1. Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat statis ketimbang berubah sesuai perkembangan patofisiologi penyakit
dalam pencegahan & pengobatan penyakit. 3) Seringkali dokter menganggap obat itu sudah diuji secara menyeluruh sehingga
4 macam proses yang tercakup dalam farmakoterapi: pasti aman & manjur tanpa melakukan observasi yg cermat
a. Proses Farmaseutik yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang formulasi 4) Bila diagnosis penyakit belum pasti, pengobatan biasanya gabungan terapi
sediaan, bentuk sediaan & kualitas produk. simtomatik dan terapi asumsi multikausal
b. Proses Farmakokinetik yaitu segala sesuatu yang menentukan ADME.
c. Proses Farmakodinamik yaitu ilmu yang mempelajari efek obat terhadap 6. Obat yang bekerja spesifik. Obat ini hanya bekerja pada 1 reseptor tetapi dapat
fisiologi & biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja. memberikan efek ganda karena lokasi reseptor ada di berbagai organ. Maksudnya
d. Proses Terapeutik yaitu tentang diagnosa / memilih obat, formulasi dosis & reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologi & biokimia, tetapi juga
memilih regimen obat. dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Contoh: Aspirin bekerja pada
Prostaglandin (menghambat sintesis PG), dimana PG juga terdapat pada sendi
2. 8 langkah proses intelektual dalam farmakoterapi sehingga pengobatan objektif dan menyebabkan nyeri (efek terapi) & pada saluran cerna menyebabkan regulator
berhasil (sukses) : sekresi asam lambung (ES).
1) Diagnosis : mendasarkan pengobatan pada diagnosis yang tepat.
2) Patofisiologi : memahami patofisiologi yang mendasari diagnosis. 7. Obat yang bekerja selektif. Obat ini hanya bekerja pada 1 reseptor pada jaringan
3) Farmakologi: memahami farmakologi dari berbagai obat. tertentu pada konsentrasi dimana memberikan sedikit efek di organ lain. Contoh:
4) Hubungan antara patofisiologi dengan farmakologi obat. Antihistamin bekerja pada reseptor Histamin yang dapat mengatasi alergi, tapi juga
5) Seleksi obat dalam dosis optimal yang dipilih. bekerja pada reseptor SSP yang dapat menyebabkan mengantuk.
6) Keberhasilan terapi & efek samping terapi (hasil pengobatan).
7) Analisis kritis kepustakaan untuk dipakai pada terapi empiris. 8. Pada kebanyakan obat, perubahan2 dalam pengikatan obat dengan protein plasma
8) Meningkatkan hubungan dokter/farmasis dengan penderita. (protein binding) dapat berdampak pada resiko klinik yang memadai / signifikan.
1) Proses Distribusi
3. 5 kesalahan yang sering terjadi dalam penerapan farmakoterapi. Dengan adanya perubahan pengikatan obat dengan protein plasma maka akan
1) Pemberian obat dalam dosis yang lebih tinggi. berpengaruh besar pada proses distibusi. Obat tsb akan semakin banyak dalam
2) Adanya penggunaan obat lebih toksik sementara tersedia obat yang lebih aman bentuk bebas & obat inilah yang akan cepat terdistribusi, obat yang dalam
& sama efektifnya. bentuk bebas yang dapat mencapai tempat kerja yang sesungguhnya & karena
3) Memberikan obat yang manfaatnya tidak jelas. itu dapat menghasilkan respon klinik. Perubahan ikatan protein plasma obat tsb
4) Memberikan lebih dari satu macarn obat & menimbulkan interaksi yang dapat disebabkan oleh berkurangnya kadar albumin dalam tubuh seseorang
berbahaya. sehingga obat tsb yang terikat pada protein menurun. Ikatan protein juga
5) Memberikan obat yang lebih mahal sementara tersedia obat yang lebih murah tergantung kepada sifat2 bahan berkhasiat, harga plasma darah, umur, interaksi
yang sama efektif & keamanannya. obat yang mempunyai persaingan terhadap ikatan protein.
