P
uji syukur ke hadirat Tuhan, atas perkenan-Nya ini dapat terselesaikan
dan sampai ke tangan pembaca. Buku ini disajikan dengan bahasa
yang mudah dicerna dan mudah diaplikasikan dalam praktik
kefarmasian sehari-hari. Buku ini ditujukan untuk setiap pembaca yang tertarik
mendalami dunia farmasi. Buku ini juga dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan lain yang terkait dengan obat serta dijadikan panduan bagi apoteker
dalam praktik compounding dan dispensing di apotek, instalasi farmasi di rumah sakit
maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Materi buku ini meliputi 2 bagian besar, bagian pertama yaitu konsep dasar
compounding dan dispensing dalam pelayanan kefarmasian, sedangkan bagian kedua
adalah teknis pelaksanaan pembuatan beberapa sediaan. Ucapan terima kasih
disampaikan penulis kepada Dra. Sri Zuraina, apt. atas dukungan dan sarana yang
sangat berharga dalam penulisan buku ini.
Akhir kata semoga buku ini dapat menjadi sumber informasi dalam pendidikan
calon apoteker dan praktik kefarmasian di pelayanan kesehatan. Penulis menantikan
masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan buku ini.
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAGIAN 1
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Compounding
Bab 3 Dispensing
Bab 4 Prinsip Dasar Pengerjaan Dalam Compounding
Bab 5 Rute Pemakaian Dan Bentuk Sediaan
Bab 6 Stabilitas Obat Racikan
Bab 7 Penyimpanan Dan Manajemen Persediaan Obat
Bab 8 Perhitungan Dalam Farmasi
Bab 9 Prosedur Operasi Standar
Bab 10 Etiket, Label Tambahan Dan Kemasan
BAGIAN 2
Bab 11 Serbuk Bagi Dan Serbuk Tabur
Bab 12 Kapsul
Bab 13 Larutan
Bab 14 Suspensi
Bab 15 Emulsi
Bab 16 Salep. Pasta Dan Krim
Bab 17 Gel
Bab 18 Suppositoria
DAFTAR PUSTAKA
SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIGUNAKAN
BAGIAN 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A
poteker merupakan suatu profesi unik yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam ilmu alam dan yang tidak dapat digantikan oleh
profesi lain. Suatu kesehatan dalam praktik farmasi yang berpotensi
menimbulkan tragedi. peran apoteker untuk pasien rawat jalan meliputi compounding
dan dispensing, konseling kepada pasien, meminimalkan kesalahan pengobatan,
meningkatkan kepatuhan pasien, monitoring terapi obat dan meminimalkan
pengeluaran biaya untuk obat.
Dalam proses dispensing, obat diserahkan kepada pasien secara individual
sebagai tanggapan atas transkripsi dalam (lembar resep) yang dituliskan dokter. Dalam
pelayanan Farmasi komunitas, beberapa obatJuga dapat diserahkan pada
pasienBerdasarkan rekomendasi apoteker terutama obat yang memiliki tingkat
keamanan tinggi dan untuk keperluan swamedikasi.
Aktivitas apoteker dalam mengindividualisasi pasien meliputi fungsi klinis dan
compounding. Keahlian apoteker harus digunakan untuk penyesuaian dosis dan
frekuensi pemberian obat, serta pemilihan bentuk sediaan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien. Semua apoteker harus memperhatikan Pilihan obat untuk terapi
yang akan diserahkan pada pasien setelah proses compounding. Apoteker terikat
secara moral dan hukum untuk bertanggung jawab atas pelayanan pasien dengan
melakukan compounding dan dispensing suatu preskripsi dengan tepat.
1.1 PENGERTIAN COMPOUNDINGDAN DISPENSING
Compounding
Compounding merupakan bagian integral dalam praktik kefarmasian yang
penting dalam perbekalan pelayanan kesehatan. Compounding adalah tindakan yang
meliputi pembuatan, pencampuran, peracikan pelabelan sediaan atau alat kesehatan
atas permintaan dokter dapat juga atas inisiatif praktik profesional apoteker untuk
penelitian, pengajaran dan analisa kimia yang tidak diperdagangkan. Compounding
juga berarti pembuatan sediaan obat dalam jumlah yang relatif kecil sebagai tindak
lanjut hubungan spesifik antara dokter-pasien-apoteker. Dosis obat yang diberikan
sesuai dengan kondisi pasien dan bersifat profesional.
Perbedaan dengan industri sediaan farmasi adalah kegiatan kefarmasian pada
industri meliputi produksi pembuatan sediaan secara langsung atau tidak langsung
dalam skala besar, melalui ekstraksi dari suatu bahan alam atau dari sintesa kimia atau
biologi, pengemasan atau pengemasan kembali suatu bahan, memberi label atau
melabel kembali wadah dan mempromosikan atau memasarkannya serta membagi
bagi kemasan yang besar menjadi kemasan yang lebih kecil untuk dijual kembali,
sehingga bersifat komersial. Dosis obat yang dibuat berdasarkan dosis rerata populasi.
Dispensing
Dispensing juga merupakan bagian yang penting dari praktik kefarmasian,
dimana apoteker menganalisis dan sekaligus menyediakan obat yang diperlukan oleh
dokter lewat preskripsi. permintaan dokter tersebut dapat secara tertulis atau lisan, Jadi
yang termasuk dispensing adalah aktivitas yang terjadi dalam waktu antara preskripsi
diterima dari pasien di loket sampai obat diserahkan ke pasien. apoteker bertanggung
jawab untuk melakukan dispensing dengan teliti agar pengobatan berjalan seperti yang
dimaksud oleh dokter.
Alur aktivitas dispensing meliputi:
1. Menerima permintaan obat melalui preskripsi
2. Melakukan pemeriksaan administratif, farmasetis dan klinis serta menafsirkan
transkripsi
3. Memeriksa kebenaran obat yang tertulis di preskripsi dan melakukan konsultasi ke
penulis resep bila diperlukan
4. Menyiapkan obat untuk dikemas atau diracik
5. Perhitungan biaya dan pemeriksaan obat terakhir di loket
6. Penyerahan obat ke pasien atau yang mewakili dengan instruksi penggunaan yang
jelas dan memberikan konsultasi.
Jadi dispensing tidak sekedar menyerahkan obat sesuai resep, tetapi sebelum
diserahkan kepada pasien, obat diskrining terlebih dahulu.
1.2 PRAKTIK KEFARMASIAN YANG BAIK (GOOD PHARMACY PRACTICE)
Suatu standar merupakan bagian penting dalam pengukuran kualitas pelayanan
pada pasien. Sebagai standar internasional dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian
bagi Pasien adalah praktik kefarmasian yang baik (Good Pharmacy Practice), yaitu
suatu panduan yang berbasis asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) yang
dilakukan oleh apoteker. Panduan tersebut merekomendasikan agar ditetapkan suatu
standar nasional untuk promosi kesehatan, pengadaan obat, peralatan medis
swamedikasi pasien, perbaikan peresepan dan penggunaan obat melaluiaktivitas
apoteker. Panduan Good Pharmacy Practice tersebut disusun oleh International
Pharmaceutical Federation (FIP) pada tahun 1993, dan disetujui oleh Komite Ahli untuk
Spesifikasi Sediaan Farmasi-Organisasi Kesehatan Dunia pada April 1997 dan diterima
oleh kongres FIP pada September 1997. FIP mendesak organisasi kefarmasiandan
pemerintah untuk bekerjasama memperkenalkan standar yang tepat, atau bila sudah
terdapat standar nasional, untuk dikaji ulang sesuai panduan yang ditetapkan dalam
dokumen Praktik Kefarmasian yang Baik.
Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan pengobatan dan
mengusahakan masyarakat memperoleh pengobatan dan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Secara umum pelayanan kefarmasian melibatkan aktivitas untuk mencapai
kesehatan yang baik dan menghindarkan kesehatan yang buruk di masyarakat dengan
menggunakan obat yang menghasilkan efek terapetik yang maksimum dan
menghindarkan efek samping yang tidak diharapkan.
Semua apoteker wajib menghasilkan pelayanan untuk setiap pasien dengan
kualitas Yang memadai sesuai dengan Praktik Kefarmasian yang Baik (Good Pharmacy
Practice).Compounding dan dispensing yang baik merupakan bagian dalam Praktik
kefarmasian yang baik tersebut.
Filosofi praktik kefarmasian yang baik adalah menyediakan pengobatan, produk
perawatan kesehatan, pelayanan kesehatan dengan baik dan menolong masyarakat
untuk menggunakan obat dengan baik dan benar. Pada tahun terakhir, istilah asuhan
kefarmasian ditetapkan sebagai filosofi praktik, dengan pasien dan komunitas sebagai
penerima manfaat utama semua tindakan kefarmasian. Konsepdasar asuhan
kefarmasian dan praktik dan kefarmasian yang baik merupakan hal yang identik,
sehingga dapat disebutkan bahwa praktik kefarmasian yang baik merupakan jalan
untuk melaksanakan asuhan kefarmasian. Praktik kefarmasian yang baik memiliki ciri
sebagai berikut:
1. Segala langkah yang utama adalah yang berhubungan dengan kesejahteraan
pasien
2. Inti kegiatan kefarmasian adalah penyediaan pengobatan dan pelayanan produk
kesehatan dengan kualitas yang terjamin memberi informasi dan saran kepada
pasien serta memonitor efek pengobatan
3. Berkontribusi mempromosikan resep yang rasional, wajar secara ekonomis serta
penggunaan obat yang tepat
4. Tujuan dari setiap pelayanan kefarmasian adalah kesesuaian untuk pasien,
dirumuskan dengan jelas, serta sudah dikomunikasikan secara efektif kepada
semua pihak yang terkait.
Penerapan Praktik Kefarmasian yang Baik
Penerapan praktik kefarmasian yang baik meliputi tempat aktivitas utama yaitu:
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan yang baik menghindari
kesehatan yang buruk dan pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan obat dan alat
kesehatan lain.
3. Aktivitas yang berhubungan dengan suami dikasih antara lain pemberian saran
penyediaan obat dan pengobatan gejala penyakit.
4. Aktivitas yang berhubungan dengan penulisan skripsi dan penggunaan obat
preskripsi tersebut.
Sebagai tambahan empat aktivitas utama tersebut juga mencakup:
- Merancang aktivitas promosi kesehatan termasuk meminimalkan penyalahgunaan
obat
- Secara profesional, memilih materi yang dipromosikan untuk pengobatan dan
produk lain yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan
- Informasi mengenai obat dan aspek pemeliharaan kesehatan
- Terlibat dalam semua tahap percobaan klinis.
- Perlu diperhatikan bahwa spesifikasi standar praktis ke farmasian yang baik dapat
diadakan hanya oleh organisasi ke farmasian.
Aplikasi Praktik Kefarmasian yang Baik di Negara Berkembang
Pada kongres FIP pada tahun 1996 ditetapkan petunjuk mengenai praktik kefarmasian
yang baik untuk negara yang sedang berkembang. Petunjuk Tersebut ditujukan
kepada apoteker yang terkait. untuk menuju praktik ke permasalahan yang baik masih
harus ada pembenahan dalam:
1. Sumber daya manusia
Di negara berkembang saat ini dapat dimaklumi bahwa karena beberapa alasan
jumlah apoteker yang ada tidak mencukupi sehingga tidak semua orang dapat
berinteraksi langsung dengan apoteker. Namun demikian harus tetap ditekankan
bahwa semua orang harus memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan
kefarmasian yang mencukupi. Direkomendasikan bahwa setiap pekerja kesehatan
dalam komunitas telah memiliki kemampuan dasar mengenai bagaimana obat harus
disampaikan kepada pasien yang cepat dan digunakan pada kondisi kesehatan
yang tepat, dengan instruksi si yang sesuai. Pada tingkat institusi yang lebih tinggi,
direkomendasikan bahwa setiap pekerja telah mendapatkan pelatihan/ memiliki
spesialisasi yang lebih tinggi pula. Pemerintah juga harus diyakinkan akan
kebutuhan dan manfaat adanya pelayanan kefarmasian yang berkualitas.
2. Pelatihan
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang kompoten
dalam bidang kefarmasian, khususnya apoteker. Pelatihan pendidikan yang
dilakukan hjarus secara bertahap untuk meningkatkan kempuan dan pengetahuan
sumber daya manusia dalam bidang kefarmasian. Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki setiap mpekerja kesehatan dalam komunitas adalah penggunaan obat dalam
dosis dan tingkat keamanan yang tepat. Pada beberapa negara, mengadakan
pelatihan negeri terkadang tidak efektif secara ekonomi. Jika demikian, maka harus
diupayakan cara lain, misalnya dengan mengirim apoteker untuk mendapat
pendidikan dan pelatihan di negara lain dengan bantuan biaya pemerintah.
Standar dan kurikulum harus selalu ditetapkan dalam setiap tingkat
pembelajaran untuk menjamin adanya konsistensi dan kesesuaian. Dengan
berjalannya waktu, standar tersebut dapat ditingkatkan secara bertahap untuk
mengembangkan kompetensi dan pengetahuan pekerja kefarmasian dalam
berbagai tingkat.
3. Standar
Bangunan
Tempat untuk pelayanan kefarmasian harus disediakan terpisah dari area
pelayanan lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk dan memperkecil
resiko terjadinya kesalahan dispensing. Persyaratan yang diperlukan antara lain:
- Tempat yang bersih, rapi, dan lapang untuk penyimpanan, pengemasan ulang,
dispensingdan distribusi obat. Tempat tersebut harus memiliki keamanan yang
baik.
- Pencahayaan yang cukup
- Perlindungan dari paparan sinar matahari dan suhu yang tinggi. Bila diperlukan
dapat digunakan lemari es
- Ketersediaan peralatan yang memadai untuk compoundingdan dispensing
- Buku-buku referensi dasar.
Dispensing
Untuk menjamin bahwa obat yang benar diberikan kepada pasien yang benar,
dalam dosis dan bentuk sediaan yang benar. Persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain :
- Obat yang benar untuk pasien yang benar
- Sedapat mungkin menghindarkan interaksi obat
- Kualitas obat dipertahankan dengan cara penyimpanan yang ditentukan
- Memberikan instruksi yang lengkap dan jelas kepada pasien untuk menjamin
kebenaran dan keamanan penggunaan obat, di mana keberhasilan pengobatan
menjadi tujuan utamanya
- Informasi yang diberikan kepada pasien setidaknya meliputi instruksi pemakaian,
perhatian, efek samping yang mungkin terjadi, dan tindakan yang harus
dilakukan apabila efek samping tersebut terjadi.
Wadah obat
Untuk menjamin kualitas dan integritas produk obat:
- Tablet/kapsul diberikan dalam kantong plastik kedap udara (persyaratan
minimal)
- Sediaan cair diberikan dalam botol farmasi agar dapat dibedakan dengan botol
yang dapat dibedakan dari botol pada umunya
- Wadah boleh digunakan kembali jika telah dibersihkan luar dan dalam dengan
baik.
Perlabelan
Persyaratan miniman yang harus dicantumkan pada label adalah :
- Nama generik dan kekuatan obat
- Dosis, frekuensi pemberian, dan durasi penggunaan obat (bila memungkinkan)
- Tanggal dispensing obat
- Nama pasien
- Nama/alamat penyedia obat
- Peringatan untuk keamanan anak-anak.
Swamedifikasi
Jika apoteker atau tenaga kefarmasian yang terkualifikasi terlibat dalam
swamedikasi, harus disediakan Prosedur Operasi Standar untuk menjamin bahwa
saran yang diberikan tepat dan akurat.
Produk
Harus ada ketentuan yang legal dalam mekanisme pembuatan obat untuk menjamin
kualitas, kemanan, dan manfaat produk obat. Contoh : WHO Certification Scheme
For Manufacturers.
4. Legislasi dan Kebijakan Obat Nasional
Legislasi
Legislasi merupakan persyaratan dasar untuk mencapai Praktik Kefarmasian yang
baik. Tidak hanya harus ada, namun legislasi harus dapat diterapkan dengan
sesuai. Contoh persyaratan legislasi adalah dengan adanya suatu badan yang
otonom yang mengelola registrasi, distribusi, dan sumber daya manusia yang
berkaitan dengan kefarmasian.
S
ebagaimana telah disebutkan pada bab 1, compounding adalah
tindakan yang meliputi pembuatan, pencampuran, peracikan, pemberian
label sediaan atau peralatan atas permintaan preskripsi dokter.
Compounding juga meliputi pembuatan sediaan atas inisiatif praktik profesional untuk
penelitian, pengajaran, analisa kimia dan tidak diperdagangkan.
2.1 PERBEDAAN ANTARA COMPOUNDING & PRODUKSI SKALA BESAR
Compounding :
- Perbuatan sediaan obat dalam jumlah yang relatif kecil sebagai tidak lanjut dari
hubungan spesifik, antara dokter, pasien, dan apoteker, dengan dosis individual
sesuai kebutuhan pasien
- Pembuatan, pencampuran, pemberian label sediaan atau perlatan atas permintaan
preskripsi dokter, dapat juga atas inisiatif untuk praktik profesional untuk penelitian,
pengajaran, analisa kimia dan tidak untuk diperdagangkan
- Pembuatan obat/sediaan atau peralatan untuk mengantisipasi permintaan obat
secara rutin atas preskrispsi dokter.
Produksi skala besar (manufacturing) :
- Produksi pembuatan langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi dari suatu
bahan alam atau dari sintesa kimia atau biologi dengan dosis rerata suatu populasi
- Pengemasan atau pengemasan ulang suatu bahan atau memberi label/atau
melabel kembali dari wadah awal kemudian mempromosikan atau memasarkan
- Membagi kemasan yang besar menjadi kemasan yang lebih kecil untuk dijual
kembali.
Sediaan hasil apotik harus layak pakai sehingga proses compounding harus
dilakukan secara teliti dan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi jaminan
mutu. Jadi meskipun produk apotek adalah produk dalam skala kecil, diperlukan
perhatian yang sama mendetail seperti pada skala pabrik. Berikut ini adalah hal-hal
yang harus diperhatikan pada compounding sediaan di apotik :
a. Kebersihan personel
Kesadaran bahwa obat yang dibuat akan digunakan oleh pasien yang sakit sangat
penting pada lingkungannya farmasi, agar personel yang melakukan compounding
terjaga kebersihannya.
b. Perlengkapan perlindungan personel
Gunakan baju praktik untuk melindungi personel dari sediaan yang dibuat dan
sebaliknya pada produk. Dapat juga digunakan alat pengaman yang lain (masker,
sarung tangan) sebagai perlengkapan pelindung. Persyaratan lain untuk personel
adalah rambut tidak terurai, tangan tercuci bersih, tidak ada luka terbuka dan tidak
sedang menderita penyakit menular.
c. Peralatan dan area kerja yang bersih
Area kerja dan peralatan yang harus menjadi perhatian utama, bila tidak terjaga
kebersihannya maka terdapat risiko produk akhir terkontaminasi oleh kotoran atau
mikroorganisme sekelilingnya atau dari sisa sediaan sebelumnya. Sebelum mulai
mengerjakan suatu sediaan, ruang kerja dan alat-alat harus dibersihkan dengan
cairan pembersih yang sesuai (misal:alkohol 70%) kemudian ruangan dan alat-alat
dikeringkan.
d. Area kerja
Area kerja harus sesuai untuk keperluan compounding. Cahaya dan ventilasi harus
cukup karena beberapa bahan ada yang sangat mudah mebguap. Ventilasi yang
kurang dapat menjadi permasalahan untuk staf compounding.
e. Persiapan label
Pembuatan label harus dilakukan sebelum proses compounding sediaan. Dengan
demikian sediaan dapat diberi label segerasetelah jadi kemudian dikemas,
sehingga dapat mencegah kesalahan penempatan label.
f. Prosedur penimbangan dan pengukuran
Bila petunjuk compounding tidak diikuti dengan ketat selama menimbang atau
mengukur bahan, maka kesalahan pencampuran sangat mudah terjadi karena
kemiripan bahan-bahan komponen sediaan. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan
pencampuran tanpa sengaja, lebih baik secepat mungkin mencampur bahan yang
sudah diukur atau ditimbang diatas kertas yang berlabel nama masing-masing
bahan.
2.2 PERSONEL YANG TERLIBAT
Untuk proses compounding diperlukan area kerja dengan ruangan yang cukup untuk
meletakkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam aktivitas compounding.
Apoteker bertanggung jawab untuk pemeliharaan, pembersihan, dan penggunaan
semua peralatan dalam praktik compounding. Hanya personel yang diijinkan oleh
apoteker penanggung jawab yang dapat berada disekitar pelaksanaan compounding.
Personel dengan luka terbuka atau sedang menderita penyakit menular yang dapat
mempengaruhi keamanan dan kualitas produk tidak boleh kontak langsung dengan
komponen wadah produk obat, bahan dalam proses (in-process), dan produk obat.
Semua personel yang membantu proses compounding diinstruksikan untuk segera
melaporkan pada apoteker yang bertanggung jawab apabila terdapat kondisi yang
mungkin dapat menimbulkan efek samping pada proses obat.
2.3 LANGKAH-LANGKAH COMPOUNDING:
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam compounding.
Persiapan:
- Lakukan penilaian preskripsi untuk keamanan dan tujuan penggunaan dan
ketepatan dosis untuk pasien, termasuk penentuan beyond used date
- Lakukan perhitungan untuk menentukan jumlah bahan aktif yang diperlukan
- Memilih peralatan yang diperlukan dengan kebersihan yang terjamin
- Menggunakan pakaian yang tepat dan mencuci tangan
- Membersihkan area compounding dan peralatan
- Menyusun semua bahan yang diperlukan untuk compounding dan menyiapkan
kemasan sediaan.
Compounding
Sebelum melakukan proses compounding, sejumlah pertanyaan perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu. Pertanyaan yang berhubungan dengan proses adalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah karakteristik fisika dan kimia bahan obat yang digunakan?
- Apakah jenis dan jumlah setiap bahan aktif dapat diidentifikasi?
- Berdasarkan tujuan peresepan, apakah bentuk sediaan dan rute penggunaan dapat
memberikan absorbsi yang cukup, baik secara lokal maupun sistematik?
- Apakah eksipien yang digunakan dari sumber lain dapat menyebabkan reaksi alergi,
iritasi, toksisitas, atau respon organoleptis yang tidak digunakan oleh pasien?
- Untuk produk yang digunakan secara oral, apakah bahan obat tetap stabil dalam
rentang pH normal, dan apakah merupakan subyek dari metabolisme lintas
pertama?
- Proses compounding suatu preskripsi dapat juga dilakukan berdasarkan rekam
formula atau pustaka yang memuat compounding suatu perskripsi.
Pemerikasaan akhir
- Memeriksa variasi berat, homogenitas, kejernihan, bau, rasa, warna, konsistensi, pH
- Menuliskan informasi pada catatan compounding
- Memberi label pada perskripsi
Pemberian tanda tangan
- Pemberian tanda tangan dan tanggal pada resep menegaskan seluruh prosedur
telah dilakukan untuk menjamin keseragaman, identitas, kekuatan, jumlah dan
kemurnian.
Pembersihan
- Membersihkan dan menyimpan seluruh peralatan
- Membersihkan area compounding.
2.4 PENGEMASAN, PEMBERIAN LABEL DAN PENYIMPANAN
Apoteker harus memeriksa dan menyetujui semua komponen, wadah produk obat,
penyegelan kemasan, pemberian label dan bahan lain yang digunakan dalam proses
compounding.
Pengemasan
Sediaan harus dimasukkan dalam wadah sesuai dengan yang tersebut di Farmakope
Indonesia terbaru. Pemelihan wadah tergantung dari sifat fisika kimia sediaan serta
tujuan penggunaansediaan. Bahan penyusun wadah tidak boleh bereaksi secara fisika,
kimia dengan bahan dalam sediaan yang reaktif, aditif atau adsortif sehingga dapat
mempengaruhi keamanan, identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian dari sediaan. Yang
termasuk spesifikasi wadah adalah inert, kuat, tidak rapuh, isi wadah dapat terlihat
dengan jelas, dapat mencegah masuknya lembab udara, mudah ditutupkembali, serta
ekonomis.
Wadah plastik makin lama makin populer karena ringan dan tidak mahal
dibandingkan dengan wadah gelas. Wadah plastik yang digunakan harus memenuhi
persyaratan farmakope.
Pemberian etiket
Etiket berfungsi untuk memberikan informasi pada pasien atau perawat pasien,
sehingga sebaiknya informasi yang tercantum pada etiket meliputi hal berikut ini:
- Isi dalam wadah
- Siapa yang berhak menggunakan
- Kapan dan bagaimana sediaan digunakan
- Bagaimana sediaan disimpan dan berapa lama
- Peringatan/perhatian yang harus diketahui
Agar informasi pada etiket mudah dibaca dan dipahami oleh pasien, maka
tampak luar etiket sebaiknya:
1. Bersih-yakinkan wadah tampak bersih sehingga jangan pernah memasukkan
sediaan dalam wadah yang sudah tertempel etiket.
2. Aman-yakinkan bahwa etiket tertempel dengan aman
3. Posisi tepat-pasien dapat membuka wadah tanpa merusak etiket
Label peringatan
Label peringatan dapat ditambahkan sebagai keterangan tambahan. Label
peringatan dapat berupa peringatan farmasetika atau peringatan farmakologi. Masing-
masing negara mempunyai peraturan-peraturan sendiri untuk persyaratan label dan
etiket.
Penyimpanan
Bahan kimia harus disimpan sesuai yang ditetapkan industri atau monografi yang
sesuai dalam Farmakope Indonesia. Secara umum bahan kimia yang dicompound
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tahan cahaya dan disimpan pada disuhu
kamar. Akan tetapi beberapa bahan kimia memerlukan suhu lemari es. Bahan obat
yang digunakan dalam proses compounding harus dikeluarkan dari karton dan boks
sebelum disimpan dalam area compounding.
