Anda di halaman 1dari 207

KATA PENGANTAR

P
uji syukur ke hadirat Tuhan, atas perkenan-Nya ini dapat terselesaikan
dan sampai ke tangan pembaca. Buku ini disajikan dengan bahasa
yang mudah dicerna dan mudah diaplikasikan dalam praktik
kefarmasian sehari-hari. Buku ini ditujukan untuk setiap pembaca yang tertarik
mendalami dunia farmasi. Buku ini juga dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan lain yang terkait dengan obat serta dijadikan panduan bagi apoteker
dalam praktik compounding dan dispensing di apotek, instalasi farmasi di rumah sakit
maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Materi buku ini meliputi 2 bagian besar, bagian pertama yaitu konsep dasar
compounding dan dispensing dalam pelayanan kefarmasian, sedangkan bagian kedua
adalah teknis pelaksanaan pembuatan beberapa sediaan. Ucapan terima kasih
disampaikan penulis kepada Dra. Sri Zuraina, apt. atas dukungan dan sarana yang
sangat berharga dalam penulisan buku ini.
Akhir kata semoga buku ini dapat menjadi sumber informasi dalam pendidikan
calon apoteker dan praktik kefarmasian di pelayanan kesehatan. Penulis menantikan
masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan buku ini.

Oktober 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAGIAN 1
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Compounding
Bab 3 Dispensing
Bab 4 Prinsip Dasar Pengerjaan Dalam Compounding
Bab 5 Rute Pemakaian Dan Bentuk Sediaan
Bab 6 Stabilitas Obat Racikan
Bab 7 Penyimpanan Dan Manajemen Persediaan Obat
Bab 8 Perhitungan Dalam Farmasi
Bab 9 Prosedur Operasi Standar
Bab 10 Etiket, Label Tambahan Dan Kemasan
BAGIAN 2
Bab 11 Serbuk Bagi Dan Serbuk Tabur
Bab 12 Kapsul
Bab 13 Larutan
Bab 14 Suspensi
Bab 15 Emulsi
Bab 16 Salep. Pasta Dan Krim
Bab 17 Gel
Bab 18 Suppositoria
DAFTAR PUSTAKA
SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIGUNAKAN
BAGIAN 1
BAB 1
PENDAHULUAN

A
poteker merupakan suatu profesi unik yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam ilmu alam dan yang tidak dapat digantikan oleh
profesi lain. Suatu kesehatan dalam praktik farmasi yang berpotensi
menimbulkan tragedi. peran apoteker untuk pasien rawat jalan meliputi compounding
dan dispensing, konseling kepada pasien, meminimalkan kesalahan pengobatan,
meningkatkan kepatuhan pasien, monitoring terapi obat dan meminimalkan
pengeluaran biaya untuk obat.
Dalam proses dispensing, obat diserahkan kepada pasien secara individual
sebagai tanggapan atas transkripsi dalam (lembar resep) yang dituliskan dokter. Dalam
pelayanan Farmasi komunitas, beberapa obatJuga dapat diserahkan pada
pasienBerdasarkan rekomendasi apoteker terutama obat yang memiliki tingkat
keamanan tinggi dan untuk keperluan swamedikasi.
Aktivitas apoteker dalam mengindividualisasi pasien meliputi fungsi klinis dan
compounding. Keahlian apoteker harus digunakan untuk penyesuaian dosis dan
frekuensi pemberian obat, serta pemilihan bentuk sediaan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien. Semua apoteker harus memperhatikan Pilihan obat untuk terapi
yang akan diserahkan pada pasien setelah proses compounding. Apoteker terikat
secara moral dan hukum untuk bertanggung jawab atas pelayanan pasien dengan
melakukan compounding dan dispensing suatu preskripsi dengan tepat.
1.1 PENGERTIAN COMPOUNDINGDAN DISPENSING
Compounding
Compounding merupakan bagian integral dalam praktik kefarmasian yang
penting dalam perbekalan pelayanan kesehatan. Compounding adalah tindakan yang
meliputi pembuatan, pencampuran, peracikan pelabelan sediaan atau alat kesehatan
atas permintaan dokter dapat juga atas inisiatif praktik profesional apoteker untuk
penelitian, pengajaran dan analisa kimia yang tidak diperdagangkan. Compounding
juga berarti pembuatan sediaan obat dalam jumlah yang relatif kecil sebagai tindak
lanjut hubungan spesifik antara dokter-pasien-apoteker. Dosis obat yang diberikan
sesuai dengan kondisi pasien dan bersifat profesional.
Perbedaan dengan industri sediaan farmasi adalah kegiatan kefarmasian pada
industri meliputi produksi pembuatan sediaan secara langsung atau tidak langsung
dalam skala besar, melalui ekstraksi dari suatu bahan alam atau dari sintesa kimia atau
biologi, pengemasan atau pengemasan kembali suatu bahan, memberi label atau
melabel kembali wadah dan mempromosikan atau memasarkannya serta membagi
bagi kemasan yang besar menjadi kemasan yang lebih kecil untuk dijual kembali,
sehingga bersifat komersial. Dosis obat yang dibuat berdasarkan dosis rerata populasi.
Dispensing
Dispensing juga merupakan bagian yang penting dari praktik kefarmasian,
dimana apoteker menganalisis dan sekaligus menyediakan obat yang diperlukan oleh
dokter lewat preskripsi. permintaan dokter tersebut dapat secara tertulis atau lisan, Jadi
yang termasuk dispensing adalah aktivitas yang terjadi dalam waktu antara preskripsi
diterima dari pasien di loket sampai obat diserahkan ke pasien. apoteker bertanggung
jawab untuk melakukan dispensing dengan teliti agar pengobatan berjalan seperti yang
dimaksud oleh dokter.
Alur aktivitas dispensing meliputi:
1. Menerima permintaan obat melalui preskripsi
2. Melakukan pemeriksaan administratif, farmasetis dan klinis serta menafsirkan
transkripsi
3. Memeriksa kebenaran obat yang tertulis di preskripsi dan melakukan konsultasi ke
penulis resep bila diperlukan
4. Menyiapkan obat untuk dikemas atau diracik
5. Perhitungan biaya dan pemeriksaan obat terakhir di loket
6. Penyerahan obat ke pasien atau yang mewakili dengan instruksi penggunaan yang
jelas dan memberikan konsultasi.
Jadi dispensing tidak sekedar menyerahkan obat sesuai resep, tetapi sebelum
diserahkan kepada pasien, obat diskrining terlebih dahulu.
1.2 PRAKTIK KEFARMASIAN YANG BAIK (GOOD PHARMACY PRACTICE)
Suatu standar merupakan bagian penting dalam pengukuran kualitas pelayanan
pada pasien. Sebagai standar internasional dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian
bagi Pasien adalah praktik kefarmasian yang baik (Good Pharmacy Practice), yaitu
suatu panduan yang berbasis asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) yang
dilakukan oleh apoteker. Panduan tersebut merekomendasikan agar ditetapkan suatu
standar nasional untuk promosi kesehatan, pengadaan obat, peralatan medis
swamedikasi pasien, perbaikan peresepan dan penggunaan obat melaluiaktivitas
apoteker. Panduan Good Pharmacy Practice tersebut disusun oleh International
Pharmaceutical Federation (FIP) pada tahun 1993, dan disetujui oleh Komite Ahli untuk
Spesifikasi Sediaan Farmasi-Organisasi Kesehatan Dunia pada April 1997 dan diterima
oleh kongres FIP pada September 1997. FIP mendesak organisasi kefarmasiandan
pemerintah untuk bekerjasama memperkenalkan standar yang tepat, atau bila sudah
terdapat standar nasional, untuk dikaji ulang sesuai panduan yang ditetapkan dalam
dokumen Praktik Kefarmasian yang Baik.
Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan pengobatan dan
mengusahakan masyarakat memperoleh pengobatan dan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Secara umum pelayanan kefarmasian melibatkan aktivitas untuk mencapai
kesehatan yang baik dan menghindarkan kesehatan yang buruk di masyarakat dengan
menggunakan obat yang menghasilkan efek terapetik yang maksimum dan
menghindarkan efek samping yang tidak diharapkan.
Semua apoteker wajib menghasilkan pelayanan untuk setiap pasien dengan
kualitas Yang memadai sesuai dengan Praktik Kefarmasian yang Baik (Good Pharmacy
Practice).Compounding dan dispensing yang baik merupakan bagian dalam Praktik
kefarmasian yang baik tersebut.
Filosofi praktik kefarmasian yang baik adalah menyediakan pengobatan, produk
perawatan kesehatan, pelayanan kesehatan dengan baik dan menolong masyarakat
untuk menggunakan obat dengan baik dan benar. Pada tahun terakhir, istilah asuhan
kefarmasian ditetapkan sebagai filosofi praktik, dengan pasien dan komunitas sebagai
penerima manfaat utama semua tindakan kefarmasian. Konsepdasar asuhan
kefarmasian dan praktik dan kefarmasian yang baik merupakan hal yang identik,
sehingga dapat disebutkan bahwa praktik kefarmasian yang baik merupakan jalan
untuk melaksanakan asuhan kefarmasian. Praktik kefarmasian yang baik memiliki ciri
sebagai berikut:
1. Segala langkah yang utama adalah yang berhubungan dengan kesejahteraan
pasien
2. Inti kegiatan kefarmasian adalah penyediaan pengobatan dan pelayanan produk
kesehatan dengan kualitas yang terjamin memberi informasi dan saran kepada
pasien serta memonitor efek pengobatan
3. Berkontribusi mempromosikan resep yang rasional, wajar secara ekonomis serta
penggunaan obat yang tepat
4. Tujuan dari setiap pelayanan kefarmasian adalah kesesuaian untuk pasien,
dirumuskan dengan jelas, serta sudah dikomunikasikan secara efektif kepada
semua pihak yang terkait.
Penerapan Praktik Kefarmasian yang Baik
Penerapan praktik kefarmasian yang baik meliputi tempat aktivitas utama yaitu:
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan yang baik menghindari
kesehatan yang buruk dan pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan obat dan alat
kesehatan lain.
3. Aktivitas yang berhubungan dengan suami dikasih antara lain pemberian saran
penyediaan obat dan pengobatan gejala penyakit.
4. Aktivitas yang berhubungan dengan penulisan skripsi dan penggunaan obat
preskripsi tersebut.
Sebagai tambahan empat aktivitas utama tersebut juga mencakup:
- Merancang aktivitas promosi kesehatan termasuk meminimalkan penyalahgunaan
obat
- Secara profesional, memilih materi yang dipromosikan untuk pengobatan dan
produk lain yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan
- Informasi mengenai obat dan aspek pemeliharaan kesehatan
- Terlibat dalam semua tahap percobaan klinis.
- Perlu diperhatikan bahwa spesifikasi standar praktis ke farmasian yang baik dapat
diadakan hanya oleh organisasi ke farmasian.
Aplikasi Praktik Kefarmasian yang Baik di Negara Berkembang
Pada kongres FIP pada tahun 1996 ditetapkan petunjuk mengenai praktik kefarmasian
yang baik untuk negara yang sedang berkembang. Petunjuk Tersebut ditujukan
kepada apoteker yang terkait. untuk menuju praktik ke permasalahan yang baik masih
harus ada pembenahan dalam:
1. Sumber daya manusia
Di negara berkembang saat ini dapat dimaklumi bahwa karena beberapa alasan
jumlah apoteker yang ada tidak mencukupi sehingga tidak semua orang dapat
berinteraksi langsung dengan apoteker. Namun demikian harus tetap ditekankan
bahwa semua orang harus memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan
kefarmasian yang mencukupi. Direkomendasikan bahwa setiap pekerja kesehatan
dalam komunitas telah memiliki kemampuan dasar mengenai bagaimana obat harus
disampaikan kepada pasien yang cepat dan digunakan pada kondisi kesehatan
yang tepat, dengan instruksi si yang sesuai. Pada tingkat institusi yang lebih tinggi,
direkomendasikan bahwa setiap pekerja telah mendapatkan pelatihan/ memiliki
spesialisasi yang lebih tinggi pula. Pemerintah juga harus diyakinkan akan
kebutuhan dan manfaat adanya pelayanan kefarmasian yang berkualitas.
2. Pelatihan
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang kompoten
dalam bidang kefarmasian, khususnya apoteker. Pelatihan pendidikan yang
dilakukan hjarus secara bertahap untuk meningkatkan kempuan dan pengetahuan
sumber daya manusia dalam bidang kefarmasian. Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki setiap mpekerja kesehatan dalam komunitas adalah penggunaan obat dalam
dosis dan tingkat keamanan yang tepat. Pada beberapa negara, mengadakan
pelatihan negeri terkadang tidak efektif secara ekonomi. Jika demikian, maka harus
diupayakan cara lain, misalnya dengan mengirim apoteker untuk mendapat
pendidikan dan pelatihan di negara lain dengan bantuan biaya pemerintah.
Standar dan kurikulum harus selalu ditetapkan dalam setiap tingkat
pembelajaran untuk menjamin adanya konsistensi dan kesesuaian. Dengan
berjalannya waktu, standar tersebut dapat ditingkatkan secara bertahap untuk
mengembangkan kompetensi dan pengetahuan pekerja kefarmasian dalam
berbagai tingkat.
3. Standar
Bangunan
Tempat untuk pelayanan kefarmasian harus disediakan terpisah dari area
pelayanan lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk dan memperkecil
resiko terjadinya kesalahan dispensing. Persyaratan yang diperlukan antara lain:
- Tempat yang bersih, rapi, dan lapang untuk penyimpanan, pengemasan ulang,
dispensingdan distribusi obat. Tempat tersebut harus memiliki keamanan yang
baik.
- Pencahayaan yang cukup
- Perlindungan dari paparan sinar matahari dan suhu yang tinggi. Bila diperlukan
dapat digunakan lemari es
- Ketersediaan peralatan yang memadai untuk compoundingdan dispensing
- Buku-buku referensi dasar.

Dispensing
Untuk menjamin bahwa obat yang benar diberikan kepada pasien yang benar,
dalam dosis dan bentuk sediaan yang benar. Persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain :
- Obat yang benar untuk pasien yang benar
- Sedapat mungkin menghindarkan interaksi obat
- Kualitas obat dipertahankan dengan cara penyimpanan yang ditentukan
- Memberikan instruksi yang lengkap dan jelas kepada pasien untuk menjamin
kebenaran dan keamanan penggunaan obat, di mana keberhasilan pengobatan
menjadi tujuan utamanya
- Informasi yang diberikan kepada pasien setidaknya meliputi instruksi pemakaian,
perhatian, efek samping yang mungkin terjadi, dan tindakan yang harus
dilakukan apabila efek samping tersebut terjadi.
Wadah obat
Untuk menjamin kualitas dan integritas produk obat:
- Tablet/kapsul diberikan dalam kantong plastik kedap udara (persyaratan
minimal)
- Sediaan cair diberikan dalam botol farmasi agar dapat dibedakan dengan botol
yang dapat dibedakan dari botol pada umunya
- Wadah boleh digunakan kembali jika telah dibersihkan luar dan dalam dengan
baik.

Perlabelan
Persyaratan miniman yang harus dicantumkan pada label adalah :
- Nama generik dan kekuatan obat
- Dosis, frekuensi pemberian, dan durasi penggunaan obat (bila memungkinkan)
- Tanggal dispensing obat
- Nama pasien
- Nama/alamat penyedia obat
- Peringatan untuk keamanan anak-anak.

Instruksi kepada pasien


Untuk menjamin bahwa pasien mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
obat tersebut. Pemberian instruksi dapat berupa instruksi verbal, tulisan tangan,
tercetak pada wadah, disertai konseling pada pasien, serta adanya informasi yang
tertulis.

Catatan pengobatan pasien


Untuk memfasilitasi layanan kepada pasien dan sumber informasi mengenai riwayat
kesehatan pasien.

Kesehatan, konseling, dan pelayanan kefarmasian


Semua karyawan harus dibekali dengan pengetahuan kesehatan umum dan
pengetahuan spesifik yang berkaitan dengan obat yang mereka sediakan. Pada
tingkat yang lebih tinggi, harus disediakan arah terpisah untuk memberikan
informasi atau konseling.

Swamedifikasi
Jika apoteker atau tenaga kefarmasian yang terkualifikasi terlibat dalam
swamedikasi, harus disediakan Prosedur Operasi Standar untuk menjamin bahwa
saran yang diberikan tepat dan akurat.

Produk
Harus ada ketentuan yang legal dalam mekanisme pembuatan obat untuk menjamin
kualitas, kemanan, dan manfaat produk obat. Contoh : WHO Certification Scheme
For Manufacturers.
4. Legislasi dan Kebijakan Obat Nasional
Legislasi
Legislasi merupakan persyaratan dasar untuk mencapai Praktik Kefarmasian yang
baik. Tidak hanya harus ada, namun legislasi harus dapat diterapkan dengan
sesuai. Contoh persyaratan legislasi adalah dengan adanya suatu badan yang
otonom yang mengelola registrasi, distribusi, dan sumber daya manusia yang
berkaitan dengan kefarmasian.

Kebijakan Obat Nasional


Kebijakan obat nasional diperlakukan untuk menjamin tersedianya obat yang aman,
berkualitas, dan efektif. Semua distribusi obat harus berada di bawah pengawasan
(langsung, jika memungkinkan) sumber daya manusia yang telah mendapatkan
pelatihan kefarmasian. Apoteker harus terlibat dalam pengambilan
keputusan/penetapan kebijakan yang terkait dengan obat dan produk kesehatan
lain. Kebijakan ini dapat ditentukan berdasarkan panduan Organisasi Kesehatan
Dunia atau pada tingkat yang lebih tinggi, kebijakan tersebut dapat dibuat sendiri
melalui adanya Daftar Obat Esensial.
1.3 APLIKASI PRAKTIK KAFARMASIAN YANG BAIK DI INDONESIA
Di Indonesia Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek telah diatur melalui surat
Keputusan Mentri Kesehatan. Dalam standar pelayanan pelayanan kefarmasian ini
diatur mengenai sumber daya manusia, sarana prasarana, pengelolaan sediaan
farmasi, administrasi, pelayanan resep, pelayanan informasi obat, promosi-edukasi,
konseling dan pelayanan residensial (home care). Sedangkan Pedoman Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) sebagai penjabaran Good Pharmacy
Prastice telah disusun oleh Ikatan Apoteker Indonesia bersama dengan Direktoral
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan.
BAB 2
COMPOUNDING

S
ebagaimana telah disebutkan pada bab 1, compounding adalah
tindakan yang meliputi pembuatan, pencampuran, peracikan, pemberian
label sediaan atau peralatan atas permintaan preskripsi dokter.
Compounding juga meliputi pembuatan sediaan atas inisiatif praktik profesional untuk
penelitian, pengajaran, analisa kimia dan tidak diperdagangkan.
2.1 PERBEDAAN ANTARA COMPOUNDING & PRODUKSI SKALA BESAR
Compounding :
- Perbuatan sediaan obat dalam jumlah yang relatif kecil sebagai tidak lanjut dari
hubungan spesifik, antara dokter, pasien, dan apoteker, dengan dosis individual
sesuai kebutuhan pasien
- Pembuatan, pencampuran, pemberian label sediaan atau perlatan atas permintaan
preskripsi dokter, dapat juga atas inisiatif untuk praktik profesional untuk penelitian,
pengajaran, analisa kimia dan tidak untuk diperdagangkan
- Pembuatan obat/sediaan atau peralatan untuk mengantisipasi permintaan obat
secara rutin atas preskrispsi dokter.
Produksi skala besar (manufacturing) :
- Produksi pembuatan langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi dari suatu
bahan alam atau dari sintesa kimia atau biologi dengan dosis rerata suatu populasi
- Pengemasan atau pengemasan ulang suatu bahan atau memberi label/atau
melabel kembali dari wadah awal kemudian mempromosikan atau memasarkan
- Membagi kemasan yang besar menjadi kemasan yang lebih kecil untuk dijual
kembali.
Sediaan hasil apotik harus layak pakai sehingga proses compounding harus
dilakukan secara teliti dan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi jaminan
mutu. Jadi meskipun produk apotek adalah produk dalam skala kecil, diperlukan
perhatian yang sama mendetail seperti pada skala pabrik. Berikut ini adalah hal-hal
yang harus diperhatikan pada compounding sediaan di apotik :
a. Kebersihan personel
Kesadaran bahwa obat yang dibuat akan digunakan oleh pasien yang sakit sangat
penting pada lingkungannya farmasi, agar personel yang melakukan compounding
terjaga kebersihannya.
b. Perlengkapan perlindungan personel
Gunakan baju praktik untuk melindungi personel dari sediaan yang dibuat dan
sebaliknya pada produk. Dapat juga digunakan alat pengaman yang lain (masker,
sarung tangan) sebagai perlengkapan pelindung. Persyaratan lain untuk personel
adalah rambut tidak terurai, tangan tercuci bersih, tidak ada luka terbuka dan tidak
sedang menderita penyakit menular.
c. Peralatan dan area kerja yang bersih
Area kerja dan peralatan yang harus menjadi perhatian utama, bila tidak terjaga
kebersihannya maka terdapat risiko produk akhir terkontaminasi oleh kotoran atau
mikroorganisme sekelilingnya atau dari sisa sediaan sebelumnya. Sebelum mulai
mengerjakan suatu sediaan, ruang kerja dan alat-alat harus dibersihkan dengan
cairan pembersih yang sesuai (misal:alkohol 70%) kemudian ruangan dan alat-alat
dikeringkan.
d. Area kerja
Area kerja harus sesuai untuk keperluan compounding. Cahaya dan ventilasi harus
cukup karena beberapa bahan ada yang sangat mudah mebguap. Ventilasi yang
kurang dapat menjadi permasalahan untuk staf compounding.
e. Persiapan label
Pembuatan label harus dilakukan sebelum proses compounding sediaan. Dengan
demikian sediaan dapat diberi label segerasetelah jadi kemudian dikemas,
sehingga dapat mencegah kesalahan penempatan label.
f. Prosedur penimbangan dan pengukuran
Bila petunjuk compounding tidak diikuti dengan ketat selama menimbang atau
mengukur bahan, maka kesalahan pencampuran sangat mudah terjadi karena
kemiripan bahan-bahan komponen sediaan. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan
pencampuran tanpa sengaja, lebih baik secepat mungkin mencampur bahan yang
sudah diukur atau ditimbang diatas kertas yang berlabel nama masing-masing
bahan.
2.2 PERSONEL YANG TERLIBAT
Untuk proses compounding diperlukan area kerja dengan ruangan yang cukup untuk
meletakkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam aktivitas compounding.
Apoteker bertanggung jawab untuk pemeliharaan, pembersihan, dan penggunaan
semua peralatan dalam praktik compounding. Hanya personel yang diijinkan oleh
apoteker penanggung jawab yang dapat berada disekitar pelaksanaan compounding.
Personel dengan luka terbuka atau sedang menderita penyakit menular yang dapat
mempengaruhi keamanan dan kualitas produk tidak boleh kontak langsung dengan
komponen wadah produk obat, bahan dalam proses (in-process), dan produk obat.
Semua personel yang membantu proses compounding diinstruksikan untuk segera
melaporkan pada apoteker yang bertanggung jawab apabila terdapat kondisi yang
mungkin dapat menimbulkan efek samping pada proses obat.
2.3 LANGKAH-LANGKAH COMPOUNDING:
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam compounding.
Persiapan:
- Lakukan penilaian preskripsi untuk keamanan dan tujuan penggunaan dan
ketepatan dosis untuk pasien, termasuk penentuan beyond used date
- Lakukan perhitungan untuk menentukan jumlah bahan aktif yang diperlukan
- Memilih peralatan yang diperlukan dengan kebersihan yang terjamin
- Menggunakan pakaian yang tepat dan mencuci tangan
- Membersihkan area compounding dan peralatan
- Menyusun semua bahan yang diperlukan untuk compounding dan menyiapkan
kemasan sediaan.