2) Respon klinik obat
4. Contoh penerapan farmakoterapi yang tidak rasional. Jika ada obat lain dapat mendesak pengikatan dengan protein plasma tsb. Obat
Tidak tepat dosis yang berubah ikatan protein plasmanya karena terdesak oleh obat lain akan
Tidak tepat cara pemberian semakin banyak obat tsb dalam bentuk bebas yang akan berpengaruh terhadap
Tidak tepat lama pemberian intensitas kerja & lama kerja. Jika kadar obat bebas tsb meningkat drastis dalam
Tidak tepat rute pemberian darah maka dapat menyebabkan efek toksik.
5. 4 konsep yang salah (miskonsepsi) 9. Variasi individual yang dapat mempengaruhi respon obat:
1) Sebagian besar dokter menganggap pengobatan itu sebagai seni, berdasarkan 1) Faktor Patofisiologi : Untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi hati/ginjal
pengalaman & penghayatan masing2 dlm mengatasi keluhan, gejala & pendapat akan berpengaruh terhad.ap proses farmakokinetik sehingga akan memberikan
yg beragam dari penderita tg penyembuhan penyakit respon yang berbeda, misalnya:
2) Kebanyakan dokter terpaku istilah diagnostik tradisional yg berangkat dari hasil Pasien yang mengalami gangguan fungsi hati, maka metabolisme di dalam
tubuh agak lama sehingga pemberian dosis obat dikurangi, jika tidak 10. Untuk memproteksi tubuh dari serangan infeksi di dalam tubuh, kita sudah memiliki
dikurangi maka obat akan terakumulasi dalam hati & terjadi toksisitas. mekanisme pertahanan tubuh (Natural Host Defense). Jelaskan mekanisme
Pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal, maka berpengaruh terhadap pertahanan tubuh yang terdapat pada:
proses ekskresinya dimana jika dosis dinaikkan, kadar obat dalam darah a. Kulit
menurun, sehingga ekskresi obat dalam tubuh cepat. Jika dosis diturunkan, Berfungsi untuk melindungi jaringan terhadap kerusakan secara fisika kimia,
kadar obat dalam darah naik/meningkat, sehingga ekskresi obat dalam terutama kerusakan mekanik & terhadap masuknya mikroorganisme, misalnya
tubuh lambat. luka & trauma
2) Faktor genetik : dimana kemampuan metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor b. Membrane mukosa (saluran nafas)
genetik dan lingkungan, misalnya: Ada sila2 (rambut2 hidung) sebagai filter yang dapat menyaring udara yang
Obatnya : INH, Hidralazin, Prokainamid, Sulfametazin, Dapson. masuk pada saluran pernapasan atas
Responny : Asetilator cepat (respon menurun, toksisitas meningkat). c. Saluran cerna
Asetilator lambat (toksisitas meningkat). Sekresi getah lambung merupakan larutan HCl yang berfungsi untuk
Mekanisme kerja: berdasarkan perbedaan aktivitas enzim N asetil membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan.
transferase Gerakan peristaltic & se12 epitel yang hilang akan memindahkan
3) Faktor usia : mikroorganisme yang berbahaya dari saluran GI.
Anak : usia, berat badan, luas permukaan tubh atau kombinasi faktor 2 ini d. Saluran genitouriter
dapat digunakan untuk menghitng dosis anak dari dewasa Pria : dilindungi dengan panjangnya uretra ± 20 cm, bakteri sangat jarang
Neonates dan bayi prematur : pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan untuk dapat berpenetrasi.
respon yg terutama disebabkan oleh belum sempurnanya fungsi Wanita : dilindungi dengan pH yang asam dari vagina.