Persyaratan suhu untuk bahan dijelaskan rinci pada monografi masing-masing
bahan dalam Farmakope Indonesia. Suhu area penyimpanan, termasuk lemari es dan
lemari pembeku harus dipantau dicatat paling tidak setiap minggu.
Produk yang mudah terbakar dan berbahaya harus disimpan dalam lemari
penyimpanan yang aman dan dalam wadah yang tertutup.
2.5 PENGAWASAN MUTU
Apoteker harus mengkaji ketelitian semua langkah compounding, melakukan
pengawasan terhadap proses compounding dan melakukan pemeriksaan akhir untuk
memastikan tidak terjadi kesalahan compounding. Untuk melakukan kontrol kualitas
harus ada pencatatan mengenai:
1. Prosedur compounding tertulis yang disertai identitas, kadar, kulaitas, dan
kemurnian sediaan yang dicompound
2. Daftar komponen beserta jumlah yang digunakan urutan pencampuran secara rinci,
daftar alat, daftar wadah, sistem pengemasan dan informasi mengenaistabilitas.
3. Prosedur operasi standar untuk kontrol kualitas yang harus dilakukan pada sediaan,
antara lain, organoleptis, pH, keseragaman berat dan volume.
D
ispensing merupakan bagian yang penting dalam praktik kefarmasian,
dimana apoteker menganalisa dan sekaligus menyediakan obat yang
diminta oleh dokter lewat preskripsi (lembar resep).Yang termasuk
dispensing adalah aktivitas yang terjadi dalam waktu antara preskripsi diterima dari
pasien di loket sampai obat diserahkan ke pasien.Apoteker betanggung jawab untuk
melakukan dispensing dengan teliti agar pengobatan berjalan seperti yang dimaksud
oleh dokter.
Alur aktivitas dispensing meliputi penerimaan permintaan obat melalui preskripsi,
pemeriksaan dan penafsiran preskripsi, pemeriksaan kebenaran obat yang tertulis di
priskripsi dan konsultasi ke penulis preskripsi bila diperlukan, perhitungan biaya
penyiapan obat untuk dikemas atau diracik, pemeriksaan obat sekali lagi di loket dan
penyerahan obat ke pasien atau mewakili dengan pemberian informasi dan edukasi
yang diperlukan.
3,2 PRESKRIPSI (LEMBAR RESEP)
Preskripsi (lembar resep) adalah permintaan dari dokter kepada apoteker untuk
membuat atau menyediakan obat tertentu dengan cara pemakaian tertentu kepada
pasien. Bagian penting dalam resep disajikan pada gambar 3.1.Permintaan tersebut
biasanya tertulis, tetapi dalam keadaan tertentu dapat diminta secara lisan.Dalam hal ini
apoteker harus menuliskan preskripsi tersebut kemudian meminta tanda tangan kepada
dokter yang bersangkutan.
Preskripsi harus dianggap sebagai hubugan khusus oleh seorang apoteker dan
merupakan pesan pribadi untuknya.Dengan demikian menjadi beban tanggung jawab
apoteker untuk meracik preskripsi tersebut dengan benar.Kerahasiaan preskripsi
adalah tanggung jawab seorang apoteker.
Preskripsi memiliki enam bagian penting :
1. Nama pasien
Nama pasien harus ditulis di preskripsi untuk menghindari kemungkinan
penggunaan obat oleh orang lain yang tidak berhak. Apabila nama pasien tidak
tercantum, maka harus ditanyakan kepada dokter penulis preskripsi. Nama yang
tertulis sebaiknya adalah nama sesungguhnya, bukan nama samara atau nama
panggilan. Pada bagian nama pasien umumnya disertakan data singkat pasien
terutama umur, berat badan serta kondisi pasien lain yang penting untuk penentuan
dosis obat,
2. Superscription
Yaitu tanda R/ dan harus ditulis dipermulaan preskripsi.Diduga lambing tersebut
merupakan lambing dari Yupiter, dewa penyembuhan bangsa Yunani.Dalam
perkembangannya tanda R/ dianggap singkatan bahasa Latin yang berarti recipe
yang berarti ambilah, menggambarkan perintah langsung dari penuls kepada
peracik.
3. Inscription
Bagian preskripsi yang memuat nama dan jumlah masing – maisng bahan. Dalam
preskripsi yang kompleks, inscriptionnya terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Remedium cardinal/medication yaitu obat yang memiliki efek farmakologi
- Remedium adjuvant yaitu bagian formula yang dapat menambah daya kerja obat
atau yang menyebabkan obat lebih enak diminum
- Vehiculum yaitu bagian yang tidak memiliki efek terapi tetapi hanya digunakan
untuk memperoleh volume atau berat tertentu.
Tergantung pada kondisi pasien, inscription dapat berupa sediaan jadi atau
sediaan yang harus diracik terlebih dahulu oleh apoteker.
4. Subscription
Selalu mengikuti inscription, yaitu jumlah dosis yang dipakai dan bentuk dari obat
yang diminta.
5. Signature
Yaitu aturan pemakaian untuk pasien. Aturan pakai ini akan dituliskan pada etiket.
Biasanya berisi jumlah obat, berapa kali pemakaian, dan cara pemakaiannya.
6. Penulis preskripsi
Nama, alamat dan SIK dokter harus tertulis jelas dan disertai tanda tangan dokter
yang ditulis dengan tangan.Selain itu penulis preskripsi juga memuat tanggal
penulisan preskripsi.Ini merupakan bagian dari preskripsi yang menjamin bahwa
preskripsi tersebut asli. Yang boleh menulis preskripsi adalah :
1. Dokter umum dan spesialis yang berijin
2. Dokter gigi, hanya terbatas pada pengobatan gigi
3. Dokter hewan, hanya terbatas untuk pengobatan hewan
Inscription
DETAIL
PENULIS DETAIL PASIEN PRODUK OBAT ASPEK LAIN
RESEP
1. Nama 1. Nama produk 1. Pengobatan
2. Alamat 2. Bentuk ganda
3. Surat ijin 1. .Umur 2. Interaksi obat
sediaan
praktek 2. Berat Badan 3. Kontra indikasi
3. Potensi/
4. Paraf/ 3. Kondisi lain : 4. Riwayat
kekuatan obat
tanda penyakit pengobatan
4. Jumlah yang
tangan penyerta, pasien
didispensi 5. Kelas terapi obat
5. Tanggal kehamilan,
5. Dosis dan cara 6. Peresean salah
penulisan menyusui
pemakaian 7. Penggantian
resep 6. Frekuensi merek
pemakaian 8. Perubahan
formula
Bentuk sediaan
Bentuk sediaan obat dapat macam – macam, seperti tablet, kapsul, injeksi, sirup,
supsensi, emulsi, supositoria, salep dan lain – lain. Apabila bentuk sediaan tidak
tertulis, segera hubungi doker penulis preskripsi, terutama apabila obat tersebut
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan.
Frekuensi pemakaian
Frekuensi pemakaian yang tertulis harus diperiksa apakah sudah memenuhi pola
pendosisan.Frekuensi yang melebihi standar dapat mengakibatkan intoksikasi,
sedangkan frekuensi kurang dari standar dosis yang diperlukan dapat megakibtkan
kegagalan dalam terapi. Frekuensi dosis diperlukan untuk mempertahankan kadar
obat dalam darah.
4. Aspek lain
Interaksi obat
Obat yang saling mempengaruhi satu terhadap yang lain disebut interaksi obat.
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain yang diminum bersama, dapat juga
berinteraksi dengan makanan. Terdapat 2 kategori interaksi obat yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik.
Interkais farmakodinamik lebih mudah dilacar, dan dapat menghasilkan efek
antagonis atau sinergis. Sebagai contoh adalah kaptopril dan benroflumethiazide
yang mempunyai reseptor yang sama atau berefek yang sama pada system tubuh
Interaksi farmakokinetik lebih sukar diprediksi dari pada interaksi
farmakodinamik. Antara obat dapat saling mempengaruhi absorbs, metabolism,
ekskresi dan distribusi sehingga mempengaruhi efek farmakologinya. Sebagai
contoh adalah simetidin dan teofilin.
Pengobatan ganda
Pengobatan ganda adalah obat yang sama atau obat berbeda dengan efek
farmaoterapi yang sama, tertulis dalam satu preskripsi atau tertulis pada preskripsi
lain yang bersamaan, misalnya : paracetamol ( penurun panas ) bila ditulis juga oleh
dokter gigi pada pasien yang sama dapat mengakibatkan over dosis paracetamol
yang mengakibatkan kerusakan pada heper.
Kontra indikasi
Umur, jenis kelamin, penyakit tertentu, pasien dengan keadaan tertentu dapat
menyebabkan obat yang tertulis di preskripsi merupakan kontrak indikasi. Sebagai
contoh : aspirin tidak dianjurkan untuk anak – anak yang berumur kurang dari 12
tahun. Atenolol merupakan kontra indikasi bagi pasien diabetes.Ce – lecoxib
merupakan kontra indikasi untuk pasien yang alergi terhadap sulfonamide.
Preskripsi salah
Yang termasuk dalam preskripsi salah adalah salah penggunaan ( pemakaian di
bawah atau di atas rentang terapetik ), salah penggunaan obat oleh pasien , dan
preskripsi yang berlebih.
Penggantian merek
Kesetaraan bioavabilitas atau bioekuivalensi antar obaat atau sediaan merupakan
hal penting. Bioavabilitas suatu obat dengan nama dagang berbeda dapat tidak
sama, penggantian nama dagang obat dapat menimbulkan resiko, sehingga harus
dihindarkan terutama pada pasien dengan jangka waktu pengobatan yang lama dan
untuk obat – obat dengan indeks terapeutik sempit. Yang termasuk obat dengan
indeks terapeutik sempit antara lain digoxin, lithium, fentoin, teofilin, dan warfarin.
Perubahan formula
Kadang terdapat perubahan komposisi dan dosis bahan aktif pada sediaan jadi
dikeluarkan oleh industry farmasi.Kondisi ini harus diperhatikan apakah sudah
sesuai untuk pasien yang mendapat obat.
Langkah II : Pemerikasaan ketersediaan obat
Periksa ketersediaan obat. Bila tidak tersedia, harus diberitahukan kepada pasien.
Langkah III : Menyiapkan obat dan melakukan compounding
Menyiapkan obat berdasar preskripsi dilakukan setelah pemeriksaan legalitas dan
analisis preskripsi. Proses meracik preskripsi merupakan proses selangkah demi
selangkah dimulai sejak apoteker memindahkan obat dari rak sampai saat diserahkan
kepada pasien.
Pindahkan obat yang diperlukan dari rak penyimpanan obat kemeja
compounding bila pasien lebih dari 1 pada waktu yang bersamaan dapat digunakan
wadah yang warnanya berbeda untuk mencegah kesalahan obat untuk masing-masing
pasien
Langkah IV: Pemeriksaan Akhir
periksa sekali lagi apakah obat yang dipindahkan dari rak sudah benar dan pastikan
jumlah obat yang diserahkan setelah obat tersediadan lembar preskripsi diberi tanda
sudah di dispen dengan cap dilakukan pemeriksaan terakhir oleh apoteker bila nama
potensi dan jumlah sudah benar lembar pengecekan diparaf oleh apoteker.
Telah didispens
Tanggal :
Tanda tangan apoteker :
Apotik :
Langkah V: Pengemasan dan pemberian etiket
Obat dikemas dengan kemasan yang sesuai agar potensi dan sifat obat tidak berubah
selama waktu pemakaian oleh pasien pasien pemberian Etiket dan label bertujuan
memberikan informasi tertulis kepada pasien terkait dengan obat yang diserahkan.
Langkah VI: Penyerahan Pada Pasien
Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi pemakaian obat yang benar
informasi kunci dapat diberikan secara lisan pemberian leaflet, pemberian label
tambahan bila diperlukan atau tanda lain yang dapat dipahami oleh pasien beri
perhatian khusus pada kasus tertentu misalnya pasien dengan kelemahan visual buta
aksara anak-anak dan orang tua serta pasien yang menerima pengobatan kompleks
atau ganda. Apoteker harus melakukan konfirmasi kepada pasien mengerti Apakah
pasien mengerti akan apa yang sudah diinformasikan kepada pasien dan apakah masih
ada pertanyaan oleh pasien .
Untuk memastikan obat diserahkan kepada pasien yang benar harus dibuat
suatu metode penyerahan tertentu sebagai contoh dengan menggunakan kartu periksa
sebagai berikut sistem pemeriksaan menggunakan kartu stok setiap kartu dibagi
menjadi 3 bagian masing-masing dengan nomor identitas seperti ditunjukkan pada
gambar 3.4. Kartu stok pertama diberikan ke pasien bagian kedua ditempelkan pada
preskripsi bagian ketiga ditempelkan ke wadah sediaan.
Apotik ABC Apotik ABC Apotik ABC
No kartu: 123 No kartu: 123 No kartu: 123
Tanggal:………. Tanggal:………. Tanggal:……….
Nama pasien:……….. Nama pasien:……….. Nama pasien:………..
Tunjukkan kartu ini pada
waktu pengambilan obat
C
ompounding berkaitan dengan pembuatan sediaan pada skala kecil
compounding suatu obat yang akurat dan elegan memerlukan keahlian
dasar antara lain penimbangan pengukuran cairan penyaringan
pencampuran dan memperkecil ukuran partikel prinsip dasar untuk pengerjaan tersebut
sama dengan pembuatan sediaan obat skala besar perbedaannya adalah pada ukuran
bets dan peralatan yang tersedia bab ini menjelaskan peralatan dan teknik yang
digunakan pada apotek dan instansi farmasi di Rumah Sakit untuk menghasilkan
sediaan skala kecil.
Proses componding suatu sediaan memerlukan bantuan peralatan yang sesuai
contoh peralatan yang digunakan pada komponen yang disajikan pada tabel 4.1 dan
gambar 4.1 peralatan yang digunakan tersebut harus dirancang dengan tepat dengan
ukuran yang sesuai dan diletakkan dengan tepat untuk mempermudah proses
componding peralatan tersebut harus inner dan bersifat kedap air sehingga bahan obat
produk dalam proses input proses dan produk akhir tidak bereaksi bertambah atau
terabsorbsi sehingga mengubah keamanan identitas kekuatan kualitas dan kemurniaan
bahan obat peralatan yang digunakan harus terlebih dahulu segera di sanitasi sebelum
digunakan untuk mencegah kontaminasi yang akan mempengaruhi produk obat .
Peralatan otomatis mekanis elektronik atau peralatan lain yang berhubungan
dengan suatu sistem dapat digunakan dalam compounding produk obat peralatan
tersebut harus diperiksa secara rutin dikalibrasi bila diperlukan dan diuji untuk
menghasilkan performa yang tepat pemeliharaan peralatan tersebut harus
didokumentasikan dengan baik dan mempermudah penelusuran kembali.
Tabel 4.1 peralatan yang digunakan dalam compounding
Timbangan Pengaduk magnetik
Becker gelas berbagai ukuran Pencetak supositoria
Pengisi kapsul Thermometer
Gelas ukur berbagai ukuran Batang pengaduk
Desi katro Cawan porselen
Corong berbagai ukuran Penangas air
Penangas air Anak timbangan
Mortir dan Temper Blender
Pembuka botol Lampu Bunsen
Oven untuk mengeringkan Lemari es
pH meter
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) neraca puntir (b) neraca elektronik
Yang harus diperhatikan pada penggunaan neraca sebagai berikut:
1. Neraca harus diletakkan pada tempat yang datar, bebas dari getaran, kelembapan
ruangan rendah, jauh dari kipas angin atau sumber lain yang menyebabkan udara
mengalir cepat.
2. Neraca harus diperiksa setiap bulan untuk , meyakinkan bahwa penimbangan pada
neraca tersebut teliti dan tepat.
3. Bahan obat ditimbang diatas kertas timbang untuk menghindari cawan timbang
terkena obat/bahan kimia. Setiap item menggunakan kertas timbang yang baru,
untuk mencegah kontaminasi. Keuntungan Kelas A penggunaan kertas timbang
adalah dapat berfungsi sebagai corong untuk mentransfer obat setelah ditimbang.
(catatan: beberapa obat memerlukan wadah tertentu dalampenimbanga, sehingga
tidak menggunakan kertas timbang)
Persyaratan kertas timbang: permukaan harus licin sehingga tidak obat yang
menempel pada kertas timbang, terutama pada penimbangan dengan jumlah yang
sangat sedikit.
Ukuran kertas timbang disesuaikan dengan neraca yang digunakan, agar tidak ada
bagian kertas yang bersinggungan dengan bagian neraca yang lain, kecuali dengan
cawan timbang.
Teknik menimbang
a. Neraca dan cawan timbang (pan) harus dalam keadaan bersih.
b. Periksalah bahwa neraca diletakkan pada area yang datar dan jarum penunjuk
dapat bergerak bebas.
c. Letakkan kertas timbang pada cawan timbang, kemudian atur neraca sehingga
pointer indexada pada zero (kertas timbang dalam satu box dapat berbeda bertanya
65 mg). Apabila tidak disetimbangkan terlebih dahulu setelah kertas dipasang, dapat
terjadi kesalahan lebih dari 30% dalam menimbang seberat 200 mg)
d. Ketika neraca dalam keadaan istirahat, ambillah beban dari kotak anak timbangan
yang diinginkan dengan penjepit dan letakkan pada cawan timbang sebelah kiri.
e. Segera tutuplah kotak anak timbang setelah pengambilan anak timbangan. Apabila
dibiarkan terbuka, Ada kemungkinan bahan tumpah pada kotak anak timbang dan
menyebabkan kontaminasi anak timbang yang akan mempengaruhi keakuratan
berat anak timbang.
f. Bahan yang akan ditimbang diletakkan secara perlahan pada cawan timbang
sebelah kanan. periksa kesetimbangan, pengurangan atau penambahan bahan obat
dilakukan dengan menggunakan spatula atau alat lain sesuai dengan bahan.
g. Setelah berat yang diinginkan tercapai, pindahkan bahan ke dalam wadah yang
sesuai
h. Segera simpan anak timbangan kedalam kotak anak timbang.
Kesalahan jumlah penimbangan
Ketika suatu obat ditimbang dengan berat tertentu, bukan hanya berat sesungguhnya
yang tertimbang, tetapi terdapat juga kelebihan atau kekurangan berat sesungguhnya,
tergantung dari kepekaan neraca. Apabila kepekaan neraca diketahui maka dapat
ditentukan berapa % kesalahan yang mungkin terjadi.
Misal:
Pada neraca dengan kepekaan 5 mg dilakukan penimbangan bahan obat 200 mg,
maka berat yang sesungguhnya adalah 195 mg-205 mg.
5 𝑚𝑔 𝑥%
Jadi % kesalahan = 200 𝑚𝑔x100 %
X = 2,5%
Jadi % kesalahan dapat dinyatakan sebagai berikut
𝑘𝑒𝑝𝑒𝑘𝑎𝑎𝑛
Persentase kesalahn = 100 %𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 100%
X= 100 mg
Sehingga jumlah bahan terkecil yang boleh ditimbang dengan % kesalahan yang
dirumuskan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
Jumlah terkecil yang boleh ditimbang=
𝑘𝑒𝑝𝑒𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑥 100
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ𝑘𝑎𝑛
4.2 PENGUKURAN
Peralatan Pengukur
Yang termasuk dalam peralatan pengukur meliputi gelas ukur, pipet dan mikropipet
Mengukur cairan
Secara umum, pengukuran suatu cairan dapat menggunakan gelas ukur. Pengukuran
suatu cairan harus menjamin hal tersebut di bawah ini:
1. Pengukuran secara vertikal dengan alas meja yang datar ketika pambacaan
meniskus. Apabila hal tersebut tidak dilakukan dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan.
2. Cairan hasil pengukuran harus tertuang seluruhnya. Bila cairan sedikit kental, dapat
tertinggal pada alat pengukur.
3. Sedapat mungkin jangan pernah menggunakan lebih dari satu pengukur.
Pemisahan volume antara dua alat pengukur dapat merupakan sumber kesalahan
potensial.
4. Pilihlah selalu pengukur dengan skala terkecil sesuai dengan volume yang
diinginkan
5. Apabila bahan yang diukur kental dan sukar untuk dituang seluruhnya, sebaiknya
volume diukur dengan menuang sejumlah berlebih pada alat pengukur. Jumlah yang
dikeluarkan dapat dihitung dari selisih skala pengukuran yang terbaca dan skala
pengukuran yang tersisa. Teknik lain adalah dengan cara menimbang bahan yang
diinginkan setelah dihitung kesetaraan antara volume dan berat (perhitungan
menggunakan berat jenis)
Mengukur volume kecil
Minimum pengukuran pada gelas ukur 10 ml adalah 1 ml. Pipet ukur dapat digunakan
untuk volum mulai dari 5 ml hingga 0,1 ml. Untuk volume yang lebih kecil dari 0,1 ml
dapat digunakan mikropipet atau dengan menggunakan pengenceran.
Penggunaaan pipet yang benar
1. Bola karet harus diletakkan diatas mulut pipet, dengan posisi yang tidak terlalu
masuk kedalam bola karet.
2. Wadah bahan yang akan diukur harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu
3. Penutup wadah dibuka dan wadah dipegang dengan tangan, antara keempat jari
dan ibu jari.
4. Pipet dimasukkan kedalam wadah, hanya sebagian pipet yang tercelup pada cairan.
5. Sejumlah tertentu cairan dengan tepat ditarik kedalam pipet, hati-hati karena
sejumlah cairan dapat terhisap hingga bola karet.
6. Bila ada bola karet yang digunakan menggunakan katup yang ditekan untuk
mencegah cairan keluar dari pipet, pipet dikeluarkan dari wadah dan cairan akan
dilepaskan.
7. Bila menggunakan pipet dengan dot pentil karet sederhana, cukup digunakan
dengan menekan dot menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk menarik cairan dan
mengeluarkan cairan dengan melepaskan ibu jari dan telunjuk
Menara wadah
Sediaan cair dibuat hingga volume yang diinginkan sedapat mungkin melalui
pengukuran. Akan tetapi pemindahan cairan dari gelas ukur kewadah secara akurat
agar sukar tercapai, terutama untuk sediaan suspensi dan emulsi. Untuk itu harus
dilakukan penaraan terhadap wadah yang akan digunakan. Sejumlah air dengan
volume tertentu yang sama dengan produk yang akan didispensing diukur secara
akurat. Air tersebut dituang kedalam wadah yang akan digunakan sebagai wadah
sediaan, meniskus ditandai dengan stiker atau penanda lain. Sediaan kemudian dituang
kedalam wadah dan ditambahkan pelarut hingga volume yang dikehendaki sesuai
dengan penandaan.
4.2 MEMPERKECIL PARTIKEL DAN MENCAMPUR
Mortir dan stamper
Mortir dan stamper berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel, mencampur serbuk, ,
mencampur serbuk dan cairan dan membuat emulsi. Secara umum mortir dan stamper
terbuat dari gelas atau porselen. Mortir gelas biasanya kecil dan tidak sesuai bila
digunakan pada jumlah bahan besar, sedangkan mortie porselen dapat berukuran lebih
besar. Mortir gelas memiliki permukaan yang halus, sedangkan mortir porselen memiliki
permukaan yang lebih kasar.
Cara penggunaan mortir dan stamper yang benar:
- Untuk memperkecil ukuran partikel, gunakan mortir dengan bagian dasar yang rat
dan stamper yang memiliki permukaan ujung yang datar. Penggunaan mortir
dengan dasar yang membulat dengan ujung stamper yang datar atau sebaliknya
tidak mempermudah proses
- Untuk mencampur serbuk, gunakan mortir dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan jumlah bahan, sehingga terdapat ruang yang cukup untuk mencampur
stamper diputar kekanan dan kiri dengan gerakan melingkar. Hindari penekanan
yang berlebihan pada bahan.
Penyaringan halus
Untuk larutan oral dan membran mukosa atau kulit yang terluka, larutan dengan derajat
kejernihan yang tinggi mutlak diperlukan. Untuk hal tersebut, penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kertas saring atau penyaring sintered glass.
Kertas saring
Tersedia beberapa kategori kertas saring. Pada kertas saring whatman, yang paling
sering digunakan adalah nomor 1 (untuk penyaring umum), 50 (bila diperlukan larutan
jernih) dan 54 (sesuai untuk larutan asam dan basa). Karakteristik kertas saring
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Karakteristik kertas saring Whatman
Kecepatan Ukuran partikel Ukuran Pori
NO
penyaringan yang tersaring (mm)
54 Cepat Kasar 3,45 – 5,0
1 Agak Cepat Sedang 2,1 – 2,8
59 Lambat Halus 0,4 – 1,1
Penyaring sintered glass
Penyaring sintered glass yang banyak digunakan adalah nomor 3 (penyaringan partikel
kecil dengan gravitasi) dan nomor 4 (penyaringan partikel besar atau kecil dengan
pompa vakum). Penyaringan ini biasanya cukup mahal dan memerlukan pembersihan
khusus, sehingga umumnya tidak tersedia pada apotek.
Untuk penyesuaian volume setelah penyaringan, lebih disukai melalui filter
dengan prosedur sebagai berikut:
- Saring melalui filter, sejumlah kecil larutan pembawah dibuang.
- Buatlah larutan hingga mendekati volume dan lewatkan melalui penyaring dalam
wadah pengukur.
- Bilas melalui penyaring dengan pembawa yang sesuai untuk membuat volume akhir.
BAB 5
RUTE PEMAKAIAN DAN
BENTUK SEDIAAN
S
etelah suatu obat digunakan oleh pasien, respons terapi akan tercapai apabila
obat mencapai reseptor dengan jumlah yang cukup. Kecepatan jumlah obat
yang terabsorbsi dipengaruhi oleh rute pemakaian obat. Pemilihan rute
pemakaian tergantung beberapa faktor, seperti apakah penggunaan lokal atau sistemik,
atau secepat apa respons yang diinginkan. Rute penggunaan obat meliputi oral, bukal,
rektal, vaginal, inhalasi, topikal/transdermal dan parenteral.