Compounding
Sebelum melakukan proses compounding, sejumlah pertanyaan perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu. Pertanyaan yang berhubungan dengan proses adalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah karakteristik fisika dan kimia bahan obat yang digunakan?
- Apakah jenis dan jumlah setiap bahan aktif dapat diidentifikasi?
- Berdasarkan tujuan peresepan, apakah bentuk sediaan dan rute penggunaan dapat
memberikan absorbsi yang cukup, baik secara lokal maupun sistematik?
- Apakah eksipien yang digunakan dari sumber lain dapat menyebabkan reaksi alergi,
iritasi, toksisitas, atau respon organoleptis yang tidak digunakan oleh pasien?
- Untuk produk yang digunakan secara oral, apakah bahan obat tetap stabil dalam
rentang pH normal, dan apakah merupakan subyek dari metabolisme lintas
pertama?
- Proses compounding suatu preskripsi dapat juga dilakukan berdasarkan rekam
formula atau pustaka yang memuat compounding suatu perskripsi.
Pemerikasaan akhir
- Memeriksa variasi berat, homogenitas, kejernihan, bau, rasa, warna, konsistensi, pH
- Menuliskan informasi pada catatan compounding
- Memberi label pada perskripsi
Pemberian tanda tangan
- Pemberian tanda tangan dan tanggal pada resep menegaskan seluruh prosedur
telah dilakukan untuk menjamin keseragaman, identitas, kekuatan, jumlah dan
kemurnian.
Pembersihan
- Membersihkan dan menyimpan seluruh peralatan
- Membersihkan area compounding.
2.4 PENGEMASAN, PEMBERIAN LABEL DAN PENYIMPANAN
Apoteker harus memeriksa dan menyetujui semua komponen, wadah produk obat,
penyegelan kemasan, pemberian label dan bahan lain yang digunakan dalam proses
compounding.
Pengemasan
Sediaan harus dimasukkan dalam wadah sesuai dengan yang tersebut di Farmakope
Indonesia terbaru. Pemelihan wadah tergantung dari sifat fisika kimia sediaan serta
tujuan penggunaansediaan. Bahan penyusun wadah tidak boleh bereaksi secara fisika,
kimia dengan bahan dalam sediaan yang reaktif, aditif atau adsortif sehingga dapat
mempengaruhi keamanan, identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian dari sediaan. Yang
termasuk spesifikasi wadah adalah inert, kuat, tidak rapuh, isi wadah dapat terlihat
dengan jelas, dapat mencegah masuknya lembab udara, mudah ditutupkembali, serta
ekonomis.
Wadah plastik makin lama makin populer karena ringan dan tidak mahal
dibandingkan dengan wadah gelas. Wadah plastik yang digunakan harus memenuhi
persyaratan farmakope.
Pemberian etiket
Etiket berfungsi untuk memberikan informasi pada pasien atau perawat pasien,
sehingga sebaiknya informasi yang tercantum pada etiket meliputi hal berikut ini:
- Isi dalam wadah
- Siapa yang berhak menggunakan
- Kapan dan bagaimana sediaan digunakan
- Bagaimana sediaan disimpan dan berapa lama
- Peringatan/perhatian yang harus diketahui
Agar informasi pada etiket mudah dibaca dan dipahami oleh pasien, maka
tampak luar etiket sebaiknya:
1. Bersih-yakinkan wadah tampak bersih sehingga jangan pernah memasukkan
sediaan dalam wadah yang sudah tertempel etiket.
2. Aman-yakinkan bahwa etiket tertempel dengan aman
3. Posisi tepat-pasien dapat membuka wadah tanpa merusak etiket
Label peringatan
Label peringatan dapat ditambahkan sebagai keterangan tambahan. Label
peringatan dapat berupa peringatan farmasetika atau peringatan farmakologi. Masing-
masing negara mempunyai peraturan-peraturan sendiri untuk persyaratan label dan
etiket.
Penyimpanan
Bahan kimia harus disimpan sesuai yang ditetapkan industri atau monografi yang
sesuai dalam Farmakope Indonesia. Secara umum bahan kimia yang dicompound
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tahan cahaya dan disimpan pada disuhu
kamar. Akan tetapi beberapa bahan kimia memerlukan suhu lemari es. Bahan obat
yang digunakan dalam proses compounding harus dikeluarkan dari karton dan boks
sebelum disimpan dalam area compounding.
Persyaratan suhu untuk bahan dijelaskan rinci pada monografi masing-masing
bahan dalam Farmakope Indonesia. Suhu area penyimpanan, termasuk lemari es dan
lemari pembeku harus dipantau dicatat paling tidak setiap minggu.
Produk yang mudah terbakar dan berbahaya harus disimpan dalam lemari
penyimpanan yang aman dan dalam wadah yang tertutup.
2.5 PENGAWASAN MUTU
Apoteker harus mengkaji ketelitian semua langkah compounding, melakukan
pengawasan terhadap proses compounding dan melakukan pemeriksaan akhir untuk
memastikan tidak terjadi kesalahan compounding. Untuk melakukan kontrol kualitas
harus ada pencatatan mengenai:
1. Prosedur compounding tertulis yang disertai identitas, kadar, kulaitas, dan
kemurnian sediaan yang dicompound
2. Daftar komponen beserta jumlah yang digunakan urutan pencampuran secara rinci,
daftar alat, daftar wadah, sistem pengemasan dan informasi mengenaistabilitas.
3. Prosedur operasi standar untuk kontrol kualitas yang harus dilakukan pada sediaan,
antara lain, organoleptis, pH, keseragaman berat dan volume.

Tanggung jawab apoteker dalam compounding


1. Kebersihan alat dan area kerja
2. Proses pelaksanaan compounding
3. Mencegah kontak langsung antara obat dan sumber penyakit
4. Pencacatan pelaksanaan compounding
5. Ketepatan peralatan compounding
6. Penggunaan bahan-bahan
7. Perlindungan petugas compoundingdari bahan berbahaya
8. Penjaminan stabilitas produk

2.6 KONSELING PASIEN


Preskripsi yang telah selesai dicompound diserahkan pasien disertai dengan konselling.
Apoteker dapat menjelaskan mengenai preskripsi yang ibuat khusus untuk pasien dan
bagaimana obat harus digunakan.
2.7 PENCATATAN DAN PELAPORAN
Catatan yang harus disediakan untuk compounding paling sedikit ada 4 macam:
1. Rekam formula
2. Rekam compounding
3. Rekam bahan tambahan termasuk sertifikat analisa
4. Prosedur operasi standar yang dibuat untuk prosescompounding, pemeliharaan alat,
dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan. Prosedur operasi standar akan
dijelaskan lebih lanjut pada bab 9.
Rekam Formula
Rekam formula mendokumentasikan komposisi compounding, seluruh komponen atau
bahan tambahan dan tenaga yang terlibat dalam proses compoundingtersebut.
Rekam formula harus dibuat secara terperinci agar dapat diduplikasi apabila diperlukan.
Isi dari rekam formula meliputi:
- Nama, bentuk, kekuatan sediaan
- Seluruh macam dan jumlah bahan tambahan
- Alat yang digunakan
- Perhitungan yang dilakukan
- Cara mencampur. Untuk keseragaman hasil, harus dicatat temperatur, lama
mencampur, urutan mencampur, penggunaan bahan levigasi, solubilisasi, dan lain-
lain.
- Prosedur kontrol kualitas
- Sumber formula
- Beyond use date
- Cara penyimpanan
- Wadah yang digunakan
Rekam formula digunakan untuk pemeriksaan oleh yang berwenang dan pada
waktu compoundingresep ulang. Seluruh rekam formula dituliskan secara jelas dan
tidak boleh menggunakan singkatan-singkatan rahasia. Apabila melakukan konversi
dari satuan volume kesatuan berat, tuliskan nilai berat jenis yang digunakan.
Rekam compounding
Rekam compounding harus memuat nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
sebagaimana tercatat pada rekam formulasi. Rekam compoundingmerupakan lembar
kerja untuk pembuatan sediaan individual. Informasi berikut ini harus dicatat untuk
kedua jenis formulasi (resep individual dan produk yang dibuat untuk mengantisipasi
permintaan):
- Formula yang digunakan
- Masing-masing komponen (termasuk nomor lot penimbangan nyata yang
dikerjakan)
- Berat, volume. Jumlah, unit sediaan yang dicompound
- Tanggal pembuatan
- Identitas yang direncanakan/spesifikasi sediaan
- Beyond use date
- Hasil pengawasan mutu
- Paraf apoteker atau petugas yang melakukan compounding
- Paraf apoteker yang bertanggung jawab

Catatan dan lembar data keamanan bahan-bahan yang di compound termasuk


sertifikat analisa juga harus didokumentasikan. Informasi yang diperlukan meliputi sifat-
sifat fisika kimia utama, cara pengemasan, toksisitas dan cara penanganannya serta
bahaya yang mungkin timbul.
Rekam bahan aktif dan tambahan
Rekam bahan aktif dan tambahan memuat bahan yang digunakan, termasuk sertifikat
analisa yang memuat tingkat kemurnian bahan. Informasi lain yang diperlukan adalah
sifat fisika kimia utama, toksisitas dan informasi penanganan bahan. Juga termasuk
peringatan, informasi mengenai potensi bahaya dan instruksi pengiriman.
BAB 3
DISPENSING

3.1 PRINSIP DASAR

D
ispensing merupakan bagian yang penting dalam praktik kefarmasian,
dimana apoteker menganalisa dan sekaligus menyediakan obat yang
diminta oleh dokter lewat preskripsi (lembar resep).Yang termasuk
dispensing adalah aktivitas yang terjadi dalam waktu antara preskripsi diterima dari
pasien di loket sampai obat diserahkan ke pasien.Apoteker betanggung jawab untuk
melakukan dispensing dengan teliti agar pengobatan berjalan seperti yang dimaksud
oleh dokter.
Alur aktivitas dispensing meliputi penerimaan permintaan obat melalui preskripsi,
pemeriksaan dan penafsiran preskripsi, pemeriksaan kebenaran obat yang tertulis di
priskripsi dan konsultasi ke penulis preskripsi bila diperlukan, perhitungan biaya
penyiapan obat untuk dikemas atau diracik, pemeriksaan obat sekali lagi di loket dan
penyerahan obat ke pasien atau mewakili dengan pemberian informasi dan edukasi
yang diperlukan.
3,2 PRESKRIPSI (LEMBAR RESEP)
Preskripsi (lembar resep) adalah permintaan dari dokter kepada apoteker untuk
membuat atau menyediakan obat tertentu dengan cara pemakaian tertentu kepada
pasien. Bagian penting dalam resep disajikan pada gambar 3.1.Permintaan tersebut
biasanya tertulis, tetapi dalam keadaan tertentu dapat diminta secara lisan.Dalam hal ini
apoteker harus menuliskan preskripsi tersebut kemudian meminta tanda tangan kepada
dokter yang bersangkutan.
Preskripsi harus dianggap sebagai hubugan khusus oleh seorang apoteker dan
merupakan pesan pribadi untuknya.Dengan demikian menjadi beban tanggung jawab
apoteker untuk meracik preskripsi tersebut dengan benar.Kerahasiaan preskripsi
adalah tanggung jawab seorang apoteker.
Preskripsi memiliki enam bagian penting :
1. Nama pasien
Nama pasien harus ditulis di preskripsi untuk menghindari kemungkinan
penggunaan obat oleh orang lain yang tidak berhak. Apabila nama pasien tidak
tercantum, maka harus ditanyakan kepada dokter penulis preskripsi. Nama yang
tertulis sebaiknya adalah nama sesungguhnya, bukan nama samara atau nama
panggilan. Pada bagian nama pasien umumnya disertakan data singkat pasien
terutama umur, berat badan serta kondisi pasien lain yang penting untuk penentuan
dosis obat,
2. Superscription
Yaitu tanda R/ dan harus ditulis dipermulaan preskripsi.Diduga lambing tersebut
merupakan lambing dari Yupiter, dewa penyembuhan bangsa Yunani.Dalam
perkembangannya tanda R/ dianggap singkatan bahasa Latin yang berarti recipe
yang berarti ambilah, menggambarkan perintah langsung dari penuls kepada
peracik.
3. Inscription
Bagian preskripsi yang memuat nama dan jumlah masing – maisng bahan. Dalam
preskripsi yang kompleks, inscriptionnya terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Remedium cardinal/medication yaitu obat yang memiliki efek farmakologi
- Remedium adjuvant yaitu bagian formula yang dapat menambah daya kerja obat
atau yang menyebabkan obat lebih enak diminum
- Vehiculum yaitu bagian yang tidak memiliki efek terapi tetapi hanya digunakan
untuk memperoleh volume atau berat tertentu.
Tergantung pada kondisi pasien, inscription dapat berupa sediaan jadi atau
sediaan yang harus diracik terlebih dahulu oleh apoteker.
4. Subscription
Selalu mengikuti inscription, yaitu jumlah dosis yang dipakai dan bentuk dari obat
yang diminta.
5. Signature
Yaitu aturan pemakaian untuk pasien. Aturan pakai ini akan dituliskan pada etiket.
Biasanya berisi jumlah obat, berapa kali pemakaian, dan cara pemakaiannya.
6. Penulis preskripsi
Nama, alamat dan SIK dokter harus tertulis jelas dan disertai tanda tangan dokter
yang ditulis dengan tangan.Selain itu penulis preskripsi juga memuat tanggal
penulisan preskripsi.Ini merupakan bagian dari preskripsi yang menjamin bahwa
preskripsi tersebut asli. Yang boleh menulis preskripsi adalah :
1. Dokter umum dan spesialis yang berijin
2. Dokter gigi, hanya terbatas pada pengobatan gigi
3. Dokter hewan, hanya terbatas untuk pengobatan hewan

dr.Ida Ayu Larasati Identitas penulis


Jl. Nanas 23 ABC Telp 765432 preskripsi
SIP 3212/XY
Kota ABC, 00-00-00
Subscription
Superscription R/ INH Tab 500mg
dtd tab no xx
Signatura
S 3 dd tab 1

Inscription

Pro : Tn Andi (38 tahun) Identitas pasien

Gambar 3.1 Bagian – bagian preskripsi


3.3 PROSEDUR UMUM DISPENSING
Penanganan preskripsi mulai penerimaan hingga penyerahan obat pada pasien
mencakup kegiatan seperti pada gambar 3.2.berdasarkan alur aktivitas dispensing
tersebut , maka terdapat 6 langkah pada waktu menyelesaikan preskripsi.

Langkah 1 : Menerima dan memeriksa preskripsi

Langkah 2 : Memeriksa ketersediaan obat

Langkah 3 :Menyiapkan obat dan melakukan Compounding

Langkah 4 : Pemeriksaan akhir

Langkah 5 : Pengeasan dan pelabelan obat


Langkah 6 : Penyerahan obat pada pasien

Gambar 3.2 Alur aktivitas dispensing


Langkah I : menerima dan memeriksa preskripsi
Preskripsi diterima oleh apoteker atau asisten apoteker yang terlatih. Penerimaan harus
dilakuakan dengan cara yang ramah, professional dan sopan. Setelah preskripsi
diterima dilakukan pemeriksaan preskripsi seperti gambar 3.3

DETAIL
PENULIS DETAIL PASIEN PRODUK OBAT ASPEK LAIN
RESEP
1. Nama 1. Nama produk 1. Pengobatan
2. Alamat 2. Bentuk ganda
3. Surat ijin 1. .Umur 2. Interaksi obat
sediaan
praktek 2. Berat Badan 3. Kontra indikasi
3. Potensi/
4. Paraf/ 3. Kondisi lain : 4. Riwayat
kekuatan obat
tanda penyakit pengobatan
4. Jumlah yang
tangan penyerta, pasien
didispensi 5. Kelas terapi obat
5. Tanggal kehamilan,
5. Dosis dan cara 6. Peresean salah
penulisan menyusui
pemakaian 7. Penggantian
resep 6. Frekuensi merek
pemakaian 8. Perubahan
formula

Gambar 3.3 Aspek Pemeriksaan preskripsi


Dalam menentukan kebenaran dan keamanan preskripsi apoteker harus
memeriksa preskripsi secara teliti dengan tujuan akhir pengobatan yang rasional dan
aman.Pemeriksaan klinis dalan preskripsi merupakan tugas pokok dari apoteker dalam
compounding dan dispensing. Selama melakukan pemeriksaan preskripsi apoteker
harus bersikap :
- Waspada
- Konsentrasi penuh pada preskripsi
- Tidak boleh terganggu karena percakapan gurau
- Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang potensial dalam
menilai preskripsi.
Detail kelengkapan dan kebenaran preskripsi yang harus diperiksa meliuti:
1. Detail dokter penulis preskripsi
Meliputi nama, alamat, nomor surat ijin kerja, tanggal penulisan preskripsi yang
sesuai, dan tanda tangan penulis preskripsi.
2. Detail pasien
Meliputi nama, alamat, umur dan berat badan. Umur pasien menjadi pertimbangan
dalam menentukan ketetapan pengobatan. Pembagian pasien berdasarkan usia
dibedakan bayi, anak – anak, dewasa, dan lanjut usia. Kondisi pasien juga harus
dipastikan terlebih dahulu, meliputi ada tidaknya penyakit penyerta yang akan
mengubah metabolism produk obat ( pada penderita gangguan hati dan ginjal )
kondisi kehamilan ( trimester berapa ) , menyusui atau dapat tidaknya pasien
menelan obat padat.
3. Produk obat
Nama produk
Nama produk harus jelas dan tidak meragukan.

Bentuk sediaan
Bentuk sediaan obat dapat macam – macam, seperti tablet, kapsul, injeksi, sirup,
supsensi, emulsi, supositoria, salep dan lain – lain. Apabila bentuk sediaan tidak
tertulis, segera hubungi doker penulis preskripsi, terutama apabila obat tersebut
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan.

Potensi atau kekuatan sediaan


Kadang dokter tidak menuliskan berapa kekuatan dari obat .jika hanya tersedia
dalam satu kekuatan dalam satuan produk obat, maka tidak akan menjadi masalah.
Apabila potensi obat tidak tertulis dalam preskripsi, tidak boleh diasumsikan sebagai
yang terkecil.Sebagai contoh ampiclox tersedia sebagai dua sediaan yang
mengandung ampicillin 125 mg – cloxacillin 125 mg dan ampicillin 250 – cloxacillin
250. Apabila diberikan sediaan dengan potensi kecil, kemungkinan tidak mencukupi
kebutuhan pasien dewasa dalam pengobatan infeksi.Apablia potensi tidak
dituliskan, hubungi dokter untuk memastikan potensi obat yang diinginkan.

Jumlah yang didispens


Jumlah yang didispens harus tercantum dengan jelas.Apabila tidak ada, apoteker
dapat menghubungi dokter.Apoteker harus memeriksa kesesuaian jumlah untuk
pasien yang bersangkutan. Untuk sediaan dengan waktu kadaluarsa pendek,
pastikan bahwa jumlah yang diberikan penggunaannya tidak akan lebih lama dari
pada waktu kadaluarsa. Missal pada sirup antibiotik.

Dosis dan cara penggunaan


Dosis harus diperiksa terhadap umur atau berat tubuh pasien ( terutama untuk anak
– anak atau lanjut usia ). Apoteker harus selalu melakukan pemeriksaan dosis,
regimen dosis dan cara pemakaian agar sesuai untuk pasien. Semua dugaan
mengenai dosis yang tidak sesuai harus dilaporkan ke dokter.Semua dosis harus
diperiksa dengan hati – hati terutama untuk anak – anak dan semua obat yang
dikategorikan obat yang potent/ berbahaya.Apoteker harus selalu memeriksa
apakah dosis yang tertulis termasuk dalam dosis lazim, dosis minimum dan
maksimum.Untuk lazim standar gunakan pustaka rujukan resmi.

Frekuensi pemakaian
Frekuensi pemakaian yang tertulis harus diperiksa apakah sudah memenuhi pola
pendosisan.Frekuensi yang melebihi standar dapat mengakibatkan intoksikasi,
sedangkan frekuensi kurang dari standar dosis yang diperlukan dapat megakibtkan
kegagalan dalam terapi. Frekuensi dosis diperlukan untuk mempertahankan kadar
obat dalam darah.
4. Aspek lain
Interaksi obat
Obat yang saling mempengaruhi satu terhadap yang lain disebut interaksi obat.
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain yang diminum bersama, dapat juga
berinteraksi dengan makanan. Terdapat 2 kategori interaksi obat yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik.
Interkais farmakodinamik lebih mudah dilacar, dan dapat menghasilkan efek
antagonis atau sinergis. Sebagai contoh adalah kaptopril dan benroflumethiazide
yang mempunyai reseptor yang sama atau berefek yang sama pada system tubuh
Interaksi farmakokinetik lebih sukar diprediksi dari pada interaksi
farmakodinamik. Antara obat dapat saling mempengaruhi absorbs, metabolism,
ekskresi dan distribusi sehingga mempengaruhi efek farmakologinya. Sebagai
contoh adalah simetidin dan teofilin.

Pengobatan ganda
Pengobatan ganda adalah obat yang sama atau obat berbeda dengan efek
farmaoterapi yang sama, tertulis dalam satu preskripsi atau tertulis pada preskripsi
lain yang bersamaan, misalnya : paracetamol ( penurun panas ) bila ditulis juga oleh
dokter gigi pada pasien yang sama dapat mengakibatkan over dosis paracetamol
yang mengakibatkan kerusakan pada heper.

Kontra indikasi
Umur, jenis kelamin, penyakit tertentu, pasien dengan keadaan tertentu dapat
menyebabkan obat yang tertulis di preskripsi merupakan kontrak indikasi. Sebagai
contoh : aspirin tidak dianjurkan untuk anak – anak yang berumur kurang dari 12
tahun. Atenolol merupakan kontra indikasi bagi pasien diabetes.Ce – lecoxib
merupakan kontra indikasi untuk pasien yang alergi terhadap sulfonamide.

