Anda di halaman 1dari 5

TUGAS COMPOUNDING AND DISPENSING

Disusun oleh
Nama : Rara Rista Putri
NPM : 21344082
Kelas : E

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
Carilah kasus-kasus dari penggunaan obat tidak rasional (kasus kejadian di RS, Klinik, dan
Puskesmas) :
1. Resep boros
2. Resep lebih
3. Resep majemuk
4. Resep salah

Jawaban :
1. Peresepan boros
Peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada alternatif yang lebih murah
dengan manfaat dan keamanan yang sama.
Kasus :
 Pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia (umumnya disebabkan oleh virus)
Catatan : 80% asien ISPA non pneumonia diberikan antibiotik, padahal hanya 10-30%
yang membutuhkan antibiotik.

2. Peresepan berlebihan
Peresepan dengan dosis, lama pemberian, atau jumlah obat yang diresepkan melebihi
ketentuan.
Contoh :
 Gentamicin injeksi 80mg untuk pasien dengan BB 45kg selama 3 minggu.
Menurut standar terapi dosis, 80mg dan selama 2 minggu.
 Ciprofloxacin 500mg tablet untuk pasien dengan BB 60kg diberikan 3 kali sehari
selama sebulan.
Menurut standar terapi dosis 500mg selama 2 minggu.

Peresepan dengan obat-obat sebenarnya tidak diperlukan


Contoh :
 Pemberian beberapa jenis multivitamin :
Vitamin B komplek (generik) dengan iberet tab (paten) pada pasien hamil.
 Pemberian infus pada setiap pasien masuk dari IGD, padahal belum tentu mengalami
kekurangan cairan tubuh.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk pasien bedah bersih.

Peresepan kurang
 Bila obat yang diperlukan tidak diresepkan
 Dosis obat yang diberikan tidak cukup
Contoh : amoxicilin 250mg untuk dewasa seharusnya diberikan amoxicilin 500mg
untuk dewasa
 Lama pemberian terlalu pendek
Comtoh : pemberian antibiotik selama 3 hari untuk pasien ISPA-pneumonia (menurut
standar terapi selama 6 hari)

3. Peresepan majemuk
Pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal cukup diberikan obat tunggal saja.
Contoh : pasien anak dengan diagnosa batuk dan pilek.
Pemberian puyer berisi : ampisilin, paracetamol, gliserin guayacolat, dexametason, CTM,
dan luminal.

4. Peresepan salah
 Pemakaian obat dengan indikasi keliru
Contoh : pemberian vitamin B12 untuk keluhan pegal linu (seharusnya defisiensi vit
B12)
 Diagnosis tepat terapi obat keliru
Contoh : pemberian obat tetrasiklin pada pasien anak dengan diagnosa cholera, sedang
pilihan yang lebih aman adalah kotrimoksazol
 Pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi lain (ex: kelainan ginjal, kelainan
jantung, dll)
Contoh: pemberian antibiotik golongan aminoglikosida pada pasien lansia yang jelas
memberi resiko ototoksik dan nefrotoksik.

5. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan


 Kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi mutu pengobatan dan
pelayanan secara langsung dan tidak langsung.
Contoh : pemberian antibiotik dan antidiare pada kasus-kasus diare akut tanpa disertai
pemberian campuran rehidrasi (oralit) yang memadai, akan berdampak terhadap upaya
penurunan angka moralitas diare.

6. Dampak terhadap biaya pelayanan dan pengobatan


 Penulisan resep tanpa indikasi yang jelas, untuk kondisi-kondisi yang sebenarnya tidak
memerlukan terapi obat, merupakan pemborosan baik di pandang dari sisi pasien
maupun sistem pelayanan.
Contoh : peresepan dengan obat-obat paten yang mahal, jika ada alternatif obat generik
dengan mutu dan keamanan yang sama merupakan salah satu bentuk ketidakrasionalan
karena meningkatkan beban pembiayaan.

7. Dampak terhadap kemungkinan efek samping


 Peresepan yang tidak rasional / berlebihan baik dalam jenis dan dosis dapat
meningkatkan resiko efek samping obat.
Contoh : pemakaian antibiotik secara berlebihan jua berkaitan dengan meningkatnya
resistensi kuman terhadap antibiotik yang bersangkutan terhadap populasi.
Catatan : ini mungkin dampak efek samping yang kurang nyata pada pasien tapi
konsekuensinya serius secara epidemiologi.

8. Dampak aspek sosial secara psikososial


 Peresepan yang berlebih oleh dokter sering memberikan pengaruh psikologi pada
masyarakat. Masyarakat sangat tergantung pada terapi obat walaupun belum tentu
intervensi obat, merupakan pilihan utama untuk kondisi tersebut.
Contoh :
- Pemakaian obat aspirin secara ters menerus untuk mencegah penyakit jantung
koroner ( profilaksis ) lebih penting dari faktor resiko yang sudah jelas, yaitu : “tidak
merokok, diabaikan”
- Pemakaian obat antidiabetika secara terus menerus untuk menurunkan kadar gula
dalam darah lebih penting dari faktor resiko yang sudah jelas, yaitu : “tidak
mengatur diet makanan yang mengandung karbohidrat tinggi”

Anda mungkin juga menyukai