5.1 RUTE PEMAKAIAN
Rute Oral
Rute oral digunakan baik untuk rute lokal atau sistemik. Obat yang diformulasikan
dalam bentuk padat atau cair, akan terabsorbsi dari saluran cerna. Rute ini paling
disukai oleh pasien karena mudah dan nyaman digunakan. Akan tetapi rute ini memiliki
beberapa keterbatasan antara lain:
- mula kerja obat relatif lambat
- absorbsi dari saluran cerna tidak teratur
- kelarutan obat dipengaruhi bahan lain dalam lambung
- obat tertentu dirusak enzim dan sekret lain dalam saluran cerna
- obat tertentu menjadi subyek lintas pertama di hati
- pengosongan lambung yang tertunda dapat menyebabkan obat diinaktivasi oleh
asam lambung.
Rute Bukal
Obat yang diberikan melalui rute ini diformulasikan dalam bentuk tablet atau film yang
terabsorbsi melalui rongga bukal. Banyaknya pembuluh darah pada lidah dan bukal,
serta adanya saliva yang membantu pelarutan obat, membuat rute ini sangat efektif.
Rute ini dapat digunakan baik untuk pengobatan lokal maupun sistemik.
Dua daerah yang digunakan pada rongga bukal adalah:
- Untuk absorbsi sublingual, digunakan daerah di bawah lidah. Bagian ini memberikan
mula kerja yang cepat tetapi berdurasi singkat.
- Untuk absorbsi bukal, digunakan sulcus bukal (ruang antara gigi dan membran
mukosa pipi).
Merupakan hal penting bahwa pasien harus dapat membedakan kedua sisi yang
berbeda tersebut dan merupakan tugas apoteker untuk memberitahukan pada pasien
bagaimana untuk menggunakan obat dengan benar. Keuntungan rute bukal adalah:
- mula kerja obat relatif cepat
- obat langsung terabsorbsi menuju peredaran darah sistemik sehingga terhindar dari
efek lintas pertama di hati
- obat dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar.
Rute Rektal
Untuk penggunaan melalui rektal, obat dapat diformulasikan dalam bentuk cair,
setengah padat (krim, salep) atau padat (supositoria). Sediaan kemudian dimasukkan
ke dalam rektal di mana obat terabsorbsi. Rute rektal dapat digunakan untuk
penggunaan oral dan sistemik.
Terdapat tiga pembuluh darah vena pada rektal. Vena middle dan inferior
langsung menuju pembuluh darah sistemik, sedangkan vena superior menuju vena
porta ke arah hepar sehingga obat yang terabsorbsi melalui rektal dapat menjadi
subyek metabolisme lintas pertama. Oleh karena itu bioavaibilitas dapat kurang dari
100%, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan absorbsi melalui saluran cerna.
Jumlah cairan yang terdapat pada rektal sekitar 3 ml. Hal tersebut
mempengaruhi kecepatan disolusi obat yang terlepas dari sediaan. Akan tetapi gerakan
rektum yang akan menyebarkan obat ke seluruh dinding lumen dapat meningkatkan
laju disolusi dan meningkatkan absorbs.
Keuntungan rute rektal adalah:
- dapat digunakan pada kondisi pasien tidak dapat menelan (misal; mual, muntah,
tidak sadar)
- untuk obat yang mengiritasi saluran cerna
- dapat digunakan untuk efek lokal (misal: hemoroid, pencahar).
Keterbatasan rute rektal adalah:
- absorbsi dapat tidak beraturan dan tidak terprediksikan
- kurang nyaman dibandingkan rute oral
- penerimaan pasien rendah.
Rute Vaginal
Untuk penggunaan rute vaginal, obat diformulasikan dalam bentuk pessaries, krim,
salep, dan busa. Bentuk sediaan tersebut dimasukkan ke dalam vagina. Rute ini dapat
digunakan untuk pengobatan sistemik maupun lokal. Obat yang terabsorbsi melalui
vagina tidak mengalami metabolisme lintas pertama.
Rute Inhalasi
Pada rute ini obat dihirup melalui hidung atau mulut untuk menghasilkan baik efek lokal
maupun sistemik. Rute ini umumnya digunakan untuk memulihkan kondisi paru.
Absorbsi melalui rute ini sangat cepat karena aliran darah pada paru sangat cepat dan
luas permukaan absorbsi besar. Bentuk sediaan melalui rute ini bervariasi, dari bentuk
yang sederhana seperti inhaler yang berisi menthol hingga inhaler dengan peralatan
yang canggih. Keuntungan utama rute ini adalah dosis yang digunakan kecil
dibandingkan dosis per oral sehingga dapat menurunkan efek samping.
Rute Topikal dan Transdermal
Kulit merupakan organ yang sangat besar dan kompleks dalam tubuh. Pada rute topikal
dan transdermal, kulit merupakan daerah penggunaan utama. Bentuk sediaan yang
umum adalah salep, krim, pasta dan gel. Sediaan transdermal umumnya dalam bentuk
patch yang harus ditempelkan selama 7 hingga 14 hari tergantung pada jenis obat.
Sediaan topikal ditujukan untuk pemakaian lokal, sedangkan sediaan transdermal
ditujukan untuk pengobatan sistemik yang dibawa aliran darah ke seluruh tubuh.
Rute Parenteral
Rute ini digunakan untuk obat yang diberikan melalui injeksi. Rute utama adalah:
- Rute Intraverna: obat injeksi secara langsung sirkulasi sistemik dengan mula kerja
yang sangat cepat.
- Rute subkutan: obat diinjeksikan kedalam lapisan subkutanpada kulit. Rute ini
merupakan injeksi yang paling mudah dan tidak menyakitkan.
- Rute intramuskular: obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Metode tersebut dapat
digunakan untuk menghasilkan efek pelepasan diperpanjang bila obat diformulasikan
bentuksuspensi atau larutan dalam minyak.
5.2 BENTUK SEDIAAN
Obat dapat diformulasikan dalam berbagai bentuk sediaan. Bagaimana obat
diformulasikan tergantung pada sifat fisika kimia obat dan tujuan penggunaan.
Tersedianya berbagai pilihan bentuk sediaan, dapat memudahkan apoteker untuk
memilih sesuai kenutuhan pasien.
Aerosol
Aerosol terdiri dari kemasan yang menganung bahan obat dan propelan yang sesuai.
Umumnya aerosol digunakan untuk pengobatan asma. Peraatan yang digunakan
biasanya disertai pengukur dosis sehingga memungkinkan untuk mengetahui berapa
dosis yang dihantarkan ketika digunakan pasien. Beberapa aerosol digunakan secara
topikal untuk pengobatan otot terkilir dan cedera, yang mengandung obat antiinflamasi.
Cairan oral
Cairan oral mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau tersuspensi
dalam pembawa yang sesuai. Eliksir, Emulsi Oral, Suspensi Oral dan sirup termasuk
kategori umum sediaan cairan oral.
Eliksir
Eliksir merupakan bentuk cair yang mengandung alkohol, digunakan untuk penggunaan
oral dan merupakan larutan satu atau lebih bahan obat. Eliksir mengandung pemanis
seperti gula dalam jumlah besar, atau bebas gula seperti larutan sorbitol.
Emulsi
Emulsi merupakan sediaan cair yang mengandung dua cairan yang tidak saling
bercamput, biasanya minyak dan air, yang distabilkan oleh bahan pengemulsi.
Enema
Enema Adalah sediaan cair dengan pembawa air atau minyak yang digunakan melalui
rektal. Berbagai obat yang diformulasikan sebagai enema untuk pengobatan konstipasi
dan unceative colitis. Enema juga digunakan untuk sinar X pada saluran cerna bagian
bawah.
Gel
Gel adalah bentuk sediaan setengah padat untuk pemakaian topikal. Gel biasanya
tranparan atau translusen. Umumnya pembentuk gel didispersikan dalam pembawa air.
Intilah gel juga digunakan untuk menjelaskan suspense koloidal obat seperti aluminium
dan masgnesium hidroksida.
Granul
Sediaan granul merupakan sediaan padat dengan ukuran partikel yang keciul dengan
bentuk yang tidak beraturan. Granul dapat dikemas dalam sachet individual yang
mengandung dosis tunggal.
Implan
Istilah implant merujuk pada bentuk sediaan padat yang disisipkan pada bawah kulit
melalui operasi insisi kecil. Sebagai contoh adalah hormon terapi sulih hormone atau
hormone untuk kontrasepsi. Pelepasan dari implan biasanya berjalan lambat sehingga
terapi memiliki masa yang panjang. Kontrasepsi hormonal dapat menghasilkan efek
hingga 5 tahun. Sediaan implan bersifat steril.
Inhalasi
Inhalasi adalah sediuaan yang mengandung bahan yang menimbulkan efek pada
saluran napas atas untuk Pengibatan hidung tersumbat. Inhalasi mengandung bahan
mudah menguap pada suhu kamar, pasien dapat menghirup langsung atau
meneteskan pada saputangan kemudian dihirup. Inhalasi lain ditambahkan pada air
panas atau air mendidih kemudian uap yang timbul dihirup. Apoteker harus harus
memberikan saran supaya air tidak boleh terlalu panas karena dapat merusak
membran mukosa pada saluran nafas atas.
Kapsul
Kapsul merupakan bentuk sediaan padat, umumnya untuk penggunaan oral. Beberapa
obat di formulasikan dalam bentuk kapsul untuk dihirup. Kapsul dapat mengandung
serbuk, cairan, atau semi solid. Cangkang kapsul tersusun dari gelatin, dapat berupa
kapsul keras dan kapsul lunak. Sediaan kapsul dengan pelepasan terkendali tersedia
dalam bentuk kapsul keras yang berisi butiran kecil dengan penyalut yang berbeda.
Krim
Krim merupakan sediaan setengah padat untuk penggunaan luar. Krim mudah
digunakan dan bersifat tidak berminyak sehingga lebih disukai oleh pasien.
Liniment
Liniment adalah sediaan cair untuk penggunaan luar. Biasanya digunakan untuk
menghilangkan rasa tidak nyaman akibat kejang otot cedera. Bahan obat yang
digunakan dalam liniment adalah metil salisilat.
Losion
Losion merupakan sediaan cair untuk penggunaan luar, dapat berupa larutan, suspensi
dan emulsi. Biasanya digunakan sebagai antiseptik, parasitidal atau menyejukkan kulit.
Obat kumur (gargarisma)
Obat kumur adalah larutan dalam air untuk pengobatan infeksi pada tenggorokan. Obat
kumur tidak boleh ditelan tetapi di tahan pada tenggorokan hingga wktu tertentu
biasanya sekitar satu menit.
Patch
Sediaan Patch merujuk pada sistem penghantaran transdermal melalui kulit dengan
efek sistemik. Sediaan patch ditempelkan pada daerah kulit tertentu selama jangka
waktu sesuai macam obat.
Pasta
Pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung bahan padat dalam jumlah
besar, misalnya amilum. Umumnya pasta bersifat keras dan tidak mudah menyebar
pada kulit. Biasanya pasta dioleskan pada kulit yang luka.
Salep
Salep merupakan sediaan semi solida yang ditujukan untuk penggunaan luar.
Salep mata
Salep mata merupakan sediaan semi solid steril yang di tujukan untuk pemakaian pada
konjungtiva. Mengandung satu atau lebih obat yang dilarutkan atau disuspensikan
dalam basis yang sesuai.
Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan yang berbentuk seperti torpedo yang imasukka kedalam
rektal. Suppositoria dapat di tujukan untuk pengobatan lokal atau sistemik.
Serbuk oral
Serbuk untuk tujuan penggunaan oral dapat berupa serbuk bagi (puyer) atau serbuk
bulk. Serbuk bagi biasanya sudah dikemas secara terpisah dalam selembar kertas atau
sachet
Serbuk tabur
Serbuk tabur ditujukan untuk penggunaan luar. Serbuk tabur mengandung bahan yang
dapat menyerap sekret kulit.
Suspensi
Suspensi adalah bentuk sediaan cair dimana bahan aktif tidak larut. Suspensi tersedia
untuk penggunaan oral dan luar
Tablet
Istilah tablet digunakan untuk menjelaskan bentuk sediaan padat untuk penggunaan
oral. Beberapa variasi dari tablet adalah
- Tablet efervesen(dilarutkan dalam air terlebih dahulu )
- Tablet kunyah (tablet harus dikunyah untuk mempercepat efek obat).
- Tablet hisap (tablet dihisap dalam mulut selama kurang lebih 15 menit)
- Tablet bukal(penggunaannya diletakkan di bawah lidah)
- Tablet salut ( tablet yang bagian permukaannya disalut dengan tujuan tertentu, misal
untuk menutupi rasa pahit, memperbaiki stabilitas bahan obat
- Tablet lepas lambat (tablet dengan pelepasan dimodifikasi sehingga obat dapat
dilepaskan pada jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan tablet
konvensional)
Tablet hisap (lozenges)
Tablet hisap (lozenges) adalah tablet besar yang di desain untuk dihisap dan tertahan
di mulut hingga sekitar 15 menit. Tablet ini tidak mengandung disintegran dan bahan
aktif biasanya dicampurkan dalam basis gula seperti sukrosa atau glukosa. Tujuan
utama tablet hisap adalah pengobatan infkesi mulut atau tenggorokan.
Tetes hidung
Tetes hidung adalah larutan isotonis untuk pengobatan gangguan pada hidung,
misalnya hidung tersumbat. Wadah tetes hidung biasanya disertai pipet penetes.
Penggunaan berlebih biasanya disebabkan pasien sukar menakar dosis. Beberapa
tetes hidung disajikan dalam bentuk semprot untuk memperbaiki kemudahan
penggunaan.
Tetes mata
Tetes mata merupakan larutan atau suspensi steril mengandung satu atau lebih bahan
obat untuk di teteskan pada konjungtiva mata. Dikemas dalam wadah sekali pakai
atau pemakaian berulang.
Tetes telinga
Tetes telinga digunakan untuk pengobatan topikal pada telinga. Obat atau campuuran
obat diformulasikan dalam pembawa yang sesuai seperti air, propilen glikol,gliserin atau
alkohol. Tetes telingan dimasukkan pada telingan dengan menggunakan penetes yang
juga berfungsi sebagai pengukur dosis. Beberapa pembawa seperti alkohol
menyebabkan rasa yang menyengat. Untuk itu dapat digunakan pembawa lain seperti
air.
BAB 6
STABILITAS OBAT RACIKAN
S
tabilitas adalah jangka waktu dimana suatu produk atau sediaan tetap
memiliki sifat karakteristik yang sama dengan waktu dimana sediaan
produksi selama periode penyimpanan dan pemakaian didalam batas
tertentu. Berdasarkan United States Pharmacopeia 30/National Formulary 25 istilah
stabilitas pada bentuk sediaan tertentu merujuk pada integritas fisika kimia sediaan dari
kemampuan sediaan bertahan dari kontaminasi mikroba. Waktu paruh sediaan adalah
selang waktu dari sediaan awal hingga tanggal kadaluarsa sediaan. Spesifikasi pada
monograf meliputi identitas , kekuatan, kualitas, dan kemurnian selama waktu paruh
produk.
Umumnya klasifikasi degradasi sediaan farmasi disebabkan mekanisme kimia,
fisika dan biologi. Pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh satu atau lebih
mekanisme tersebut atau dapat juga suatu mekanisme yang terlibat di sebabkan
mekanisme lain. Sebagai contohnya, pecahnya sebuah emulsi (efek fisis) dapat
disebabkan degradasi mikrobiologi emulgator.
6.1 DEGRADASI KIMIA
Solvolisis
Solvolisis adalah degradasi obat atau ekspien melalui rektal karena adanya pelarut.
Pada sebagian besar produk farmasi, pelarut yang banyak digunakan adalah air
sehingga degradasi yang terjadi adalah hidrolisis. Sebagian besarc degradasi obat dan
ekspien melibatkan senyawa labil seperti senyawa karbonil, ester, amida, lakton, dan
laktam. Contoh senyawa ester adalah aspirin dan lokal anestetik, amida seperti
sulfonamid dan klorampenikol, laktam seperti spironolakton dan pilokarpin dan laktam
seperti penisilin dan sefalosporin.
Oksidasi
Oksidasi merupakan penyebab paling umum kerusakan obat dan eksipien. Degradasi
karena oksidasi dapat terjadi pada obat yang larut air maupun larut minyak, minyak
dan minyak atsiri. Oksidasi terjadi bila senyawa mendapatkan tambahan atom
elektronegatif atau radikal, atu kehilangan atom elektropositif atau radikal. Oksidasi
seringkali melibatkan penambahan oksigen atau hilangnya hidrogen.
Fotolisis
Degradasi molekul obat atau eksipien dapaat disebabkan karena sinar, baik sinar
dalam ruangan maupun sinar matahari. Reaksi tersebut disebut fotolisis dan senyawa
yang peka terhadap sinar disebut sebagai fotolabil.
Semakin pendek panjang gelombang suatu sinar , semakin berpotensi untuk
merusak. Oleh karena itu sinar ultra violet lebih berbahaya dibandingkan sinar merah.
Untuk menyebabkan reaksi fotolisis, energi radiasi sinar harus diabsorbsi oleh molekul.
Bila energi yang terabsorbsi cukup untuk mencapai energi aktivasi, terjadilah degradasi
senyawa. Pada beberapa kasus, molekul yang mengabsorbsi sinar tidak memberikan
reaksi tetapi meneruskan energi tersebut pada senyawa lain hingga terdegradasi.
Energi cahaya yang diabsorbsi senyawa tersebut disebut fotosensitisasi.
Reaksi fotolisis menyebabkan dekomposisi klorpromazin hidroklorida dan
fenotiazin lainnya, pencoklatan morfin dan kodein, pemucatan tartrazin, dan inisiasi
proses autooksidasi.
Polimerisasi
Polimerisasi melibatkan kombinasi dua atau lebih molekul yang identik. Degradasi
sediaan farmasi karena polimerisasi tidak banyak terjadi. Reaksi polimerisasi tersebut
dapat terjadi setelah degradasi awal produk. Contoh polimerisasi adalah terbentuknya
larutan kekuningan pada injeksi dektrosa setelah proses dalam autoklaf. Larutan
berwarna tersebut disebabkan polimerisasi degradasi awal, 5-hidroksimetil furfural.
6.2 DEGRADASI FISIKA
Polimorfisma
Polimorfisma adalah bentuk kristalyang berbeda pada senyawa yang sama.
Polimorfisma suatu obat berbeda satu sama lain dalam hal energi kristal. Kristal dengan
energi yang lebih tinggi akan mengalami konversi menjadi kristal dengan energi lebih
rendah. Perbedaan polimorfisma pad obat yang sama dapat menyebabkan perbedaan
titik lebur dan kelarutan. Sebagai contoh adalah kortison asetat dalam formula suspensi
dalam air dapat mengalami konversi menjadi bentuk yang sukar larut sehingga
terbentuk endapan padat yang tidak larut. Fenomena tersebut juga terjadi dalam
formula salep dan krim dengan adatnya bahan obat yang tidak larut menjadi produk
yang terasa kasar dengan sifat pelepasan obat yang buruk.
Penguapan
Beberapa obat dan eksipien dapat berkurang dalam sediaan farmasi pada suhu kamar
karena mengalami penguapan. Obat atau eksipien tersebut memiliki tekanan uap yang
cukup tinggi sehingga menguap pada suhu kamar. Sebagai contoh adalah gliseril
trinitrat, alkohol, kamfer, mmenthol, dan minyak atsiri. Bahan tersebut juga dapat
berkurang dalam produk karna penutupan wadah kurang rapat atau penggunaan
wadah yang tidak tepat.
Hilangnya kandungan air
Penguapan air dari sediaan cair dapat menyebabkan kristalisasi apabila kelarutan obat
terbatas dalam pelarut air. Penguapan air pada sediaan krim minyak dalam air
menyebabkan sediaan menjadi terasa lebih kaku. Penguapan air yang berlebih
menyebabkan emulsi menjadi pecah. Hilangnya air dapat dicegah dengan
penyimpanan produk dalam wadah tertutup rapat.
Absrobsi air
Air dapat diabsorbsi dari atmosfer oleh beberapa obat dan sediaan. Sebagai contoh
obat yang delikuesen(mengabsorbsi lembab hingga menjadi cair) adalah kalsoium
klorida dan kalium sitrat, sedangkan bahan higroskopis (mengabsorbsi lembab hingga
menjadi lembab) adalah gliserol dan beberapa ekstrak kering. Tablet dan serbuk
efervesen dapat menjadi rusak bila disimpan pada daerah yang lembab.
6.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS
Berikut adalah faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu sediaan :
1. pH: merupakan faktor penting yang mempengaruhi produk sediaan cair. Untuk
mengatasi dapat ditambahkan yang sesuai.
2. Suhu: setiap peningkatan suhu 10°C kecepatan reaksi meningkat hingga dua atau
tiga kali lipat. Efek peningkatan suhu tersebut diutarakan oleh Arrhenius k = Ae -
Ea/RT atau logk=logA-Ea/2,303 x 1/T
Dimana k adalah kecepatan reaksi spesifik, A adalah faktor frekuensi, Ea adalah
energi aktivasi, R adalah konstanta gas (1,987 kal/deg mol), dan T adalah suhu
absolut. Efek suhu dapat diminimalkan dengan memilih suhu penyimpanan pada
suhu kamar, lemari es atau lemari pembeku.
3. Pelarut : mempengaruhi stabilitas produk bila sediaan adalah cairan. Pelarut dapat
mempengaruhi pH, kelarutan dan parameter kelarutan bahan aktif.
4. Sinar: dapat menyediakan energi aktivasi yang diperlukan untuk reaksi degradasi.
Efek sinar dapat diminimalkan dengan kemasan produk dalam wadah tahan sinar.
Produk yang sangat sensitif dapat dilapisi dengan lembaran aluminium
5. Oksigen ; dapat menginduksi degradasi melalui oksidasi. Degradasi dapat
diminimalkan dengan mengisi wadah sepenuh mungkin, untuk mengurangi ruang
udara,atau mengganti ruang udara dengan nitrogen. Alternatif lain adalah dengan
menambahkan anti oksidan.
6. Karbondioksida: menyebabkan karbonat yang tidak larut pada bentuk sediaan padat
yang akan menurunkan desintegrasi dan disolusi sediaan. Kemasan yang rapat dan
pengisian wadah yang sepenuh mungkin bisa meminimalkan kondisi tersebut.
7. Kelembaban: dapat menyebabkan reaksi hidrolisa dan degradasi produk obat.
Penambahan desikan pada kemasan dapat menurunkan kelembaban.
8. Ukuran partikel : semakin kecil ukuran partikel semakin reaktif suatu sediaan.
Apabila bahan obat kurang stabil dalam bentuk sediaan padat, disarankan
menggunakan ukuran partikel yang lebih besar.
6.4 PERBEDAAN ISTILAH EXPERATION DATE DENGAN BEYOND USE DATE
Terdapat beberapa perbedaan istilah experation date dengan beyond use date
- Experation date atau waktu kadaluarsa adalah lamanya waktu suatu sediaan di
mana kemurnia dan potensi suatu obat masih tetap. Waktu kadaluarsa ditentukan
berdasarkan penentuan dengan kenaikan temperatur. Biasanya untuk sediaan
komersial.
- Beyond use date adalah perkiraan interval waktu di mana sediaan yang dicompound
dapat diharapkan potensi dan kemurniannya tetap berdasarkan cara penentuan
umum,referensi pustaka atau percobaan stabilitas dengan menggunakan kondisi
pada waktu compounding.
Dalam United States Pharmacopeia 30/National Formulary 25 pada
Pharmaceutical Compounding <795> dinyatakan bahwa saalah satu tanggung jawab
apoteker adalah mengevaluasi stabilitas sediaan yang ditentukan melalui literatur untuk
menentukan tanggal beyond use yang dapat dipercaya untuk menjamin potensi,
kemurnian, kualitas dan karakteristik sediaan hasil Compounding seperti yang
diharapkan.
Ketentuan umum Beyond Use Date untuk obat jadi
Beyond Use date obat sediaan non steril tanpa mengubah apapun dari pabrik ada 2
macam :
1. Dalam wadah ganda ( multiple dose container)
Boleh digunakan waktu kadaluarsa dari pabrik atau 1 tahun dari waktu di mana obat
diberikan kepada pasien , mana yang lebih cepat itu yang dipakai, harus
memperhatikan faktor berikut ini :
- Struktur obat, wadah melindungi dari sinar matahari, oksigen, kondisi
penyimpanan (suhu, kelembapan, dan sinar)
- Apabila digunakan wadah dari plastik harus melindungi isi lebihh baik dari PVC
- Menyimpan, mengepak, memasukkan obat pada wadah yang dapat
mempertahankan suhu tidak lebih dari 25 °C
2. Wadah sekali pakai ( single unit )
- Waktu kadaluarsaa dari pabrik atau 1 tahun dari tanggal waktu obat tersebut
diberikan kepada pasien (pilih mana yang lebih cepat).
- Wadah dari plastik harus lebih baik dari pada PVC
- Sediaan obat yang dikemas ulang (padat maupun cair) non steril disimpan pada
kondisi sesuai dengan monografi produknya, kalau kondisi tidak memungkinkan,
disimpan dalam ruangan yang kondisinya terkontrol dengan suhu 20-25°C
kelebapan relatif tidak lebih dari 75%
- Unit doseis tunggal tidak boleh dikemas kembali.