Preskripsi salah
Yang termasuk dalam preskripsi salah adalah salah penggunaan ( pemakaian di
bawah atau di atas rentang terapetik ), salah penggunaan obat oleh pasien , dan
preskripsi yang berlebih.
Penggantian merek
Kesetaraan bioavabilitas atau bioekuivalensi antar obaat atau sediaan merupakan
hal penting. Bioavabilitas suatu obat dengan nama dagang berbeda dapat tidak
sama, penggantian nama dagang obat dapat menimbulkan resiko, sehingga harus
dihindarkan terutama pada pasien dengan jangka waktu pengobatan yang lama dan
untuk obat – obat dengan indeks terapeutik sempit. Yang termasuk obat dengan
indeks terapeutik sempit antara lain digoxin, lithium, fentoin, teofilin, dan warfarin.

Perubahan formula
Kadang terdapat perubahan komposisi dan dosis bahan aktif pada sediaan jadi
dikeluarkan oleh industry farmasi.Kondisi ini harus diperhatikan apakah sudah
sesuai untuk pasien yang mendapat obat.
Langkah II : Pemerikasaan ketersediaan obat
Periksa ketersediaan obat. Bila tidak tersedia, harus diberitahukan kepada pasien.
Langkah III : Menyiapkan obat dan melakukan compounding
Menyiapkan obat berdasar preskripsi dilakukan setelah pemeriksaan legalitas dan
analisis preskripsi. Proses meracik preskripsi merupakan proses selangkah demi
selangkah dimulai sejak apoteker memindahkan obat dari rak sampai saat diserahkan
kepada pasien.
Pindahkan obat yang diperlukan dari rak penyimpanan obat kemeja
compounding bila pasien lebih dari 1 pada waktu yang bersamaan dapat digunakan
wadah yang warnanya berbeda untuk mencegah kesalahan obat untuk masing-masing
pasien
Langkah IV: Pemeriksaan Akhir
periksa sekali lagi apakah obat yang dipindahkan dari rak sudah benar dan pastikan
jumlah obat yang diserahkan setelah obat tersediadan lembar preskripsi diberi tanda
sudah di dispen dengan cap dilakukan pemeriksaan terakhir oleh apoteker bila nama
potensi dan jumlah sudah benar lembar pengecekan diparaf oleh apoteker.
Telah didispens
Tanggal :
Tanda tangan apoteker :
Apotik :
Langkah V: Pengemasan dan pemberian etiket
Obat dikemas dengan kemasan yang sesuai agar potensi dan sifat obat tidak berubah
selama waktu pemakaian oleh pasien pasien pemberian Etiket dan label bertujuan
memberikan informasi tertulis kepada pasien terkait dengan obat yang diserahkan.
Langkah VI: Penyerahan Pada Pasien
Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi pemakaian obat yang benar
informasi kunci dapat diberikan secara lisan pemberian leaflet, pemberian label
tambahan bila diperlukan atau tanda lain yang dapat dipahami oleh pasien beri
perhatian khusus pada kasus tertentu misalnya pasien dengan kelemahan visual buta
aksara anak-anak dan orang tua serta pasien yang menerima pengobatan kompleks
atau ganda. Apoteker harus melakukan konfirmasi kepada pasien mengerti Apakah
pasien mengerti akan apa yang sudah diinformasikan kepada pasien dan apakah masih
ada pertanyaan oleh pasien .
Untuk memastikan obat diserahkan kepada pasien yang benar harus dibuat
suatu metode penyerahan tertentu sebagai contoh dengan menggunakan kartu periksa
sebagai berikut sistem pemeriksaan menggunakan kartu stok setiap kartu dibagi
menjadi 3 bagian masing-masing dengan nomor identitas seperti ditunjukkan pada
gambar 3.4. Kartu stok pertama diberikan ke pasien bagian kedua ditempelkan pada
preskripsi bagian ketiga ditempelkan ke wadah sediaan.
Apotik ABC Apotik ABC Apotik ABC
No kartu: 123 No kartu: 123 No kartu: 123
Tanggal:………. Tanggal:………. Tanggal:……….
Nama pasien:……….. Nama pasien:……….. Nama pasien:………..
Tunjukkan kartu ini pada
waktu pengambilan obat

Diberikan pada pasien Ditempelkan di preskripsi Ditempel pada wadah


sediaan
Gambar 3.4 contoh sistem kartu untuk dispensing
Keuntungan pemakaian sistem kartu adalah:
- Mencegah ke tercampur baurnya kemasan obat
- Menghindari kesalahan dispensing
- Memastikan bahwa obat diserahkan kepada pasien yang benar
Iterasi (pengulangan) preskripsi
- Pengulangan preskripsi oleh dokter bertujuan untuk menjaga preskripsi yang
diterima seorang pasien digunakan tidak lebih dari dosis yang seharusnya dan
mencegah orang lain menggunakan obat tersebut pada kondisi sakit yang sama jadi
tanda iterasi bertujuan menjaga preskripsi seorang diulang lebih dari peraturan yang
sebenarnya.
Contoh: benzodiazepin secara ideal digunakan pada preskripsi untuk terapi jangka
pendek kurang lebih 10 hari tanpa iterasi, jadi apoteker hanya memberikan itu kasih
kalau berasal dari perintah dokter, karena dikhawatirkan menyebabkan kecanduan
Proses lebih lanjut terhadap lembar preskripsi sebagai berikut :
1. Kumpulkan lembar preskripsi sesuai nomor urut
2. Pisahkan preskripsi yang berisi narkotik dan psikotropik
3. Preskripsi disimpan selama 3 sampai 5 tahun
4. Apabila preskripsi akan dimusnahkan ikuti tata cara pemusnahan preskripsi sesuai
peraturan perundang-undangan.
Beberapa tips untuk dispensing yang efisien
- Setelah menerima pra skripsi periksa legalitas, validitas kelayakan dan
keamanan
- Tangani preskripsi satu persatu jangan menangani lebih dari satu
preskripsi pada waktu yang bersamaan
- Periksa tanggal kadaluarsa yang digunakan stok obat yang terlama
- Periksa sekali lagi kekuatan atau potensi dan bentuk sediaan obat
- Periksa bahwa obat yang dipindahkan dari Raka adalah obat yang benar
- Periksa Apakah obat yang di dispen adalah benar-benar obat yang ditulis
dalam preskripsi
- Jangan menyimpan obat di kantong anda
- Jangan men dispen obat yang di pres skripsinya tidak ditandatangani oleh
penulis preskripsi
- Obat-obat yang didispens tidak menggunakan kemasan asli dari industri
(table atau kapsul ) harus dikemas dalam kemasan yang tepat
- Buatlah catatan yang berisi nama alamat pasien nama dokter. nama obat
yang diberikan nomor bet tanggal kadaluarsa nama produsen dan harga
kemudian ditandatangani oleh apoteker dan beri tanggal dan diberi
tanggal.

3.4 KESALAHAN DISPENSING (DISPENSING ERROR)


Kesalahan dispensing atau dispensing error adalah kesalahan yang terjadi pada waktu
proses dispensing kesalahan dispensing merupakan bagian dari kesalahan pengobatan
(medication error). Kesalahan ini berbeda dengan kesalahan pada penulisan preskripsi
atau pada pemakaian obat dari preskripsi tersebut
Kesalahan dispensing didefinisikan sebagai perbedaan antara interpretasi
penulis preskripsi dengan preskripsi yang di dispen (termasuk modifikasi yang dibuat
oleh apoteker berdasarkan kontak dengan penulis deskripsi atau terkait dengan
kebijakan Apotek) kategori Kesalahan dispensing adalah sebagai berikut :
- Salah obat: obat yang diberikan berbeda dengan yang tertulis kan pada preskripsi
atau preskripsi ulangan
- Salah kekuatan atau potensi : dosis pada obat berbeda antara spesifikasi yang
tertera dalam resep dengan yang diberikan pada pasien tanpa penyesuaian intruksi
dosis pada pasien
- Salah bentuk sediaan :bentuk sediaan yang diserahkan pada pasien berbeda
dengan yang tertulis pada preskripsi
- Salah jumlah : jumlah atau volume yang diserahkan pada pasien berbeda dengan
yang tertulis pada preskripsi
- Salah informasi pada etiket dan label (tidak termasuk aturan pakai ) didefinisikan
sebagai deviasi pada satu atau lebih data berikut ini yaitu Nama dan alamat Apotek,
nomor resep ,tanggal penulisan resep, nama pasien ,nama obat ,kekuatan obat,
jumlah yang diserahkan ,dan tanggal kadaluarsa.
- Salah instruksi: pada label aturan pakai yang tertulis pada etiket berbeda dengan
aturan pakai yang tertulis pada preskripsi
- Kelalaian kegagalan melakukan dispensing obat yang diresepkan
- Obat rusak : obat yang sudah melewati masa kadaluarsa diserahkan pada pasien
atau obat yang diberikan tidak disimpan pada tempat yang direkomendasikan oleh
pabrik seharusnya disimpan pada lemari es tetapi disimpan pada lemari es
- Kesalahan pada dispensing juga terjadi sebagai akibat tidak mengikuti prosedur
operasi standar dengan baik mengikuti prosedur operasi standar dapat membantu
menghindarkan kesalahan pada dispensing dan dapat mendesain dengan teliti
contoh POS yang terkait dengan dispensing adalah POS dispensing kapsul
penerimaan preskripsi POS pelayanan preskripsi POS komunikasi, informasi
edukasi uraian lebih lanjut mengenai prosedur operasi standar Dapat dibaca pada
bab 9.
Beberapa penyebab kesalahan pada dispensing disajikan pada tabel 3.1 sebagai
berikut :
Tabel 3.1 beberapa penyebab pada kesalahan dispensing
Kesalahan Dispensing Yang Umum Penyebab Kesalahan
Terjadi
Salah baca preskripsi Jumlah preskripsi yang dilayani banyak,
tulisan yang tidak dapat dibaca, staf
kurang memperhatikan, lingkungan
dispensing yang tidak mendukung
Kesalahan waktu komunikasi lisan Nama yang berbunyi hampir sama
dengan pasien misalnya listerin( cuci mulut ) dengan
Listeril (lisonopril).
Pengambilan obat yang salah Kemasan yang hampir sama atau
perhatian kurang, kurang konsentrasi
Salah perhitungan Ada interupsi ketika menghitung jam
sibuk, pekerjaan yang bertumpuk

Kesalahan pengemasan Kurang konsentrasi, tidak teliti

Kesalahan memberikan kemasan pada Nama pasien yang sama, konsentrasi


pasien lain terpecah ketika penyerahan obat
Kesalahan memberikan obat yang Tidak ada pengawasan teratur terhadap
kadaluwarsa tanggal kadaluwarsa
Kesalahan karena persamaan obat Pemeriksaan kurang teliti, nama pada
(walaupun isi,kekuatan berbeda) strip obat kurang jelas obat lain masuk
pada box
Lingkungan yang mendukung proses dispensing
Lingkungan yang baik memberi kepastian bahwa dispensing dilakukan dengan teliti dan
efisien keuntungan lingkungan dispensing yang baik adalah
- Mengurangi kesalahan dispensing mengurangi kesalahan staf apotek
- Meningkatkan Citra apotek meningkatkan loyalitas pelanggan
- Mempercepat pelayanan
- Membentuk kesan profesional
Lingkungan yang baik untuk setiap Apotek tersebut meliputi:
1. Loket preskripsi
Loket preskripsi yang ideal adalah sebagai berikut :
- Dapat dijangkau oleh pasien
- Derpisah antarbagian misalnya obat bebas kosmetik item umum obat herbal dan
lain-lain
- Bersih dan teratur serta terdapat penandaan yang jelas sehingga dapat
dibedakan dengan ruang lain yang ada disekitarnya
- Ada ruang tunggu untuk pasien
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu yang ideal yang menyediakan kursi yang nyaman majalah kesehatan
brosur poster masalah kesehatan.
3. Ruang komponding
Ruang komponding harus bersih dan teratur sehingga diperoleh area kerja yang
efisien aman tidak ada suara berisik dan cukup luas untuk memudahkan gerakan
staf Apotek agar tidak saling bertumbukan temperatur dan kelembaban dikendalikan
untuk mempertahankan stabilitas obat pengaturan peletakan obat pada rak dapat
secara alfabetis berdasar farmakologi obat berdasar bentuk sediaan atau dengan
cara metode yang lain yang biasa digunakan di apotek.
Lingkungan yang mengganggu proses dispensing
Terdapat suara yang mengganggu antara lain suara yang hingar-bingar televisi teriakan
anak-anak percetakan Jalan Raya kereta api dering telepon dan bunyi percakapan
yang hambatan lain yang juga dapat menimbulkan permasalahan adalah pelayanan lain
di luar pelayanan kesehatan misalnya pelayanan fotocopy atau tamu yang datang untuk
menemui Staf tata ruang Apotek yang juga berpengaruh pada proses dispensing antara
lain letak loket preskripsi yang jauh area kerja diletakkan di lantai atas adanya sekat
kaca yang membuat komunikasi menjadi sulit berbagai loket menjadi satu dan Komplek
sitas penggolongan pasien.
BAB 4
PRINSIP DASAR PENGERJAAN
DALAM COMPOUNDING

C
ompounding berkaitan dengan pembuatan sediaan pada skala kecil
compounding suatu obat yang akurat dan elegan memerlukan keahlian
dasar antara lain penimbangan pengukuran cairan penyaringan
pencampuran dan memperkecil ukuran partikel prinsip dasar untuk pengerjaan tersebut
sama dengan pembuatan sediaan obat skala besar perbedaannya adalah pada ukuran
bets dan peralatan yang tersedia bab ini menjelaskan peralatan dan teknik yang
digunakan pada apotek dan instansi farmasi di Rumah Sakit untuk menghasilkan
sediaan skala kecil.
Proses componding suatu sediaan memerlukan bantuan peralatan yang sesuai
contoh peralatan yang digunakan pada komponen yang disajikan pada tabel 4.1 dan
gambar 4.1 peralatan yang digunakan tersebut harus dirancang dengan tepat dengan
ukuran yang sesuai dan diletakkan dengan tepat untuk mempermudah proses
componding peralatan tersebut harus inner dan bersifat kedap air sehingga bahan obat
produk dalam proses input proses dan produk akhir tidak bereaksi bertambah atau
terabsorbsi sehingga mengubah keamanan identitas kekuatan kualitas dan kemurniaan
bahan obat peralatan yang digunakan harus terlebih dahulu segera di sanitasi sebelum
digunakan untuk mencegah kontaminasi yang akan mempengaruhi produk obat .
Peralatan otomatis mekanis elektronik atau peralatan lain yang berhubungan
dengan suatu sistem dapat digunakan dalam compounding produk obat peralatan
tersebut harus diperiksa secara rutin dikalibrasi bila diperlukan dan diuji untuk
menghasilkan performa yang tepat pemeliharaan peralatan tersebut harus
didokumentasikan dengan baik dan mempermudah penelusuran kembali.
Tabel 4.1 peralatan yang digunakan dalam compounding
Timbangan Pengaduk magnetik
Becker gelas berbagai ukuran Pencetak supositoria
Pengisi kapsul Thermometer
Gelas ukur berbagai ukuran Batang pengaduk
Desi katro Cawan porselen
Corong berbagai ukuran Penangas air
Penangas air Anak timbangan
Mortir dan Temper Blender
Pembuka botol Lampu Bunsen
Oven untuk mengeringkan Lemari es
pH meter

Gambar 4.1 peralatan yang digunakan dalam compounding


4.1 PENIMBANGAN
Peralatan untuk penimbangan
Dalam proses compounding, menimbang dan mengukur bahan-bahan dengan akurat
sangat penting untuk memperoleh produk akhir yang aman digunakan dan mencapai
efek terapeutik yang diinginkan. Untuk menimbang dapat digunakan baik neraca puntir
(torsion balance) maupun neraca elektronik (elektronic balance)seperti pada gambar
4.1 Tergantung pada spesifikasi masing-masing timbangan, neraca elektronik dapat
menimbang hingga 300 g dengan penimbangan terkecil sejumlah 1 mg. Harga nerac
umumnya ditentukan oleh berapa berat terkecil yang dapat ditimbang dengan teliti.
Pada compoundingobat diapotek umumnya digunakan neraca puntir.
Terdapat 2 sistem dalam penimbangan dan pengukuran yaitu sistem metrik
dan sistem apothecary. Yang digunakan resmi secara internasional saat ini adalah
sistem metrik. Satuan yang digunakan dalam sistem metrik ini antara lain adalah
miligram (mg), gram (g), mililiter (ml) dan liter (L). Sedangkan satuan yang digunakan
dalam sistem apothecary adalah ounce, drams, pounds.
Secara umum, timbangan yang digunakan dalam dispensing dibagi menjadi 3
jenis yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C dengan batas penimbangan masing-masing
seperti tertera pada tabel 4.2. Neraca yang paling umum digunakan dalam dispensing
adalah neraca kelas B.
Tabel 4.2 pembagian neraca dan batas penimbangan
Kelebihan atau
Jenis Berat minimum kekurangan berat Berat maksimum
sesungguhnya
Kelas A 500 mg 1 mg 1g
Kelas B 100 mg 10 mg 50 g
Kelas C 1g 100 mg 2 kg
Minimum berat yang boleh ditimbang dihitung berdasarkan berat maksimum
yang ditimbang dengan persamaan berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
x10
2000

(a) (b)
Gambar 4.2 (a) neraca puntir (b) neraca elektronik
Yang harus diperhatikan pada penggunaan neraca sebagai berikut:
1. Neraca harus diletakkan pada tempat yang datar, bebas dari getaran, kelembapan
ruangan rendah, jauh dari kipas angin atau sumber lain yang menyebabkan udara
mengalir cepat.
2. Neraca harus diperiksa setiap bulan untuk , meyakinkan bahwa penimbangan pada
neraca tersebut teliti dan tepat.
3. Bahan obat ditimbang diatas kertas timbang untuk menghindari cawan timbang
terkena obat/bahan kimia. Setiap item menggunakan kertas timbang yang baru,
untuk mencegah kontaminasi. Keuntungan Kelas A penggunaan kertas timbang
adalah dapat berfungsi sebagai corong untuk mentransfer obat setelah ditimbang.
(catatan: beberapa obat memerlukan wadah tertentu dalampenimbanga, sehingga
tidak menggunakan kertas timbang)
Persyaratan kertas timbang: permukaan harus licin sehingga tidak obat yang
menempel pada kertas timbang, terutama pada penimbangan dengan jumlah yang
sangat sedikit.
Ukuran kertas timbang disesuaikan dengan neraca yang digunakan, agar tidak ada
bagian kertas yang bersinggungan dengan bagian neraca yang lain, kecuali dengan
cawan timbang.
Teknik menimbang
a. Neraca dan cawan timbang (pan) harus dalam keadaan bersih.
b. Periksalah bahwa neraca diletakkan pada area yang datar dan jarum penunjuk
dapat bergerak bebas.
c. Letakkan kertas timbang pada cawan timbang, kemudian atur neraca sehingga
pointer indexada pada zero (kertas timbang dalam satu box dapat berbeda bertanya
65 mg). Apabila tidak disetimbangkan terlebih dahulu setelah kertas dipasang, dapat
terjadi kesalahan lebih dari 30% dalam menimbang seberat 200 mg)
d. Ketika neraca dalam keadaan istirahat, ambillah beban dari kotak anak timbangan
yang diinginkan dengan penjepit dan letakkan pada cawan timbang sebelah kiri.
e. Segera tutuplah kotak anak timbang setelah pengambilan anak timbangan. Apabila
dibiarkan terbuka, Ada kemungkinan bahan tumpah pada kotak anak timbang dan
menyebabkan kontaminasi anak timbang yang akan mempengaruhi keakuratan
berat anak timbang.
f. Bahan yang akan ditimbang diletakkan secara perlahan pada cawan timbang
sebelah kanan. periksa kesetimbangan, pengurangan atau penambahan bahan obat
dilakukan dengan menggunakan spatula atau alat lain sesuai dengan bahan.
g. Setelah berat yang diinginkan tercapai, pindahkan bahan ke dalam wadah yang
sesuai
h. Segera simpan anak timbangan kedalam kotak anak timbang.
Kesalahan jumlah penimbangan
Ketika suatu obat ditimbang dengan berat tertentu, bukan hanya berat sesungguhnya
yang tertimbang, tetapi terdapat juga kelebihan atau kekurangan berat sesungguhnya,
tergantung dari kepekaan neraca. Apabila kepekaan neraca diketahui maka dapat
ditentukan berapa % kesalahan yang mungkin terjadi.
Misal:
Pada neraca dengan kepekaan 5 mg dilakukan penimbangan bahan obat 200 mg,
maka berat yang sesungguhnya adalah 195 mg-205 mg.
5 𝑚𝑔 𝑥%
Jadi % kesalahan = 200 𝑚𝑔x100 %

X = 2,5%
Jadi % kesalahan dapat dinyatakan sebagai berikut
𝑘𝑒𝑝𝑒𝑘𝑎𝑎𝑛
Persentase kesalahn = 100 %𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 100%

Jumlah penimbangan terkecil


Rumus diatas dapat digunakan untuk menentukan jumlah yang terkecil yang boleh
ditimbang pada suatu neraca, dengan % kesalahan yang diperbolehkan
Contoh:
Suatu neraca memiliki kepekaan = 5 mg. Kesalahan yang diperbolehkan dari
penimbangan suatu bahan=5%. Jumlah terkecil yang diperbolehkan ditimbang pada
neraca tersebut = x mg
5 𝑚𝑔 5%
= 100 %
𝑥 𝑚𝑔

X= 100 mg
Sehingga jumlah bahan terkecil yang boleh ditimbang dengan % kesalahan yang
dirumuskan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
Jumlah terkecil yang boleh ditimbang=
𝑘𝑒𝑝𝑒𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑥 100
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ𝑘𝑎𝑛
4.2 PENGUKURAN
Peralatan Pengukur
Yang termasuk dalam peralatan pengukur meliputi gelas ukur, pipet dan mikropipet
Mengukur cairan
Secara umum, pengukuran suatu cairan dapat menggunakan gelas ukur. Pengukuran
suatu cairan harus menjamin hal tersebut di bawah ini:
1. Pengukuran secara vertikal dengan alas meja yang datar ketika pambacaan
meniskus. Apabila hal tersebut tidak dilakukan dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan.
2. Cairan hasil pengukuran harus tertuang seluruhnya. Bila cairan sedikit kental, dapat
tertinggal pada alat pengukur.
3. Sedapat mungkin jangan pernah menggunakan lebih dari satu pengukur.
Pemisahan volume antara dua alat pengukur dapat merupakan sumber kesalahan
potensial.
4. Pilihlah selalu pengukur dengan skala terkecil sesuai dengan volume yang
diinginkan
5. Apabila bahan yang diukur kental dan sukar untuk dituang seluruhnya, sebaiknya
volume diukur dengan menuang sejumlah berlebih pada alat pengukur. Jumlah yang
dikeluarkan dapat dihitung dari selisih skala pengukuran yang terbaca dan skala
pengukuran yang tersisa. Teknik lain adalah dengan cara menimbang bahan yang
diinginkan setelah dihitung kesetaraan antara volume dan berat (perhitungan
menggunakan berat jenis)
Mengukur volume kecil
Minimum pengukuran pada gelas ukur 10 ml adalah 1 ml. Pipet ukur dapat digunakan
untuk volum mulai dari 5 ml hingga 0,1 ml. Untuk volume yang lebih kecil dari 0,1 ml
dapat digunakan mikropipet atau dengan menggunakan pengenceran.
Penggunaaan pipet yang benar
1. Bola karet harus diletakkan diatas mulut pipet, dengan posisi yang tidak terlalu
masuk kedalam bola karet.
2. Wadah bahan yang akan diukur harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu
3. Penutup wadah dibuka dan wadah dipegang dengan tangan, antara keempat jari
dan ibu jari.
4. Pipet dimasukkan kedalam wadah, hanya sebagian pipet yang tercelup pada cairan.
5. Sejumlah tertentu cairan dengan tepat ditarik kedalam pipet, hati-hati karena
sejumlah cairan dapat terhisap hingga bola karet.
6. Bila ada bola karet yang digunakan menggunakan katup yang ditekan untuk
mencegah cairan keluar dari pipet, pipet dikeluarkan dari wadah dan cairan akan
dilepaskan.
7. Bila menggunakan pipet dengan dot pentil karet sederhana, cukup digunakan
dengan menekan dot menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk menarik cairan dan
mengeluarkan cairan dengan melepaskan ibu jari dan telunjuk
Menara wadah
Sediaan cair dibuat hingga volume yang diinginkan sedapat mungkin melalui
pengukuran. Akan tetapi pemindahan cairan dari gelas ukur kewadah secara akurat
agar sukar tercapai, terutama untuk sediaan suspensi dan emulsi. Untuk itu harus
dilakukan penaraan terhadap wadah yang akan digunakan. Sejumlah air dengan
volume tertentu yang sama dengan produk yang akan didispensing diukur secara
akurat. Air tersebut dituang kedalam wadah yang akan digunakan sebagai wadah
sediaan, meniskus ditandai dengan stiker atau penanda lain. Sediaan kemudian dituang
kedalam wadah dan ditambahkan pelarut hingga volume yang dikehendaki sesuai
dengan penandaan.
4.2 MEMPERKECIL PARTIKEL DAN MENCAMPUR
Mortir dan stamper
Mortir dan stamper berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel, mencampur serbuk, ,
mencampur serbuk dan cairan dan membuat emulsi. Secara umum mortir dan stamper
terbuat dari gelas atau porselen. Mortir gelas biasanya kecil dan tidak sesuai bila
digunakan pada jumlah bahan besar, sedangkan mortie porselen dapat berukuran lebih
besar. Mortir gelas memiliki permukaan yang halus, sedangkan mortir porselen memiliki
permukaan yang lebih kasar.
Cara penggunaan mortir dan stamper yang benar:
- Untuk memperkecil ukuran partikel, gunakan mortir dengan bagian dasar yang rat
dan stamper yang memiliki permukaan ujung yang datar. Penggunaan mortir
dengan dasar yang membulat dengan ujung stamper yang datar atau sebaliknya
tidak mempermudah proses
- Untuk mencampur serbuk, gunakan mortir dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan jumlah bahan, sehingga terdapat ruang yang cukup untuk mencampur
stamper diputar kekanan dan kiri dengan gerakan melingkar. Hindari penekanan
yang berlebihan pada bahan.

