang diambil pada bulan kadaluarsa. Obat-obat yang akan
diretur harus sudah disiapkan bersama fakturnya.
Obat yang tidak dapar diretur dan tidak utuh satu box maka dibuat laporan
kadaluarsanya setiap semester oleh farmasi dan diserahkan ke panitia pemusnahan
khusus di RSUP Dr. Kariadi dan akan ditindak lanjuti atau dimusnahkan. Sistem
pemusnahan yang dilakukan RSUP Dr. Kariadi adalah dengan menggunakan
pihak ke 3 (vendor khusus) karena sesuai dengan kebijakan dari Kementrian
Lingkungan Hidup bahwa pemusnahan tidak dapat dilakukan secara mandiri,
kecuali sudah mendapatkan izin untuk melakukan pemusnahan secara mandiri.
Pemusnahan yang dilakukan tergantung pada panitia pemusnahan, kapan akan
dilakukan pemusnahan dan pelaporan untuk pemusnahan yang dibuat oleh farmasi
dilaporkan setiap 6 bulan kepada panitia pemusnahan. Khusus obat narkotika
dibuat juga laporan untuk panitia pemusnahan dengan prosedur khusus yaitu
untuk pemusnahannya harus disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dan
atau BPOM.
Gudang Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang dalam melakukan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai telah
memenuhi standar sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit serta telah terstandar sesuai JCI.
Struktur organisasi dari gudang farmasi berada di bawah koordinator
logistik. Unit gudang (perencanaan, penyimpanan) merupakan komponen yang
ada di bagian logistik. Kegiatan gudang farmasi meliputi pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan dan
penghapusan.
Waktu pelayanan kefarmasian di gudang farmasi setiap hari Senin - Sabtu
pukul 07.00-14.00, 14.00-21.00 WIB. Transaksi dan pelayanan kefarmasian
disesuaikan waktu pelayanan kefarmasian di gudang.
Lampiran 1. Daftar Obat Hight Alert Medication
Lampiran 2. Daftar Obat LASA