Beyond used Date obat racikan:
Beberapa pertimbangan untuk Beyond Used Date sebagai berikut :
1. Obat racikan harus memiliki Beyond Used Date
2. Apoteker harus memperhatikan sifat fisika kimia obat, karakteristik wadah, kondisi
penyimpanan yang diharapkan.
3. Sebelu melakukan dispensing, lakukan studi literatur tentang informasi stabilitas
obat.
4. Waktu kadaluarsa komponen lain dalam resep harus diperhatikan juga (bukan
bahan aktifnya saja) waktu kadaluarsa produk dispensing ditetapkan oleh waktu
kadaluarsa yang terkecil.
Pedoman untuk obat yang stabilitasnya tidak ada informasinya.
BUD maksimum untuk non steril, dikemas dalam wadah kedap, suhu terkontrol 20-25ºC
kecuali disebut lain adalah sebaga iberikut:
- Sediaan padat/cair bebas air, obat berasal dari industry, BUD tidak lebihdari 25%
waktu kadaluarsa yang tersisa atau 6 bulan (ambil yang lebih cepat) serbuk kapsul
dari obat murninya BUD tidak lebih dari 6 bulan.
- Sediaan mengandung air (suspense, emulsi, larutan) yang dibuat dari bahan padat
memiliki BUD tidak lebih dari 14 hari, jika disimpan pada suhu dingin (2-8ºC) kalau
tidak pada suhu dingin. Untuk semua bentuk sediaan yang lain, BUD tidak lebih dari
lama terapai yang diinginkan atau 30 hari (pilih yang tercapai).
- BUD tersebut diatas boleh dilampaui apabila ada informasi yang valid yang
menunjang stabilitas sediaan tersebut.
RincianpanduanumumBeyond Used Date beberapasediaan
1. Serbuk, granul, capsul
Bahan aktif dibuat dari produk pabrik memiliki Beyond Used Date 25% waktu
kadaluarsa produk pabrik atau 6 bulan, dipilih mana yang lebih cepat.Tanggal ini
dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang valid sebagai pendukung
stabilitasnya.
2. Solution, suspense, emulsi
BUD untuk sediaan berisi air disimpan pada temperature dingin tidak lebih dari
bentuk padat. Tanggal ini dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang
valid sebagai pendukung stabilitasnya.
3. Ointment, cream, pasta
BUD untuk sediaan yang dibuat baru (recentur paratus) Dan sediaan dibuat dari
komponen berbenuk padat, apabila mengandung air, hanya 14 hari karena air
mendukung pertumbuhan mikromikroba (untuk sediaan yang berisi air tanpa
pengawet). Tanggal ini dapat diperpanjang apabilaada data ilmiah yang valid yang
dapat menunjang stabilitasnya. Apabila dapat membuat sediaan tersebut digunakan
sediaan dari produk pabrik dan sediaan tidak mengandung air atau sediaan anhidrat
memiliki BUD 25% dari sisa waktu kadaluarsa atau 6 bulan, kecuali ada data lain
yang mendukung.
4. Gel
Seperti sediaan lain yang mengandung air, sediaan gel yang dibuat dari sediaan
padat Dan disimpan pada temperature dingin memiliki BUD tidak lebih dari 14 hari.
Tanggal ini dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang valid sebagai
pendukung stabilitasnya.
5. Supositoria
BUD untuk sipositoria adalah 25% dari sisa waktu kadaluarsa atau 6 bulan apabila
sediaan dibuat dari produk industri, pilihlah mana yang tercepat, kecuali tersedia
literature yang valid yang mendukung perobahan BUD tersebut diatas.
Tabel 6.1 Perubahan Fisis yang mengindikasikan ketidakstabilan
Bentuk Perubahan
sediaan
Kapsul Perubahan penampilan atau konstitensi kapsul atau
kandungannya, meliputi pengerasan atau pelunakan
cangkang, perubahan warna, distorsi cangkang
Serbuk Pembentukan bagian yang keras (caking), pemucatan,
timbulnya gas ketika kemasan dibuka yang
mengindikasikan pertumbuhan bakteri dan degradasi lain
Larutan/ eliksir, Pengendapan, pemucatan, timbulnya kabut,
sirup pembentukan gas karena pertumbuhan mikroba
Emulsi Emulsi terpisah antara fase minyak dan air (breaking atau
creaming)
Suspense Pembentukan endapan yang keras (caking), sukar
dikocok kembali, pertumbuhan kristal
Salep Perubahan konsistensi Dan pemisahan cairan,
terbentuknya butiran atau granul, salep mongering
Krim Emulsi pecah, pertumbuhan Kristal, penyusutan karena
penguapan air, kontaminasi mikroba
Supositoria Pelunakan yang berlebih, pengeringan, pengerasan,
pengkerutan, adanya minyak
Gel Penyusutan, pemisahan cairan dari gel, pemucatan,
kontaminasi mikroba
Tablet hisap Pelunaka atau pengerasan, kristalisasi, kontaminasi
mikroba, pemucatan
Produk steril Pemucatan, terbentuknya kabut, adanya endapan
Di mana t90(T2) adalah perkiraan waktu paruh, t90(T1) waktu paruh yang pada
suhu T1, dan ∆𝑇 adalah perbedaan suhu antara T1 dan T2
Contoh penggunaan metode Q10:
Apabila sediaan yang memiliki waktu kadaluarsa 1 minggu pada penyimpanan
suhu 20°C, berapakah perkiraan waktu kadaluarsa apabila disimpan dalam es (5°C)?
𝑡90 𝑇2 1 1
t90(T2) = Δ𝑇 = 20 = 3−2 = 9 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
( ) −
𝑄1010 3 10
Metode ini digunakan untuk produk dengan waktu kadaluarsa dan suhu
penyimpanan tertentu, bukan terkait dengan formulasi.
BAB 7
PENYIMPANAN DAN MANAJEMEN
PERSEDIAAN OBAT
T
angal kadaluarsa suatu sediaan dirancang pada kondisi penyimpanan
yang benar. Bila kondisi penyimpanan yang seharusnya tidak dipenuhi,
maka sediaan dapat kehilangan potensinya sebelum tanggal kadaluarsa
terlewati.
Dalam rantai distribusi sediaan farmasi, apotek memegang peranan penting.
Produk obat berada dalam waktu yang cukup lama di apotek, sebelum sampai
ketangan pasien. Oleh karena itu obat di apotek harus disimpan dan dikelola secaa
efektif dan benar.
Untuk mendukukng penyimpanan dan manajemen persediaan obat, apoteker
harus membuat sistem sebagai berikut:
- sistem penyimpanan yang aman
- sistem penyimpanan yang benar dan bersih
- pencatatan yang efektif dan teliti
- perputaran stok yang efektif dan monitoring obat kadaluarsa
- pengamanan terhadap kebakaran dan pencurian
- terjaga dari gangguan binatang dan serangga
Untuk itu apoteker harus mengetahui:
1. kebutuhan akan area karantina dan tempat pengecekan stok obat
2. perlunya penyimpanan yang memadai
3. pola penyimpanan yang benar
4. pengendalian stok obat dan pemantauan kadaluarsa yang memadai
7.1 KARANTINA DAN PEMERIKSAAN STOK OBAT
Apoteker menerima stok obat sesuai dengan permintaan. sediaan obat yang baru
diterima harus diperiksa kualitas dan kuantitas obat secara visual. Stok obat yang baru
datang tersebut harus diletakkan pada area khusus sampai pemeriksaan selesai,
dengantujuan untuk mencegah bercampurbaurnya obat yang baru datang dengan obat
yang sudah ada (stok lama). Area khusus ini disebut area karantina. Sebaiknya area
tersebut diberi tanda “karantina”. Obat di area karantina harus diletakkan pada rak atau
laci atau lemari untuk mencegah lembab, debu dan kontaminan lain. Obat yang harus
disimpan dalam lemari es, tidak boleh terlalu lama di area karantina. Segera setelah
diperiksa obat dimasukkan lemari es di ruang dispensing.
Keuntungan adanya area karantina:
1. Menghindari campur aduk antara obat yang baru datang dengan stok obat yang
sudah ada
2. Kegiatan dapat dikhususkan pada pemeriksaan
3. Mencegah obat rusak/cacat/kadaluarsa masuk dalam area penyimpanan
Pemeriksaan yang dilakukan terhadapa stok yangt baru datang meliputi:
- Pemeriksaan kemasan secara visual
- keadaan wadah sediaan
- keabsahan label (nama obat, potensi, instruksi penympanan khusus, tanggal
kadaluarsa, dll). Tanggal kadaluarsa diperiksa untuk memastikan bahwa shelf life
masih panjang.
- gunakan daftar periksa periksa seperti daftar berikut ini:
Contoh daftar pemeriksaan pada area karantina Contoh daftar pemeriksaan terhadap bentuk
- Obat/sediaan benar sediaan
- Bentuk sediaan benar (tablet, sediaan cair atau - Tablet dan kapsul berbentuk sama
bentuk lain) - Tidak ada tablet dan kapsul yang kosong dalam
- Potensi benar (mg, konsentrasi dalam % atau strip
ukuran lain) - Volume sediaan cair sesuai dengan yang
- Jumlah item (sirup, botol, cairan, dsb) disebutkan dilabel
- Ada tidaknya sampel yang seharusnya untuk - Tidak ada kerusakan pada bentuk sediaan
dokter - Tidak ada perubahan warna (misal: pemucatan)
- Tidak terkirim kemasan untuk rumah sakit - Tidak ada cacat (bercak, bintik yang tidak umum,
- Adanya identitas lain yang khusus (mislanya retakan, pecahan, tepi tablet yang tidak rata, ada
kode tertentu) bahan lain yang menempel)
- Tidak terlihat adanya kerusakan apapun - tidak ada kebocoran pada kapsul
- Perhatian khusus untuk obat yang memerlukan - Tidak ada kebocoran pada kemasan sediaan cair
temperature khusus (2-8ºC) - Label tidak lepas/hilang
- Masing-masing label bagi masing-masing obat - Tanggal kadaluarsa pada label masih ada
(nomor bets, tanggal kadaluarsa, harga dan - Harga masih ada
sebagainya sudah sesuai dengan faktur - Segel tidak terbuka
pesanan) - tidak ada kebocoran (ampul, vial, botol)
Dokumen daftar sediaan yang diterima tersebut disimpan untuk referensi,
kemudiandibuat kartu rekam pemeriksaan seperti pada table 7.1
Tabel 7.1 Tabel rekam pemeriksaan
Nama generic: Metformin bentuk sediaan : tablet Potensi 500 Mg
Kode No: ……………………………………… Harga: Rp. …………..
Jumlah
Tgl Dari: Sisa Kadaluarsa Tanggal
Peberimaan Pengeluaran
0-00-00 PBF x 5x1 ampul - - Exp 00-00-00 √
Apoteker harus memastikan bahwa sediaan obat yang ada di apotek adalah
sediaan yang diterima dari distributor yang resmi. Hal ini penting untuk mencegah obat
palsu masuk ke apotek.
7.2 PENYIMPANAN DAN STABILITAS OBAT
Obat tidak dapat tetap stabil hingga waktu yang tidak terbatas. obat tetap stabil hanya
pada jangka waktu tertentu. kondisi penyimpanan yang buruk dapat mempercepat
degradasi obat. temperature, cahaya dan kelembaban merupakan faktor utama yang
mempengaruhi ketidakstabilan obat. penting untuk mengetahui dan waspada tehadap
penyebab ketidakstabilan obat.
Bagaimana kondisi penyimpanan yang harus dilakukan oleh pasien terhadap
obat yang diterima dari apotek, harus dicantumkan pada label yang ditempatkan pada
wadah sediaan. faktor penyebab ketidaksatabilan obat diuraikan pada table 7.1
Tabel 7.1 Faktor penyebab ketidakstabilan obat
Faktor penyebab Efek terhadap obat
Paparan cahaya Peningkatan oksidasi atau degradasi
karena cahaya
Papaan udara Peningkatan oksidasi
Penguapan Penguapan pelarut air
Kontaminasi mikroba - Peningkatan kontaminasi
- pertumbuhan mikroba
- kemingkinan timbul efek yang
membahayakan
Kelembaban Kerusakan serbuk, tablet, kapsul
Apoteker dapat dengan mudah mendeteksi adanya permasalahan yang
berhubungan dengan stabilitas berdasarkan perubahan tampak luar produk seperti:
perubahan warna dan bau, terbentuknya endapan, emulsi yang pecah, krim yang
meleleh, atau isi keluar dari wadah disertai busa. Ketidakstabilan kadang juga di tandai
perubahan fisik, misalnya sediaan cair menjadi padat.
Penyimpanan Obat
Penyimpanan sediaan obat dan produk kesehatan lain merupakan persyaratan penting
pada Praktik Kefarmasian yang Baik. Penyimpanan obat secara benar merupakan hal
penting dengan tujuan:
- memastikan potensi obat tetap
- mencegah kerusakan dan degradasi
- bentuk tidak berubah
- memastikan keamanan dan kualitas sediaan obat tetap selama waktu yang
ditetapkan.
Terdapat 2 aspek yang harus diperhatikan pada penyimpanan meliputi:
a. Kondisi obat: obat harus disimpan sdemikian rupa sehingga kondisi dan potensinya
tidak berubah, terhindar dari lembab yang berlebihan, sinar matahari langsung,
binatang mengerat/ tikus
b. Lokasi: mudah ditemukan, dapat dijangkau dengan mudah, obat diatur rapi dan
sistematis di lokasi masing-masing.
Beberapa model sistem penyimpanan yang dapat diterapkan pada sediaan obat
meliputi:
1. Dikelompokkan menurut produk pabrik, sediaan yang di produksi oleh suatu pabrik
dikelompokkan menjadi satu kelompok
2. Dikelompokkan menurut abjad nama sediaan
3. Dikelompokkan menurut kelas terapeutik misalnya kelompok antibiotik,anti
asma,anti hipertensi
4. Dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan: bahan padat, bahan cair, salep/tetes
mata.
Beberapa pertimbangan lain untuk penyimpanan yang harus diperhatikan adalah:
- Penyimpanan stok obat untuk resep dokter dibedakan terhadap obat bebas dan
bebas terbatas
- Penyimpanan harus disesuaikan dengan temperatur yang diperlukan
- Penyimpanan obat veteriner harus dipisahkan dengan obat untuk manusia.
Apapun sistem penyimpanan yang dipilih, penyimpanan tersebut haruslah:
a. Tertata dengan teratur
b. Sesudah pengambilan obat untuk dispensing,obat harus dikembalikan di tempat
semula
c. Secara berkala harus ada penataan kembali dari obatan yang disimpan
d. Personel yang terlibat dalam dispensing harus berhati-hati dalam penyimpanan
obat
e. Jangan memperlakukan obat dengan kasar misalnya dilempar.
Cara penyimpanan obat harus dirancang sedemikian rupa sehingga obat mudah
diambil dan terlindungi dari kerusakan. Obat dapat disimpan dalam rak, laci atau rak
gantung. Untuk mencegah kaca atau disimpan pada ruangan dengan pendingin udara.
Tidak diperkenankan meletakkan karton obat langsung dilantai, karena sediaan dapat
rusak karena kelembaban.
Penyimpanan obat dalam lemari es
- Lemari es harus dinyalakan terus menerus setiap hari 24 jam
- Harus tertutup rapat
- Pintu lemari es tidak boleh terbuka terlalu lama
- Antara obat yang satu dengan lainnya harus diberi jarak untuk sirkulasi udara
- Jarak lemari es dengan dinding sekitar 1 lengan, untuk mempermudah sirkulasi
udara
- Vaksin tidak boleh disimpan pada pintu lemari es, karena setiap kali pintu lemari es
dibuka vaksin tersebut akan terpapar oleh temperatur yang lebih tinggi
- Obat yang disimpan dilemari es jangan dikeluarkan dari lemari es lebih dari
beberapa menit
- Es batu diletakkan pada lemari pembeku sehingga sewaktu waktu diperlukan untuk
membawa obat yang harus disimpan pada temperatur dingin, sehingga selama
perjalanan temperature tetap. Es batu dalam lemari pembeku juga berguna apabila
sewaktu-waktu lemari es tidak berfungsi.
Pemantauan dan pemeliharaan lemari es
- Temperatur dalam lemari es harus dicatat paling tidak sehari satu kali
- Setiap penghentian listrik harus dicatat, juga waktu dimana obat dalam keadaan
temperatur yang tidak terkontrol apakah obat tetap dapat disimpan atau harus
dimusnahkan tergantung dari persoalannya, petunjuk yang ada atau ketentuan
pabrik.
- Usahakan terdapat cara untuk menyelamatkan obat dalam lemari es bila terjadi
gangguan pada lemari es, misalnya dengan menempatkan botol berisi air dingin
dipintu dalam lemari es
- Diperkenankan melakukan defrost lemari es pada waktu tertentu dan buatlah
catatan.
7.3 KONDISI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN
Obat di apotek memerlukan tempat penyimpanan yang memadai untuk menjaga
kestabilannya. Ruangan dengan pendingin udara sangat bermanfaat karena temperatur
ruangan dapat dikendalikan. Temperatur dapat diatur dibawah 25˚C karena banyak
obat yang memerlukan penyimpanan tersebut.
Temperatur penyimpanan
Untuk menjamin stabilitas sediaan farmasi pada masa waktu paruh yang
diharapkan, produk harus disimpan pada kondisi yang tepat. Label masing-masing
produk harus memuat kondisi penyimpanan yang diinginkan. Berdasarkan United
States of Pharmacope, istilah penyimpanan yang biasanya digunakan pada label
memiliki arti berikut ini :
- Dingin: Temperatur tidak boleh melebihi 8˚C (46˚F). lemari es adalah tempat dingin
dimana temperatur dipertahankan antara rentang 2˚hingga 8˚C(36˚hingga
46˚F).Lemari pembeku adalah tempat dingin dimana temperatur dipertahankan
antara-25˚ hingga -10˚C(-13˚hingga 14˚F).
- Sejuk: temperatur antara 8˚C hingga 15˚C(46˚ hingga 59˚F). Bahan yang disimpan
pada temperatur sejuk sebagai alternative dapat disimpan pada lemari es kecuali
dinyatakan lain pada monografi individual.
- Temperatur ruangan: temperatur umum pada daerah kerja. Temperatur ruangan
dipengendalian pada temperatur lingkungan kerja pada 20˚ hingga 25˚C(68) hingga
77˚F) tetapi juga memungkinkan variasi temperatur antara 15˚Cdan 30˚C
(59˚hingga86˚F).
- Hangat: temperatur antara 30˚hingga 40˚C (86˚ hingga 104˚F).
- Panas berlebih: diatas 40˚C(104˚F).
Kelembaban ruangan
Kelembaban dapat berefek terhadap stabilitas sediaan. Kapsul gelatin dapat
menjadi lunak dan mengembang bila mengabsorpsi lembab. Obat dalam tablet dapat
mengalami hidrolisa permukaan. Adanya lembab dapat menyebabkan pertumbuhan
mikroba. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol kelembaban. Cara
mengurangi kelembaban ruangan sebagai berikut:
- Buka jendela agar ada sirkulasi udara gunakan kipas angin untuk sirkulasi udara
segar
- Pada iklim yang basah apabila tidak menggunakan pendingin udara gunakan
dehumidifier
- Penggunaan wadah yang besar untuk kapsul atau tablet harus selalu dalam
keadaan tertutup
- Untuk mendeteksi temperatur dan kelembaban, gunakan thermometer dan
hygrometer
- Tetapkan waktu untuk pemeriksaan temperatur
- Kondisi cuaca harus dicatat dan didokumentasikan
Penyimpanan Khusus
Apabila sediaan tidak ada persyaratan khusus dalam penyimpanan, lakukan
kondisi penyimpanan normal yang artinya disimpan pada tempat yang kering, bersih,
berventilasi pada temperature ±15˚C sampai ±25˚C tergantung dari klimat sampai
±30˚C.
Instruksi penyimpanan bersifat khusus untuk masing-masing produk. Nama obat
yang berbeda dengan isi yang sama dapat mempunyai instruksi penyimpanan yang
berbeda karena kemungkinan besar mempunyai kemasan yang berbeda atau formulasi
yang berbeda.
Produk-produk tersebut di bawah ini mempunyai cara penyimpanan yang
khusus:
- Produk yang harus disimpan dalam keadaan beku.
- Produk yang peka terhadap panas dan memerlukan lemari es (+2˚C sampai+8˚C).
- Produk yang mengalami penurunan shelf life pada kondisi temperatur kamar yang
tidak terkontrol sehingga memerlukan ventilasi atau AC.
- Produk yang mudah terbakar, memerlukan tempat terpisah yang tahan panas/api.
- Produk yang mengarah kesalah penggunaan atau pencurian.
P
embuatan, pengemasan, dan dispensingsebagian besar sediaan melibatkan
sejumah perhitungan. Perhitungan tersebut dapat merupakan potensi
kesalahan terbesar dalam proses compounding. Meskipun hanya melibatkan
perhitungan matematis yang sederhana, kesalahan penempatan koma desimal atau
penggunaan nilai taksiran dapat menyebabkan konsekuensi yang serius, misalnya
kesalahan perhitungan dosis yang dapat berakibat fatal. Apabila unit pengukuran harus
dikonversikan menjadi nilai ekivalen pada sistem pengukuran lain, haus digunakan
kesetaraan yang pasti.
Untuk meminimalkan kesalahan perhitungan dapat dilakukan cara berikut :
− Apabia mentrasfe data dari suatu Pustaka, lakukan pengecekan berulang apa yang
disaling ulang.
− Mencoba untuk tidak tergantung pada kalkulator, buatlah suatu taksiran hasilnya
terlebih dahulu sehingga apabila anda menekan tombol kalkulator yang salah, dapat
segerah diketahui bahwa terjadi kesalahan.
− Terakhir, periksa kembali perhitungan yang dilakukan. Terdapat lebih dai satu cara
untuk meyeesaikan perhitungan, apabia anda mendapatkan hasil perhitungan yang
sama dengan cara yang berbeda, berarti perhitungan anda benar.
Menghitung jumlah obat suatu formulasi
Berapakah berat yang diperlukan untuk membuat formula berikut ini :
R/ Metil salisilat 10%
Basis krim vanishing ad 50 %
Langkah 1. Tentukan berat metil salisilat melalui perkalian konsentrasi (10%)
dengan berat total produk :
10% x 50 g = 5 g metil salisilat
Langkah 2. Tentukan beat basis krim yang dipelukan melalui pengurangan berat
Total dengan berat metil salisilat
50 g – 5 g = 45 g basis krim
Aqua hingga 50 ml
Memperbesar formula
Berapakah bahan yang diperukan untuk membuat salep 24 sebanyak 50 g ?
Formula dasar salep 24 adalah
Asam saisilat 200 mg
Sulfur 400 mg
Vaselin abum ad 10 g
Bahan yang diperukan untuk membuat 50 g adalah :
50
Asam saisilat 𝑥 200 𝑔 = 1000 mg = 1g
10
50
Sulfur 𝑥 400 𝑔 = 2000 mg = 2 g
10
Vaselin abum hingga 50 g
Menghitung berat bahan terlau kecil untuk ditimbang
Kadang berat bahan yang diminta lebih keci dari batas penimbangan minimum pada
neraca yang tersedia. Untuk bahan tersebut harus dilakukan pengenceran
menggunakan bahan lain yang inert.
Kelarutan
Ketika meracik sediaan, data mengenai kelarutan bahan obat dan bahan pembantu
merupakan hal penting. Data kearutan akan memberikan informasi, bagaimana suatu
sediaan akan diracik. Data kelarutan obat dapat dilihat pada berbagai Pustaka,
sedangkan kreteria kelarutannya obat berdasarkan Farmakope Indonesia IV adalah
sebagai berikut :
1. Dinyatakan dengan angka pasti untuk membentuk kelarutan dalam air.
Misal : kelarutan asam borat dalam air 1:20, artinya 1 g asam borat larut dalam 20 ml
air membentuk larutan jenuh pada suhu kamar (250C)
2. Dintakan dalam angka yang tidak pasti: jumlah pelarut untuk melarutkan 1 bagian
solute
− Sangat mudah larut : 1: <1 bagian pelarut
− Larut : 1: 10-30 bag pelarut
− Agak suka larut : 1: 30-100 bag pelarut
− Sukar larut : 1: 100-1000 bag pelarut
− Sangat sukar larut : 1: 1000-10.000 bag pelarut
− Paktis tidak larut : 1: > 10.000 bag pelarut
Kelarutan NaCl adalah 1 dalam 3 bagian air. 1 dalam 250 bagian alkohol, dan 1
dalam 10 bagian gliserin. Hal tersebut menunjukkan bahwa 3 ml air diperlukan untuk
melarutkan 1 g NaCl, 250 ml alkohol diperlukan untuk melarutkan 1 g NaCl, dan
diperlukan gliserin 10 ml untuk melarutkan 1 g NaCl.
Perhitungan berdasarkan persen
Persen juga umum digunakan untuk menyatakan kadar suatu bahan dalam formula.
Terdapat empat cara untuk menyatakan persen suatu bahan :
− Bahan padat dalam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam berat dihitung
sebagai berat per berat (b/b atau weight in weight, w/w)
− Bahan padat daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam volume dihitung
sebagai berat per volume ( b/v atau weight in volume, w/v)
− Bahan cair daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam volume dihitung
sebagai volume per volume ( v/v atau volume in volume, v/v)
− Bahan cair daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam berat dihitung
sebagai berat per berat (b/b atau weight in weight, w/w)
Bila tidak dinyatakan lain. Definisi untuk persen suatu bahan tersebut adalah :
% b/b = menyatakn jumlah g bahan padat dalam 100 g sediaan
% b/v = menyatakn jumlah g bahan padat dalam 100 ml sediaan
% v/v = jumlah ml bahan cair dalam 100 ml sediaan
% b/b = jumlah g bahan cair dalam 100 g sediaan
Hitunglah kalium permanganat yang diperlukan untuk membuat 50 ml larutan
kalium permanganat 2,8% b/v
Langkah 1. Larutan kalium permanganat 2,8 b/v berarti 2,8 g kalium permanganat
dalam 100 ml larutan
Langkah 2. Untuk 50 ml larutan diperlukan
50 𝑚𝐿
𝑥 2,8 𝑔 = 1,4 g
100 𝑚𝐿
Jadi untuk permasalahan diatas, 1,4 g kaium permanganat dilarutkan dalam aqua
hingga 50 ml.