Beberapa Teknik Pencampuran


Pencampuran cairan homogen (larutan)
Pengadukan ringan atau pengocokan biasanya diperlukan untuk mencampur dua atau
lebih cairan. Derajat pengadukan atau pengocokan tergantung pada viskositas cairan.
Viskositas yang rendah memerlukan pengadukan atau pengocokan ringan, viskositas
tinggi memerlukan pengadukan atau pengocokan lebih kuat.
Pencampuran cairan heterogen (emulsi)
Untuk mendapatkan emulsi yang stabil dari dua cairan yang tidak saling campur maka
pencampuran harus efisien karena komponen cenderung untuk memisah. Pada skala
kecil, mortir dan stamper dapat digunakan untuk membuat emulsi.
Pencampuran bahan padat dengan cairan
Data kelarutan bahan padat dalam cairan harus menjadi pertimbangan utama.
Memperkecil ukuran partikel juga merupakan hal yang penting. Proses tersebut akan
mempercepat kelarutan dan memperbaiki distribusi bahan padat pada cairan.
Mencampur bahan padat dengan bahan padat
Ketika jumlah bahan yang akan dicampurkan hanya sedikit dan kedua bahan kurang
lebih berjumlah sama, bahan dapat langsung ditambahkan pada mortir dengan ukuran
yang sesuai.
Apabila sejumlah kecil serbuk akan dicampurkan dengan serbuk lain dalam
jumlah besar, harus di gunakan prinsip doubling up yang dijelaskan secara terperinci
pada bab 10.
Mencampur bahan setengah padat
Pencampuran bahan setengah padat ini biasanya dilakukan untuk mencampur dua atau
lebih basis salep. Basis dapat dicampur dengan menggunakan spatel pada papan
salep. Apabila kedua bahan memiliki jumlah yang berbeda, prinsip doubling up juga
harus diterapkan. Metode alternatif lainnya adalah metode peleburan pada penangas
air.
4.4 PEMANASAN
Penangas air
Penangas air digunakan untuk melelehkan basis salep atau supositoria. Biasanya
bahan yang dilelehkan diletakkan pada cawan porselin dan diletakkan pada penangas
air. Bahan harus dilelehkan dengan perlahan.
Pembakar Bunsen
Ketika menggunakan pembakar bunsen, nyala api harus diatur sedemikian rupa hingga
timbul nyala biru. Pada sebagian besar proses dispensing, hanya diperlukan panas
yang sedang, sehingga penggunaan nyala api biru sudah cukup. Apabila tidak sedang
digunakan, pembakar bunsen diatur hingga nyala api berwarna kuning atau pembakar
dimatikan.
4.5 PEMISAHAN PARTIKEL
Pengayakan
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang
dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang
tertera pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus (Farmakope Indonesia IV)

Simplisia Nabati & Hewani Bahan Kimia


Batas Derajat Batas Derajat
Klasifikasi Halus 2) Halus 2)
Nomor Nomor
Serbuk No.
Serbuk 1) No. Serbuk 1)
% % Pengay
Pengayak
ak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah 40 40 80 40 60 60
Kasar
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu.
2) Batas presentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan.
Pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk
sebagian besar keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk
pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat
dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari
100 µm, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
Efisiensi dan kecepatan pemisahan partikel oleh pengayak beragam, berbanding
terbalik dengan jumlah partikel termuat. Efektivitas pemisahan menurun cepat jika
kedalaman muatan melebihi lapisan 6 partikel sampai 8 partikel.
Pengayak yang digunakan adalah anyaman kawat, bukan tenunan. Kecuali
untuk ukuran nomor 230, 270, 325 dan 400 anyaman terbuat dari kuningan, perunggu,
baja tahan karat atau kawat lain yang sesuai dan tidak dilapisi atau disepuh.
Dalam penetapan derajat halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani,
tidak ada bagian dari obat yang dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
Penyaringan
Bahan yang tidak diinginkan dapat dihilangkan melalui proses penyaringan.
Penyaringan kasar
Penyaringan kasar digunakan untuk menghilangkan partikel besar dari:
a. Sediaan di mana bahan lain dalam bentuk yang sangat halus masih bisa ditoleransi
(misal: larutan untuk kulit atau larutan desinfektan yang tidak digunakan untuk
bagian dalam tubuh).
b. Sistem heterogen (emulsi dan suspensi).
c. Sediaan yang kental.
Bahan penyaring yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut adalah:
- Kain katun yang dapat mengabsorbsi diletakkan pada corong gelas, dibilas terlebih
dahulu untuk menghilangkan serat.
- Kain kasa yang telah dibilas kemudian diikat pada kayu penahan.

Penyaringan halus
Untuk larutan oral dan membran mukosa atau kulit yang terluka, larutan dengan derajat
kejernihan yang tinggi mutlak diperlukan. Untuk hal tersebut, penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kertas saring atau penyaring sintered glass.

Kertas saring
Tersedia beberapa kategori kertas saring. Pada kertas saring whatman, yang paling
sering digunakan adalah nomor 1 (untuk penyaring umum), 50 (bila diperlukan larutan
jernih) dan 54 (sesuai untuk larutan asam dan basa). Karakteristik kertas saring
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Karakteristik kertas saring Whatman
Kecepatan Ukuran partikel Ukuran Pori
NO
penyaringan yang tersaring (mm)
54 Cepat Kasar 3,45 – 5,0
1 Agak Cepat Sedang 2,1 – 2,8
59 Lambat Halus 0,4 – 1,1
Penyaring sintered glass
Penyaring sintered glass yang banyak digunakan adalah nomor 3 (penyaringan partikel
kecil dengan gravitasi) dan nomor 4 (penyaringan partikel besar atau kecil dengan
pompa vakum). Penyaringan ini biasanya cukup mahal dan memerlukan pembersihan
khusus, sehingga umumnya tidak tersedia pada apotek.
Untuk penyesuaian volume setelah penyaringan, lebih disukai melalui filter
dengan prosedur sebagai berikut:
- Saring melalui filter, sejumlah kecil larutan pembawah dibuang.
- Buatlah larutan hingga mendekati volume dan lewatkan melalui penyaring dalam
wadah pengukur.
- Bilas melalui penyaring dengan pembawa yang sesuai untuk membuat volume akhir.
BAB 5
RUTE PEMAKAIAN DAN
BENTUK SEDIAAN

S
etelah suatu obat digunakan oleh pasien, respons terapi akan tercapai apabila
obat mencapai reseptor dengan jumlah yang cukup. Kecepatan jumlah obat
yang terabsorbsi dipengaruhi oleh rute pemakaian obat. Pemilihan rute
pemakaian tergantung beberapa faktor, seperti apakah penggunaan lokal atau sistemik,
atau secepat apa respons yang diinginkan. Rute penggunaan obat meliputi oral, bukal,
rektal, vaginal, inhalasi, topikal/transdermal dan parenteral.
5.1 RUTE PEMAKAIAN
Rute Oral
Rute oral digunakan baik untuk rute lokal atau sistemik. Obat yang diformulasikan
dalam bentuk padat atau cair, akan terabsorbsi dari saluran cerna. Rute ini paling
disukai oleh pasien karena mudah dan nyaman digunakan. Akan tetapi rute ini memiliki
beberapa keterbatasan antara lain:
- mula kerja obat relatif lambat
- absorbsi dari saluran cerna tidak teratur
- kelarutan obat dipengaruhi bahan lain dalam lambung
- obat tertentu dirusak enzim dan sekret lain dalam saluran cerna
- obat tertentu menjadi subyek lintas pertama di hati
- pengosongan lambung yang tertunda dapat menyebabkan obat diinaktivasi oleh
asam lambung.
Rute Bukal
Obat yang diberikan melalui rute ini diformulasikan dalam bentuk tablet atau film yang
terabsorbsi melalui rongga bukal. Banyaknya pembuluh darah pada lidah dan bukal,
serta adanya saliva yang membantu pelarutan obat, membuat rute ini sangat efektif.
Rute ini dapat digunakan baik untuk pengobatan lokal maupun sistemik.
Dua daerah yang digunakan pada rongga bukal adalah:
- Untuk absorbsi sublingual, digunakan daerah di bawah lidah. Bagian ini memberikan
mula kerja yang cepat tetapi berdurasi singkat.
- Untuk absorbsi bukal, digunakan sulcus bukal (ruang antara gigi dan membran
mukosa pipi).
Merupakan hal penting bahwa pasien harus dapat membedakan kedua sisi yang
berbeda tersebut dan merupakan tugas apoteker untuk memberitahukan pada pasien
bagaimana untuk menggunakan obat dengan benar. Keuntungan rute bukal adalah:
- mula kerja obat relatif cepat
- obat langsung terabsorbsi menuju peredaran darah sistemik sehingga terhindar dari
efek lintas pertama di hati
- obat dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar.
Rute Rektal
Untuk penggunaan melalui rektal, obat dapat diformulasikan dalam bentuk cair,
setengah padat (krim, salep) atau padat (supositoria). Sediaan kemudian dimasukkan
ke dalam rektal di mana obat terabsorbsi. Rute rektal dapat digunakan untuk
penggunaan oral dan sistemik.
Terdapat tiga pembuluh darah vena pada rektal. Vena middle dan inferior
langsung menuju pembuluh darah sistemik, sedangkan vena superior menuju vena
porta ke arah hepar sehingga obat yang terabsorbsi melalui rektal dapat menjadi
subyek metabolisme lintas pertama. Oleh karena itu bioavaibilitas dapat kurang dari
100%, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan absorbsi melalui saluran cerna.
Jumlah cairan yang terdapat pada rektal sekitar 3 ml. Hal tersebut
mempengaruhi kecepatan disolusi obat yang terlepas dari sediaan. Akan tetapi gerakan
rektum yang akan menyebarkan obat ke seluruh dinding lumen dapat meningkatkan
laju disolusi dan meningkatkan absorbs.
Keuntungan rute rektal adalah:
- dapat digunakan pada kondisi pasien tidak dapat menelan (misal; mual, muntah,
tidak sadar)
- untuk obat yang mengiritasi saluran cerna
- dapat digunakan untuk efek lokal (misal: hemoroid, pencahar).
Keterbatasan rute rektal adalah:
- absorbsi dapat tidak beraturan dan tidak terprediksikan
- kurang nyaman dibandingkan rute oral
- penerimaan pasien rendah.
Rute Vaginal
Untuk penggunaan rute vaginal, obat diformulasikan dalam bentuk pessaries, krim,
salep, dan busa. Bentuk sediaan tersebut dimasukkan ke dalam vagina. Rute ini dapat
digunakan untuk pengobatan sistemik maupun lokal. Obat yang terabsorbsi melalui
vagina tidak mengalami metabolisme lintas pertama.
Rute Inhalasi
Pada rute ini obat dihirup melalui hidung atau mulut untuk menghasilkan baik efek lokal
maupun sistemik. Rute ini umumnya digunakan untuk memulihkan kondisi paru.
Absorbsi melalui rute ini sangat cepat karena aliran darah pada paru sangat cepat dan
luas permukaan absorbsi besar. Bentuk sediaan melalui rute ini bervariasi, dari bentuk
yang sederhana seperti inhaler yang berisi menthol hingga inhaler dengan peralatan
yang canggih. Keuntungan utama rute ini adalah dosis yang digunakan kecil
dibandingkan dosis per oral sehingga dapat menurunkan efek samping.
Rute Topikal dan Transdermal
Kulit merupakan organ yang sangat besar dan kompleks dalam tubuh. Pada rute topikal
dan transdermal, kulit merupakan daerah penggunaan utama. Bentuk sediaan yang
umum adalah salep, krim, pasta dan gel. Sediaan transdermal umumnya dalam bentuk
patch yang harus ditempelkan selama 7 hingga 14 hari tergantung pada jenis obat.
Sediaan topikal ditujukan untuk pemakaian lokal, sedangkan sediaan transdermal
ditujukan untuk pengobatan sistemik yang dibawa aliran darah ke seluruh tubuh.
Rute Parenteral
Rute ini digunakan untuk obat yang diberikan melalui injeksi. Rute utama adalah:
- Rute Intraverna: obat injeksi secara langsung sirkulasi sistemik dengan mula kerja
yang sangat cepat.
- Rute subkutan: obat diinjeksikan kedalam lapisan subkutanpada kulit. Rute ini
merupakan injeksi yang paling mudah dan tidak menyakitkan.
- Rute intramuskular: obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Metode tersebut dapat
digunakan untuk menghasilkan efek pelepasan diperpanjang bila obat diformulasikan
bentuksuspensi atau larutan dalam minyak.
5.2 BENTUK SEDIAAN
Obat dapat diformulasikan dalam berbagai bentuk sediaan. Bagaimana obat
diformulasikan tergantung pada sifat fisika kimia obat dan tujuan penggunaan.
Tersedianya berbagai pilihan bentuk sediaan, dapat memudahkan apoteker untuk
memilih sesuai kenutuhan pasien.
Aerosol
Aerosol terdiri dari kemasan yang menganung bahan obat dan propelan yang sesuai.
Umumnya aerosol digunakan untuk pengobatan asma. Peraatan yang digunakan
biasanya disertai pengukur dosis sehingga memungkinkan untuk mengetahui berapa
dosis yang dihantarkan ketika digunakan pasien. Beberapa aerosol digunakan secara
topikal untuk pengobatan otot terkilir dan cedera, yang mengandung obat antiinflamasi.
Cairan oral
Cairan oral mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau tersuspensi
dalam pembawa yang sesuai. Eliksir, Emulsi Oral, Suspensi Oral dan sirup termasuk
kategori umum sediaan cairan oral.
Eliksir
Eliksir merupakan bentuk cair yang mengandung alkohol, digunakan untuk penggunaan
oral dan merupakan larutan satu atau lebih bahan obat. Eliksir mengandung pemanis
seperti gula dalam jumlah besar, atau bebas gula seperti larutan sorbitol.
Emulsi
Emulsi merupakan sediaan cair yang mengandung dua cairan yang tidak saling
bercamput, biasanya minyak dan air, yang distabilkan oleh bahan pengemulsi.
Enema
Enema Adalah sediaan cair dengan pembawa air atau minyak yang digunakan melalui
rektal. Berbagai obat yang diformulasikan sebagai enema untuk pengobatan konstipasi
dan unceative colitis. Enema juga digunakan untuk sinar X pada saluran cerna bagian
bawah.
Gel
Gel adalah bentuk sediaan setengah padat untuk pemakaian topikal. Gel biasanya
tranparan atau translusen. Umumnya pembentuk gel didispersikan dalam pembawa air.
Intilah gel juga digunakan untuk menjelaskan suspense koloidal obat seperti aluminium
dan masgnesium hidroksida.
Granul
Sediaan granul merupakan sediaan padat dengan ukuran partikel yang keciul dengan
bentuk yang tidak beraturan. Granul dapat dikemas dalam sachet individual yang
mengandung dosis tunggal.
Implan
Istilah implant merujuk pada bentuk sediaan padat yang disisipkan pada bawah kulit
melalui operasi insisi kecil. Sebagai contoh adalah hormon terapi sulih hormone atau
hormone untuk kontrasepsi. Pelepasan dari implan biasanya berjalan lambat sehingga
terapi memiliki masa yang panjang. Kontrasepsi hormonal dapat menghasilkan efek
hingga 5 tahun. Sediaan implan bersifat steril.
Inhalasi
Inhalasi adalah sediuaan yang mengandung bahan yang menimbulkan efek pada
saluran napas atas untuk Pengibatan hidung tersumbat. Inhalasi mengandung bahan
mudah menguap pada suhu kamar, pasien dapat menghirup langsung atau
meneteskan pada saputangan kemudian dihirup. Inhalasi lain ditambahkan pada air
panas atau air mendidih kemudian uap yang timbul dihirup. Apoteker harus harus
memberikan saran supaya air tidak boleh terlalu panas karena dapat merusak
membran mukosa pada saluran nafas atas.
Kapsul
Kapsul merupakan bentuk sediaan padat, umumnya untuk penggunaan oral. Beberapa
obat di formulasikan dalam bentuk kapsul untuk dihirup. Kapsul dapat mengandung
serbuk, cairan, atau semi solid. Cangkang kapsul tersusun dari gelatin, dapat berupa
kapsul keras dan kapsul lunak. Sediaan kapsul dengan pelepasan terkendali tersedia
dalam bentuk kapsul keras yang berisi butiran kecil dengan penyalut yang berbeda.
Krim
Krim merupakan sediaan setengah padat untuk penggunaan luar. Krim mudah
digunakan dan bersifat tidak berminyak sehingga lebih disukai oleh pasien.
Liniment
Liniment adalah sediaan cair untuk penggunaan luar. Biasanya digunakan untuk
menghilangkan rasa tidak nyaman akibat kejang otot cedera. Bahan obat yang
digunakan dalam liniment adalah metil salisilat.
Losion
Losion merupakan sediaan cair untuk penggunaan luar, dapat berupa larutan, suspensi
dan emulsi. Biasanya digunakan sebagai antiseptik, parasitidal atau menyejukkan kulit.
Obat kumur (gargarisma)
Obat kumur adalah larutan dalam air untuk pengobatan infeksi pada tenggorokan. Obat
kumur tidak boleh ditelan tetapi di tahan pada tenggorokan hingga wktu tertentu
biasanya sekitar satu menit.
Patch
Sediaan Patch merujuk pada sistem penghantaran transdermal melalui kulit dengan
efek sistemik. Sediaan patch ditempelkan pada daerah kulit tertentu selama jangka
waktu sesuai macam obat.
Pasta
Pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung bahan padat dalam jumlah
besar, misalnya amilum. Umumnya pasta bersifat keras dan tidak mudah menyebar
pada kulit. Biasanya pasta dioleskan pada kulit yang luka.
Salep
Salep merupakan sediaan semi solida yang ditujukan untuk penggunaan luar.
Salep mata
Salep mata merupakan sediaan semi solid steril yang di tujukan untuk pemakaian pada
konjungtiva. Mengandung satu atau lebih obat yang dilarutkan atau disuspensikan
dalam basis yang sesuai.
Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan yang berbentuk seperti torpedo yang imasukka kedalam
rektal. Suppositoria dapat di tujukan untuk pengobatan lokal atau sistemik.
Serbuk oral
Serbuk untuk tujuan penggunaan oral dapat berupa serbuk bagi (puyer) atau serbuk
bulk. Serbuk bagi biasanya sudah dikemas secara terpisah dalam selembar kertas atau
sachet
Serbuk tabur
Serbuk tabur ditujukan untuk penggunaan luar. Serbuk tabur mengandung bahan yang
dapat menyerap sekret kulit.
Suspensi
Suspensi adalah bentuk sediaan cair dimana bahan aktif tidak larut. Suspensi tersedia
untuk penggunaan oral dan luar
Tablet
Istilah tablet digunakan untuk menjelaskan bentuk sediaan padat untuk penggunaan
oral. Beberapa variasi dari tablet adalah
- Tablet efervesen(dilarutkan dalam air terlebih dahulu )
- Tablet kunyah (tablet harus dikunyah untuk mempercepat efek obat).
- Tablet hisap (tablet dihisap dalam mulut selama kurang lebih 15 menit)
- Tablet bukal(penggunaannya diletakkan di bawah lidah)
- Tablet salut ( tablet yang bagian permukaannya disalut dengan tujuan tertentu, misal
untuk menutupi rasa pahit, memperbaiki stabilitas bahan obat
- Tablet lepas lambat (tablet dengan pelepasan dimodifikasi sehingga obat dapat
dilepaskan pada jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan tablet
konvensional)
Tablet hisap (lozenges)
Tablet hisap (lozenges) adalah tablet besar yang di desain untuk dihisap dan tertahan
di mulut hingga sekitar 15 menit. Tablet ini tidak mengandung disintegran dan bahan
aktif biasanya dicampurkan dalam basis gula seperti sukrosa atau glukosa. Tujuan
utama tablet hisap adalah pengobatan infkesi mulut atau tenggorokan.
Tetes hidung
Tetes hidung adalah larutan isotonis untuk pengobatan gangguan pada hidung,
misalnya hidung tersumbat. Wadah tetes hidung biasanya disertai pipet penetes.
Penggunaan berlebih biasanya disebabkan pasien sukar menakar dosis. Beberapa
tetes hidung disajikan dalam bentuk semprot untuk memperbaiki kemudahan
penggunaan.
Tetes mata
Tetes mata merupakan larutan atau suspensi steril mengandung satu atau lebih bahan
obat untuk di teteskan pada konjungtiva mata. Dikemas dalam wadah sekali pakai
atau pemakaian berulang.
Tetes telinga
Tetes telinga digunakan untuk pengobatan topikal pada telinga. Obat atau campuuran
obat diformulasikan dalam pembawa yang sesuai seperti air, propilen glikol,gliserin atau
alkohol. Tetes telingan dimasukkan pada telingan dengan menggunakan penetes yang
juga berfungsi sebagai pengukur dosis. Beberapa pembawa seperti alkohol
menyebabkan rasa yang menyengat. Untuk itu dapat digunakan pembawa lain seperti
air.
BAB 6
STABILITAS OBAT RACIKAN