farmakokinetik tubuh
Fase biotransformasi hati (terutama glukuronidasi dan jg hidroksilasi) 11. Pengertian dan manfaat SOAP
yg kurang S (Subjektif) : berdasarkan informasi dari pasien
Fase ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus & sekresi tubuli) yg hanya 60- O (Objektif) : pemeriksaan lebih mendalam (Lab, USG)
70% dari fase ginjal dewasa A (Assesment) : penilaian terhadap suatu penyakit untuk pengobatan
Kapasitas ikatan protein plasma (terutama albumin) yg rendah P (Plan) : tindak lanjut dari obat/bentuk sediaan yang dipilih untuk pengobatan yang
Sawar darah otak dan sawar kulit yg belum sempurna lebih baik&kapan mulai diterapi.
Dg demikian diperoleh kadar obat yg tinggi dlm darah & jaringan. Manfaat SOAP:
Disamping itu, terdapat peningkatan sensitivitas eseptor terhadap obat. Untuk menilai rencana terapeutik seeara sistematis.
Akbatnya terjadi respon yg berlebihan atau efek toksik pd dosis yg Bisa menentukan terapi yang akan diberikan.
biasa diberikan berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh Menentukan dosis obat berdasarkan umur, BB, fungsi hati & ginjal.
Usia lanjut : disebabkan oleh banyaknya faktor yang menurun, Dapat memantau kalkulasi farmakokinetik.
Penurunan fungsi ginjal (filtrasi glomerulus & sekresi tubuli) Dapat menentukan koreksi bentuk sediaan, rute pemberian & jadwal pemberian.
merupakan faktor farmakokinetik yg penting
Perubahan faktor2 farmakodinamik, yakni peningkatan sensitivitas 12. Paparan manifestasi respon sistemik yang tersedia pada pasien jika terkena infeksi,
reseptor, terutama reseptor otak & penurunan mekanisme homeostatic khususnya:
kardiovaskular (terhadap obat2 atihipertensi) a. Manifestasi Cardiopulmonary: adanya penyakit infeksi meningkatkan & ada
Adanya berbagai penyakit juga penurunan laju denyut nadi (Misal: Demam Tipoid).
Penggunaan banyak obat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi b. Manifestasi Renal: akan memproduksi sepsis berkisar pada protein urea sampai
interaksi obat. Akibatnya sering kali terjadi respon yg berlebihan atau ke akut renal (kegagalan fungsi ginjal).
efek toksik serta berbagai efek samping bila mereka mendapat dosis yg c. Maifestasi Hepatik: disfungsi hati dari berbagai infeksi juga penyakit infeksi
biasa diberikan pd penderita dewasa muda yang tidak teralokasi di hati. Contoh infeksi kolestatik (penyakit kuning) &
hiperbilirubinemia.
d. Manifastasi Neurologik: ketidakmampuan fungsi otak.
pembuatan bentuk obat dengan penyalut yang tahan terhadap cairan lambung.
13. Faktor2 yg mempengaruhi absorpsi obat : b. Rute Pemberian
1) Kelarutan obat Untuk pasien muntah2, koma/dikehendaki efek yang cepat karena obat melalui
Agar dpt diabsorpsi obat harus dlm keadaan larut, obat yg diberikan dlm rute oral tidak memungkinkan. Tetapi dapat dilakukan melalui rute rektal,
keadaan larut akan lebih cepat diabsorpsi dari pada obat yg harus larut dulu parenteral, dll
dalam cairan tubuh sebelum diabsorpsi c. Jadwal Pemberian
2) Kemampuan difusi melintasi sel membran Untuk obat yang diberikan pada malam hari seperti warfarin, jika diberikan
Makin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane makin pada pagi hari maka aktivitasnya menurun sehingga resiko pendarahan
cepat obat diabsorpsi makin meningkat.
3) Kadar obat Prednison diberikan pada pagi hari karena lebih meningkatkan ekskresi
Makin tinggi kadar obat dalam larutan, makin cepat diabsorpsi hormon.