8.1 PERUBAHAN KONSENTRASI
Pengenceran
Persamaan berikut dapat digunakan untuk pengenceran :
Jumlah larutan 1 (Q1) x konsentrasi larutan 1 (C1) = jumlah larutan 2 (Q2) x
Konsentrasi larutan 2 (C2)
Atau
Q1xC1 = Q2xC2
Hampir semua jumlah dan istilah konsentrasi dapat menggunakan persamaan
tersebut. Akan tetapi unit perhitungan yang digunakan haruslah sama.
Contoh :
1. Hitunglah jumlah basis dalam g yang harus ditambahkan dalam 60 g salep 10% (b/b)
untuk membuat salep 5% (b/b).
Langkah 1: Menghitung jumlah basis total
Menggunakan persamaan di atas,
60g x 10% = Q2 x 5%
Didapatkan Q2 sebanyak 120 g
Langkah 2: Menghitung jumlah basis yang ditambahkan.
Jumlah produk awal adalah 60 g, oleh karena itu penambahan
Basis yang diperlukan adalah 120 g-60 g = 60 g
2. Diperlukan larutan alkohol 70 % sebanyak 500 ml, untuk disinfektan.larutan alcohol
yang tersedia adalah 90%. Bagaimanakah cara mengencerkan alcohol 90% tersebut
?
Langkah 1. Alkohol 90% berarti alcohol 90 mL dalam 100 mL larutan. Diinginkan
untuk mendapatkan alkohol 70 mL daam 100 mL, larutan sebanyak
500 ml. Sehingga diperlukan alkohol 90% sebanyak = 389 ml
Langkah 2. Alkohol 90% sebanyak 389 mL di tambah dengan air hingga volume
500 mL
70𝑚𝑙 𝑥 500𝑚𝐿
𝑥 389 𝑚𝑙
90𝑚𝑙
3. Konsentrasi bahan terlarut dapat juga diekspresikan dalam bagian berat bahan
terlarut dalam volume larutan akhir. Bila bahan terarut berbentuk cair dapat
dinyatakan sebagai bagian volume (ml), bahan terlarut berbentuk cair dalam
volume arutan air (ml). kelarutan komponen sering dinyatakan dengan cara
tersebut.
Misal: natrium bikarbonat larut dalam 11 bagian air berarti 1 g dari natrium
bikarbonat larut dalam 11 ml air, karena itu bila dalam formula diperlukan 4 g
natrium bikarbonat, diperlukan air sebanyak 4x11 ml = 44 ml.
4. Perhitungan millimolar
Kekuatan/kadar obat dalam sediaan farmasi dapat juga dinyatakan sebagai jumlah
millimolar per unit atau berat dari sediaan. Untuk menghitung jumlah millimolar
bahan dalam sediaan harus diketahui berat molekul bahan tersebut.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑔
Jumlah mol = 𝐵𝑀
35%
10.1 ETIKET
F
ungsi etiket pada kemasan obat yang didispens adalah memberikan
identitas yang spesifik dan menjamin pasien mendapatkan informasi
yang jelas sehingga dapat menggunakan obat dengan tepat. Instruksi
penggunaan obat yang benar dan jelas, baik yang diberikan secara lisan maupun
tertulis, dapat menurunkan kejadian kesalahan pengobatan. Etiket dan label tambahan
harus mendapat perhatian khusus karena merupakan informasi yang akan dibaca dan
digunakan secara berulang oleh pasien. Berbeda dengan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang memiliki informasi tertulis lain dalam bentuk leaflet atau yang tertera
secara detail pada kemasan. Meskipun informasi telah diberikan secara lisan oleh
dokter atau apoteker, informasi tertulis pada wadah obat harus di pahami oleh pasien.
Akan tetapi, etiket dan label tambahan pada kemasan obat yang diresepkan
seringkali diabaikan, meskipun hal yang penting dalam penyampaian instruksi
penggunaan bagi pasien. Untuk itu, etiket dan label tambahan meskipun disajikan
dengan singkat harus memuat informasi yang perlu di perhatikan oleh pasien. Detail
yang harus terdapat pada etiket obat yang didispens meliputi : nama sediaan dan
jumlah, instruksi untuk pasien, nama pasien, tanggal dispensing, serta nama dan
alamat apotek.
Nama sediaan dan jumlah
Nama obat yang muncul pada label tambahan harus sama dengan yang
dituliskan pada preskripsi. Sediaan dapat diresepkan secara generik, tetapi bila yang
tersedia adalah obat dengan nama dagang, nama obat yang tercantum dalam
preskripsi tetap dituliskan. Hal tersebut agar pasien tidak menjadi bingung dengan
berbagai jenis nama obat. Kadang penulis preskripsi menginginkan agar nama obat
tidak dituliskan. Pada kasus tersebut, produk harus ditulis bentuk sediaannya, misal
tablet, salep, atau campuran. Perkecualian juga diberikan pada obat yang terdiri dari
banyak bahan obat, tetapi tidak memiliki nama umum. Untuk memudahkan penulisan,
gunakan nama bentuk sediaan salep, campuran, sirup, atau puyer.
Apabila sediaan terdiri dari lebih dari satu potensi, maka untuk mengidentifikasi
produk, potensi obat harus dituliskan. Secara umum, jumlah yang tertera pada label
tambahan merupakan jumlah yang tertulis pada preskripsi. Beberapa perkecualian
boleh dilakukan, misal pasien membeli obat dalam jumlah sebagian.
Intruksi pada pasien
Setelah membeli obat di apotek, pasien seharusnya sudah mengetahui cara
penggunaan obat dengan tepat. Meskipun etiket dan label tambahan dianggap sebagai
pendamping konseling yang dilakukan apoteker, merupakan hal penting untuk
menjamin penulisan yang jelas, singkat dan komprehensif bagi pasien. Perintah dokter
penulis preskripsi harus di terjemahkan dengan bentuk yang tepat. Intruksi sebaiknya
ditulis dalam bentuk kalimat aktif dibandingkan kalimat pasif, karena lebih mudah di
ingat oleh pasien. Misal: oleskan pada luka (aktif) vs di oleskan pada luka (pasif).
Nama pasien
Nama pasien merupakan hal mutlak yang harus dituliskan pada etiket. Apabila
memungkinkan, status pasien juga dituliskan untuk membedakan secara tegas dari
anggota keluarga yang lain yang mungkin memiliki nama yang sama, misal : Ny.
Suprapto, Tn. Suprapto, An. Bagas, Bayi Dinda.
Tanggal dispensing, nama dan alamat apotek
Tanggal dispensing, nama dan alamat apotek harus dicantumkan pada etiket
untuk memudahkan apabila harus dilakukan pengecekan kembali. Apabila etiket
dituliskan dengan komputer, biasanya tanggal resep sudah tertulis secara otomatis.
Secara umum, desain etiket seharusnya bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman pasien mengenai bagaimana obat digunakan, sehingga tidak menonjolkan
logo atau nama apotek. Ukuran huruf yang digunakan sebaiknya mudah dibaca,
terutama untuk pasien lanjut usia, tanpa harus menggunakan perbesaran. Label
tambahan memuat peringatan yang harus di perhatikan oleh pasien. Kriteria lain adalah
mudah dibaca. Apabila informasi terlalu panjang, dapat dipisahkan pada label
tambahan lain. Informasi harus singkat tapi mudah dimengerti, informasi yang terlalu
panjang tidak akan dibaca oleh pasien. Label tambahan juga memuat antara lain cara
penyimpanan dan waktu kadaluarsa. Secara umum, standar penulisan etiket disajikan
pada tabel 10.1.
Tabel 10.1 Standar penulisan etiket
(paraf) (paraf)
etiket warna biru
10.4 KEMASAN
Formulasi sediaan harus dikemas dalam wadah yang sesuai dan dapat melindungi
sediaan sejak proses pembuatan hingga digunakan oleh pasien. Selama masa itu,
wadah harus da,pat menjamin kualitas, keamanan dan stabilitas obat dan melindungi
terhadap pengaruh fisika kimia biologi dan cuaca
Wadah yang ideal harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Dapat melindungi isi terhadap guncangan selama penanganan dan transportasi.
2. Mudah dan nyaman digunakan.
3. Mudah dibuka dan ditutup, termasuk untuk pasien lanjut usia.
4. Bersifat inner, bahan wadah tidak bereaksi dengan obat.
5. Paham pengrusakan (tamper resistant) dan tidak mudah diakses anak-anak (child
resistant).
6. Melindungi bahan obat dari kemungkinan penguapan (misal: metil salisilat), cahaya,
kontaminasi mikroba udara, kelembaban dan suhu ekstrem.
Kemasan primer dan sekunder
Kemasan primer bersentuhan langsung dengan produk sedangkan kemasan sekunder
tidak bersentuhan langsung dengan produk.
Kemasan primer dibedakan menjadi dua:
- Kemasan dosis tunggal mengemas produk yang ditunjukkan untuk penggunaan
tunggal, sebagai contoh sampul gelas tetes mata sekali pakai.
- Kemasan dosis ganda mengemas sejumlah obat yang akan digunakan dalam 2
dosis atau lebih. Sebagai contoh kapsul yang dikemas dalam botol.
Bahan pengemas
Gelas
Gelas merupakan bahan yang digunakan secara luas sebagai pengemas obat.
Karakteristik gelas adalah tahan udara dan lembab udara, memungkinkan pemeriksaan
isi dengan mudah, dapat diwarnai untuk melindungi dari cahaya, mudah dibersihkan
dan tersedia dalam berbagai bentuk titik akan tetapi gelas juga memiliki keterbatasan
yaitu mudah pecah, beberapa jenis dapat melepaskan alkali harga relatif mahal
dibandingkan plastik dan meningkatkan biaya pengiriman.
Berdasarkan farmakope Indonesia IV, terdapat empat jenis gelas sebagai
berikut (tabel 10.3):
Tabel 10.3 jenis gelas untuk sediaan farmasi
Jenis gelas keterangan
Plastik
Plastik digunakan secara luas sebagai kemasan primer.Secara umum terdapat dua
kelas plastik yang digunakan dalam kemasan sediaan farmasi, yaitu thermoset dan
Thermoplastic. Thermoset digunakan untuk membuat sekrup untuk wadah kaca dan
logam.polimer termoplastik digunakan secara luas untuk kemasan sediaan farmasi,
sebagai contoh polietilen densitas tinggi untuk wadah sediaan padat, polietilena
densitas rendah untuk botol tetes mata yang fleksibel, polistiren untuk kemasan krim
dan minyak.
Keuntungan plastik sebagai pengemasan adalah:
- Fleksibel
- Tidak mudah patah
- Mudah dibentuk
- Dapat disegel dengan pemanasan
- Murah.
Sedangkan keterbatasan plastik adalah:
- Tidak selalu innert seperti gelas tipe 1
- Mudah ditembus gas dan uap
- Memiliki muatan elektrostatik yang akan mengikat partikel
- Bahan tambahan dalam kemasan plastik dapat terlepas ke dalam sediaan.
Kertas
Kertas digunakan secara luas dalam pengemasan, terutama kemasan sekunder kertas
digunakan sebagai pengemas primer pada serbuk bagi atau puyer.
BAGIAN 2
BAB 11
SERBUK BAGI DAN SERBUK TABUR
11.1 DEFINISI
S
erbuk adalah partikel halus yang diperoleh dari partikel kering yang dihaluskan.
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral
atau pemakaian luar. Ukuran partikel serbuk berkisar antara 0,1µ - 10.000µ. sedangkan
granul adalah bentuk sediaan yang terdiri dari partikel yang berkisar ukuran mesh no. 4
hingga 10. Granul diperoleh dengan membasahi campuran serbuk kemudian
dilewatkan ayakan atau granulator kemudian dikeringkan di udara atau dengan oven.
Serbuk dan granul bukan hanya merupakan suatu bentuk sediaan, tetapi juga
merupakan bahan dasar untuk bentuk sediaan lain.
11.2 MACAM SEDIAAN SERBUK
1. Serbuk yang ditujukan untuk penggunaan oral, antara lain serbuk bagi (Puyer).
Serbuk ini diperoleh dengan menempatkan sejumlah tertentu serbuk pada masing-
masing kertas bungkus. Serbuk ini cocok untuk pasien bayi, anak-anak dan lanjut
usia karena mudah digunakan. Serbuk bagi dapat dicampurkan dengan makanan
atau minuman.
2. Serbuk topikal, yaitu serbuk yang ditaburkan pada permukaan kulit. Serbuk topikal
memiliki persyaratan meliputi ukuran partikel sangat halus agar tidak mengiritasi
kulit, mudah mengalir, dan mudah melekat dikulit
3. Serbuk insuflasi, yaitu serbuk halus untuk dimasukkan dalam lubang gigi,
tenggorokan dan sebagainya.
11.3 PEMBUATAN SERBUK SECARA UMUM
Langkah-langkah dalam pembuatan serbuk secara umum sebagai berikut:
Memperkecil ukuran partikel
Dapat digunakan 3 metode:
− Metode penggerusan: dengan menggunakan mortir-stamper, atau secara mekanik
dengan ball mill, grinders, atau coffee mill.
− Metode levigasi: menghaluskan serbuk dengan bahan yang bukan pelarutnya,
seperti pada pembuatan salep / suspensi.
− Metode intevensi: memperkecil ukuran dengan pertolongan bahan kedua yang
mudah dipisahkan. Biasanya bahan yang mudah menguap, misal: camphor akan
menggumpal bila digerus sehingga dilarutkan dalam eter atau alkohol, asal salisislat
berbentuk kristal jarum, untuk memperkecil ukuran partikel dapat dilarutkan dalam
alkohol.
Hal yang harus diperhatikan pada proses memperkecil ukuran partikel:
- Cara yang dipilih tergantung dari sifat bahan, misalnya metode triturasi digunakan
untuk bahan-bahan yang keras dan getas, metode intervensi digunakan untuk
bahan-bahan yang menggumpal / lekat apabila digerus.
- Untuk bahan-bahan yang sangat poten / obat keras dan zat warna digerus dalam
mortir dan stamper yang tidak berpori (mortir gelas) agar serbuk tidak masuk
kedalam pori-pori mortir dan stamper sehingga kadarnya berkurang atau memberi
warna pada bahan lain yang akan digerus dalam mortir tersebut.
- Serbuk topikal sesudah digerus umumnya diayak dengan nomor pengayak tertentu.
Mencampur (mixing)
Proses pencampuran disebut pencampuran geometris atau doubling up technique
dengan cara sebagai berikut:
- Timbang bahan yang jumlahnya lebih sedikit (serbuk A), masukkan kedalam mortar
- Timbang bahan yang jumlahnya lebih besar (serbuk B), letakkan pada kertas yang
telah diberi label
- Tambahkan serbuk B kedalam mortir sejumlah serbuk A yang ada dimortir, gerus
hingga tercampur rata
- Tambahkan kembali serbuk B lagi sejumlah campuran serbuk A dan B yang ada
dimortir, aduk hingga rata. Lakukan berulang hingga serbuk B habis.
Proses pencampuran dapat dilakukan dengan mortir-stamper, botol, kantung
plastik, dan pengayak
Beberapa tips untuk memproduksi ukuran partikel dan pencampuran
− Penggiling kopi dapat untuk memproduksi ukuran partikel serbuk dalam jumlah
sedikit
− Mencampur serbuk dengan ukuran partikel dan densitas yang sama dapat dilakukan
dengan kantung plastik, dapat mengurangi jumlah serbuk yang berterbangan di
sekitar
− Gunakan masker debu apabila serbuk yang dicampur ringan dan berterbangan
− Serbuk yang sangat ringan dapat didapatkan dengan penambahan beberapa tetes
alkoho, air atau parafincair pada waktu digerus
− Untuk menaikkan kemampuan mengalir serbuk pada waktu digerus dapat
ditambahkan magnesium stearat dengan jumlah kurang dari 1% dari jumlah berat
total serbuk
− Untuk serbuk-serbuk yang sukar digerus karena adanya daya elektrostatik
tambahkan natrium lauril sulfat dengan berat kurang dari 1% berat total serbuk.
11.4 SERBUK BAGI
Kelebihan dari keterbatasan serbuk bagi
Kelebihan:
- Lebih stabil dibanding sedian likuid
- Dosis akurat
- Mudah digunakan, dapat dicampur dengan makanan-minuman
- Ukuran partikel kecil.
Keterbatasan:
- Sukar ditelan
- Rasa yang tidak enak sukar tertutupi
Komposisi serbuk bagi:
- Bahan aktif
- Pengisi, umumnya laktosa
- Zat warna, untuk mengetahui homogenitas
11.5 METODE UMUM PEMBUATAN SERBUK BAGI
1. Untuk kemudahan mengemas dan membawa, maka berat serbuk dalam kertas
pembungkus umumnya ±200 – 250mg.
2. Hitunglah serbuk yang harus ditimbang sesuai dengan preskripsi dokter
3. Campurkan bahan aktif dengan pembawa dengan metode pengenceran geometris
(umumnya pembawa yang digunakan adalah laktosa kecuali bila pasien mengalami
intoleransi laktosa).
4. Ingatlah untuk selalu bekerja dengan peralatan yang telah dibersihkan
5. Siapkan kertas pembungkus sejumlah yang diperlukan, umumnya yang digunakan
adalah kertas perkamen dengan ukuran 10 x 10 cm. lipat bagian ujungnya sekitar
1.25cm, lakukan untuk seluruh kertas pembungkus.
6. Letakkan kertas pembungkus pada meca peracikan yang datar, dengan bagian
yang telah terlipat diletakkan di sisi yang jauh dari peracik, dan masing-masing
lipatan sedikit bertumpang tindih.
7. Menempatkan sejumlah spesifik serbuk pada bagian tengah masing-masing kertas
pembungkus, dengan cara:
a. Menimbang masing-masing berat yang diperlukan, merupakan cara yang paling
akurat.
b. Secara visual, suatu bagian serbuk dipindahkan pada masing-masing kertas
pembungkus. Jumlah masing-masing serbuk pada kertas sedapat mungkin
sama, ditentukan secara visual. Pembagian serbuk secara visual maksimal
adalah 10 bungkus, lebih dari 10 bungkus serbuk dibagi dua terlebih dahulu
dengan penimbangan.
c. Metode blocking and dividing. Metode ini membagi serbuk sama rata dengan
cara membentuk serbuk menjadi persegi dengan kedalaman tertentu. Kemudian
dengan bantuan spatula dibagi menjadi sejumlah yang diinginkan. Kemudian
masing-masing serbuk yang telah dibagi dipindahkan pada kertas pembungkus.
d. Dengan alat penaka. Beberapa alat penakar yang umum digunakan adalah
sendok, mangkuk kecil dan pembagi serbuk mekanis. Beberapa peralatan
berguna terutama bila harus membagi serbuk dalam jumlah besar.
Pembagian secara visual tidak boleh dilakukan apabila serbuk bagi membutuhkan
dosis yang akurat ( missal pada bahan aktif beruba bahan dengan dosis sangat kecil
atau dosis lebih besar dari 80% dosis maksimal). Pembagian serbuak dengan
bahan aktif seperti tersebut diatas dilakukan dengan penimbangan satu-persatu.
8. Pembungkusan serbuk dengan cara tradisional sebagai berikut ( Gambar 11.1 ) :
A. Lipat salah satu sisi kertas sekitar 0,5 cm
B. Lipat bagian bawa kertas ke atas hingga mencapai bagian yang telas terlipat
sebelumnya
C. Lipat ujung atas tersebut ke bagian bawa hingga menutup sekitar dua pertiga
lebar kertas. Usahakan agar serbuk tetap berada dibagian tengah kertas.
D. Lipat sisi kanan dan kiri, kemudian selipkan satu sisi ke sisi yang lain. Periksa
ukuran bungkus harus sama. Masukkan dalam kemasan, beri label pada bagian
luar kemasan sehingga tidak akan rusak bila pasien membuka kemasan.
ABC, 00-00-00
R/ Codein fosfat 10 mg
Laktosa q.s
m.f.pulv.dtd No.X
s.t.dd pulv I
pro: Tn Marzuki (53 tahun)
1. Indikasi
Kodein fosfat digunakan untuk pengobatan rasa sakit, diare dan sebagai penekan
batuk.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Dosis lazim codein fosfat adalah 30-60 mg setiap 4 jam jam dengan maksimum 240
mg/sehari. Jadine sediaan aman dan sesuai untuk yang bersangkutan.
3. Perhitungan
Pembawa yang diminta adalah laktosa, tanpa penambahan pengawet dan pemberi
aroma, sehingga formula untuk preskripsi diatas adalah:
1 Bungkus 10 Bungkus
Codein Fosfat 10 Mg 100 Mg
Lactosa 190 Mg 1900 Mg
4. Cara pembuatan
- Timbang codein fosfat 100 mg
- Pindahkan ke mortir
- Timbang laktosa 1900 mg
- Tambahkan laktosa dengan teknik pencampuran geometris. Tambahkan sedikit
pewarna untuk mengetahui homogenitas.
- Bagi dan bungkus sebagai serbuk bagi,
- Hitung ulang apakah jumlah serbuk bagi sesuai yang diminta kemudiab
masukkan wadah
- Pemberian etiket dan label.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol bermulut lebar berwarna coklat atau kotak kardus
Etiket : warna putih ( untuk obat dalam )
No. 46 ABC. 00-00-00
Tn. Marzuki
Bila perlu satu bungkus
XYZ,00-00-000
R/ Menthol 0,1
Camphora 0,2
Zn. strearat 0,8
Talc . ad 2,0
s.u.e
Pro : Anak Arsanti ( 5 tahun )
An. Arsanti
Untuk pemakain luar
etiket warna biru
Bedak tabur
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
b. Label tambahan:
- Untuk pemakaian luar
- Simpan di tempat yang kering
- Jangan dipakai di tempat luka terbuka
6. Konseling pada pasien
Serbuk tabur ditaburkan pada daerah yang di kehendaki secara merata tidak terlalu
tebal
- tanggal sediaan tidak boleh dipergunakan lagi ( BUD )
- sediaan hanya untuk pemakaian luar
- simpan ditempat yang kering.
BAB 12
KAPSUL
12.1 DEFINISI
K
apsul adalah bentuk sediaan padat di mana bahan obat dan atau bahan inert
dimasukkan dalam cangkang kecil gelatin. Terdapat 2 tipe cangkang kapsul
yaitu gelatin keras, kapsul gelatin lunak.
- Kapsul gelatin keras dapat dirancang untuk melepaskan obatnya dengan cepat atau
di rancang melepaskan obatnya dalam waktu tertentu
- Kapsul gelatin lunak : menghasilkan pelepasan standar.
12.2 PENYIAPAN KAPSUL
Bahan obat untuk kapsul dapat berasal dari bahan serbuk murni, tablet, kapsul dan
bahkan dari bahan cair. Obat atau bahan serbuk obat biasanya digunakan dalam
bentuk aslinya. Bila bahan berasal dari tablet, harus digerus dahulu sebelum dicampur
dengan serbuk kapsul yang lain dan hanya tablet dengan pelepasan standar yang
dapat digunakan sebagai bahan obat untuk kapsul. Tablet dengan pelepasan
dikendalikan atai dimodifikasi tidak boleh digunakan. Apabila obat berasal dari kapsul ,
kapsul harus dipotong jadi dua atau dipecah dalam mortir keudian serbuk dipisahkan
dari cangkang kapsul dengan cara diayak.
Bahan yang berasal dari zat cair dapat diuapkan sampai kering, atau dikeringkan
dengan absorben sebelum dicampur dengan dengan campuran serbuk yang lain untuk
dimasukkan kedalam kapsul.
Cangkang kapsul kosong dibuat dari gelatin, gula dan air. Kapsul keras dapat
jernih, tidak berwarna, dan tidak berasa. Kapsul keras dapat diwarnai dengan pewrana
untuk makanan, obat dan kosmetika serta dibuat buram melalui penambahan bahan
seperti titanium oksida. Sebagian besar kapsul obat yang bersedia secara komersial
mengandung bahan pewarna dan pemburam untuk membuat perbedaan dan
mempermudah identifikasi produk. Beberapa kapsul memiliki warna badan dan tutup
kapsul yang berbeda.
Gelatin diperoleh melalui hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh dari
kulit, jaringan penghubung putih, dan tulang binatang. Cangkang kapsul gelatin keras
diproduksi dalam dua bagian, bagian tubuh kapsul dan tutup yang pendek.
Ukuran kapsul keras
Terdapat 8 ukuran kapsul yang berbeda yang umumnya digunakan untuk pengobatan
manusia, dengan ukuran terkecil no. 5 dan terbesar no. 000. Akan tertapi, beberapa
pasien akan mengalami kesulitan untuk menelan kapsul dengan ukuran 00-000. Nomer
yang tercantum adalah harga nomer urutan saja, jadi tidak menunjukkan kapasitas dari
kapsul. Kapasitas kapsul ditentukan oleh densitas dan sifat karakteristik dari bahan
yang diisikan. Nomer kapsul hanya menunjukkan volume relatif masing-masing kapsul.
Sedangkan kapsul untuk veteriner beukuran 10, 11, 12. Umumnya kapsul dapat
digunakan dengan kapasitas 65-1000 mg sebuk.