S
tabilitas adalah jangka waktu dimana suatu produk atau sediaan tetap
memiliki sifat karakteristik yang sama dengan waktu dimana sediaan
produksi selama periode penyimpanan dan pemakaian didalam batas
tertentu. Berdasarkan United States Pharmacopeia 30/National Formulary 25 istilah
stabilitas pada bentuk sediaan tertentu merujuk pada integritas fisika kimia sediaan dari
kemampuan sediaan bertahan dari kontaminasi mikroba. Waktu paruh sediaan adalah
selang waktu dari sediaan awal hingga tanggal kadaluarsa sediaan. Spesifikasi pada
monograf meliputi identitas , kekuatan, kualitas, dan kemurnian selama waktu paruh
produk.
Umumnya klasifikasi degradasi sediaan farmasi disebabkan mekanisme kimia,
fisika dan biologi. Pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh satu atau lebih
mekanisme tersebut atau dapat juga suatu mekanisme yang terlibat di sebabkan
mekanisme lain. Sebagai contohnya, pecahnya sebuah emulsi (efek fisis) dapat
disebabkan degradasi mikrobiologi emulgator.
6.1 DEGRADASI KIMIA
Solvolisis
Solvolisis adalah degradasi obat atau ekspien melalui rektal karena adanya pelarut.
Pada sebagian besar produk farmasi, pelarut yang banyak digunakan adalah air
sehingga degradasi yang terjadi adalah hidrolisis. Sebagian besarc degradasi obat dan
ekspien melibatkan senyawa labil seperti senyawa karbonil, ester, amida, lakton, dan
laktam. Contoh senyawa ester adalah aspirin dan lokal anestetik, amida seperti
sulfonamid dan klorampenikol, laktam seperti spironolakton dan pilokarpin dan laktam
seperti penisilin dan sefalosporin.
Oksidasi
Oksidasi merupakan penyebab paling umum kerusakan obat dan eksipien. Degradasi
karena oksidasi dapat terjadi pada obat yang larut air maupun larut minyak, minyak
dan minyak atsiri. Oksidasi terjadi bila senyawa mendapatkan tambahan atom
elektronegatif atau radikal, atu kehilangan atom elektropositif atau radikal. Oksidasi
seringkali melibatkan penambahan oksigen atau hilangnya hidrogen.
Fotolisis
Degradasi molekul obat atau eksipien dapaat disebabkan karena sinar, baik sinar
dalam ruangan maupun sinar matahari. Reaksi tersebut disebut fotolisis dan senyawa
yang peka terhadap sinar disebut sebagai fotolabil.
Semakin pendek panjang gelombang suatu sinar , semakin berpotensi untuk
merusak. Oleh karena itu sinar ultra violet lebih berbahaya dibandingkan sinar merah.
Untuk menyebabkan reaksi fotolisis, energi radiasi sinar harus diabsorbsi oleh molekul.
Bila energi yang terabsorbsi cukup untuk mencapai energi aktivasi, terjadilah degradasi
senyawa. Pada beberapa kasus, molekul yang mengabsorbsi sinar tidak memberikan
reaksi tetapi meneruskan energi tersebut pada senyawa lain hingga terdegradasi.
Energi cahaya yang diabsorbsi senyawa tersebut disebut fotosensitisasi.
Reaksi fotolisis menyebabkan dekomposisi klorpromazin hidroklorida dan
fenotiazin lainnya, pencoklatan morfin dan kodein, pemucatan tartrazin, dan inisiasi
proses autooksidasi.
Polimerisasi
Polimerisasi melibatkan kombinasi dua atau lebih molekul yang identik. Degradasi
sediaan farmasi karena polimerisasi tidak banyak terjadi. Reaksi polimerisasi tersebut
dapat terjadi setelah degradasi awal produk. Contoh polimerisasi adalah terbentuknya
larutan kekuningan pada injeksi dektrosa setelah proses dalam autoklaf. Larutan
berwarna tersebut disebabkan polimerisasi degradasi awal, 5-hidroksimetil furfural.
6.2 DEGRADASI FISIKA
Polimorfisma
Polimorfisma adalah bentuk kristalyang berbeda pada senyawa yang sama.
Polimorfisma suatu obat berbeda satu sama lain dalam hal energi kristal. Kristal dengan
energi yang lebih tinggi akan mengalami konversi menjadi kristal dengan energi lebih
rendah. Perbedaan polimorfisma pad obat yang sama dapat menyebabkan perbedaan
titik lebur dan kelarutan. Sebagai contoh adalah kortison asetat dalam formula suspensi
dalam air dapat mengalami konversi menjadi bentuk yang sukar larut sehingga
terbentuk endapan padat yang tidak larut. Fenomena tersebut juga terjadi dalam
formula salep dan krim dengan adatnya bahan obat yang tidak larut menjadi produk
yang terasa kasar dengan sifat pelepasan obat yang buruk.
Penguapan
Beberapa obat dan eksipien dapat berkurang dalam sediaan farmasi pada suhu kamar
karena mengalami penguapan. Obat atau eksipien tersebut memiliki tekanan uap yang
cukup tinggi sehingga menguap pada suhu kamar. Sebagai contoh adalah gliseril
trinitrat, alkohol, kamfer, mmenthol, dan minyak atsiri. Bahan tersebut juga dapat
berkurang dalam produk karna penutupan wadah kurang rapat atau penggunaan
wadah yang tidak tepat.
Hilangnya kandungan air
Penguapan air dari sediaan cair dapat menyebabkan kristalisasi apabila kelarutan obat
terbatas dalam pelarut air. Penguapan air pada sediaan krim minyak dalam air
menyebabkan sediaan menjadi terasa lebih kaku. Penguapan air yang berlebih
menyebabkan emulsi menjadi pecah. Hilangnya air dapat dicegah dengan
penyimpanan produk dalam wadah tertutup rapat.
Absrobsi air
Air dapat diabsorbsi dari atmosfer oleh beberapa obat dan sediaan. Sebagai contoh
obat yang delikuesen(mengabsorbsi lembab hingga menjadi cair) adalah kalsoium
klorida dan kalium sitrat, sedangkan bahan higroskopis (mengabsorbsi lembab hingga
menjadi lembab) adalah gliserol dan beberapa ekstrak kering. Tablet dan serbuk
efervesen dapat menjadi rusak bila disimpan pada daerah yang lembab.
6.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS
Berikut adalah faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu sediaan :
1. pH: merupakan faktor penting yang mempengaruhi produk sediaan cair. Untuk
mengatasi dapat ditambahkan yang sesuai.
2. Suhu: setiap peningkatan suhu 10°C kecepatan reaksi meningkat hingga dua atau
tiga kali lipat. Efek peningkatan suhu tersebut diutarakan oleh Arrhenius k = Ae -
Ea/RT atau logk=logA-Ea/2,303 x 1/T
Dimana k adalah kecepatan reaksi spesifik, A adalah faktor frekuensi, Ea adalah
energi aktivasi, R adalah konstanta gas (1,987 kal/deg mol), dan T adalah suhu
absolut. Efek suhu dapat diminimalkan dengan memilih suhu penyimpanan pada
suhu kamar, lemari es atau lemari pembeku.
3. Pelarut : mempengaruhi stabilitas produk bila sediaan adalah cairan. Pelarut dapat
mempengaruhi pH, kelarutan dan parameter kelarutan bahan aktif.
4. Sinar: dapat menyediakan energi aktivasi yang diperlukan untuk reaksi degradasi.
Efek sinar dapat diminimalkan dengan kemasan produk dalam wadah tahan sinar.
Produk yang sangat sensitif dapat dilapisi dengan lembaran aluminium
5. Oksigen ; dapat menginduksi degradasi melalui oksidasi. Degradasi dapat
diminimalkan dengan mengisi wadah sepenuh mungkin, untuk mengurangi ruang
udara,atau mengganti ruang udara dengan nitrogen. Alternatif lain adalah dengan
menambahkan anti oksidan.
6. Karbondioksida: menyebabkan karbonat yang tidak larut pada bentuk sediaan padat
yang akan menurunkan desintegrasi dan disolusi sediaan. Kemasan yang rapat dan
pengisian wadah yang sepenuh mungkin bisa meminimalkan kondisi tersebut.
7. Kelembaban: dapat menyebabkan reaksi hidrolisa dan degradasi produk obat.
Penambahan desikan pada kemasan dapat menurunkan kelembaban.
8. Ukuran partikel : semakin kecil ukuran partikel semakin reaktif suatu sediaan.
Apabila bahan obat kurang stabil dalam bentuk sediaan padat, disarankan
menggunakan ukuran partikel yang lebih besar.
6.4 PERBEDAAN ISTILAH EXPERATION DATE DENGAN BEYOND USE DATE
Terdapat beberapa perbedaan istilah experation date dengan beyond use date
- Experation date atau waktu kadaluarsa adalah lamanya waktu suatu sediaan di
mana kemurnia dan potensi suatu obat masih tetap. Waktu kadaluarsa ditentukan
berdasarkan penentuan dengan kenaikan temperatur. Biasanya untuk sediaan
komersial.
- Beyond use date adalah perkiraan interval waktu di mana sediaan yang dicompound
dapat diharapkan potensi dan kemurniannya tetap berdasarkan cara penentuan
umum,referensi pustaka atau percobaan stabilitas dengan menggunakan kondisi
pada waktu compounding.
Dalam United States Pharmacopeia 30/National Formulary 25 pada
Pharmaceutical Compounding <795> dinyatakan bahwa saalah satu tanggung jawab
apoteker adalah mengevaluasi stabilitas sediaan yang ditentukan melalui literatur untuk
menentukan tanggal beyond use yang dapat dipercaya untuk menjamin potensi,
kemurnian, kualitas dan karakteristik sediaan hasil Compounding seperti yang
diharapkan.
Ketentuan umum Beyond Use Date untuk obat jadi
Beyond Use date obat sediaan non steril tanpa mengubah apapun dari pabrik ada 2
macam :
1. Dalam wadah ganda ( multiple dose container)
Boleh digunakan waktu kadaluarsa dari pabrik atau 1 tahun dari waktu di mana obat
diberikan kepada pasien , mana yang lebih cepat itu yang dipakai, harus
memperhatikan faktor berikut ini :
- Struktur obat, wadah melindungi dari sinar matahari, oksigen, kondisi
penyimpanan (suhu, kelembapan, dan sinar)
- Apabila digunakan wadah dari plastik harus melindungi isi lebihh baik dari PVC
- Menyimpan, mengepak, memasukkan obat pada wadah yang dapat
mempertahankan suhu tidak lebih dari 25 °C
2. Wadah sekali pakai ( single unit )
- Waktu kadaluarsaa dari pabrik atau 1 tahun dari tanggal waktu obat tersebut
diberikan kepada pasien (pilih mana yang lebih cepat).
- Wadah dari plastik harus lebih baik dari pada PVC
- Sediaan obat yang dikemas ulang (padat maupun cair) non steril disimpan pada
kondisi sesuai dengan monografi produknya, kalau kondisi tidak memungkinkan,
disimpan dalam ruangan yang kondisinya terkontrol dengan suhu 20-25°C
kelebapan relatif tidak lebih dari 75%
- Unit doseis tunggal tidak boleh dikemas kembali.
Beyond used Date obat racikan:
Beberapa pertimbangan untuk Beyond Used Date sebagai berikut :
1. Obat racikan harus memiliki Beyond Used Date
2. Apoteker harus memperhatikan sifat fisika kimia obat, karakteristik wadah, kondisi
penyimpanan yang diharapkan.
3. Sebelu melakukan dispensing, lakukan studi literatur tentang informasi stabilitas
obat.
4. Waktu kadaluarsa komponen lain dalam resep harus diperhatikan juga (bukan
bahan aktifnya saja) waktu kadaluarsa produk dispensing ditetapkan oleh waktu
kadaluarsa yang terkecil.
Pedoman untuk obat yang stabilitasnya tidak ada informasinya.
BUD maksimum untuk non steril, dikemas dalam wadah kedap, suhu terkontrol 20-25ºC
kecuali disebut lain adalah sebaga iberikut:
- Sediaan padat/cair bebas air, obat berasal dari industry, BUD tidak lebihdari 25%
waktu kadaluarsa yang tersisa atau 6 bulan (ambil yang lebih cepat) serbuk kapsul
dari obat murninya BUD tidak lebih dari 6 bulan.
- Sediaan mengandung air (suspense, emulsi, larutan) yang dibuat dari bahan padat
memiliki BUD tidak lebih dari 14 hari, jika disimpan pada suhu dingin (2-8ºC) kalau
tidak pada suhu dingin. Untuk semua bentuk sediaan yang lain, BUD tidak lebih dari
lama terapai yang diinginkan atau 30 hari (pilih yang tercapai).
- BUD tersebut diatas boleh dilampaui apabila ada informasi yang valid yang
menunjang stabilitas sediaan tersebut.
RincianpanduanumumBeyond Used Date beberapasediaan
1. Serbuk, granul, capsul
Bahan aktif dibuat dari produk pabrik memiliki Beyond Used Date 25% waktu
kadaluarsa produk pabrik atau 6 bulan, dipilih mana yang lebih cepat.Tanggal ini
dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang valid sebagai pendukung
stabilitasnya.
2. Solution, suspense, emulsi
BUD untuk sediaan berisi air disimpan pada temperature dingin tidak lebih dari
bentuk padat. Tanggal ini dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang
valid sebagai pendukung stabilitasnya.
3. Ointment, cream, pasta
BUD untuk sediaan yang dibuat baru (recentur paratus) Dan sediaan dibuat dari
komponen berbenuk padat, apabila mengandung air, hanya 14 hari karena air
mendukung pertumbuhan mikromikroba (untuk sediaan yang berisi air tanpa
pengawet). Tanggal ini dapat diperpanjang apabilaada data ilmiah yang valid yang
dapat menunjang stabilitasnya. Apabila dapat membuat sediaan tersebut digunakan
sediaan dari produk pabrik dan sediaan tidak mengandung air atau sediaan anhidrat
memiliki BUD 25% dari sisa waktu kadaluarsa atau 6 bulan, kecuali ada data lain
yang mendukung.
4. Gel
Seperti sediaan lain yang mengandung air, sediaan gel yang dibuat dari sediaan
padat Dan disimpan pada temperature dingin memiliki BUD tidak lebih dari 14 hari.
Tanggal ini dapat diperpanjang apabila ada informasi ilmiah yang valid sebagai
pendukung stabilitasnya.
5. Supositoria
BUD untuk sipositoria adalah 25% dari sisa waktu kadaluarsa atau 6 bulan apabila
sediaan dibuat dari produk industri, pilihlah mana yang tercepat, kecuali tersedia
literature yang valid yang mendukung perobahan BUD tersebut diatas.
Tabel 6.1 Perubahan Fisis yang mengindikasikan ketidakstabilan
Bentuk Perubahan
sediaan
Kapsul Perubahan penampilan atau konstitensi kapsul atau
kandungannya, meliputi pengerasan atau pelunakan
cangkang, perubahan warna, distorsi cangkang
Serbuk Pembentukan bagian yang keras (caking), pemucatan,
timbulnya gas ketika kemasan dibuka yang
mengindikasikan pertumbuhan bakteri dan degradasi lain
Larutan/ eliksir, Pengendapan, pemucatan, timbulnya kabut,
sirup pembentukan gas karena pertumbuhan mikroba
Emulsi Emulsi terpisah antara fase minyak dan air (breaking atau
creaming)
Suspense Pembentukan endapan yang keras (caking), sukar
dikocok kembali, pertumbuhan kristal
Salep Perubahan konsistensi Dan pemisahan cairan,
terbentuknya butiran atau granul, salep mongering
Krim Emulsi pecah, pertumbuhan Kristal, penyusutan karena
penguapan air, kontaminasi mikroba
Supositoria Pelunakan yang berlebih, pengeringan, pengerasan,
pengkerutan, adanya minyak
Gel Penyusutan, pemisahan cairan dari gel, pemucatan,
kontaminasi mikroba
Tablet hisap Pelunaka atau pengerasan, kristalisasi, kontaminasi
mikroba, pemucatan
Produk steril Pemucatan, terbentuknya kabut, adanya endapan

Contoh Aplikasi Penetapan Beyond Used Date


Suatu preskripsi meminta untuk membuat kapsul diazepam di mana sumber
bahan aktif adalah tablet diazepam. Apabila tablet diazepam yang dikapsulkan tersebut
mempunyai waktu kadaluarsa 1 tahun dari tanggal compounding maka Beyond Used
Date dihitung sebagai berikut: 25% x 1 Tahun = 3 bulan (diasumsikan kapsul disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung sinar dengan suhu terkendali).
Apabila digunakan serbuk murni diazepam untuk pembuatan kapsul tersebut,
maksimum Beyond Used Date nya 6 bulan dengan asumsi waktu kadaluarsa diazepam
serbuk tersebut lebih dari 6 bulan. Jika waktu kadaluarsa diazepam serbuk kurang dari
6 bulan, maka maksimum Beyond Used Date kapsul yang adalah 1,5 bulan. Jadi
bentuk sediaan dibuat dengan cara atau bahan yang berbeda memiliki Beyond Used
Date yang berbeda.
Metode Q10 Untukmemprediksikanstabilitaswaktuparuh
Metode Q10 untuk memperkirakan waktu paruh dapat digunakan untuk menghitung
cepat beyond used date yang disimpan atau digunakan pada kondisi yang berbeda
dengan persyaratan pada label. Istilah Q10 adalah rasio konstanta dua kecepatan
reaksi, didefinisikan:
𝐾(𝑇+10)
𝑄10
𝐾1
Di mana KT adalah konstanta kecepatan reaksi pada suhu tertentu T t Dan K(T+10)
adalah konstanta kecepatan reaksi pada suhu yang lebih tinggi 10ºC. Nilai Q yang
paling sering digunakan adalah 2, 3, dan 4 dihubungkan dengan nilai Ea 12,2, 19,4 dan
24,5 kcal/mol berturut-turut. Untuk tujuan praktis, apabila Ea tidak diketahui, nilai tengah
3 dapat digunakan.
Persamaan nyata yang digunakan untuk memperkirakan waktu paruh adalah:
𝑡90 𝑇2
t 90 (𝑇2) = Δ𝑇
( )
𝑄1010

Di mana t90(T2) adalah perkiraan waktu paruh, t90(T1) waktu paruh yang pada
suhu T1, dan ∆𝑇 adalah perbedaan suhu antara T1 dan T2
Contoh penggunaan metode Q10:
Apabila sediaan yang memiliki waktu kadaluarsa 1 minggu pada penyimpanan
suhu 20°C, berapakah perkiraan waktu kadaluarsa apabila disimpan dalam es (5°C)?
𝑡90 𝑇2 1 1
t90(T2) = Δ𝑇 = 20 = 3−2 = 9 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
( ) −
𝑄1010 3 10

Metode ini digunakan untuk produk dengan waktu kadaluarsa dan suhu
penyimpanan tertentu, bukan terkait dengan formulasi.
BAB 7
PENYIMPANAN DAN MANAJEMEN
PERSEDIAAN OBAT

T
angal kadaluarsa suatu sediaan dirancang pada kondisi penyimpanan
yang benar. Bila kondisi penyimpanan yang seharusnya tidak dipenuhi,
maka sediaan dapat kehilangan potensinya sebelum tanggal kadaluarsa
terlewati.
Dalam rantai distribusi sediaan farmasi, apotek memegang peranan penting.
Produk obat berada dalam waktu yang cukup lama di apotek, sebelum sampai
ketangan pasien. Oleh karena itu obat di apotek harus disimpan dan dikelola secaa
efektif dan benar.
Untuk mendukukng penyimpanan dan manajemen persediaan obat, apoteker
harus membuat sistem sebagai berikut:
- sistem penyimpanan yang aman
- sistem penyimpanan yang benar dan bersih
- pencatatan yang efektif dan teliti
- perputaran stok yang efektif dan monitoring obat kadaluarsa
- pengamanan terhadap kebakaran dan pencurian
- terjaga dari gangguan binatang dan serangga
Untuk itu apoteker harus mengetahui:
1. kebutuhan akan area karantina dan tempat pengecekan stok obat
2. perlunya penyimpanan yang memadai
3. pola penyimpanan yang benar
4. pengendalian stok obat dan pemantauan kadaluarsa yang memadai
7.1 KARANTINA DAN PEMERIKSAAN STOK OBAT
Apoteker menerima stok obat sesuai dengan permintaan. sediaan obat yang baru
diterima harus diperiksa kualitas dan kuantitas obat secara visual. Stok obat yang baru
datang tersebut harus diletakkan pada area khusus sampai pemeriksaan selesai,
dengantujuan untuk mencegah bercampurbaurnya obat yang baru datang dengan obat
yang sudah ada (stok lama). Area khusus ini disebut area karantina. Sebaiknya area
tersebut diberi tanda “karantina”. Obat di area karantina harus diletakkan pada rak atau
laci atau lemari untuk mencegah lembab, debu dan kontaminan lain. Obat yang harus
disimpan dalam lemari es, tidak boleh terlalu lama di area karantina. Segera setelah
diperiksa obat dimasukkan lemari es di ruang dispensing.
Keuntungan adanya area karantina:
1. Menghindari campur aduk antara obat yang baru datang dengan stok obat yang
sudah ada
2. Kegiatan dapat dikhususkan pada pemeriksaan
3. Mencegah obat rusak/cacat/kadaluarsa masuk dalam area penyimpanan
Pemeriksaan yang dilakukan terhadapa stok yangt baru datang meliputi:
- Pemeriksaan kemasan secara visual
- keadaan wadah sediaan
- keabsahan label (nama obat, potensi, instruksi penympanan khusus, tanggal
kadaluarsa, dll). Tanggal kadaluarsa diperiksa untuk memastikan bahwa shelf life
masih panjang.
- gunakan daftar periksa periksa seperti daftar berikut ini:
Contoh daftar pemeriksaan pada area karantina Contoh daftar pemeriksaan terhadap bentuk
- Obat/sediaan benar sediaan
- Bentuk sediaan benar (tablet, sediaan cair atau - Tablet dan kapsul berbentuk sama
bentuk lain) - Tidak ada tablet dan kapsul yang kosong dalam
- Potensi benar (mg, konsentrasi dalam % atau strip
ukuran lain) - Volume sediaan cair sesuai dengan yang
- Jumlah item (sirup, botol, cairan, dsb) disebutkan dilabel
- Ada tidaknya sampel yang seharusnya untuk - Tidak ada kerusakan pada bentuk sediaan
dokter - Tidak ada perubahan warna (misal: pemucatan)
- Tidak terkirim kemasan untuk rumah sakit - Tidak ada cacat (bercak, bintik yang tidak umum,
- Adanya identitas lain yang khusus (mislanya retakan, pecahan, tepi tablet yang tidak rata, ada
kode tertentu) bahan lain yang menempel)
- Tidak terlihat adanya kerusakan apapun - tidak ada kebocoran pada kapsul
- Perhatian khusus untuk obat yang memerlukan - Tidak ada kebocoran pada kemasan sediaan cair
temperature khusus (2-8ºC) - Label tidak lepas/hilang
- Masing-masing label bagi masing-masing obat - Tanggal kadaluarsa pada label masih ada
(nomor bets, tanggal kadaluarsa, harga dan - Harga masih ada
sebagainya sudah sesuai dengan faktur - Segel tidak terbuka
pesanan) - tidak ada kebocoran (ampul, vial, botol)
Dokumen daftar sediaan yang diterima tersebut disimpan untuk referensi,
kemudiandibuat kartu rekam pemeriksaan seperti pada table 7.1
Tabel 7.1 Tabel rekam pemeriksaan
Nama generic: Metformin bentuk sediaan : tablet Potensi 500 Mg
Kode No: ……………………………………… Harga: Rp. …………..
Jumlah
Tgl Dari: Sisa Kadaluarsa Tanggal
Peberimaan Pengeluaran
0-00-00 PBF x 5x1 ampul - - Exp 00-00-00 √