4) Waktu kontak dg permukaan absorpsi Furosemid diberikan pada pagi hari karena jika diminum pada malam hari
Obat lebih cepat diabsorpsi oleh bagian tubuh yg mempunyai luas permukaan akan mengalami urinasi.
besar
5) Bentuk sediaan obat 16. Penggunaan obat pada kondisi
Kecepatan absorpsi tergantung pada kecepatan pelepasan obat dri bahan a) Gangguan fungsi hati
pembawa bentuk obat Pasien yg mengalami gangguan fungsi hati, maka metabolisme did lm tubuh
6) Rute penggunaan obat akan lambat shg pemberian dosis harus dikurangi, bila tidak dikurangi maka
Obat melalui salran pencernaan lebih lambat disbanding dg penggunaan secara obat akan terakumulasi dalam hati & akan terjadi toksisitas
parenteral b) Bayi
Pada usia ini perbedaan respon yg utama disebabkan belum sempurnanya
14. Faktor yg mempengaruhi metabolisme obat berbagai fungsi farmakokinetik tubuh
1) Metabolisme persistemik c) Wanita hamil
Obat yg diberikan peroral bila melewati dinding usus kecil dan melalui hati akan Harus dilakukan secara hati2, karena harus mempertimbangkan 2 nyawa yaitu
mengalami metabolisme sebelum mengalami sirkulasi sistemik ibu dan janin. Dosis yg diperlukan harus sesuai kebutuhan, terutama obat yg di
2) Umur sekresikan melalui uterus sehingga tidak mempengaruhi janin.
Bayi metabolismenya lebih lambat d) Kelainan farmakogenetik
3) Faktor genetik : ada orang yg memiliki faktor genetik tertentu yg dapat Dalam kemampuan metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor genetic dan
menimbulkan perbedaan khasiat obat lingkungan
4) Lingkungan : meningkatnya laju metabolisme karena adanya insektisida Contoh :
5) Merokok : meningkatkan laju metabolisme obat INH
6) Diet : laju metabolisme obat meningkat dg diet tinggi protein atau rendah Responnya :
karbohidrat, menurunkan laju metabolisme obat pada kondisi kekurangan Asetilator cepat, shg dosis ditingkatkan, waktu paruh 1 jam, respon
7) Alkohol : akut, menghambat metabolisme obat. Kronik, meningatkan laju menurun, toksisitas oleh derivate N-asetil meningkat
metabolisme obat Asetilator lambat, waktu paruh 3 jam, shg dosis dikurangi karena jika
8) Obat : dapat meningkatkan / menurunkan laju metabolisme (enzim penginduksi tidak akan meningkatkan toksisitas
atau penghibisi) Mekanisme kerja berdasarkan perbedaan aktivitas enzim N-asetil
transferase
15. Dalam terapi untuk pasien, farmasis harus menentukan:
a. Bentuk sediaan 17. Macam-macam toleransi obat
Untuk pasien yang cenderung muntah/lambungnya terganggu, lebih disukai 1) Toleransi farmakodinamik
pemakaian obat dalam bentuk suppossitoria, sejauh tidak dilakukan 2) Toleransi metabolik
pemberian parenteral.
Untuk pasien yang mengalami iritasi mukosa lambung, dibutuhkan
18. ADR lebih sering terjadi pd usia yg sangat muda dan lanjut usia dibandingkan dg 21. Absorpsi obat
usia dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita disbanding pria (2:1) karena : Parasetamol dikombinasikan dg metoklopramid dan parasetamol tunggal (Kombinasi
Pada usia sangat muda organ 2 belum berfngsi sempurna sedangkan pada lanjut usia mempercepat pengosongan lambung)
fungsi rgan sudah mulai menurun sehingga lebih sering terjadi ADR.
Pada wanita lebih sering muncul ADR karena konsumsi obat kontrasepsi oral, shg
obat yg sering diberikan bersamaan kontrasepsi oral dpt menurunkan konsentrasi
obat tsb.