Tabel 12.1 Ukuran dan kapasitas kapsul untuk manusia
Ukuran kapsul Kapaitas (ml)
5 0,12
4 0,21
3 0,30
2 0,37
1 0,50
0 0,67
00 0.95
000 1,36
Kapsul yang terpilih sebaiknya sedikit lebih besar dibandingkan serbuk obat karena
akan ditambahkan pengisi hingga kapsul penuh. Apabila volume serbuk bahan aktif dan
pengisi terlalu besar, dapat dibagi menjadi dua kapsul kecil agar mudah ditelan.
12.3 PENGISIAN KAPSUL GELATIN KERAS
Pengisian kapsul gelatin keras pada skala kecil atau skala besar terbagi menjadi
beberapa langkah umum berikut ini.
1. Pengembangan formula dan pemilihan ukuran kapsul
2. Pengisian cangkang kapsul
3. Perekatan kapsul ( bila diperlukan )
4. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah diisi
12.4 PENGEMBANGAN FORMULA DAN PEMILIHAN UKURAN KAPSUL
Secara umum, formula kapsul untuk skala kecil terdiri dari bahan aktif dan pengisi
(umumnya laktosa atau amilum). Bahan aktif dapat berasal dari bahan baku asli tau
bentuk sediaan lain seperti tablet atau kapsul.
Pemilihan ukuran kapsul dapat dilakukan dengan beberapa metode :
1. Aturan tujuh ( Rule of seven )
2. Aturan enam ( Rule of six )
3. Persen kompresibilitas
4. Persen volume yang ditempati serbuk
Aturan tujuh ( Rule of seven )
Untuk memilih cangkang kapsul dapat menggunakan “ aturan tujuh “. Aturan tujuh
meliputi 3 tahap yang mudah :
1. Konversi berat serbuk setiap kapsul menjadi garins ( 1 grain=0,065 gram)
2. Kurangi 7 dengan berat serbuk dalam grain
3. Pasangkan hasil pengurangan tersebut dengan daftar berikut
Bila hasil pengurangan Pemilihan nomer kapsul
-3 000
-2 00
- 1 atau 0 0
+1 1
+2 2
+3 3
+4 4
+5 5
Sebagai contoh, berat serbuk per kapsul adalah 325 mg ( 5 grains ), kemudian 7–
5 = 2, sehingga ukuran kapsul terpilih adalah 2.
Aturan enam ( Rule of six )
Aturan enam dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Tulislah angka 6 6 6 6 6 6 6
sebanyak 6 kali
- Tulislah nomer kapsul 0 1 2 3 4 5
- Kurangkan enam 6 5 4 3 2 1
dengan nomer kapsul
untuk menetukan
berat rata-rata dalam
grain
- Ubah berat rata-rata 0,390 0,325 0,260 0,195 0,061 0,065
menjadi gram ( 1 grain
= 0,065 g )
- Tentukan volume isi 0,67 0,50 0,3 0,30 0,28 0,12
kapsul dalam ml
- Hitung densitas rata- 0,558 0,65 0,70 0,65 0,65 0,54
rata kapsul ( langkah 4
dibagi langkah 5 )
Persen Kompresibilitas
Menentukan persen kompresibilitas campuran serbuk dilakukan dengan
membandingkan berat jenis nyata ( bulk density ) dan berat jenis mampat ( tapped
density ) suatu campuran serbuk. Berat jenis nyata ditentukan dengan melakukan
penimbangan terhadap serbuk dengan volume 1000mL. Bila suatu serbuk dengan
volume 100mL memiliki berat 75 g, maka berat jenis nyata adalah 75g/100mL =
0,75g/mL. Berat jenis mampat ditentukan dengan cara sebagai berikut: gelas ukur yang
berisi serbuk dengan volume 100mL diketuk 100 hingga 200 kali sehingga volume
serbuk akan turun hingga volume tertentu. Apabila volume setelah diketuk adalah 85mL
maka berat jenis mampat adalah 75g/85mL = 0,88g/mL. Perbedaan antara berat jenis
nyata dengan berat jenis mampat digunakan untuk menentukan perkiraan
kompresibilitas campuran serbuk dengan persamaan : 1-( berat jenis nyata / berat jenis
mampat ) x 100%. Dalam kasus serbuk contoh di atas, persen kompresibilitas yang
diperoleh adalah 14,8%. Informasi ini dapat digunakan memperkirakan jumlah serbuk
yang dapat dimasukkan cangkang kapsul. Apabila persen kompresibiltas semakin
serbuk yang dimasukkan dalam kapsul dapat ditambah.
Persen volume yang ditempati serbuk
Contoh sediaan kapsul dalam preskripsi berikut ini :
R/ Morfin sulfat 10 mg
Dekstrometrorfan 30 mg
Laktosa
Mf caps dtd no X
Berat kapsul yang telah
Berat obat setiap diisi bahan A/B = % Obat
Kapsul ( A ) obat ( B )
Berat total 40 mg ( terdiri Dibuat 5 kapsul 40/250 x 100% = 16%
dari morfin sulfat 10 mg percobaan masing –
dekstrometorfan HBr 30 masing memiliki berat
mg ) 250 mg, 225 mg, 250 mg,
275 mg, 250 mg,
sehingga berat rata – rata
adalah 250 mg
Persen berat obat dalam kapsul adalah 16 %, sehingga persen berat kapsul
yang tidak berisi bahan obat adalah 84 %. Bila diketahui berat kapsul rata - rata yang
berisi obat dan laktosa adalah 250mg, maka jumlah laktosa yang diperlukan untuk
masing-masing kapsul adalah 84% x 250 mg = 210mg.
12.5 PENGISIAN CANGKANG KAPSUL
Ada 2 metode untuk pengisian cangkang kapsul yaitu pengisian manual dengan tangan
pengisian dengan mesin.
Pengisian dengan tangan
− Tentukan berat campuran serbuk sesuai kapasitas kapsul yang akan digunakan.
− Campuran serbuk diratakan pada papan menggunakan spatula dengan tebal kira-
kira 1/3 dari panjang badan kapsul.
− Tangan tidak boleh menyentuh serbuk ketika mengisi kapsul. Sebaiknya
menggunakan sarung tangan untuk meminimalkan kontak dengan serbuk dan
mencegah sidik jari menempel pada cangkang kapsul.
− Serbuk diisikan ke dalam badan kapsul tersebut hingga penuh. Timbang berat
kapsul setelah diisi. Untuk mendapatkan berat yang diinginkan (misal 250mg),
serbuk dapat ditambahkan atau dikurangkan dari kapsul.
− Dengan metode ini, kapsul yang telah diisi harus selalu ditimbang satu per satu
hingga mencapai berat yang diinginkan. Beberapa serbuk karena sifat-sifatnya
sukar untuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Hal ini diatur dengan cara
mendorong serbuk ke dalam cangkang kapsul dengan spatula dengan
kapsul direbahkan. Harus dijaga agar kapsul tidak rusak.
− Metode lain yang dapat digunakan membagi serbuk secara visual seperti ketika
membagi serbuk bagi. Setelah terbagi pada masing-masing dosis, selanjutnya
serbuk dimasukkan dalam kapsul.
Pengisian dengan mesin
Mesin ini dapat digunakan untuk membuat sejumlah kecil dengan mengisi lubang yang
telah diisi dengan cangkang kosong terbuka dengan posisi menghadap ke atas.Serbuk
diratakan hingga masuk ke dalam cangkang kapsul dengan bantuan plastik yang keras
atau spatel plastic, seperti disajikan pada gambar 12.1.Metode ini dapat mengisi
sekaligus 50, 100 atau 300 kapsul dalam satu waktu. Pengisian dengan mesin
memerlukan formula tertentu.
CDE, 00-00-00
R/ Micronized progesterone 1
Minyak kacang ad 3 ml
mf.caps. no X
S.mane. 1 caps
b. Label tambahan:
− Simpan ditempat yang kering.
− Harus diulang dengan resep dokter.
6. Konseling pasien
Kapsul diminum satu kali sehari pada pagi hari. Kapsul harus disimpan ditempat
yang sejuk Dan terhindar dari kelembaban.
BAB 13
LARUTAN
13.1 DEFINISI
L
arutan adalah sediaan cairan homogen berisi satu atau lebih obat terlarut
dalam pembawa sehingga dosis yang sama dapat terjadi tanpa harus
mengocok terlebih dahulu. Inilah keuntungan larutan dibandingkan
dengan suspense. Larutan oral ditujukan untuk penggunaan oral, dapat mengandung
satu atau lebih bahan obat, dengan atau tanpa pemberi aroma, pemanis dan pewarna
yang larut dalam air atau campuran air-kosolven.
Larutan oral memiliki keuntungan mudah ditelan. Teristimewa untuk pasien yang
sukar menelan sediaan padat (anak-anak, lanjut usia, perawatan intensif dan pasien
psikiatri). Juga dapat digunakan untuk individu yang memerlukan dosis khusus.
Pembawa yang umum digunakan adalah air karena tidak toksis, tidak
mengiritasi, tidak berasa, relatif murah dan banyak obat yang larut dalam air. Apabila
obat tidak larut dalam air, dapat diatasi dengan formulasi yang menggunakan
pembawa air dicampur dengan pelarut lain. Cara pembuatan larutan sangat sederhana
sehingga dapat disiapkan dengan cepat.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih untuk bahan obat yang tidak dapat
larut dalam air saja tetapi larut dalam campuran alkohol-air. Eliksir dapat mengandung
pelarut yang berbeda sebagai system kosolven, sebagai contoh air, alcohol, gliserin,
sorbitol, propilen glikol, dan polietilen glikol 400.
Air aromatik dapat digunakan untuk tujuan eksternal dan internal. Air aromatik
jernih, larutan air yang jenuh dengan minyak menguap dan bahan aromatic atau bahan
menguap lainnya.
Larutan topikal biasanya merupakan larutan berair tetapi dapat mengandung
sistem kosolven seperti berbagai alcohol atau pelarut organik lain.
13.2 KOMPOSISI
Komposisi larutan dapat bervariasi mulai yang sederhana hingga kompleks. Pemilihan
bahan pembawa, tujuan penggunaan, dan karakteristik pasien akan mempengaruhi
komposisi larutan. Larutan oral biasanya mengandung bahan aktif, dengan atau tanpa
sistem kosolven, pemberi aroma, pemanis, pewarna, pengawet, dapar, antioksidan dan
bahan lain. Bahan obat umumnya mudah terdegradasi dalam larutan air. Penambahan
dapar, pengawet, antioksidan dapat mencegah terjadinya degradasi. Pemberi aroma
dan pemanis dapat membuat rasa dan bau obat menjadi lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan penerimaan pasien.
pH
pH merupakan hal penting dalam formulasi produk obat, khususnya karena pH
mempengaruhi kelarutan, aktivitas, absorbsi, sorbsi, stabilitas dan kenyamanan pasien.
Aktivitas obat terkait dengan pH karena mempengaruhi tingkat ionisasi obat. Stabilitas
obat, dalam banyak kasus tergantung langsung pada pH lingkungan. Sorbsi obat dapat
terjadi pada berbagai eksipien dan kemasan, tergantung pada jenis, ionisasi yang dapat
mengalami sorbsi pada bahan.
Pembawa
Pembawa yang digunakan untuk larutan oral meliputi air, etanol, gliserin, sirup dan
berbagai campuran bahan tersebut. Untuk larutan topikal, jenis pembawa yang
digunakan lebih bervariasi seperti aseton, isopropanol, propilen glikol, polietilen glikol,
berbagai minyak, dan berbagai polimer.
13.3 KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SEDIAAN LARUTAN
Kelebihan :
- Cepat diabsorbsi
- Dosis fleksibel
- Dapat ditujukan untuk berbagai rute pemberian
- Tidak perlu mengocok wadah
- Mudah ditelan.
Keterbatasan :
- Stabilitas obat dalam larutan sering berkurang dalam penyimpanan
- Beberapa obat sukar larut
- Rasa tidak enak sukar tertutup
- Kemasan larutan umumnya besar dan sukar dibawa-bawa
- Perlu alat penakaran dosis.
13.4 CARA PEMBUATAN SECARA UMUM :
1. Tulis formula dari preskripsi ataupun dari formula officinalis
2. Hitung jumlah yang diperlukan untuk setiap komponen
3. Tulis semua bagian pada lembar kerja sediaan
4. Buat label yang sesuai
5. Timbang semua bahan obat
6. Identifikasi bahan-bahan yang larut dan hitung berapa ml pembawa yang diperlukan
untuk melarutkan obat tersebut. Apabila lebih dari satu yang harus dilarutkan,
larutkan satu persatu, sesuai dengan kelarutan masing-masing, yang kelarutannya
terkecil dilarutkan terakhir gunakan gelas beker untuk melarutkan.
7. Proses melarutkan dapat dilakukan pada gelas beker atau mortar, tergantung pada
karakteristik bahan obat.
8. Transfer sejumlah pembawa pada gelas beker
9. Aduk sampai Larut
10. Bila sudah larut pindahkan ke gelas ukur untuk menambah pembawa hingga yang
Diinginkan
11. Bilas gelas beker, masukkan gelas ukur. Gelas beker dibilas berkali-kali
12. Tambahkan bahan cair yang lain
13. Tambahkan pembawa hingga dengan yang diminta
14. Pindahkan ke wadah beri label.
Keypoint:
1. Pada waktu melarutkan, larutan harus diaduk pelan-pelan dan teratur mencegah terperangkapnya
udara yang dapat mengakibatkan berbusa
2. Penggunaan pengaduk otomatis, akan memberikan hasil yang homogen
3. Pengadukan terus menerus pada waktu melarutkan obat sangat penting untuk mencegah adanya
konsentrasi tinggi setempat, yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas dengan obat lain
4. Viskositas komponen yang tinggi ditambahkan pada komponen dengan viskositas yang lebih
rendah
5. Larutkan dahulu garam-garam dalam sejumlah air sedikit sampai terlarut seluruhnya sebelum
ditambahkan elemen solven yang lain
6. Pada larutan yang kompleks, komponen organic dilarutkan pada pelarut alkoholik dan komponen
yang larut dalam air dilarutkan pada pelarut air.
7. Apabila harus dicampurkan larutan dalam air kedalam larutan alkoholik, tambahkan larutan dalam
air kedalam larutan alkoholik dengan pengadukan untuk menjaga agar konsentrasi alcohol tetap
setinggi mungkin. Bila kebalikannya dapat terjadi pemisahan komponen yang sudah larut.
ABC, 00-00-000
R/ Kalium Permanganat sol 0,2% 100 ml
m.f solution
s.u.e
1. Indikasi
Larutan kalium permanganate digunakansecara topical untuk membersihkan luka.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Biasanya digunakan sebagai larutan dengan kekuatan 1 dalam 10.000 (British
National Formulary 51st), sehingga kalium permanganate 0,2% harus diencerkan 20
kali.
3. Perhitungan
Kalium permanganate 0,2% berarti 0,2 gram kalium permanganate dilarutkan dalm
100 ml air.
4. Cara pembuatan
a. Kalium permanganate larut 1 dalam 16 air dingin dan mudah larut dalam air
mendidih.
b. Kalium permanganate adalah bahan pengoksidasi, oleh karena itu terdapat
resiko letupan. Untuk mencegah hal tersebut, didihkan air murni dan didinginkan
terlebih dahulu.
c. Kalium permanganate ditimbang 200 mg
d. Ambil 20 ml air murni yang telah dididihkan dan didinginkan.
e. Masukkan kalium permanganate dalam beker gelas (kalium permanganate
mudah tertinggal dalam pori mortar porselen sehingga digunakan wadah gelas),
dan aduk dalam air.
f. Masukkan gelas ukur 100 ml
g. Bilas beker gelas dengan air murni yang telah dididihkan dan didinginkan
h. Tambahkan air murni yang telah dididhkan dan didinginkan ke dalam gelas ukur
hingga 100 ml.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol gelas 100 ml berwarna cokelat yang tertutup rapat.
Label : untuk pemakaian luar
a. Etiket : warna biru
No. 042 XYZ, 00-00-00
An. Nindy
Untuk pemakaian luar
1. Indikasi
Obat batuk hitam diindikasikan sebagai ekspektoran pada batuk berdahak
2. Komposisi
Komposisi Potio Nigra Contra Tussin
Succus liq 10
Amm Chlorid 6
SASA 6
Aquadest ad 300
3. Komponen
a. SASA (Solutio Ammoni Spirituosa Annisata)
SASA adalah larutan anisi 4 bagian dalam spiritus 76% kemudian ditambah
ammonium liq 20 bagian. Larutan mula-mula tidak berwarna, tetapi pada
penyimpanan larutan menjadi kuning muda. Apabila SASA dicampur dengan air,
akan timbul larutan keruh berkabut yang akan memisahkan anetol yang akan
mengapung di permukaan.
Apabila dalam sediaan ada sirupus simplex bersama SASA, timbang
SASA langsung kedalam sirupus simplex kemudian dikocok, maka oleum anisi
yang terpisah akan terbagi rata dalam sirup. Bila dalam sediaan tidak ada sirup,
tambahkan SASA terakhir langsung dalam sediaan yang sudah dimasukkan
wadah, dimana di mana dinding wadah sudah dibasahi dengan air dingin.
Apabila SASA diencerkan dengan air, oleum anisi akan membentuk kekeruhan
berwarna putih. Untuk menghindari hal ini (artinya oleum anisi yang memisah
dapat terbagi rata halus dalam sediaan). Tambahkan SASA dalam sirup, gliserin,
mucilage Gummi Arabici atau bahan lain yang kental. Kocok campuran sampai
homogeny jadi terbagi rata pada dinding wadah kemudian encerkan sediaan
dengan air. Apabila dalam sedian tidak tertulis bahan-bahan kental tersebut,
basahi dinding wadah dengan air terlebih dahulu baru masukkan SASA.
b. Succus Liquiritae
Melarutkan succus ada dua cara
1. Dengan air panas (untuk pembuatan dalam jumlah besar)
2. Succus diberi aqua aa, buat bubur baru diencerkan dengan air sampai
terdapat larutan yang jernih. Apabila succus dilarutkan langsung akan timbul
endapan/menggunpal dari gliserin
4. Perhitungan
komponen 300 ml 60 ml
Succus liquiritae 10 g 2g
Ammonium klorida 6 1,2 g
SASA 6 1,2 g
aqua hingga 300 ml 60 ml
5. Cara pembuatan
- Timbang masing-masing bahan sesuai dengan perhitungan
- Amonium klorida dilarutkan dalam 2 ml air, masukkan botol.
- Succus liquiritae digerus dengan air sama banyak (± 2 ml) aduk sampai menjadi
bubur kemudian ditambahkan aqua yang tersisa.
- Masukkan botol wadah sediaan yang sudah di kalibrasi 60 ml, adkan dengan
aqua hingga mendekati 60 ml.
- Basahi dinding botol dengan sediaan.
- Timbang SASA langsung ke dalam botol, kocok lihat kembali volume sediaan.
- Tambahkan aqua hingga 50 ml.
6. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol gelas 60 ml berwarna coklat, sertakan sendok takar
Label :
a. Etiket warna putih
No. 142 XYZ, 00-00-00
An. Lia
Tiga kali sehari satu sendok teh
b. Label tambahan
Simpan ditempat yang kering, jauhkan jangkauan anak-anak
7. Konseling pasien
Yang dimaksud dengan sendok teh adalah dengan 5 ml sediaan, setara dengan
satu sendok takar. Sebelum digunakan sediaan harus dikocok terlebih dahulu.
BAB 14
SUSPENSI
14.1 DEFINISI
S
uspensi adalah sistem dua fase yang terdiri dari bahan padat halus yang
terdispersi dalam bahan padat, larutan, atau gas. Suspensi terbentuk ketika
bahan obat tidak cukup terlarut dalam pelarut atau sistem kosolven. Suspensi
yang baik menjamin obat terdispersi secara homogen di seluruh pembawa.
14.2 PENGGUNAAN
Suspensi dapat digunakan untuk per oral maupun topikal, seringkali juga untuk
penggunaan untuk mata, telinga dan hidung.. bentuk sediaan suspensi dapat
meningkatkan stabilitas obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan. Penggunaan obat
yang tidak larut dalam bentuk suspensi, bukan pelarut, menyebabkan obat tidak
tersedia untuk degradasi larutan. Pembawa yang digunakan dalam suspensi harus
memiliki viskositas yang cukup untuk mempertahankan setiap partikel tetap terpisah
satu sama lain, tetapi harus dapat mengalir dengan baik sehingga sediaan tetap dapat
dituang dari wadah.
14.3 KOMPOSISI
Sediaan suspensi terdiri dari partikel yang tidak larut, medium cair, bahan peningkat
viskositas / bahan pensuspensi, dan pengawet. Seringkali suspensi di tambah dengan
pemberi aroma dan pemanis.
14.4 PEMBAGIAN SUSPENSI
Suspense secara umum di bedakan menjadi dua yaitu suspensi diffusibledan suspense
indiffusible. Suspensi diffusible adalah suspensi berisi bahan padat yang tidak larut atau
hanya sedikit yang larut dalam pembawa, pada pengocokan akan terdispersi di seluruh
pembawa dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat di capai dosis yang merata
dan teliti. Sedangkan suspensi indiffusibleadalah suspense berisi bahan padat yang
tidak larut dalam pembawa dimana pada pengocokan tidak terdispersi cukup lama di
seluruh pembawa untuk memperoleh dosis yang akurat.
Kelebihan dan keterbatasan suspensi.
Kelebihan :
1. Bahan obat lebih stabil di bandingkan sediaan larutan dan memiliki rasa yang lebih
enak (tidak pahit).
2. Serbuk yang tidak larut yang tersuspensi mudah di telan bentuk suspensi
menyebabkan pemakaiannya lebih mudah dari pada obat dari bentuk serbuk.
3. Obat terabsorbsi lebih cepat dari pada bentuk serbuk.
4. Suspensi topical bentuk losion memberi lapisan obat yang terasa dingin di atas
kulit.
5. Secara teori dimungkinkan memformulasi sediaan sustained release.
Keterbatasan :
1. Harus di kocok terlebih dahulu sebelum di gunakan.
2. Ketelitian dosis kurang di bandingkan dengan sediaan larutan.
3. Penyimpanan berpengaruh terhadap system dispersi.
4. Suspensi mempunyai volume yang lebih besar sehingga bermasalah dalam hal
transportasi, pecahnya wadah dan sebagainya.
14.5 PERTIMBANGAN FISIKA KIMIA
Pembawa yang dapat di gunakan untuk suspense dapat di lihat pada tabel 14.1
viskositas yang di perlukan pada suatu suspense tergantung pada kecenderungan obat
mengendap, yang terkait dengan densitas serbuk Dan ukuran partikel.Viskositas
memegang peranan penting untuk mempertahankan obat dalam suspensi,
meningkatkan stabilitas emulsi, mengubah kecepatan pelepasan obat pada tempat
aplikasi Dan memudahkan penggunaan pada berbagai bagian tubuh dengan tidak
mudah menetes.Viskositas di defenisikan sebagai kekuatan yang di perlukan untuk
memindahkan suatu bidang datar di bawah kondisi spesifik ketikar uang diantara
bidang datar tersebut di isi dengan suatu cairan.
Table 14.1Bahan pensuspensi yang umum di gunakan.
Bahanpensuspensi Konsentrasiakhir (%)
Akasia 2,0-5,0
Carbomer 0,5-5,0
CMC, Na 0,5-1,5
Metilselulosa 0,5-5,0
Tragakan 0,5-2,0
Bentonit 2,0-3,0
14.6 PROSEDUR UMUM PEMBUATAN SUSPENSI
Perbedaan cara pembuatan suspensi indiffusible terhadap suspensi diffusible bahwa
pembawa harus di beri pengental untuk memperlambat pengendapan serbuk. Hal ini
dapat dicapai dengan penambahan bahan pensuspensi. Jumlah bahan pensuspensi
yang di gunakan tergantung volume pembawa, tidak tergantung jumlah serbuk yang
tidak terlarut dalam sediaan. Tujuan penambahan bahan pensuspensi adalah
meningkatkan visoksitas pembawa sehingga laju pengendapan menjadi lebih lambat,
hal ini dapat juga di peroleh dengan memperkecil ukuran partikel dari serbuk dalam
suspensi.
Cara umum pembuatan suspensi diffusible bahan padat
1. Periksa kelarutan semua bahan padat dalam pembawa. Hitung jumlah pembawa
yang di perlukan untuk melarutkan obat.
2. Timbang semua bahan padat yang tertulis dalam formula.
3. Larutkan semua bahan padat yang larut dalam pembawa.
4. Campur dalam mortar semua bahan padat yang tidak larut dalam pembawa secara
geometris sampai homogen.
5. Tambahkan pembawa pada nomor 5 (baik yang sudah merupakan larutan dari
komponen lain dalam formula yang terlarut ataupun pembawa saja) sampai
terbentuk pasta yang homogen.
6. Tambahkan sisa pembawa sampai campuran dapat di tuang dan di pindahkan ke
alat pengukur (gelas ukur).
7. Bilas mortir, tuangkan air bilasan ke alat pengukur.
Aduk tuang kewadah, pastikan bahwa semua bahan padat sudah di pindahkan ke
wadah.
Cara umummembuat suspensi bahanpadatindiffusible.
Dibuat dengan prinsip dasar seperti untuk suspense bahan padat diffusible.
Perbedaannya pada penggunaan bahan pensuspensi bahan pensuspensi di
campurkan pada bahan padat indiffusibledengan cara geometris, yaitu :
1. Periksa larutan dari semua komponen padat pada pembawanya.
2. Hitung jumlah pembawa yang di perlukan untuk melarutkan bahan padat yang
dapat terlarut dalam pembawa.
3. Timbang semua komponen bahan padat yang ada.
4. Larutkan bahan padat yang larut dalam pembawa dalam gelas beker.
5. Campurbahan yang tidak larut dalam pembawa dengan bahan pensuspensi dengan
teknik geometris, sampai homogen.