Apoteker harus memastikan bahwa sediaan obat yang ada di apotek adalah
sediaan yang diterima dari distributor yang resmi. Hal ini penting untuk mencegah obat
palsu masuk ke apotek.
7.2 PENYIMPANAN DAN STABILITAS OBAT
Obat tidak dapat tetap stabil hingga waktu yang tidak terbatas. obat tetap stabil hanya
pada jangka waktu tertentu. kondisi penyimpanan yang buruk dapat mempercepat
degradasi obat. temperature, cahaya dan kelembaban merupakan faktor utama yang
mempengaruhi ketidakstabilan obat. penting untuk mengetahui dan waspada tehadap
penyebab ketidakstabilan obat.
Bagaimana kondisi penyimpanan yang harus dilakukan oleh pasien terhadap
obat yang diterima dari apotek, harus dicantumkan pada label yang ditempatkan pada
wadah sediaan. faktor penyebab ketidaksatabilan obat diuraikan pada table 7.1
Tabel 7.1 Faktor penyebab ketidakstabilan obat
Faktor penyebab Efek terhadap obat
Paparan cahaya Peningkatan oksidasi atau degradasi
karena cahaya
Papaan udara Peningkatan oksidasi
Penguapan Penguapan pelarut air
Kontaminasi mikroba - Peningkatan kontaminasi
- pertumbuhan mikroba
- kemingkinan timbul efek yang
membahayakan
Kelembaban Kerusakan serbuk, tablet, kapsul
Apoteker dapat dengan mudah mendeteksi adanya permasalahan yang
berhubungan dengan stabilitas berdasarkan perubahan tampak luar produk seperti:
perubahan warna dan bau, terbentuknya endapan, emulsi yang pecah, krim yang
meleleh, atau isi keluar dari wadah disertai busa. Ketidakstabilan kadang juga di tandai
perubahan fisik, misalnya sediaan cair menjadi padat.
Penyimpanan Obat
Penyimpanan sediaan obat dan produk kesehatan lain merupakan persyaratan penting
pada Praktik Kefarmasian yang Baik. Penyimpanan obat secara benar merupakan hal
penting dengan tujuan:
- memastikan potensi obat tetap
- mencegah kerusakan dan degradasi
- bentuk tidak berubah
- memastikan keamanan dan kualitas sediaan obat tetap selama waktu yang
ditetapkan.
Terdapat 2 aspek yang harus diperhatikan pada penyimpanan meliputi:
a. Kondisi obat: obat harus disimpan sdemikian rupa sehingga kondisi dan potensinya
tidak berubah, terhindar dari lembab yang berlebihan, sinar matahari langsung,
binatang mengerat/ tikus
b. Lokasi: mudah ditemukan, dapat dijangkau dengan mudah, obat diatur rapi dan
sistematis di lokasi masing-masing.
Beberapa model sistem penyimpanan yang dapat diterapkan pada sediaan obat
meliputi:
1. Dikelompokkan menurut produk pabrik, sediaan yang di produksi oleh suatu pabrik
dikelompokkan menjadi satu kelompok
2. Dikelompokkan menurut abjad nama sediaan
3. Dikelompokkan menurut kelas terapeutik misalnya kelompok antibiotik,anti
asma,anti hipertensi
4. Dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan: bahan padat, bahan cair, salep/tetes
mata.
Beberapa pertimbangan lain untuk penyimpanan yang harus diperhatikan adalah:
- Penyimpanan stok obat untuk resep dokter dibedakan terhadap obat bebas dan
bebas terbatas
- Penyimpanan harus disesuaikan dengan temperatur yang diperlukan
- Penyimpanan obat veteriner harus dipisahkan dengan obat untuk manusia.
Apapun sistem penyimpanan yang dipilih, penyimpanan tersebut haruslah:
a. Tertata dengan teratur
b. Sesudah pengambilan obat untuk dispensing,obat harus dikembalikan di tempat
semula
c. Secara berkala harus ada penataan kembali dari obatan yang disimpan
d. Personel yang terlibat dalam dispensing harus berhati-hati dalam penyimpanan
obat
e. Jangan memperlakukan obat dengan kasar misalnya dilempar.
Cara penyimpanan obat harus dirancang sedemikian rupa sehingga obat mudah
diambil dan terlindungi dari kerusakan. Obat dapat disimpan dalam rak, laci atau rak
gantung. Untuk mencegah kaca atau disimpan pada ruangan dengan pendingin udara.
Tidak diperkenankan meletakkan karton obat langsung dilantai, karena sediaan dapat
rusak karena kelembaban.
Penyimpanan obat dalam lemari es
- Lemari es harus dinyalakan terus menerus setiap hari 24 jam
- Harus tertutup rapat
- Pintu lemari es tidak boleh terbuka terlalu lama
- Antara obat yang satu dengan lainnya harus diberi jarak untuk sirkulasi udara
- Jarak lemari es dengan dinding sekitar 1 lengan, untuk mempermudah sirkulasi
udara
- Vaksin tidak boleh disimpan pada pintu lemari es, karena setiap kali pintu lemari es
dibuka vaksin tersebut akan terpapar oleh temperatur yang lebih tinggi
- Obat yang disimpan dilemari es jangan dikeluarkan dari lemari es lebih dari
beberapa menit
- Es batu diletakkan pada lemari pembeku sehingga sewaktu waktu diperlukan untuk
membawa obat yang harus disimpan pada temperatur dingin, sehingga selama
perjalanan temperature tetap. Es batu dalam lemari pembeku juga berguna apabila
sewaktu-waktu lemari es tidak berfungsi.
Pemantauan dan pemeliharaan lemari es
- Temperatur dalam lemari es harus dicatat paling tidak sehari satu kali
- Setiap penghentian listrik harus dicatat, juga waktu dimana obat dalam keadaan
temperatur yang tidak terkontrol apakah obat tetap dapat disimpan atau harus
dimusnahkan tergantung dari persoalannya, petunjuk yang ada atau ketentuan
pabrik.
- Usahakan terdapat cara untuk menyelamatkan obat dalam lemari es bila terjadi
gangguan pada lemari es, misalnya dengan menempatkan botol berisi air dingin
dipintu dalam lemari es
- Diperkenankan melakukan defrost lemari es pada waktu tertentu dan buatlah
catatan.
7.3 KONDISI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN
Obat di apotek memerlukan tempat penyimpanan yang memadai untuk menjaga
kestabilannya. Ruangan dengan pendingin udara sangat bermanfaat karena temperatur
ruangan dapat dikendalikan. Temperatur dapat diatur dibawah 25˚C karena banyak
obat yang memerlukan penyimpanan tersebut.
Temperatur penyimpanan
Untuk menjamin stabilitas sediaan farmasi pada masa waktu paruh yang
diharapkan, produk harus disimpan pada kondisi yang tepat. Label masing-masing
produk harus memuat kondisi penyimpanan yang diinginkan. Berdasarkan United
States of Pharmacope, istilah penyimpanan yang biasanya digunakan pada label
memiliki arti berikut ini :
- Dingin: Temperatur tidak boleh melebihi 8˚C (46˚F). lemari es adalah tempat dingin
dimana temperatur dipertahankan antara rentang 2˚hingga 8˚C(36˚hingga
46˚F).Lemari pembeku adalah tempat dingin dimana temperatur dipertahankan
antara-25˚ hingga -10˚C(-13˚hingga 14˚F).
- Sejuk: temperatur antara 8˚C hingga 15˚C(46˚ hingga 59˚F). Bahan yang disimpan
pada temperatur sejuk sebagai alternative dapat disimpan pada lemari es kecuali
dinyatakan lain pada monografi individual.
- Temperatur ruangan: temperatur umum pada daerah kerja. Temperatur ruangan
dipengendalian pada temperatur lingkungan kerja pada 20˚ hingga 25˚C(68) hingga
77˚F) tetapi juga memungkinkan variasi temperatur antara 15˚Cdan 30˚C
(59˚hingga86˚F).
- Hangat: temperatur antara 30˚hingga 40˚C (86˚ hingga 104˚F).
- Panas berlebih: diatas 40˚C(104˚F).
Kelembaban ruangan
Kelembaban dapat berefek terhadap stabilitas sediaan. Kapsul gelatin dapat
menjadi lunak dan mengembang bila mengabsorpsi lembab. Obat dalam tablet dapat
mengalami hidrolisa permukaan. Adanya lembab dapat menyebabkan pertumbuhan
mikroba. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol kelembaban. Cara
mengurangi kelembaban ruangan sebagai berikut:
- Buka jendela agar ada sirkulasi udara gunakan kipas angin untuk sirkulasi udara
segar
- Pada iklim yang basah apabila tidak menggunakan pendingin udara gunakan
dehumidifier
- Penggunaan wadah yang besar untuk kapsul atau tablet harus selalu dalam
keadaan tertutup
- Untuk mendeteksi temperatur dan kelembaban, gunakan thermometer dan
hygrometer
- Tetapkan waktu untuk pemeriksaan temperatur
- Kondisi cuaca harus dicatat dan didokumentasikan
Penyimpanan Khusus
Apabila sediaan tidak ada persyaratan khusus dalam penyimpanan, lakukan
kondisi penyimpanan normal yang artinya disimpan pada tempat yang kering, bersih,
berventilasi pada temperature ±15˚C sampai ±25˚C tergantung dari klimat sampai
±30˚C.
Instruksi penyimpanan bersifat khusus untuk masing-masing produk. Nama obat
yang berbeda dengan isi yang sama dapat mempunyai instruksi penyimpanan yang
berbeda karena kemungkinan besar mempunyai kemasan yang berbeda atau formulasi
yang berbeda.
Produk-produk tersebut di bawah ini mempunyai cara penyimpanan yang
khusus:
- Produk yang harus disimpan dalam keadaan beku.
- Produk yang peka terhadap panas dan memerlukan lemari es (+2˚C sampai+8˚C).
- Produk yang mengalami penurunan shelf life pada kondisi temperatur kamar yang
tidak terkontrol sehingga memerlukan ventilasi atau AC.
- Produk yang mudah terbakar, memerlukan tempat terpisah yang tahan panas/api.
- Produk yang mengarah kesalah penggunaan atau pencurian.

Produk yang harus disimpan pada tempat penyimpanan yang terkontrol


- Beberapa sediaan injeksi (contoh: adrenalin), kurang stabil dibandingkan dengan
sediaan padat per oral (tablet dan kapsul) terutama sediaan injeksi dalam bentuk
larutan. Sediaan injeksi tersebut harus dilindungi dari sinar dan panas.
- Injeksi intra vena terutama yang berwadah plastik.
- Supositoria, pessaries, krim dan salep. Sediaan ini meleleh pada temperatur di atas
30˚C. Apabila sudah terjadi peristiwa pelelehan, sediaan sudah tidak boleh
dipergunakan lagi karena zat aktifnya mungkin sudah tidak tersebar sama rata.
- Sediaan yang berisi karet, lateks, selulosa, kondom, alat steril dan alat bedah
misalnya jarum suntik dan kateter perlu dilindungi terhadap kelembaban yang
berlebihan dan panas yang kuat. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan produk
menjadi rapuh, tidak dapat digunakan, sterilitas tidak dapat dijamin dan kemasan
rusak. Pada daerah yang panas, produk-produk ini sebaiknya sisimpan pada
tempat-tempat yang paling sejuk, lebih naik berpendingin udara atau kipas angin.

Produk yang memerlukan pembekuan atau lemari es


- Vaksin, sediaan dari darah dan sediaan sejenis dapat kehilangan potensinya apabila
diletakkan (walaupun sebentar) pada temperatur diluar persyaratan.
- Untuk beberapa produk, pembekuan dapat bersifat merusak seperti injeksi
ergometri, insulin, adrenalin, DPT,DT,TT dan vaksin hepatitis B. Sediaan tersebut
tidak boleh disimpan pada lemari pembeku.
- Temperatur ruangan dalam jangka waktu yang pendek (ketika transportasi atau
distribusi yang lokal) dapat diterima untuk produk yang lain walaupun keadaan
tersebut dapat memperpendek shelf life. Item yang lain misalnya vaksin harus
disimpan dalam kotak pendingin (cold boxes) selama transportasi.

Penyimpanan injeksi insulin


- Insulin harus disimpan dalam lemari es dengan temperatur 2-8˚C.
- Insulin tidak boleh disimpan dilemari pembeku.
- Insulin sebaiknya disimpan dalam keadaan berbaring horizontal.
- Jangan terkena paparan sinar matahari atau panas yang berlebihan.
- Suspensi insulin tidak boleh dipakai apabila tidak dapat di resuspensi karena caking
atau gumpalan.

Obat dengan peraturan khusus


Penyimpanan obat yang termasuk golongan narkotika diatur secara khusus dengan
peraturan perundangan. Golongan narkotika (missal: injeksi petidin dan preparat
morfin) yang dapat mengakibatkan kecanduan diatur oleh pemerintah. Oleh karena itu
diapotek harus disimpan dengan hati-hati dengan ketentuan sebagai berikut:
- Lemari khusus dengan pintu yang diatur dengan kunci ganda.
- Ada pencatatan dan pelaporan secara khusus.
- Ada pemeriksaan khusus dari badan yang berwenang (lihat Undang-undang
Narkotika).
Obat lain yang dapat mengakibatka pencurian, penyalahgunaan, dan kecanduan
seperti obat psikotropik harus di simpan dengan baik. Pencatatan yang ketat dengan
frekuensi perhitungan stok yang sering diperlukan untuk memperkirakan ada tidaknya
pencurian.
Pengendalian dan pemantauan obat kadaluarsa
Dalam pengendalian stok dan pemantauan kadaluarsa obat harus diusahakan adanya
rotasi sehingga stok obat yang lebih lama harus digunakan lebih dahulu. Setiap proses
dispensing selalu diikuti pemeriksaan tanggal kadaluarsa.
Sistem rotasi stok obat dan pengaturan obat pada penyimpanan berikut ini akan
dapat mencegah penumpukan obat kadaluarsa:
- Kartu stok obat yang mencatat jumlah obat, tanggal kadaluarsa dan tanggal
pemakaian untuk dispensing
- Obat untuk persediaan stok obat, disimpan sedemikian rupa sehingga yang
mempunyai tanggal kadaluarsa lebih awal dapat digunakan terlebih dahulu. Untuk
sediaan farmasi, lebih tepat menggunakan sistem FEFO (first expire first out)
- Jangan menerima obat dengan tanggal kadaluarsa yang berdekatan dengan tanggal
penerimaan.
- Periksa kadaluarsa secara periodic agar dapat mencegah pasien mendapat obat
kadaluarsa.
Cara pengelolaan obat kadaluarsa:
1. Kembali ke pemasokan obat tersebut
2. Apabila tidak dapat dikembalikan, wadah dirusak termasuk seluruh label yang ada,
kapsul/table dimasukkan kedalam air, siram dengan air yang cukup
3. Dipendam dalam tanah. Harus diingat bahwa obat yang dimusnahkan cukup aman
untuk lingkungan
4. Membuat catatan yang terperinci mengenai obat yang dimusnahkan, termasuk
macam dan jumlahnya.
Aspek lain dari penyimpanan
Rancangan area penyimpanan
Dalam merancang area penyimpanan, apoteker harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Outlet untuk sediaan sebaiknya dalam suangan dengan temperature dikendalikan
(ruangan dengan air conditioning). Akan tetapi obat tidak boleh berhadapan
langsung dengan pengendali temperature tersebut.
- Rak obat harus cukup memadai, agar sediaan cair dapat diletakkan dengan posisi
berdiri. Rak sedapat mungkin ditutup dengan kaca untuk melindungi obat dai debu
dan mencegah fluktuasitemperatur udara.
- Obat harus disimpan sesuai aturan penyimpanan yang tertera pada label.
- Usahakan seminimal mungkin sinar matahari langsung mengenai sediaan. Demikian
juga dengan sinar lampu. Sinar lampu tidak hanya menyebabkan kerusakan kimia
tetapi juga dapat mengkatalisa perubahan fisik mesalnya penyerapan terhadap
lembab oleh sediaan. Usahakan hanya sinar difus saja yang mengenai sediaan.
- usahakan ada alat pendeteksi temperature dan kelembapan (misal thermometer
ruangandan hygrometer)
- Blister yang terkena sinar matahari langsung cenderung mengabsorbsi lembab,
karena itu blister disimpan dalam kotak karton terlebih dahulu sehingga tidak
langsung terpapar sinar.
- Produk yang peka terhadap sinar dan perubahan temperature jangan disimpan pada
tempat dimana sinar sangat kuat dan langsung terkena pada produk, tanpa ada
proteksi terhadap temperature dan kelembapan.

Penarikan produk obat


Perintah penarikan produk obat dapat berasal dari industri farmasi pembuat obat
tersebut atau dari pemerintah. Berdasarkan perintah penarikan tersebut, apoteker
berkewajiban untuk mwnarik kembali semua sediaan dari stok obat di mana sediaan
tersebut mengandung obat yang ditarik kembali oleh industri maupun pemerintah.
Pisahkan sediaan tersebut agar tidak terdapat diruang peracikan dan stok perjualan.
Buatlah daftar obat yang ditarik kembali memuat data berikut ini:
- nama sediaan
- tanggal penarikan kembali
- detail dari sediaan (nama pabrik, nomor bets, tanggal kadaluarsa, jumlah yang
sudah terjual, jumlah tersisa, dan alaan penarikan kembali)
- nama pemasokan
- nama penerima obat yang ditarik kembali, tanggal, jumlah
- nama dan tanda tangan yang melakukan prosedur penarikan kembali
- nama dan tanda tangan apoteker pelaksana penarikan kembali.
7.4 PENGEMBALIAN OBAT OLEH PASIEN
Kadang di apotik mengalami pengembalian obat oleh pasien karena:
1. Tidak digunakan lagi karena terapan diubah oleh dokter (missal karena efek
samping yang dialami pasien cukup serius)
2. Obat cacat (label tidak ada, blister ada yang kosong, botol bocor, strip/blister sobek)
3. Obat kadaluarsa
Untuk obat yang dikembakan oleh pasien harus ada pencatatan yang berisi
sebagai berikut:
- nama pasien
- nama produk dan jumlah yang dikembalikan
- nomer bets, tanggal kadaluarsa
- kondisi waktu dikembalikan
- alasan pengembalian
- kompensasi yang diberikan kepada pasien
- tindakan yang dilakukanterhadap produk
- nama, tanda tangan penerima obat yang dikembalikan
- nama, tanda tangan apoteker
POINT PENTING
- Penyimpanan obat adalah faktor yang penting dalam lingkaran distribusi obat.
- Stok obat yang diterima oleh apoteker harus dikarantina dalam area yang terpisah dan
diperiksa untuk memastikan kualitas dan jumlah dari stok yang diterima.
- Pola penyimpanan harus menjamin agar sediaan disimpan sedemikian rupa sehingga potensi
dan efektivitasnya tetap.
- Kondisi penyimpanan harus dipantau secara teratur.
- Jumlah stok harus optimum dan obat kadaluarsa dopantau secara teratur.
- Area penyimpanan dirancang sehingga dapat menyimpan dengan tepat dan dapat dipantau
kebersihannya.
- Harus ada pemantauan yang teliti dalam pengembalian obat oleh pasien dan penarikan obat.
- Penyimpanan obat memegang peranan penting, baik pada fase distribusi, di apotek atau di
rumah pasien. Apoteker mmegang peran penting dalam penyimpanan obat, untuk
mengusahakan stabilitas potensi dan efikasi obat sehingga pasien mendapatkan pengobatan
yang optimal.
BAB 8
PERHITUNGAN DALAM FARMASI

P
embuatan, pengemasan, dan dispensingsebagian besar sediaan melibatkan
sejumah perhitungan. Perhitungan tersebut dapat merupakan potensi
kesalahan terbesar dalam proses compounding. Meskipun hanya melibatkan
perhitungan matematis yang sederhana, kesalahan penempatan koma desimal atau
penggunaan nilai taksiran dapat menyebabkan konsekuensi yang serius, misalnya
kesalahan perhitungan dosis yang dapat berakibat fatal. Apabila unit pengukuran harus
dikonversikan menjadi nilai ekivalen pada sistem pengukuran lain, haus digunakan
kesetaraan yang pasti.
Untuk meminimalkan kesalahan perhitungan dapat dilakukan cara berikut :
− Apabia mentrasfe data dari suatu Pustaka, lakukan pengecekan berulang apa yang
disaling ulang.
− Mencoba untuk tidak tergantung pada kalkulator, buatlah suatu taksiran hasilnya
terlebih dahulu sehingga apabila anda menekan tombol kalkulator yang salah, dapat
segerah diketahui bahwa terjadi kesalahan.
− Terakhir, periksa kembali perhitungan yang dilakukan. Terdapat lebih dai satu cara
untuk meyeesaikan perhitungan, apabia anda mendapatkan hasil perhitungan yang
sama dengan cara yang berbeda, berarti perhitungan anda benar.
Menghitung jumlah obat suatu formulasi
Berapakah berat yang diperlukan untuk membuat formula berikut ini :
R/ Metil salisilat 10%
Basis krim vanishing ad 50 %
Langkah 1. Tentukan berat metil salisilat melalui perkalian konsentrasi (10%)
dengan berat total produk :
10% x 50 g = 5 g metil salisilat
Langkah 2. Tentukan beat basis krim yang dipelukan melalui pengurangan berat
Total dengan berat metil salisilat
50 g – 5 g = 45 g basis krim

Mempebesar atau memperkecil formula


Memperkecil formula
Berapaj bahan yang diperlukan untuk membuat obat batuk hitam 50 ml ?
Formula obat batuk hitam berdasarkan Formularium Nasional edisi 2 tahun 1978
adalah:
Glycirrhizea Succus 10 g
Ammonii Chloridum 6g
Ammoniae Anisi Spiritus 6g
Aqua hingga 300 ml
Bahan yang diperlukan untuk membuat 50 ml adalah :
50
Glycirrhizea Succus 𝑥 10 𝑔 = 1,66 g
300
50
Ammonii Chloridum 𝑥 6 𝑔 = 0,1 g
300
50
Ammoniae Anisi Spiritus 𝑥 6 𝑔 = 0,1 g
300

Aqua hingga 50 ml

Memperbesar formula
Berapakah bahan yang diperukan untuk membuat salep 24 sebanyak 50 g ?
Formula dasar salep 24 adalah
Asam saisilat 200 mg
Sulfur 400 mg
Vaselin abum ad 10 g
Bahan yang diperukan untuk membuat 50 g adalah :
50
Asam saisilat 𝑥 200 𝑔 = 1000 mg = 1g
10
50
Sulfur 𝑥 400 𝑔 = 2000 mg = 2 g
10
Vaselin abum hingga 50 g
Menghitung berat bahan terlau kecil untuk ditimbang
Kadang berat bahan yang diminta lebih keci dari batas penimbangan minimum pada
neraca yang tersedia. Untuk bahan tersebut harus dilakukan pengenceran
menggunakan bahan lain yang inert.

Bahan dengan berat kecil daam sediaan serbuk


Hitunglah jumlah codein yang harus ditimbang untuk 5 bungkus serbuk bagi yang
masing-masing mengandung codein sebanyak 5 mg. Diketahui batas penimbangan
minimal neraca yang tersedia adalah 50 mg.
Langkah 1. Tentukan jumlah codein yang harus ditimbang
5 mg x 5 = 25 mg
Langkah 2. Tentukan pengenceran codein menggunakan laktosa dengan
perbandingan 1 : 10
Codein 50 mg
Laktosa 200 mg
Total 250 mg
Dalam 250 mg campuran serbuk mengandung 50 mg codein.
Langkah 3. Tentukan jumlah campuran yang harus ditimbang agar mengandung
codein 25 mg
25 𝑔
𝑥 250 𝑚𝑔 = 125 mg
50 𝑔

Bahan dengan berat kecil dalam sediaan cairan


Hitungah pengawet natrium bezoat 0,03% yang diperlukan untuk sirup obat batuk 50
ml. diketahui batas penibangan minimal neraca yang tersedia adalah 50 mg. natium
benzoat mudah larut dalam air.
Langkah 1. Tentukan jumlah natrium benzoat yang diperlukan
0,03% x 50 ml = 0,015 g atau 15 mg
Langkah 2. Tentukan pengenceran natrium benzoat menggunakan air
Natrium benzoat 50 mg
Air hingga 10 mL
Dalam 10 mL air mengandung natrium benzoat 50 mg
Langkah 3. Tentukan yang harus yang diukur agar mengandung natrium benzoat 15
mg
15 𝑔
𝑥 10 𝑚𝑙 = 3 ml
50 𝑔

Kelarutan
Ketika meracik sediaan, data mengenai kelarutan bahan obat dan bahan pembantu
merupakan hal penting. Data kearutan akan memberikan informasi, bagaimana suatu
sediaan akan diracik. Data kelarutan obat dapat dilihat pada berbagai Pustaka,
sedangkan kreteria kelarutannya obat berdasarkan Farmakope Indonesia IV adalah
sebagai berikut :
1. Dinyatakan dengan angka pasti untuk membentuk kelarutan dalam air.
Misal : kelarutan asam borat dalam air 1:20, artinya 1 g asam borat larut dalam 20 ml
air membentuk larutan jenuh pada suhu kamar (250C)
2. Dintakan dalam angka yang tidak pasti: jumlah pelarut untuk melarutkan 1 bagian
solute
− Sangat mudah larut : 1: <1 bagian pelarut
− Larut : 1: 10-30 bag pelarut
− Agak suka larut : 1: 30-100 bag pelarut
− Sukar larut : 1: 100-1000 bag pelarut
− Sangat sukar larut : 1: 1000-10.000 bag pelarut
− Paktis tidak larut : 1: > 10.000 bag pelarut
Kelarutan NaCl adalah 1 dalam 3 bagian air. 1 dalam 250 bagian alkohol, dan 1
dalam 10 bagian gliserin. Hal tersebut menunjukkan bahwa 3 ml air diperlukan untuk
melarutkan 1 g NaCl, 250 ml alkohol diperlukan untuk melarutkan 1 g NaCl, dan
diperlukan gliserin 10 ml untuk melarutkan 1 g NaCl.
Perhitungan berdasarkan persen
Persen juga umum digunakan untuk menyatakan kadar suatu bahan dalam formula.
Terdapat empat cara untuk menyatakan persen suatu bahan :
− Bahan padat dalam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam berat dihitung
sebagai berat per berat (b/b atau weight in weight, w/w)
− Bahan padat daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam volume dihitung
sebagai berat per volume ( b/v atau weight in volume, w/v)
− Bahan cair daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam volume dihitung
sebagai volume per volume ( v/v atau volume in volume, v/v)
− Bahan cair daam formula di mana jumlah akhir dinyatakan dalam berat dihitung
sebagai berat per berat (b/b atau weight in weight, w/w)
Bila tidak dinyatakan lain. Definisi untuk persen suatu bahan tersebut adalah :
% b/b = menyatakn jumlah g bahan padat dalam 100 g sediaan
% b/v = menyatakn jumlah g bahan padat dalam 100 ml sediaan
% v/v = jumlah ml bahan cair dalam 100 ml sediaan
% b/b = jumlah g bahan cair dalam 100 g sediaan
Hitunglah kalium permanganat yang diperlukan untuk membuat 50 ml larutan
kalium permanganat 2,8% b/v
Langkah 1. Larutan kalium permanganat 2,8 b/v berarti 2,8 g kalium permanganat
dalam 100 ml larutan
Langkah 2. Untuk 50 ml larutan diperlukan
50 𝑚𝐿
𝑥 2,8 𝑔 = 1,4 g
100 𝑚𝐿

Jadi untuk permasalahan diatas, 1,4 g kaium permanganat dilarutkan dalam aqua
hingga 50 ml.
8.1 PERUBAHAN KONSENTRASI
Pengenceran
Persamaan berikut dapat digunakan untuk pengenceran :
Jumlah larutan 1 (Q1) x konsentrasi larutan 1 (C1) = jumlah larutan 2 (Q2) x
Konsentrasi larutan 2 (C2)
Atau
Q1xC1 = Q2xC2
Hampir semua jumlah dan istilah konsentrasi dapat menggunakan persamaan
tersebut. Akan tetapi unit perhitungan yang digunakan haruslah sama.
Contoh :
1. Hitunglah jumlah basis dalam g yang harus ditambahkan dalam 60 g salep 10% (b/b)
untuk membuat salep 5% (b/b).
Langkah 1: Menghitung jumlah basis total
Menggunakan persamaan di atas,
60g x 10% = Q2 x 5%
Didapatkan Q2 sebanyak 120 g
Langkah 2: Menghitung jumlah basis yang ditambahkan.
Jumlah produk awal adalah 60 g, oleh karena itu penambahan
Basis yang diperlukan adalah 120 g-60 g = 60 g
2. Diperlukan larutan alkohol 70 % sebanyak 500 ml, untuk disinfektan.larutan alcohol
yang tersedia adalah 90%. Bagaimanakah cara mengencerkan alcohol 90% tersebut
?
Langkah 1. Alkohol 90% berarti alcohol 90 mL dalam 100 mL larutan. Diinginkan
untuk mendapatkan alkohol 70 mL daam 100 mL, larutan sebanyak
500 ml. Sehingga diperlukan alkohol 90% sebanyak = 389 ml
Langkah 2. Alkohol 90% sebanyak 389 mL di tambah dengan air hingga volume
500 mL
70𝑚𝑙 𝑥 500𝑚𝐿
𝑥 389 𝑚𝑙
90𝑚𝑙

Berat jenis dalam penimbangan atau pengukuran


Berapa gliserin yang harus ditimbang dalam sediaan yang mengandung gliserin 50 mL,
bila diketahui berat jenis gliserin 1,26 g/ml.
Hitung berat gliserin yang harus ditimbang dengan cara perkalian antara berat
jenis dengan voume yang diinginkan 50mL x 1,26 g/mL = 63 g.
8.2 MENGHITUNG KADAR OBAT DAAM LARUTAN
Kadar obat dalam larutan yang paling sederhana dalah jumlah bahan yang dilarutkan
dalam pelarut dalam jumlah tertentu. Apabila larutan adalah bahan padat dilarutkan
dalam suatu cairan, kekuatan arutan dapat dinyatakan sebagai berikut: mg/100 mL,
g/100 mL, mg/l atau g/l. Apabila bahan terlarut adalah bahan cair, kekuatan larutan
dapat dinyatakan ml/10 mL, ml/100ml atau ml/L.
Menghitung jumlah padat dengan cara yang berbeda, untuk mendapatkan
larutan dengan kekuatan tertentu, adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah bahan terlarut yang paling sederhana,
Missal: diminta menyiapkan 100 ml larutan berisi natrium klorida 9 mg/ml
Perhitungan:
Natrium korida 9 mg: 90 mg: 900 mg
Aquades hingga 1 ml: 10 ml: 100 ml
Jadi jumlah natrium klorida yang diperlukan 0,9 g
2. Menghitung bahan terlarut untuk memperoleh larutan dengan dosis tertentu
Misal:
Untuk pasien bayi (1 bulan-1 tahun), dosis amoksisilin adalah 62,5 mg empat kali
sehari sedangkan sediaan yang tersedia adalah 125 mg/ml, berapa ml sediaan
yang harus diberikan pada pasien tersebut ?
Dosis 62,5 mg diberikan 2,5 ml dari sediaan 125 mg/ml
Perhitungan:
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 62,5
𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,5 ml
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 125

3. Konsentrasi bahan terlarut dapat juga diekspresikan dalam bagian berat bahan
terlarut dalam volume larutan akhir. Bila bahan terarut berbentuk cair dapat
dinyatakan sebagai bagian volume (ml), bahan terlarut berbentuk cair dalam
volume arutan air (ml). kelarutan komponen sering dinyatakan dengan cara
tersebut.
Misal: natrium bikarbonat larut dalam 11 bagian air berarti 1 g dari natrium
bikarbonat larut dalam 11 ml air, karena itu bila dalam formula diperlukan 4 g
natrium bikarbonat, diperlukan air sebanyak 4x11 ml = 44 ml.
4. Perhitungan millimolar
Kekuatan/kadar obat dalam sediaan farmasi dapat juga dinyatakan sebagai jumlah
millimolar per unit atau berat dari sediaan. Untuk menghitung jumlah millimolar
bahan dalam sediaan harus diketahui berat molekul bahan tersebut.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑔
Jumlah mol = 𝐵𝑀

Misalnya untuk NaCl diketahui BM NaCl sebesar 58,44


Jadi 1 molar larutan NaCl, berisi: 58,44 g NaCl dalam 1 l sediaan.
Misal: buatah 100 ml natrium klorida berisi 1,5 mmol per ml.
Berarti 1 ml berisi 1,5 mmol
Langkah 1. Menghitung berat 1,5 mmol per ml NaCl
1 mol (1000 mmol) memiiki berat = 58,44 g
1 mmol natrium korida
58,44
Berat = 𝑔
1000
58440
= 𝑚𝑔 = 58,44 mg
100

Langkah 2. Menghitung NaCl dalam 100 ml larutan NaCl


Dalam 100 ml mengandung 1,5 mmol/ml x 100 ml = 150 mmol
150 mmol 150x58,44 = 8,766 g dalam 100 ml sediaan
Membuat sediaan dari dua sediaan dengan konsentrasi yang berbeda
Jumlah obat dalam suatu bagian ditambah dengan jumlah obat dalam bagian lainnya
sama dengan jumlah campuran atau larutan total.
Misal: banyak mL dekstrosa 20 % dalam air dan dekstrosa 50% dalam air yang
dibutuhkan untuk membuat 750 mL dekstrosa 35% dalam air ?
Langkah 1. Menyusun persamaan perhitungan
Bila x adalah volume (mL) larutan 20%, maka (750-x) adalah volume
(mL) larutan 50%. Sehingga persamaan perhitungan sebagai berikut;
(20/100)x + (50/100)(750-x) = (35/100)(750)
Langkah 2. Menyeesaikan persamaan,
x sama dengan 375 mL, dari lautan 20% dan (750-x) sama dengan
( 750-375) atau 375 mL dari larutan 50 %.
Permasalahan di atas dapat diselesaikan secara cepat dengan menggunakan
metode aligasi, dengan cara sebagai berikut:
1. Letakkan persen atau konsentrasi yang diinginkan pada pusat
2. Letakkan persen atau konsentrasi bahan dengan konsentrasi yang lebih tinggi
pada sisi kiri atas
3. Letakkan persen atau konsentrasi bahan dengan konsentrasi yang lebih rendah
pada sisi kiri bawah
4. Kurangi persen yang diinginkan dengan persen yang ebih kecil, letakkan selisinya
pada sisi kanan atas
5. Kurangi persen yang lebih tinggi dengan persen yang diinginkan, letakkan selisinya
pada sisi kanan bawah
6. Hasil yang didapatkan akan menentukan dua kekuatan yang berbeda yang harus
dicampurkan untuk membentuk campuran dengan konsentrasi yang diinginkan
50% 15 bagian

35%

20% 15 bagian 20% / 30 bagian 35%


Dalam total 30 bagian larutan dekstrosa 35%, 15 bagian adalah larutan dekstosa
50% dan 15 bagian dekstrosa 20%. Apabila total 30 bagian setara dengan 750 ml,
maka diperlukan 375 ml larutan dekstrosa 50% dan 375 larutan dekstrosa 20%.
Molar, Molal, dan Konsentrasi Normal
Konsentrasi suatu bahan dapat dinyatakan daam molar, molal dan normal dengan
definisi sebagai berikut:
− Molaritas – Konsentrasi Molar (M), suatu larutan adaah jumlah mol dari zat terlarut
yang terkandung dalam 1 L larutan.
− Molalitas – Konsentrasi Molal (m), adalah jumlah mol dari zat terlarut yang
terkandung dalam satu kg pelarut.
− Normalitas – Konsentrasi normal (N), suatu arutan menanjukkan jumah
miliekuivalen(mEq) zat terlarut yang terkandung dalam 1 mL larutan atau jumlah
ekuivalen (Eq, gram-berat ekuivalen) zat terlarut dalam 1 L larutan. Ketika
menggunakan normalitas, apoteker harus mengaplikasikan prinsip kimia analisis
kuantitatif menggunakan berat molekul. Normaitas tergantung pada kapasitas
reaksi dari komposisi kimia dan dengan demikian reaksi kimia tersebut harus
diketehui. Untuk asam dan basa, kapasitas reaksinya adalah jumlah proton yang
ikut bereaksi atau jumlah sisi ikatan proton yang tersedia untuk tiap agregat moleku.
Untuk reaksi transport electron, kapasitas reaksinya adaah jumlah electron yang
didapat atau dilepaskan untuk tiap agregat molekul.
Misal:
Berapa banyak natrium bikarbonat yang diperlukan untuk menyiapkan 50 mL larutan
natrium bikarbonat 0,07 N ? (BM NaHCO3 = 84 g/ml)
Dalam reaksi asam basa NaHCO3 dapat berperan sebagai asam dengan
memberikan proton atau bertindak sebagai basa dengan menerima satu proton, satu
Eq NaHCO3 terdapat dalam setiap mol NaHCO3. Berat ekuivalen NaHCO3 adalah 84 g
(volume dalam L x Normaitas arutan yang setara dengan jumlah ekuivaen dalam arutan
).
Jumlah ekuivalen NaHCO3 yang dibutuhkan = (0,07 Eq/L) (30 mL/1000 mL) =
0,0035 ekuivaen. Berat ekuivalen adalah 84,0 g, sehingga 0,0035 ekuivalen setara
dengan 84,0 g/Eq x 0,0035 Eq = 0,294 g.
Miliekuivalen dan Milimol
Perhitungan miliekuivalen dan milimol diterapkan pada elektolit untuk perhitungan
dosis. Jumlah dari elektroit yang diberikan kepada pasien biasanya dinyatakan dalam
bentuk mEq. Istilah ini tidak dapat disamakan dengan istilah yang mirip yang digunakan
dalam analisis kimia kuantitatif seperti yang telah dibahas di atas. Suatu berat sepeti
mg atau g tidak sering digunakan untuk elektrolit karena sifat kelistrikan ion paling baik
dinyatakan sebagai mEq. Ekuivalen adalah berat badan ( berat ekuivalen) yang
menyediakan 1 unit muatan. Berat ekuivalen adalah berat dalam g, suatu atom atau
radikal dibagi valensi dari atom/radikal. Miliekuivalen adalah 1/1000 ekuivalen (Eq).
Karena ionisasi fosfat tergantung pada beberapa factor, konsentrasinya dinyatakan
dalam milimol, mol, atau miliosmol, seperti yang dijelaskan dibawah ini.
Misal:
1. Kalium (K+) mempunyai berat molekul 39,10 g/mol. Valensi dari K + adalah 1+.
Hitung berat miiekuivaennya.
Berat mEq = 39,10 g / 1 = 39,10 g
Berat mEq = 39,10 g / 1000 = 0,003910 g = 39,10 mg
2. Kalsium (Ca2+) mempunyai berat moleku 40,08. Hitung berat miiekuivaennya.
Berat mEq = 40,08 g / 2 = 20,04 g
Berat mEq = 20,04 g / 1000 = 0,02004 g = 30,04 mg
Berat ekuivalan campuran dapat ditentukan dengan membagi berat molekul dalam
gram dengan jumah valensi dari ion yang terkain dan jumlah berapa kali ion ini
terdapat dalam sutu moleku campuran.
3. Berapa banyak miliekuivaen ion kalium (K+) yang terdapat dalam 250 mg tablet
kalium penisilin V? [ berat molekul dari kalium penisilin V adalah 388,48 g/ mol.
Terdapat satu atom kalium dalam molekul, dan valensi K+ adalah 1.)
Berat Eq = 388,48 g/ 1 (valensi) x 1 (jumlah muatan) = 388,48 g.
Berat mEq = 388,48 g / 1000 = 0,38848 g = 388,48 mg
(250 mg per tablet) / 388,48 mg per mEq) = 0,644 mEq dari K + per tablet.
4. Berapa banyak ekuivalen ion magnesium dan ion sulfat yang terkandung dalam 2
mL injeksi magnesium sulfat 50% ? (berat moekul MgSO47H2O adalah 246,28 g/
mol).
Jumlah magnesium sulfat dalam 2 ml injeksi magnesium sulfat 50 %
50 𝑔 𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡
2mL injeksi = 1𝑔
100 𝑚𝑙 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖

Berat Eq MgSO47H2O = BM (g)/ (valensi ion spesifik) x (banyaknya ion tersebut


dalam 1 mol garam)
Untuk ion magnesium
Jumlah ekuivalen dihitung sebagai berikut :
- 246,48 / [2(valensi) x 1 (jumlah ion dalam senyawa)] = 123,24 g/ Eq dalam ion
magnesium
- Jumlah ekuivalen dalam 1 g adalah 1 g/ 12324 g/ Eq =0,008114 Eq

Jumlah mEq dapat dihitung sebagai berikut :


- Berat mEq = berat Eq (g) / 1000 = (123,24 g/ Eq) / 1000 = 0,12324
- Jumlah miiekuivalen ion magnesium dalam 1 g adalah 1 g/ 0,12324 g/mEq =
8,114 mEq.