6. Tambahkan sedikit pembawa (dapat berupa larutan dari komponen yang terlarut
dalam pembawa) pada bahan padat yang ada di mortar bersama bahan
pensuspensi (5), campur hingga terbentuk pasta.
7. Tambahkan sisa pembawa sampai campuran dapat di tuang.
8. Pindahkan ke alat ukur (beker gelas atau gelas ukur).
9. Bila mortar dengan pembawa, masukkan bilasan ke 8
10. Tambahkan sisa zat cair pada campuran dalam alat ukur tersebut diatas (hati–hati
bila ada bahan yang mudah menguap, hindarkan penguapan).
11. Aduk perlahan kemudian masukkan wadah. Pastikan bahwa semua bahan sudah
masuk dalam wadah.
14.7 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas sediaan suspensi melibatkan pemeriksaan karakteristik khusus
suspensi. Karakteristik tersebut meliputi berat / volume, karakteristik pengendapan,
kemudahan didispersikan, penampilan, aroma dan kemudahan di tuang.
Jumlah endapan dapat di ukur dengan mendiamkan sediaan selama sehari
kemudian tinggi endapan di ukur. Apabila di perlukan, formula dapat di ubah untuk
menurunkan jumlah bahan obat yang mengendap. Untuk sifat fisik berikut ini:
keseragaman, pengendapan, endapan keras (caking), pertumbuhan Kristal, bau dan
kehilangan volume. Beyond use date suspensi yang di racik tidak boleh lebih dari 14
hari.
14.8 KEMASAN
Suspensi dikemas dengan wadah yang tertutup rapat dengan mulut botol yang cukup
lebar untuk penuangan. Ruang udara harus cukup untuk kemudahan pengocokan.
Suspensi dapat disimpan pada suhu kamar atau lemari es tergantung dari karakteristik
bahan obat dan pembawa.
Label “kocok dahulu” harus ditambahkan untuk mengingatkan pasien untuk
mengocok suspensi hingga tercampur rata. Juga diperlukan label “obat luar” apabila
tidak digunakan secara per oral.
14.9 KONSELING PASIEN
Pasien diinstruksikan untuk selalu mengocok terlebih dahulu sebelum menggunakan
sediaan. Pasien juga diinstruksikan bagaimana mengocok dengan benar dan menakar
dosis dengan tepat.
14.10 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: suspensi topical
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter.
Dokter wayan
SIK 29731/2008
Jl. Jawa 28 XYZ
XYZ, 00-00-0000
R/ Sulfur praecipitatum 20
Camphorae 3
Mucil Gummi arabici 20
Sol Calcii Hydroxydi 134
Aqua rosarum 133
M F L a suspense 100 ml
S.u.e
Nn. Anika
Untuk Obat Luar
ABC, 00-00-00
Mfla suspense 60 ml
S. tdd Cth 1
4. Cara Pembuatan
a. Membuat mucilago CMC Na dengan cara menaburkan CMC (0,5%) pada 10 ml
aqua panas dalam mortir, kemudian diamkan 15 menit, tambahkan aqua dingin 5
ml, aduk-aduk sampai larut.
b. Chloramphenilcol palmitat diaduk dengan gliserin hingga terbasahi dan
homogen. Tambahkan mucilage CMC hingga terbasahi semua, tambahkan aqua
10 ml, aduk hingga homogen. Tambahkan sirupus simpleks 20 ml.
c. Larutkan nipagin dan vanili dalam etanol secara terpisah, setelah itucampurkan
ke dalam mortir. Masukkan gelas ukur, mortir dibilas dengan sisa aqua, terakhir
ditambahkan aqua hingga volume tepat 60 ml.
d. Pindahkan botol
5. Wadah, Etiket dan Label
Wadah: botol coklat bermulut cukup lebar untuk menuangkan sediaan
Etiket: warna putih
No. 4 ABC, 00-00-00
An. Yustisia
Tiga kali sehari satu sendok makan
15.1 DEFINISI
E
mulsi adalah sisten heterogen yang terdiri dari cairan yang terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan, atau globul dengan diameter fase
terdipersi umumnya sekitar 0,1 hingga 10 µm. Suatu emulsi terdiri dari fase
terdispersi (fase internal atau fase diskontinu), medium pendispersi (fase eksternal atau
fase kontinu), dan bahan pengemulsi.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan
fasa terdipersinya dikenal dengan dua jenis emulsi, yaitu:
a. Emulsi minyak dalam air (m/a atau o/w, oil in water), yaitu bila fasa minyak,
terdispersi didalam fasa air.
b. Emulsi air dalam minyak (a/m atau w/o, water in oil), yaitu bila fase air terdispersi di
dalam fase minyak.
Beberapa variasi emulsi antara lain adalah krim dan losion. Krim berbentuk
padatan yang lunak atau cairan kental yang mengandung bahan obat yang terlarut atau
tersuspensi.Umumnya digunakan untuk obat luar.Losion adalah emulsi atau suspense
cair yang digunakan untuk pengobatan luat.
15.2 APLIKASI EMULSI
Pada penggunaan per oral, emulsi digunakan untuk mendispersikan minyak dan air
secara bersama, menutup rasa yang tidak enak ( misal air pada sediaan minyak ikan),
dan dapat meningkatkan aborsi obat. Secara topikal, krim dan losion merupakan bentuk
yang popular untuk penggunaan eksternal.Pada penggunaan intra vena, emulsi
biasanya mengandung lemak yang berkalori tinggi sebagai nutrisi parenteral.
15.3 KOMPOSISI
Emulsi pada umumnya terdiri dari fase minyak, fase air dan bahan pengemulsi, bahan
yang dapat digunakan sebagai emulgator dapat dilihat pada table 15.1. Seperti formula
sediaan cair yang lain emulsi dapat mengandung pemberi aroma, pewarna dan
pengawet.
Emuglator dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1) surfaktan (contoh: sorbitan
monooleate, na laurit sulfat), 2) koloid hidrofilik (contoh: akasia, gelatin), dan 3) partikel
padat halus (contoh: bentonite, tragakan). Surfaktan teradsorbsi pada antarmuka
minyak-air membentuk film monomolekuler, sehingga menurunkan tegangan
antarmuka, sedangkan koloid hidrofilik membentuk film multimolekuler yang
menyelubungi partikel terdispersi, partikel padat halus teradsorbsi pada antarmuka
globul dua cairan dan membentuk film partikel di sekitar globul yang terdispersi. Secara
umum, emulgator berfungsi sebahagi bahan pengemulsi dengan membentuk film.
Tabel 15.1 emulgator yang digunakan dalam emulsi
Karbohidrat: Surfaktan:
- Akasia - Sorbitan monooleat
- Agar - Sorbitan monolaurat
- Pektin - Na lauril sulfat
- Tragakan - Polisorbat
Protein : Bahan padat:
- Kasein - Aluminium hidroksida
- Kuning telur - Bentonit
- Gelatin - Magnesium hidroksida
Alkohol berat molekul tinggi
- Setil alcohol
- Gliseril monostearate
- Stearil alcohol
Kelebihan dan keterbatasan emulsi sebagai sediaan
Keuntungan:
- Rasa tidak enak dari bahan obat betupa minyak yang diberikan secra per oral dapat
tertutup
- Fase air dapat ditambah pemberi aroma
- Hilangnya rasa minyak di lidah
- Kecepatan aborsi naik
- Dua bahan yang tidak dapat tercampurkan dapat dipisahkan, pada masing-masing
fase emulsi.
Keterbatasan:
- Sediaan harus dikocok sebelum digunakan
- Perlu ketelitian secara teknis untuk menakar dosis
- Kondisi penyimpanan berpengaruh terhadap stabilitas emulsi
- Peka terhadap kontaminan mikroba, yang dapat mengakibatkan emulsi memisah.
15.4 PRINSIP PEMBUATAN
Emulsi tidak dapat terbentuk secara spontan Ketika dua bahan cair dicampurkan.Emulsi
dapat dibuat secara manual maupun mekanik.Pembuatan emulsi secara manual
sebaiknya menggunakan mortar yang memiliki permukaan yang kasar untuk
mempermudah pembentukan globul.
Tujuan pembuatan emulsi adalah membagi fase menjadi globul-globul yang
kecil, melingkupi globul dengan emuglator dan kemudian mengemulsikan globul ke fase
air.
Pembuatan emulsi terdiri dari 2 tahapan:
1. Pembuatan emulsi primer atau konsentrat (corpus emulsi) dengan cara:
- Ukur minyak dengan teliti dalam wadah kering, pindahkan ke mortar kering
- Ukur air yang diperlukan
- Timbang emulgator, masukkan kedalam fase minyak (dalam mortar). Aduk
ringan untuk medispersikan emulgator dengan merata (tidak ada gumpalan).
Pencampuran yang keras dapat menimbulkan panas, sehingga terjadi denaturasi
emulgator dan memberi hasil yang kurang baik.
- Tambahkan air yang diperlukan, masukkan seluruhnya sekaligus kemudian
gerus dengan kuat dan satu arah.
- Apabila sediaan sudah berwarna putih susu dan menghasilkan suara lekat,
tanda bahwa emulsi primer sudah terbentuk. Emulsi primer harus kental, seperti
krim berwarna putih. Semakin putih berarti produk semakin baik. Tidak boleh
terlihat adanya globul minyak atau lapisan minyak.
2. Pengenceran dari emulsi primer
- Encerkan tetes demi tetes dengan sisa air. Campur menggunakan stamper
dengan Gerakan memutar satu arah. Tambahkan komponen cair yang lain
apabila tertulis dalam formula.
- Transfer ke alat ukur.
- Tambahkan air hingga sesuai formula yang tertulis.
Agar emulsi dapat terbentuk dengan baik, perlu diperhatikan hal berikut ini:
1. Penimbangan atau pengukuran komponen emulsi primer harus tepat untuk
mencegah emulsi pecah Ketika peroses pengenceran dan penyimpanan.
2. Alat harus bersih dan kering.
3. Jumlah yang tepat dan teliti. Usahakan tidak ada yang hilang pada waktu
penimbangan dan pemindahan bahan-bahan.
4. Saat mencampur, semua bahan sudah tersedia dan sudah tertimbang.
Pembuatan emulsi dengan menggunakan mortar dapat mengikuti dru gum
method (continental menthod) dan wet gum metode (engkish menthod). Emulsi recentur
paratus untuk oral biasanya dibuat dengan caracontinental dan dry gum method di
mana emulsi dibentuk dengan mencampurkan bahan pengemulsi gum (akasia) dengan
minyak kemudian dicampur dengan fase air. Perbedaan antara metode continental
dandry gum hanya terletak pada perbandingan konstituen pada emulsi primer. Dengan
continental method perbandingannya adalah 4:3:2 sedang dengan dry gum method
4:2:1.
Bahan pengemulsi yang dibutuhkan tergantung dari jumlah dan tipe dari minyak
yang diemulsikan seperti sajian pada table 15.2. perbandingan ini penting diperhatikan
pada pembuatan emulsi untuk mecegah emulsi pecah waktu diencerkan atau waktu
disimpan.
Pada pembuatan emulsi primer pada wet gum method, perbandingan minyak, air
dan gum semua seperti pada dry gum method. Perbedaan kedua metode tersebut
terletak pada cara pembuatannya. Dengan metode ini akasia dalam mortir ditambah
dengan air hingga terbentuk mucilago.Minyak ditambahkan tetes demi tetes sambil
diaduk.Bila perlu tambahkan air ekstra sedikit, aduk sampai emulsi primer
terbentuk.Pada umumnya metode ini kurang disukai karena memakan waktu lebih lama
dari dry gum method.Tetapi dengan metode ini kemungkinan gagal lebih kecil.
Tabel 15,2Rasio komponen untuk pembuatan emulsi primer
Minyak Contoh Minyak; air; gom arab
Fixed oil Minyak ikan, minyak kacang 4:2:1
Minyak mineral Parafin cair 3:2:1
Minyak atsiri Pepermin, adas 2:2:1
9,65
8,6 3,15+
4,80
Surfaktan A yang diperlukan adalah 1,65/4,8 x 20 ml = 6,88 dan surfaktan B 3,15/4,8 x
20 g = 13,3 g.
Contoh lain adalah untuk menghitung HLB butuh suatu campuran minyak yang akan
diemulsi, dengan cara sebagai berikut :
% fase HLB
Minyak butuh Bagian HLB
Petrolatum 25 g 56 (25 g/45 g) x8 = 4,5
Setil alcohol 20 g 44 (20 g/ 45 g) x 15 = 6,7
Emulgator 2g
Pengawet 0,2 g
Air murni hingga 100 g
Dengan demikian emulgator yang diperlukan harus memiliki nilai HLB = 4,5 + 6,7 = 11,2
Tabel 12.4 Nilai HLB butuh beberapa minyak
HLB Butuh
Bahan berlemak
Emulsi w/o Emulsi o/w
Beeswax 4 9-12
Malam karnauba 12 -
Minyak kastor 6 15
Lanolin anhidrat 8 10-12
Asam laurat - 15-16
Minyak mineral 5 11-12
Asam oleat - 17
Minyak zaitun 6 14
Parafin padat 4 10-11
Petrolatum 5 7-12
Asam stearat 6 15
Stearil alkohol - 14
15.7 STABILITAS
Stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan ukuran globul fase
internal, merancang rasio minyak-air yang optimum, dan meningkatkan viskositas
emulsi. Apabila ukuran globul diperkecil hingga kurang dari 5µm, stabilitas dan
kemampuan dispersi emulsi akan meningkat. Mengecilkan globul dapat dilakukan
dengan menggunakan mortir-stamper dan homogenizer.Sedangkan rasio volume
minyak air yang optimal adalah apabila fase internal 40 – 60% dari total volime.
Menaikkan viskositas fase eksternal akan meningkatkan stabilitas emulsi. Untuk
meningkatkan viskositas dapat ditambahkan bahan yang dapat tercampur dengan fase
ekesternal emulsi.Pada emulsi o/w dapat digunakan hidrokoloid, sedangkan untuk
emulsi w/o dapat digunakan wax, minyak kental, atau asam lemak.
Yang penting bagi apoteker dalam compounding adalah emulsi tetap stabil.
Emulsi yang stabil tetap bertahan pada penampilan, bau, warna dan sifat fisika kimia
lain serta tidak mengalami koalesen, cracking, creaming, dan perbalikan fasa.
dr.Rizkia Alifah
SIK 4923/2003
Jl. Sumbawa 23 ABC
ABC, 0-00-0000
4. Cara pembuatan
a. LarutkanNa Hypofosfit dan Ca Hypofosfit dalam air 19,5 ml, tambahkan gliserin
b. Buat corpus emulsi dengan mencampurkan gom arab dengan Ol.lecoris Asseli
hingga homogeny tambahkan larutan Na hipofosfit dan ca hypofosfit sekaligus,
aduk hingga homogeny
c. Masukkan sisa air sekaligus (16,2ml). pengenceran sedikit-sedikit akan
menyebabkan penggumpalan. Aduk cepat hingga homogeny
Berat gom arab yang digunakan buka 1/2 berat minyak karena Ol. Asseli merupakan
minya kental. Bila gom arab yang digunakan kurang dari separuh oleum, maka
jumlah air yang digunakan sebanyak dua kali gom arab.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol cokelat bermulut cukup lebar untuk memudahkan penuangan
sediaan. Wadah harus tertutup rapat untuk mencegah penguapan, serta harus
memiliki ruang yang cukup untuk pengocokan.
Etiket warna putih
No. 24 ABC, 00-00-00
An. Nindya
Sehari dua kali satu sendok teh
Label :
− Beyond Used Date – 4 minggu
− Kocok dahulu
6. Konseling pada pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengocok sediaan terlebih dahulu sebelum
digunakan.Dosis sekali pakai yang diminta adalah satu sendok teh, setara dengan 5
ml, sehingga pasien diinstruksikan untuk menggunakan satu sendok takar (5ml).
Contoh 2 : emulsi topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Hindarto
SIP 245/2011
Jl. Semeru 15 XYZ
XYZ, 0-00-000
Komponen Preskripsi
Benzyl Benzoat 0,4
Acid Stearic 0,4
Trietanolamin 2
4. Cara pembuatan
Aqua Hingga 50
a. Lelehkan asam
stearat dilebur diatas penangas air
b. Benzyl benzoate ditambah dengan trietanolamin, setelah itu ditambah air
c. Campur keduanya dengan pengadukan cepat atau dapat dibantu dengan
peralatan mekanis, aduka homogen
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol coklat bermulut cukup lebar untuk memudahkan penuangan sediaan
Etiket : warna biru ( untuk obat luar)
No. 34 ABC, 00-00-00
Nn. Tita
Untuk obat luar
Emulsi benzylbenzoat
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
S
ediaan topikal memiliki tiga fungsi: 1) melindungi daerah yang terluka dari
lingkungan sekitar, 2) memberikan efek hidrasi pada kulit atau menghasilkan
efek emolien atau melembutkan kulit, dan 3) menghantarkan obat pada kulit
untuk efek topikal atau sistemik. Yang termasuk dalam sediaan topikal dengan bentuk
sediaan semi solid meliputi salep, krim dan pasta. Salep krim dan pasta digunakan
pada kulit atau membran mukosa tertentu untuk bekerja sebagai emolien
(melembutkan), protektif (perlindungan), profilaktik (pencegahan), dan menimbulkan
efek terapeutik di mana diperlukan sifat oklusif (menutup pori) dengan derajat tertentu.
Salep biasanya berisi obat atau campuran obat terlarut atau terdispersi dalam basis.
16.1 SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan untuk penggunaan eksternal
pada kulit atau membran mukosa. Salep akan melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Salep harus dapat menyebar dengan mudah dan tidak mengandung butiran yang
kasar.
16.2 KRIM (M/A DAN A/M)
Krim adalah sediaan emulsi kental semi solid, untuk pemakaian luar. Obat dapat terlarut
atau terdispersi dalam basis krim. Krim dapat berupa emulsi m/a atau a/m tergantung
dari bahan pengemulsi yang digunakan. Krim diformulasikan untuk menghasilkan
sediaan yang dapat tercampur dengan sekret kulit. Basis krim memiliki efek
melembutkan, tampak luar putih, translusen dan agak kaku.
Tabel 16.1 Klasifikasi dan karakteristik basis salep
Jenis Basis Karakteristik Contoh
Basis hidrofobik Tidak larut air White petrolatum
Tidak tercucikan air White ointment
Tidak mengabsorbsi air
Berefek emolien
Oklusif
Berminyak
Basis absorbsi Tidak larut air Hidrofilik petrolatum
Tidak tercucikan air Aquabase
Anhidrat Aquaphor
Dapat mengabsorbsi air
Emolien
Oklusif
Berminyak
Krim a/m Tidak larut air Cold krim
Tidak tercucikan air Lanolin, hidrat
Dapat mengabsorbsi air Hydrokrim
Mengandung air Eucerin
Emolien Nivea
Oklusif
Berminyak
Krim m/a Tidak larut air Hydrophilic ointment
Tercucikan air Dermabase
Dapat mengabsorbsi air Velvachol
Mengandung air Unibase
Tidak oklusif
Tidak berminyak
Penambahan bahan cair yang tidak menguap dan dapat bercampur dengan basis
salep.
Campurkan bahan dengan basis yang sedang dilebur pada cawan aduk hingga
homogen dan dingin.
Penambahanbahancair yang menguap dan tidakdapatbercampurdengan basis salep.
Bahan yang mudah menguap tidak boleh dicampurkan pada basis yang melebur/ masih
panas. Lakukan triturasi dengan basis pada nampan kaca dengan cara sejumlah kecil
basis diletakkan pada bagian tengah nampan kaca, tambahkan sejumlah kecil bahan
cair, campurkan dengan basis yang ada di nampan. Lakukan hingga basis tercampur
seluruhnya dengan bahan cair. Penimbangan bahan yang mudah menguap harus
menggunakan gelas arloji tertutup untuk mencegah penguapan komponen. Cara
triturasi juga dapat digunakan untuk bahan cair tidak menguap yang ditambahkan pada
basis yang sudah jadi
16.6 KRIM
Pembuatankrim
1. Sediaan dengan jumlah yang melebihi yang diminta, untuk mengantisipasi bila
terjadi kekurangan dari berat yang diminta. Untuk mengantisipasi bila terjadi
kekurangan dari berat yang diminta.
2. Tentukan mana komponen yang dapat bercampur campur air ( fase ) dan mana
yang dapat bercampur dengan minyak ( faseminyak ). Larutkan komponen yang
larut dalam air ke fase air, demikian pula komponen yang larut dalam minyak.
3. Lebur basis lemak pada cawan di atas penangas air pada suhu, mulailah dengan
basis yang tertitik lebur paling tinggi kemudian turunkan suhu hingga 70oC (bila lebih
tinggi akan menyebabkan denaturasi bahan pengemulsi dan stabilitas sediaan dapat
berkurang).
4. Bahan yang dapat bercampur dengan minyak dimasukkan dalam leburan kemudian
diaduk.
5. Panaskan faseair hingga 70oC. masukkan bahan yang dapat bercampur dengan
air satu per satu.
6. Fase dalam masukkan ke fase luar pada suhu yang sama.
a. untuksediaaan m/a, tambahkanfasemiyakkedalam air.
b. untuksediaan a/m, tambahkanfase air kefaseminyak.
7. Aduk perlahan, jaga agar udara tidak masuk, sampai sediaan membeku.
Pendinginan harus perlahan agar tidak terjadi pendinginan mendadak yang
menyebabkan gumpalan karena fase minyak memadat lebih cepat.
Proses penambahan bahan baku padat dan cair ke dalam krim secara umum
sama dengan penambahan bahan padat dan cair ke dalam basis salep. Pengadukan
yang konstan dan tidak terlalu kuat diperlukan untuk mencegah terbentuknya gumpalan
dalam krim.
16.7 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas meliputi pemeriksaan produk akhir terhadap berat akhir produk,
penampilan visual, warna, bau, viskositas, pH, homogenitas/pemisahan fase, distribusi
ukuran partikel, dan tekstur.
16. 8 KEMASAN, PENYIMPANAN, DAN LABEL
Salep krim umumnya dikemas dalam wadah tube atau pot, sedangkan pasta dikemas
dalam pot karena viskositas pasta yang tinggi. Rongga udara dalam pot maupun tube
diusahakan seminimal mungkin untuk mengurangi kemungkinan penguapan air dan
timbulnya ketengikan. Salep disimpan dalam suhu kamar dan tidak boleh terpapa
panas secara langsung. Label yang menyertai sediaan terutama mengenai cara
penggunaan.
16.9 KONSELING PASIEN
Penggunaan salep, krim pasta dapat berbeda tergantung pada bentuk sediaan, bahan
aktif, dan tujuan terapeutik yang diinginkan. Secara umum, penggunaan salep, krim dan
pasta hanya selapis lapisan tipis. Sejumlah sediaan dioleskan dan digosok pada area
yang dikehendaki, kecuali dinyatakan lain. pasta dioleskan pada kulit tanpa harus
digosok karena viskositas yang tinggi. Pasien harus diberitahu untuk tidak mencuci
daerah pengolesan selama beberapa jam untuk memungkinkan obat menimbulkan
efek. Penghapusan krim dilakukan dengan menggunakan air hangat dan bila perlu
dengan bantuan sabun. Penghapusan salep dan pasta memerlukan air hangat, sabun
dan beberapa aksi mekanis.
Contoh 1 :salep topical
Anda mendapatkanpreskripsidaridoktersebagaiberikut.
Dr. Donny Laksamana
jl.Nias ABC
SIP 3982/2011
ABC, 00-0-0000
R/ salep 2-4 50 g
S ue
1. Indikasi
Salep 2-4 Digunakan dengan indikasis cabies (kudis), Eksim, pedikulosis, jerawat,
tinea ( jamur ). Komposisi salep 2-4 adalah asam salisilat 2%, sulfur precipitatum
4%, dan dan Vaselin hingga 100 g. Asam salisilat bersifat keratolisis dan sulfur
bersifat antiseptik.
2. Keamanan dan kesesuaianpenggunaan
Salep 2-4 merupakan salep officinalis sehingga formula tersebut aman digunakan
apabila sesuai aturan
3. Perhitungan
Komponen Formula (100 g) Preskripsi (50g)
asamsalisilat 2 50/100 x 2 g=1 g
sulfur precipitatum 4 50/100 x 4 g=2 g
vaselin Hingga 100 (50 – 1 – 2) g = 47 g
4. Cara pembuatan
a. Asam salisilat merupakan kristal berbentuk jarum. Untuk memperkecil ukuran
partikel, dilakukan metode intervensi menggunakan etanol 95%. Teteskan
etanol 95% hingga asam salisilat tepat larut. Tambahkan sebagian Vaselin
dengan metode doubling up, aduk hingga homogen.
b. Sulfur precipitatum digerus hingga halus, tambahkan Vaselin dengan metode
doubling up, aduk hingga homogen.
c. Aduk kedua bagian, aduk hingga homogen
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: Pot salep bermulut lebar untuk mempermudah pengambilan salep, atau
tube salep. Wadah harus tertutup rapat dan tidak transparan agar dapat melindungi
salep dari cahaya
Etiket: warna biru( untuk obat luar)
No. 2 ABC, 00-00-00
Tn Joko
Untukpenggunaanluar
Salep 2-4
Gunakansebelumtanggal : 00-00-00
R/ Krimhidrokortison 1% 20 g
M f la krim
1. Indikasi
Krim hidrokortison ( dengan bahan aktif Hidrokortison asetat ) berkhasiat sebagai
anti radang, anti pruritus dan anti alergi.
2. Keamanan dan kesesuaianpenggunaan
Hidrokortison merupakan kelompok kortikosteroid potensi sedang dengan dosis
lazim 1% untuk pemakaian topikal. Kadar 1% sebagai sediaan topikal aman bila
digunakan sesuai aturan pakai
3. Perhitungan
Dalam preskripsi diminta hidrokortison dalam basis krim. Untuk itu dapat dipilih
beberapa formula standar krim. Tipe krim yang dipilih adalah o/w.
Komponen Formula (100 g) Preskripsi (20g)
Hidrokortison 1 0,2
Cera alba 1 0,2
Paraffin Cair 40 8
Acid Stearic 12 2,4
Trietanolamine 2 0,4
Gliserin 5 1
Aqua ad 100 20
4. Cara pembuatan
a. Hidrokortison asetat disuspensikan dalam air
b. Bagian air ( gliserin, trieanolamin , dan aqua ) Dipanaskan 70 derajat sampai
800C
c. Bagian lemak (cera alba, paraffin cair, asam stearat) Dipanaskan 70 derajat
sampai 800C hingga melebur.
d. Campuran bagian air dan minyak menjadi satu dalam mortir, aduk cepat hingga
terbentuk emulsi.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : pot salep bermulut lebar untuk mempermudah pengambila nsalep, atau
tube salep. Wadah harus tertutup rapat dan tidak transparan agar dapat melindungi
salep dari cahaya.
Etiket: warna biru( untuk obat luar)
No.231 ABC,00-00-00
Nn Rina
Untuk pemakaian luar
Krim Hidrokortison 1%
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
6. Konseling pada pasien
Daerah yang akan diobati dibersihkan dan dikeringkan. Krim diambil secukupnya
dan di oleskan tipis pada daerah tersebut. Diamkan beberapa saat dan jangan
mencuci daerah tersebut sekitar 4 jam. Penggunaan salep diulang 3 kali sehari
hingga sembuh.
BAB 17
GEL
17.1 DEFINISI
G
el atau jeli adalah sistem setengah padat terdiri dari suspensi yang tersusun
atas partikel anorganik kecil atau molekul organic besar yang mengalami
interpenetrasi oleh cairan. Sebagian besar gel memiliki penampilan jernih,
sebagian lagi keruh. Gel bersifat mudah larut dalam air, tercucikan air, mengabsorpsi
air, dan tidak berminyak. Secara umum terdapat dua macam gel:
1. Sistem satu fasa : terdiri dari molekul organic besar atau makromolekul yang
terdistribusi seragam di seluruh cairan sehingga tidak terdapat batas yang nyata
antara bahan terdispersi dengan cairan. contoh: gel karboksi metal selulosa,
carbomer, tragakan.
2. Sistem dua fasa : Massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil. Apabila fasa yang
terdispersi besar, maka gel disebut sebagai magma. contoh: bentonit magma,
aluminium hidroksida gel.
Konsentrasi gel umumnya kurang dari 10%, biasanya dalam rentang 0,5 hingga 2,0%.
17.2 APLIKASI
Gel dapat digunakan untuk menghantarkan obat secara oral, topikal, intranasal, vaginal
dan rektal.
17.3 KOMPOSISI
Contoh pembentuk gel adalah akasia, alginat, bentonit, karbomer, CMCNa, etilselulosa,
gelatin, guar gum, hydroxyetilselulosa, hidroksipropil metaselulosa, magnesium
aluminium silikat, polivinil alkohol, pati, tragan, dan xanthan gum.
17.4 PEMBUATAN GEL
Karateristik pembentuk gel akan menentukan teknik yang digunakan dalam proses
pembuatan.
Bentonit
Bentonit merupakan aluminium silikat terhidrat alami. Tidak berasa, tidak berbau,
berupa serbuk berserat, dan berwarna putih kekuningan. Konsentrasi sebagai
pembentuk gel adalah 10 – 25 %. Viskositas suspensi bentonit bertahan pada pH 6,
tetapi mengendap pada penambahan asam. Bahan yang bersifat basa seperti
magnesium oksida, meningkatkan viskositas.
Bentonit ditambahkan pada air tanpa pengadukan, dengan cara menaburkan
sebagian kecil serbuk pada permukaan air panas. Setiap bagian dibiarkan untuk
terhidrat dan mengendap dalam wadah. Campuran dibiarkan selama 24 jam sambil
sesekali diaduk. Setelah itu, campuran diaduk pada hari berikutnya. Pembasah seperti
gliserin dapat ditambahkan sebelum dibasahi dengan air.
Gelatin
Gel gelatin dibuat untuk mendispersikan gelatin dalam air panas, kemudian didinginkan.
Metode lain adalah membasahi gelatin dengan 3 hingga 5 bagian cairan organik yang
tidak mengembangkan.polimer, seperti propilen glikol, kemudian ditambahkan air panas
dan didinginkan.
Tragakan
Gom tragakan cenderung menggumpal ketika ditambahkan air, oleh karena itu tragakan
dibuat dengan menaburkan pada air yang diaduk. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, etanol, gliserin, propilen glikol dapat ditambahkan untuk membasahi
serbuk. Serbuk lainnya dapat dicampurkan dengan tragakan ketika kering kemudian
ditambahkan dalam air.
Karboksimetilselulosa Natrium
(CMC Na, carboxymethylcellulosa Sodium)
CMC Na larut air dalam berbagai suhu. Garam natrium CMC dapat didispersikan
dengan pengadukan cepat dalam air dingin sebelum partikel terhidrat dan
mengembang membentuk gel yang menggumpal. Ketika serbuk didispersikan, larutan
dapat dipanaskan dengan pengadukan sedang pada suhu 60 0C untuk mempercepat
disolusi
Metil selulosa
Metil selulosa terhidrat lambat dalam air panas, sehingga metil selulosa didispersikan
dengan pengadukan cepat dalam sepertiga air yang dibutuhkan pada suhu 80 oC hingga
900C. Ketika serbuk telah selesai terdispersikan, sisa air dapat ditambahkan dengan
pengadukan sedang untuk mempercepat disolusi. Air dingin atau es harus digunakan
pada titik ini. Alkohol anhidrat atau propilen glikol dapat digunakan untuk membasahi
serbuk sebelum didispersikan. Kejernihan, hidrasi dan viskositas maksimum diperoleh
bila gel yang telah terbentuk didinginkan pada suhu 00C hingga 100C selama satu jam.
17.5 PEMBUATAN SEDIAAN
Bahan aktif dapat ditambahkan sebelum atau sesudah pembentukan gel. Apabila
bahan obat ini tidak mengganggu pembentukan gel, lebih baik ditambahkan sebelum
pembentukan gel karena lebih mudah tersebar dan terdispersi homogen. Apabila bahan
obat mengganggu pembentukan gel, harus ditambahkan setelah pembentukan gel,
meskipun lebih sulit dan berpotensi menyebabkan udara terperangkap lebih banyak
pada basis gel.
Ketika serbuk polimer ditambah dengan air pada proses pembuatan gel, serbuk
tersebut dapat menggumpal dan membentuk gel pada permukaan gumpalan saja
sedangkan bagian dalam masih berupa serbuk. Gumpalan tersebut melarut secara
secara lambat karena viskositas gumpalan gel yang sangat tinggi dan koefisien difusi
makromolekul yang rendah. Penambahan gliserin atau bahan cair lain sebagai
pembasah atau pendispersi pada polimer sebelum penambahan air dapat mencegah
terbentuknya gumpalan tersebut.
Larutan polimer, terutama turunan selulosa, memerlukan waktu hingga 48 jam
untuk mencapai hidrasi utuh yang menghasilkan viskositas dan kejernihan maksimum.
Tips Pembuatan Gel
- Penambahan serbuk atau bahan cair lain pada bahan pembentuk gel
dapat membantu proses dispersi dan mempercepat pembentukan
gel
- Penambahan alkohol pada beberapa gel menyebabkan penurunan
viskositas dan kejernihan
- Pada pembuatan gel, semua bahan sebaiknya sudah dilarutkan
pada pelarut sebelum ditambahkan pada pembentukan gel
- Udara yang terperangkap pada gel carbomer sudah harus
dihilangkan sebelum penambahan basa sebagai peningkat
viskositas. Gelembung udara dapat dilepaskan dengan pendiaman
selama 24 jam atau meletakkan pada penangas ultrasonik.
Penambahan bahan anti busa silikon dapat membantu mempercepat
hilangnya gelembung udara.
- pH merupakan hal penting dalam penentuan viskositas gel carbomer
- Gel gelatin dapat dibuat dengan mendispersikan gelatin dalam air
panas kemudian didinginkan. Prosedur tersebut dapat
disederhanakan dengan cara : (1) campur serbuk gelatin dengan
pelarut organik (misal propilen glikol), (2) tambahkan air panas, (3)
kemudian dinginkan.
- Gel tragakan dibuat dengan penambahan serbuk tragakan pada air
yang diaduk cepat . Propilen glikol atau gliserin dapat digunakan
untuk membasahi serbuk. Serbuk lain dapat ditambahkan pada
tragakan ketika kerin, sebelum ditambahkan air.
- Biasanya gum alam terhidrat sekitar 24 jam untuk membentuk gel /
magma yang homogen
17.6 KONTROL KUALITAS
Pengujian kontrol kualitas untuk sediaan gel meliputi penampilan, keseragaman bobot
atau volume, viskositas, kejernihan, pH dan bau gel.
17.7 KEMASAN DAN PENYIMPANAN
Gel disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan dalam lemari es atau suhu
kamar. Kemasan gel dapat berupa pot, tube atau botol semprot yang terbuat dari gelas,
plastik atau wadah yang berlapis renin. Tube aluminium dapat digunakan hanya bila
produk memiliki pH kurang dari 6,5. Bahan logam lainnya dapat digunakan apabila pH
diatas 7,7.
17.8 STABILITAS
Pemeriksaan gel meliputi karateristik fisik seperti penyusun gel, pemisahan cairan dari
gel, pemucatan, dan kontaminasi mikroba.
Beyond date use formula yang mengandung air tidak lebih dari 14 hari bila
disimpan pada suhu sejuk. Tanggal tersebut dapat diperpanjang apabila terdapat
informasi ilmiah yang valid yang menunjang stabilitas produk.
17.9 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1 : gel topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Indra Laksono
Jl. Jawa 27 ABC SIK 786/98
ABC, 00-00-
0000
R/ Piroxicam 500 mg
Polysorbat 80 0,5
Gel Metil selulose 2% 99 g
M.f.l.a gel
1. Indikasi
Piroksikam merupakan obat anti radang yang dapat digunakan secara topikal.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Piroksikam secara topikal digunakan pada konsentrasi 0,5 – 1%, sehingga
formula tersebut aman digunakan
3. Perhitungan
Komponen Formula standar Preskripsi (100
Piroksikam 0,5 g 0,5 g + 10% = 0,55 g
Gel piroksikam
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
etiket warna biru
Label :
- Beyond Use date – 14
6. Konseling pada pasien
Obat diberikan untuk menghilangkan radang dan nyeri. Ambil gel sebanyak satu
ruas jari, oleskan tipis pada bagian yang sakit. Jaga daerah yang sakit agar tidak
terkena air selama 3 – 4 jam. Apabila terjadi efek gatal atau kemerahan, hentikan
pemakaian dan konsultasikan pada dokter.
Contoh 2 : gel topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Indra Laksono
Jl. Nias 27 ABC SIK 934/82
ABC, 00-00-
00-00
R/ Niasinamid 4g
Carbopol 940 0,6
Trietanolamin 3-4 tetes
Propilen glikol 20 ml
Aqua add 100 g
S. u.e
1. Indikasi
Niasinamid 4% digunakan sebagai gel untuk pengobatan jerawat.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Niasinamid (vitamin B3) ersifat larut air. Secara topikal memiliki sifat anti radang dan
digunakan untuk pengobatan jerawat. Pada konsentrasi 4% gel niasinamid aman
digunakan.
3. Perhitungan
Kompoen Preskripsi
Niasinamid 4g
Propilen glikol 20 ml
Aqua 75 l
4. Cara pembuatan
a. Timbang niasinamid dan carbopol 940 secara seksama.
b. Larutkan niasinamid 2 ml propilen glikol kemudian tambahkan 10 ml air.
c. Carbopol 940 dibasahi dengan larutan niasinamid. Setelah itu tambahkan
trietanol amin 3-4 tetes, aduk hingga tercapai viskositas dan kejernihan yang
diinginkan.
d. Tambahkan aqua sisa
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : tube, pot gelas atau plastik tidak tembus cahaya
Etiket : Warna biru (untuk obat luar)
No.31 ABC, 00-00-00
Nn. Priska
Untuk obat luar
18.1 DEFINISI
Supositoria adalah bentuk sediaan padat yang digunakan melalui rektal, vagiina dan
uretra. Supositoria meleleh,melunak atau melarut pada lubang tubuh dengan efek local
atau sistemik. Supositoria rectal berbentuk silindris dengan salah satu ujungnya
mengerucut, Umumnya memiliki berat 2 gram dengan panjang sekitar 2,5 sampai 3 cm.
Supositoria vaginal atau sering disebut pessaries, tersedia dalam bentuk bulat telur,
bulat, atau bentuk lain dengan berat sekitar 3 sampai 5 g. Bahan pembentuk supositoria
vagiinal lebih disukai yang bersifat larut air untuk meminimalkan lelehan minyak.
Supositoria uretral, atau sering disebut bougies, memiliki ukuran berfariasi tergantung
penggunaan untuk perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan biasanya memiliki
diameter mm, panjang 50mm, dan berat 2 g. Untuk laki-laki umumnya berdiameter 5
mm, panjang 125 mm,dan berat 4 g.
18.2 PENGGUNAAN
Supositooria digunakan untuk mengantarkan obat untuk bayi dan anak-anak, untuk
pasien yang tidak bisa menelan, dan kondisi dimana rute parenteral tidak dapat
digunakan. Obat yang terkandung dalam supositoria dapat diigunakan untuk
pengobatan sistemik maupun lokal. Penggunaan dengan tujuan pengobatan local
meliputi supositoria untuk wasir, infeksi dan laksansia. Penggunaan sistemik meliputi
supositoria analgetik, antiasma, dan hormon.
18.3 KOMPOSISI BASIS
Persyaratan basis supositoia adalah harus stabil, tidak mengiritasi, inert secara kimia
dan fisiologis, stabil dalam penyimpanan dan dapat diterima secara estetika.
Basis larutminyak
Lemak cokelat merupakan campuran trigliserida cair yang terperangkap dalam jaringan
trigliserida padat dan kristalin. Asam sterat dan palmitat merupakan penyusun separuh
dari asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak oleat merupakan penyusun asam
lemak tak jenuh. Lemak cokelat dapat bercampur dengan banyak obat serta bersifat
tidak mengiritasi .Keuntungan lemak cokelat atau lemak theobroma adalah dapat
melunak pada suhi 30oC dan meleleh pada suhu 34oC.
Kekurangan lemak cokelat adalah memiliki sifat polimorfisme. Lemak cokelat
memiliki empat bentuk berbeda,α,β,β’, dan y,dengan titik lebur berturut-berturut 22oC,
34o hingga 35oC, 28oC dan 18oC. Bentuk β merupakan bentuk yang paling stabil
sehingga lebih disukai untuk basis supositoria .Lemak cokelat yang akan meleleh
membentuk minyak cair yang tidak kental. Karena lemak cokelat tdak bercampur
dengan cairan tubuh, maka lelehan lemak cokelat dapat keluar dari lubang tubuh.
Kekurangan lemak cokelat lainnya adalah tidak mudah menysut pada pendinginan
sehingga sukar dilepaskan dari cetakan. Hal tersebut dapat diatasi dengan
menambahkan lubrikan pada cetakan.
Basis minyak sayur terhidrogenasi
Fattibase adalah campuran basis supositoria, tersusun atas trigliserida yang merupakan
turunan minyak kelapa dan kelapa sawit dengan gliseril monostearat sebagai
penggemulsi sendiri dan polioksil stearate sebagai bahan pengemulsi dan pensuspensi.
Basis ini stabil dengan tingkat iritasi rendah, tidak memerlukan penyimpanan khusus,
komposisinya seragam, lembut dan memiliki rentang pelelehan yang terkendali.
Fattibase merupakan padatan dengan titik leleh 35oC hingga 37oC dan berwarna putih
opak. Fattibase memiliki karasteristik basis lemak cokelat dengan sedikit kekurangan.
Basis wecobe merupakan turunan minyak kelapa dan kelapa sawit, yang dapat
diemulsi melalui pencampuran gliseril monostearat dan propilenglikol monostearat.
Basis tersebut menunjukan sifat baik lemak cokelat yang diinginkan dengan sedikit
kekurangan, Basis ini bersifat stabil dan menunjukan sifat pelepasan yang mudah dari
cetakan.
Basis witepsol dengan jumlah sekitar12, berwarna putih dan tidak berbau.
Witepsol H 15’s memiliki rentang pelelehan dan karasteristik pelepasan yang mirip
dengan lemak cokelat. Basis ini memadat dengan cepat dalam cetakan, Dan tidak
memerlukan lubrikan karena basis ini dapat menyusut. Basis ini mengandung bahan
pengemulsi sehingga dapat menyerap sedikit air.
Supositoria gelatin gliserin tersusun dari 70% gliserin, 20% gelatin, dan 10% air, harus
dikemas dalam wadah yang tertutup rapat karena brsifat higroskopik. Basis ini tidak
direkomendasikan untuk basis supositoria rectal karena menimbulkan efek osmotic dan
reflex defekasi. Basis gliserin tersusun atas gliserin (87%), natrium stearate (8%), dan
air murni (5%). Basis ini kadang digunakan sebagai basis supositoria vaginal.
Karasteristik basis ini adalah memiliki efek laksatif, higroskopis, Dan mudah ditumbuhi
mikroba.
Di mana f adalah faktor bilangan pengganti, E adalah berat basis suposutoria saja, dan
G setara dengan berat supositoria dengan X% bahan aktif.
Persamaan tersebut dapat digunakan baik untuk menghitung faktor bilangan
pengganti maupun menghitung berat supositoria yang dibuat.
Tabel 18.2 Faktor Densitas untuk Supositoria lemak Cokelat
Aminofilin 1,1
Aspirin 1,1
Bismuth subgalat 3,0
Minyakjarak 1,0
Cincokainhidroklorida 1,4
Dimenhidrinat 1,3
Hidrokortisonasetat 1,5
Ikhtamol 1,0
Morfinhidroklorida 1,6
Resorsinol 1,5
Seng oksida 5,0
Kontraksi Volume
Basis, eksipien, dan bahan aktif umumnya menempati ruang yang lebih sedikit pada
suhu rendah dibandingkan suhu tinggi. Basis supositoria dilebur terlebih dahulu, lalu
didinginkan. Selama proses pendinginan, lelehan cenderung untuk mengalami
kontraksi. Kontraksi tersebut memudahkan pelepasan supositoria dar icetakan, tetapi
juga menyebabkan lubang pada bagian akhir supositoria. Karena lubang tersebut tidak
dikehendaki, dapat dicegah dengan melelehkan mendekati suhu beku segera sebelum
dituang dalam cetakan. Disarankan untuk menuang sejumlah kecil lelehan berlebih
pada bagian akhir agar kontraksi volume hanya sedikit terjadi selama pendinginan.
18.5 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas untuk supositoria meliputi keseragaman berat, penampilan fisik dan
tekstur. Keseragaman tekstur diuji dengan membelah supositoria secara longitudinal
dan lateral untuk menjamin setiap bagian supositoria memiliki permukaan yang halus
dan seragam
18.6 KONSELING
Pasien harus diberitahu bagaimana menyimpan supositoria dengan tepat dan
memadatkan kembali supositoria yang sudah meleleh. Pasien juga harus diberitahu
cara penggunaan supositoria yang tepat, bagaimana membasahi supositoria, sejauh
mana memasukkan supositoria, dan bagaimana mempertahankan posisi tubuh setelah
memasukkan supositoria.
18.7 KEMASAN
Mengemas supositoria sebaiknya secara individual atau mencetak supositoria dengan
cetakan sekali pakai. Apabila supositoria tidak dikemas dengan baik, dapat
menyebabkan deformasi, bernoda, patah, atau terkelupas.
18.8 PENYIMPANAN
Supositoria harus dilindungi dari panas dan disimpan dalam lemari es. Supositoria tidak
boleh dibekukan. Supositoria PEG dan gelatin harus dilindungi dari kelembapan karena
bersifat higroskopis.
18.9 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: supositoria rektal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
ABC, 0-00-0000
R/ Dimenhidrinat 50 mg
Basis qs
M.f.l.a supositoria VIII
1. Indikasi
Dimenhidrinat merupakan obat anti mual, terutama diberikan pada pasien yang tidak
dapat menelan.
2. Keamanan dan kesesuaian pengguna
Dimenhidrinat 50 mg yang digunakan secara rektal akan diabsorbsi secara sistemik.
Pada dosis tersebut dimenhidrinat aman digunakan. Karena dimenhidrinat sukar
larut dalam air, maka digunakan basis makrogol yang mudah larut dalam air.
3. Perhitungan
Diketahui bilangan pengganti dimenhidrinat 1,3 bila diasumsikan basis terpilih
memiliki densitas yang sama dengan lemak cokelat, maka jumlah basis yang
diperlukan:
= 8-0,3 = = 7,7 gram
Basis makrogol terpilih memiliki komposisi PEG 3350 (60%), PEG 1000 (30%), PEG
300 (10%)
Komponen Formula Preskripsi(7,7 gram )
Dimenhidrinat 50 mg 400 mg
PEG 1000 25% 25%x7,7 g = 1,972 g
PEG 4000 75% 75%x7,7 g = 5,775 g
4. Cara pembuatan
a. Siapkan cetakan, lubrikasi dengan parafin cair.
b. Timbang PEG 4000 pada cawan porseklen, lebur pada penagas air, tambahkan
PEG 1000.
c. Dimenhidrinat digerus halus, levigasi dengan sedikit leburan PEG
d. Tambahkan leburan basis .
e. Tuang pada cetakan hingga sedikit berlebihan diinginkan.
f. Rapikan bagian atas basis pada cetakan dengan spatel, keluarkan dari cetakan,
kemas secara individual.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: plastik khusus supositoria atau lembaran alumunium.
Etiket: warna biru
No. 154 ABC, 00-00-00
Tn. Reza
Bila perlu 1 supositoria
XYZ, 0-00-000
R/ Supositoria gliserin
s. mane supp I
1. Indikasi
Supositoria gliserin digunakan sebagai pencahar.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Supositoria gliserin sebagai pencahar, aman digunakan. Supositoria gliserin
termasuk pada daftar British Nasional Formulary 51ͤ ͩ untuk konstipasi, sehingga
aman digunakan.
3. Perhitungan
Dalam preskripsi diminta 6 supositoria, tetapi untuk mengantisipasi kehilangan basis
selama proses pembuatan, dilebihkan 2 supositoria, menjadi 8 supositoria. Bila
digunakan cetakan supositoria dewasa dengan berat 3 gram, maka untuk 8
supositoria memiliki berat 24 gram.
Komponen Formula Preskripsi (24 g )
Gelatin 14% 3,36 g
Gliserin 70% 16,8 g
Air Hingga 100% 3,84 g
4. Cara pembuatan
a. Siapkan cetaka, lubrikasi dengan parafin cair.
b. Timbang gliserin pada cawan porselin, panaskan pada penangas air 100˚C.
c. Timbang gelatin, masukkan pada air yang telah dididihkan terlebih dahulu, aduk,
hingga terlarut seluruhnya.
d. Tambahkan gliserin panas, aduk hingga tercampur rata.
e. Sesuaikan berat yang diinginkan dengan menambahkan air atau menguapkan
air hingga berat yang diinginkan tercapai.
f. Tuang dalam cetakan, tanpa penambahan massa berlebih karena tidak terjadi
kontraksi volume.
g. Dinginkan kemudian lepaskan dari cetakan.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: Etiket: warna biu ( utuk obat luar )
Allen , L,V,. Ansel ,H.C., Popovich, N,G,. 2005 , Pharmaceutical Dosage Forms And
Drug Delivery Systems 9th Ed, Lippincott Williams & Wilkins
Cohen ,M.R, 1991, Causes of Medication error , in : cohen . M.R., (Ed), Medication
Error, American Pharmaceutical Association, Washington DC.
Flynn, E.A Dorris, N,T., Holman, G.T., Carnahan, B.J., Barker, K.N., 2002, Medication
Dispensing errors in Community Pharmacies, A Nationwide Study, Proceeding of
the Human Factors and Ergonomic Society and 46th Annual Meeting, 1448.,
1451.
Gennaro, A.R (ed)., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy,
Lippincott William & Wilkins.
Improving Prescription Drug Container Labeling in the United States, A Health Literacy
and Medication Safety Initiative, 2007, Americak College of Phisicians
Foundation.
Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecht, E.A., Sperandio, G.J., 1957, Scoville’s The Art of
Compounding-St 9th ed, McGraw Hill Book Company, Inc United States of
America.
Katzung, B.G., and Lofholm, P.W., 1997, Peresepan Rasional dan Penulisan Resep
dalam: Katzung, B.G., Basic & Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh
Agoes, HA, (ed), Edisi V, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Martin E.W., (ed) 1996, Husa’s Pharmaceutical Dispensing, 6th ed., Mack Publishing
Co., Easton, Pensylvania
Mashuda, A(ed)., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik, Direktorat
Jenderal Bima Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Rantucci M.J., 1997. Pharmacist Talking with Patients, A Guide to Patient Counseling,
First Edition, William & Wilkins, A Waverly Company, USA.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J, and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5 ed., The Pharmaceatical Press, London.
Shalita, A.R., Smith, J., Parish, I.C., Sofman, M.S., Chalker, D.K., 1995, Topical
nicotinamide compared with clindamycin gel in the treatment of inflamatory acne
vulgaris. International Journal of Dermatology, 34 (6): 434-437.
WHO Division of Drag Management adn Policies, 1998, The Role Of The Pharmacist In
The Health Care System, Report of a WHO Concultative Group. New Delhi.