Untuk ion sulfat:


Jumlah ekuivalen dihitung sebagai berikut:
- 246,48 / [2 (valensi) x 1 (jumlahion dalam senyawa)] = 123,24 g/ Eq dalan ion
sulfat
- Jumlah ekuivalen dal 1g adalah 1 g/ 123,24 g/ Eq = 0,008114 Eq
Jumlah mEq dapat dihitung sebagai berikut :
- Berat mEq = berat Eq (g)/ 1000 = (123,24 g/Eq)/ 1000 = 0,12324 g
- Jumlah miiekuivalen ion sulfat dalam 1 g adalah 1 g/ 0,12324 g/ mEq = 8,114
mEq.
5.Sebotol natrium klorida injeksi mengandung 3 mEq berisi natrium klorida per mL.
Berapa % kekuatan dari lautan ini ? (berat molekul dari natrium klorida adalah
58,44 g/ mol.
1 mEq =1 Eq/1000 = 58,44 g/1000 = 0,05844 g = 58,44 mg.
Jumlah natrium klorida dalam 3 mEq per mL = 58,44 mg per mEq x 3 mEq per ml
= 175,32 mg per ml
175,31 𝑚𝑔 17532𝑚𝑔 17,532 𝑔
= = = 17,5%
1 𝑚𝐿 100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙

Penggunaan mol dan mmol


Beberapa negara telah mengadopsi system suatu internasional dan tidak lagi
menghitung dosis yang mengguanak mEq seperti dijelaskan di atas, tetapi
menggunakan istilah mol dan mmol. Dalam USP-NF sistem satuan internasional
digunakan kecuali untuk pelabelan elektrolit.
Definisi:
Mol sama dengan satu gram bobot atom atau gram berat molekul suatu zat.
Sebuah mmol sama dengan 1/1000 dari mol.
Misal:
1. Kalium memiliki berat molekul 39,10. Hitung berat dalam mmol.
Berat satu mol adalah 39,10 g dan berat dalam mmol adalah 39,10 g / 1000 =
0,0391 atau 39,1 mg.
2. Mmol dari penisillin V yang berada dalam sebuah tabel yang berisi 250 mg
kalium penisillin V ? ( berat molekul dari kalium penisilin V adalah 388,48
g/mol).
Berat satu mol adalah 388,48 dan berat mmol adalah 388,38/ 1000 = 0,3488 g
atau 388,48 mg. sehingga ada 250 mg/ 388,48 mg/ mmol = 0,644 mmol dari
ion penisilin V per tablet.
Unit potensi
Beberapa obat dinyatakan jumlahnya melalui unit potensi aktifitas biologi. Misal:
1. Satu mg pancreatin mengandung tidak kurang dari 25 unit aktivitas amilase USP,
2,0 unit aktivitas lipase USp, dan 25 unit aktivitas protease USP. Bila pasien
mendapatkan 100 mg per hari, berapa aktivitas amilaseperhari yang digunakan ?
1 mg pancreatin setara dengan 25 unitaktivitas amilase USP, sehingga 100 mg
pancreatin setara dengan 100 x 25 unit aktivitas amilase USP = 2500 unit.
2. Dosis penzatin penisilin G untuk infeksi streptokokusadalah 12 juta unit
intramuskuler. Apabila produk tertentu mengandung 1180 unit per mg, berapa
banyak yang diperlukan?
1180 unit benzatin penisilin G terkandung dalam 1 mg ( 1 unit mengandung 1/1180
mg ), sehingga 1.200.000 unit terkandung dalam 1.200.000 x 1/1180 unit = 1017
mg.
BAB 9
PROSEDUR OPERASI STANDAR

emua prosedur yang dilakukan dalam proses compounding harus tercakup


dalam prosedur operasi standar dan terdokumtasikan dengan baik. Prosedur
operasi standar dikembangkan untuk fasilitas, personalia, proses, pengemasan
dan penyimpanan. Pembuatan prosedur operasi standar bertujuan menjamin semua
praktik compounding dan dispensing berjaan secara akurat, berkualitas, aman dan
tepat dari waktu ke waktu. Dokumentasi memungkinkan apoteker untuk melacak,
mengevaluasi dan mengulangi Langkah seluruh proses Kembali bia diperlukan.
Prosedur operasi standar juga meliputi pemeliharaan peralatan, yang harus
diperbaharui secara berkala.
Karena apotek memiliki perbedaan satu sama lain, maka tidak ada prosedur
operasi standar yang langsung, dapat digunakan seluruh apotek. Setiap apotek harus
merancang sendiri prosedur operasi standar sesuai kondisi masing-masing. Kegunaan
prosedur operasi standar adalah:
a. Pasien memperoleh pelayanan sesuai standar yang ditentukan.
b. Menjamin konsistensi pelayanan, sehingga level pelayanan yang ditetapkan dapat
dipertahankan sesuai praktik kefarmasian yang baik
c. Setiap personel mengetahui tanggung jawab masing-masing
d. Memungkinkan apoteker mendelegasikan beberapa tugas kepada staf
e. Alat bantu untuk pelatihan pegawai baru
f. Informasi tambahan pada waktu audit
9.2 PEMBUATAN PROSEDUR OPERASI STANDAR
Yang disebut sebagai prosedur adalah suatu pedoman yang menguraikan tahap demi
tahap bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan. Perumusan Prosedur Operasi
Standar meliputi 6 langkah yaitu:
1. Tujuan: menjelaskan tujuan Prosedur Operasi Standar
2. Ruang lingkup: menjelaskan Batasan daerah kerja yang masuk dalam Prosedur
Operasi Standar, agar tidak melebar kemana mana.
3. Langkah kerja atau prosedur: adalah deskripsi bagaimana tugas dilaksanakan.
Deskripsi ini harus jelas dan tidak menimbulkan tafsiran ganda
4. Penanggung jawab: siapa yang bertanggung jawab pada pelaksanaan prosedur
tersebut dan apakh staf yang bersangkutan sudah mendapat pelatihan yang sesuai
untuk melaksanakan prosedur tersebut dalam Prosedur Operasi Standar, termasuk
perencanaan bila yang bersangkutan absen atau ibur.
5. Informasi lain: misalnya keterangan bagaimana mengaudit Prosedur Operasi
Standar. Mengaudit proses akan membantu pemeliharaan standar dan
mengidentifikasi apa yang harus diperbaiki.
6. Evaluasi: menunjukkan bagaimana proses dimonitor untuk memastikan bahwa
Prosedur Operasi Standar masih tetap sesuai dan relevan.
Berikut ini adalah bebrapa contoh Prosedur Operasi Standar beberapa proses
dalam compounding dan dispensing.
Prosedur Operasi Standar :Penanganan Lembar Preskripsi
- Memastikan preskripsi yang tertulis memang benar untuk
pasien yang tertera dalam lembar perskripsi.
- memastikandispensing yang aman dan benar.
Tujuan - Memastikan data yang yang tertulis pada lembar preskripsi
sudah diisi dengan benar dan biaya sudah diselesaikan.
- Memastikan komunikasi yang efektif antara pasien dan
apoteker.
Ruang - Penerimaan lembar preskripsi yang dibawa pasien atau yang
lingkup mewakilinya.
- Menyapa pasien dengan ramah.
- Memeriksa nama dan alamat (tuliskan kembali bila kurang
Prosedur jelas).
kerja: - Memeriksa apakah data lembar perskripsi sudah terisi
dengan benar..
- Memeriksa umur atau tahun dan tanggal lahir, bila lembar
preskripsi untuk anak
- Memnyatakan penyelesaian biaya pada lembar preskripsi.
- Melihat apakah pasien atau yang mewakilinya menunggu
panggilan atau meminta ketemu dengan apoteker.
- Menyerahkan lembar preskripsi selanjutnya ke bagian
dispensing.
Penanggung Apoteker yang bertugas atau asisten apoteker
jawab
Secara berkala apoteker penanggung jawab apotek memeriksa
Informasi lain lembar resep yang telah selesai didispens dan telah diserahkan
pada pasien, untuk pengecekan ulang.
Setelah proses audit, mengadakan waktu untuk mengevaluasi
Evaluasi temuan dengan semua staf sehingga adanya kekurangan dapat
diperbaiki.

Prosedur Operasi Standar : Pemeriksaan Lembar Preskripsi


- Memastikan bahwa setiap lembar preskripsi sah dan aman
untuk pasien dan terstandar secara profesional
Tujuan
- Memastikanbahwa setiap item yang tersebut dilembar
preskripsi.
Ruang lingkup Lembar preskripsi yang diterima dari pasien.
Memeriksa lembar preskripsi meliputi:
- Detail pasien meliputi nama, alamat, umur dan berat badan.
- Detail penulis perskripsi, tanda tangan dan apakah penulis
preskripsi berhak untuk menuliskan yang tersebut dalam
Prosedur lembar preskripsi.
kerja: - Tanggal penulisan preskripsi masih relevan atau tidak.
- Detail terapeutik preskripsi, meliputi komposisi obat,
potensi, kesesuaian dosis dan jumlah yang diminta,
interaksi obat. Bila kurang jelas atau ragu-ragu, maka perlu
dikonfirmasi dengan penulis preskripsi.
- Detail kesesuaian farmasetik, meliputi kesesuaian bentuk
sediaan, kesesuaian jumlah yang disediakan.
- menetapkan ada tidaknya Problem Terkait Obat dan
membuat keputusan profesi (komunikasi dengan dokter,
merujuk pasien ke sarana kesehatan terkait dsb).
Penanggung
Apoteker yang bertugas
jawab
Semua interaksi obat harus dibahas dalam intervensi klinis
Informasi lain (ada form isisan tertulis) dan bila mungkin dituliskan pada
rekam medis pasien.
Mendiskusikan hasil audit dan melakukan perbaikan bila
Evaluasi
diperlukan

Prosedur Operasi Standar : Pembuatan Puyer


Tujuan Meracik puyer dengan baik dan benar sesuai dengan preskripsi
yang diminta
Ruang Lingkup Pembuatan puyer sesuai yang diminta pada preskripsi
Prosedur Kerja - Membaca preskripsi
- Mengecek ketersediaan obat pada lemari obat, jika obat tidak
tersedia dapat diganti dengan obat yang memiliki kandungan
yang sama dengan bertanya pada dokter dana tau pasien
dahulu
- Mengecek pemerian obat (misalnya boleh digerus atau tidak
boleh), interaksi antar obat, dan dosisi lazim pada literature.
- Menghitung dosis masing-masing obat dengan teliti sesuai
dengan umur atau berat pasien. Jika dosis yang dihitung
melebihi/kurang dari dosis lazim, maka berkonsultasi dengan
dokter yang bersangkutan.
- Mengecek kebersihan alat dispensing. Jika alat belum bersih,
melakukan pembersihan dengan protap pembersihan yang ada.
- Menimbang obat yang diminta sesuai dengan jumlah obat yang
ada pada preskripsi.
- Mencampur obat yang telah ditimbang dan menggerus hingga
homogen.
- Membagi serbuk dengan cara menimbang menjadi dua bagian,
kemudian membagi secara visual sesuai jumlah yang diminta.
- Membungkus puyer dangan baik dan benar.
- Masukkan pada botol kaca ataupun wadah plastik dan beri
etiket dengan benar.
Penanggung Apoteker penanggung jawab atau asisten apoteker
Jawab
Informasi lain Jumlah dan nama obat yang diambil untuk bahan baku puyer
dituliskan dalam lembar resep untuk mempermudah pemeriksaan
kembali
Evaluasi Mendiskusikan hasil evaluasi dan melakukan perbaikan bila
diperlukan.

Prosedur Operasi Standar: Pembuatan dan pemasangan etiket dan label


tambahan
- Membuat etikat dan label tambahan yang memenuhi
persyaratan keabsahan dan profesionalisme
- Meminimalkan resiko kesalahan karena pemilihan atau
pemasangan etiket dan label tambahan yang salah pada
Tujuan sediaan
- Dispensing item sediaan yang berstandar tinggidalam hal
ketelitian dan tampak luar
- Memastikan bahwa apa yang tercatat pada lembar
prekripsi sudah tercatat dengan benar dalam PMR
- Membuat dan menempelkan etiket dan label tambahan
Ruang Lingkup
pada obat atau sediaan tertulis dalam lempar preskripsi
- Melayani lembar preskripsi dilayani sesuai urutan
Prosedur Kerja:
- menggunakan Rekam Medik Pasien waktu menyiapkan
label, memeriksa apakah pasien sudah terdaftar atau
belum. bila belum, menyelesaikan proses registrasinya
dan memberitahukan pada pasien bahwa mulai saat ini,
pasien sudah teregistrasi masuk dalam sistem apotek
- memastkan bahwa nama, alamat dan tanggal tahun
kelahiran pasien cocok dengan catatan registrasi
- memeriksa bahwa dosis dan jumlah tetap sama dengan
yang digunakan sebelumnya, apabila obat pada
preskripsi adalah item yang sudah pernah didapatlkan
pasien sebelumnya (terlihat dari rekam medic pasien).
- membuat etiket dan label tambahan secara berut=rutan
sesuai dengan urutan di lembar preskripsi
- memeriksa kembali apakah t dan label tambahan secara
berut=rutan sesuai dengan urutan di lembar preskripsi
- memeriksa kembali apakah terdapat interaksi obat dalam
rekam medis pasien
- membaca kembali etiket dan label tambahan yang dibuat
dan diyakinkan bahwa kata/kalimat yang tertulis mudah
dimengerti oleh pasien
- mencetak etiket dan label bila diketik dengan computer
- memeriksa apakah harus disertai leaflet tertentu sebagai
informasi tambahan kepada pasien
Penanggung
Apoteker atau asisten dispensing
Jawab
Semua kesalahan pada tahap ini arus dicatat karena
kesalahan mungkin disebabkan oleh kesalahan proses yang
Informasi Lain dapat berefek pada yang lain (contoh penempatan dua
sediaan yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan yang
mirip yang saling berdekatan)
Mendiskusikan hasil evaluasi dan melakukan perbaikan bila
Evaluasi
diperlukan
Prosedur Operasi Standar: Pemeriksaan Akhir Obat Yang Diresepkan
- Mencegah terjadinya kesalahan dispensing
Tujuan - Mempertahankan pelayanan yang profesional kepada
pasien
- Pemeriksaan akhir obat sebelum diserahkan kepada
Ruang Lingkup
pasien atau yang mewakili.
Memriksa obat berurutan sesuai dengan urutan preskripsi
obat tersebut dalam lembar preskripsi yang bersangkutan,
meliputi :
1. Detail produk meliputi nama produk, jumlah,
Prosedur Kerja: kekuatan, dan tanggal kadaluarsa.
2. Etiket dan label meliputi identitas pasien, cara
pemakaian, label tambahan yang mudah
terbaca, tampak luar yang profesional, dan
paraf pemeriksa ada pada label.
Penanggung
Apoteker Dan staf yang ditugaskan untuk memeriksa
Jawab
- Semua kesalahan pada tahap ini harus dicatat pada
suatu “tabel kesalahan”, sehingga semua kesalahan
dapat di pantau.
Informasi Lain
- Audit dilakukan oleh apoteker yang ditunjuk.
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh seorang staf
yang berbeda dengan staf yang melakukan dispensing.
Mendiskusikan hasil evaluasi dan melakukan perbaikan bila
Evaluasi
diperlukan

Prosedur Operasi Standar: Pembersihan Area Dan Peralatan Compounding


- Memastikan area dan alat yang akan digunakan untuk
compounding telah dibersihkan dengan benar sesuai
Tujuan
prosedur.
- Memastikan bahwa preparasi obat yang akan diproses
tidak terkontaminasi dari preparasi sebelumnya (tidak
terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran produk)
- Meminimalkan risiko kesalahan yang dikarenakan tidak
bersihnya ruang serta alat yang akan digunakan untuk
peracikan.
Ruang Lingkup - Pembersihan area peracikan dan alat peracikan
1. Membersihkan permukaan lantai menggunakan ember
bersih, air bersih, dan deterjen pembersih lantai/
desinfektan.
2. Membuang air kotor di wastafel, bersihkan pel dan
baskom dan simpan ditempat yang ditentukan sehingga
mudah ditemukan.
3. Membersihkan material lantai, dinding, rak, dan residu
lainnya pada seluruh area compounding.
4. Membersihkan harus langsung dilaksanakan untuk
bahan yang berbahaya dengan cara menggunakan lap
basah bersih, lalu membersihkan dengan desinfektan
dan membersihkan sekali lagi dengan lap basah bersih
Prosedur Kerja: yang berbeda.
5. Membersihkan keseluruhan area compounding harus
setiap hari tetapi tidak pada saat proses compounding
sedang berlangsung.
6. Mengumpulkan dan membuang sampah setiap hari.
Prosedur pembersihan alat peracikan:
1. Menghilangkan dan membersihkan semua sisa material
yang masih terdapat pada peralatan compounding
dengan cara :
- Membersihkan material yang larut dalam air
dengan menggunakan aliran air panas atau
merendam dalam air panas hingga bersih.
- Membersihkan material yang tidak larut dalam air
dengan menggunakan tissue atau lap yang hanya
sekali pakai.
2. Membersihkan alat peracikan menggunakan deterjen dan
air panas untuk mencuci peralatan. Bila ada bahan residu
yang sulit dihilangkan atau meninggalkan bekas warna
pada alat terlebih dahulu mencuci dengan etanol,
kemudian mencuci dengan deterjen dan air panas.
3. Membilas peralatan sekali lagi dengan air panas untuk
menghilangkan sisa deterjen.
4. Menempatkan peralatan yang telah bersih pada rak
untuk proses pengeringan.
5. Menyimpan alat yang telah kering pada tempat
penyimpanan alat tersebut.
Penanggung
Asisten apoteker, pelaksana teknis bagian compounding
Jawab
Semua kesalahan pada tahap ini harus dicatat (contoh :
kesalahan dalam pemilihan obat karena tidak sesuai dengan
Informasi Lain
kondisi pasien akibat ada salah satu langkah pengujian yang
terlewat)
Hasil audit didiskusikan. Melakukan perbaikan-perbaikan
Evaluasi yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki kinerja pada
proses pembersihan.

Prosedur Operasi Standar: Penerimaan Dan Penyimpanan Barang


1. Memastikan obat yang diterima dan yang akan disimpan
kegudang adalah obat yang sudah sesuai dengan
Tujuan spesifikasi obat dalam faktur pemesanan.
2. Melakukan penyimpanan sesuai dengan spesifikasi
sediaan
Ruang Lingkup Penerimaan obat datang dan penyimpanan obat
Prosedur Kerja: 1. Menerima obat dari Pedagang Besar Farmasi
2. Memeriksa kesesuaian antara surat pesanan dengan
faktur dan obatnya (mencocokkan antara nama obat,
bentuk, dan jumlah sediaan, no batch dan tanggal
kadaluarsa)
3. Memeriksa kondisi obat (rusak, pecah, tersegel atau
tidak)
4. Mencatat obat yang datang pada data stok. Tanggal
kadaluarsa obat dicatat pada buku catatan kadaluarsa
yang terpisah.
5. Menandatangani faktur oleh apoteker/ asisten apoteker
dilengkapidengan nomer SIK/ SIA/ NIP serta dibubuhi
stempel apotek.
6. Mengambil faktur 1 lembar untuk arsip apotek.
7. Menyerahkan faktur pada bagian administrasi untuk
diedit di komputer.
8. Mencocokkan harga yang sudah ada dikomputer dengan
harga yang tertera pada fakrur baru, apakah ada
kenaikan atau tidak.
9. Memberi harga obat/ obat bebas dan meletakkan sesuai
dengan spesifikasinya.
10. Mencatat tambahan obat pada masing-masing kartu stok
obat.
11. Menyimpan obat berdasarkan bentuk sediaan dan efek
fakrmakologi yang disusun sesuai abjad dengan
menggunakan prinsip First Expired First Out.
a. Menyimpan obat keras sesuai dengan efek
farmakologi berdasarkan abjad.
b. Menyimpan obat generik berdasarkan abjad.
c. Menyimpan obat narkotik/ psikotropik di lemari
khusus
d. Menyimpan obat yang penyimpanannya harus
dibawah suhu kamar diemari pendingin.
Penanggung
Apoteker, asisten apoteker dan bagian administrasi
Jawab

Sistem penataan obat telah dirancang sebelumnya dengan


Informasi Lain
memperhatikan kemudahan pengambilan obat

Mendiskusikan hasil evaluasi dan melakukan perbaikan bila


Evaluasi
diperlukan
BAB 10
ETIKET, LABEL TAMBAHAN DAN
KEMASAN

10.1 ETIKET

F
ungsi etiket pada kemasan obat yang didispens adalah memberikan
identitas yang spesifik dan menjamin pasien mendapatkan informasi
yang jelas sehingga dapat menggunakan obat dengan tepat. Instruksi
penggunaan obat yang benar dan jelas, baik yang diberikan secara lisan maupun
tertulis, dapat menurunkan kejadian kesalahan pengobatan. Etiket dan label tambahan
harus mendapat perhatian khusus karena merupakan informasi yang akan dibaca dan
digunakan secara berulang oleh pasien. Berbeda dengan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang memiliki informasi tertulis lain dalam bentuk leaflet atau yang tertera
secara detail pada kemasan. Meskipun informasi telah diberikan secara lisan oleh
dokter atau apoteker, informasi tertulis pada wadah obat harus di pahami oleh pasien.
Akan tetapi, etiket dan label tambahan pada kemasan obat yang diresepkan
seringkali diabaikan, meskipun hal yang penting dalam penyampaian instruksi
penggunaan bagi pasien. Untuk itu, etiket dan label tambahan meskipun disajikan
dengan singkat harus memuat informasi yang perlu di perhatikan oleh pasien. Detail
yang harus terdapat pada etiket obat yang didispens meliputi : nama sediaan dan
jumlah, instruksi untuk pasien, nama pasien, tanggal dispensing, serta nama dan
alamat apotek.
Nama sediaan dan jumlah
Nama obat yang muncul pada label tambahan harus sama dengan yang
dituliskan pada preskripsi. Sediaan dapat diresepkan secara generik, tetapi bila yang
tersedia adalah obat dengan nama dagang, nama obat yang tercantum dalam
preskripsi tetap dituliskan. Hal tersebut agar pasien tidak menjadi bingung dengan
berbagai jenis nama obat. Kadang penulis preskripsi menginginkan agar nama obat
tidak dituliskan. Pada kasus tersebut, produk harus ditulis bentuk sediaannya, misal
tablet, salep, atau campuran. Perkecualian juga diberikan pada obat yang terdiri dari
banyak bahan obat, tetapi tidak memiliki nama umum. Untuk memudahkan penulisan,
gunakan nama bentuk sediaan salep, campuran, sirup, atau puyer.
Apabila sediaan terdiri dari lebih dari satu potensi, maka untuk mengidentifikasi
produk, potensi obat harus dituliskan. Secara umum, jumlah yang tertera pada label
tambahan merupakan jumlah yang tertulis pada preskripsi. Beberapa perkecualian
boleh dilakukan, misal pasien membeli obat dalam jumlah sebagian.
Intruksi pada pasien
Setelah membeli obat di apotek, pasien seharusnya sudah mengetahui cara
penggunaan obat dengan tepat. Meskipun etiket dan label tambahan dianggap sebagai
pendamping konseling yang dilakukan apoteker, merupakan hal penting untuk
menjamin penulisan yang jelas, singkat dan komprehensif bagi pasien. Perintah dokter
penulis preskripsi harus di terjemahkan dengan bentuk yang tepat. Intruksi sebaiknya
ditulis dalam bentuk kalimat aktif dibandingkan kalimat pasif, karena lebih mudah di
ingat oleh pasien. Misal: oleskan pada luka (aktif) vs di oleskan pada luka (pasif).
Nama pasien
Nama pasien merupakan hal mutlak yang harus dituliskan pada etiket. Apabila
memungkinkan, status pasien juga dituliskan untuk membedakan secara tegas dari
anggota keluarga yang lain yang mungkin memiliki nama yang sama, misal : Ny.
Suprapto, Tn. Suprapto, An. Bagas, Bayi Dinda.
Tanggal dispensing, nama dan alamat apotek
Tanggal dispensing, nama dan alamat apotek harus dicantumkan pada etiket
untuk memudahkan apabila harus dilakukan pengecekan kembali. Apabila etiket
dituliskan dengan komputer, biasanya tanggal resep sudah tertulis secara otomatis.
Secara umum, desain etiket seharusnya bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman pasien mengenai bagaimana obat digunakan, sehingga tidak menonjolkan
logo atau nama apotek. Ukuran huruf yang digunakan sebaiknya mudah dibaca,
terutama untuk pasien lanjut usia, tanpa harus menggunakan perbesaran. Label
tambahan memuat peringatan yang harus di perhatikan oleh pasien. Kriteria lain adalah
mudah dibaca. Apabila informasi terlalu panjang, dapat dipisahkan pada label
tambahan lain. Informasi harus singkat tapi mudah dimengerti, informasi yang terlalu
panjang tidak akan dibaca oleh pasien. Label tambahan juga memuat antara lain cara
penyimpanan dan waktu kadaluarsa. Secara umum, standar penulisan etiket disajikan
pada tabel 10.1.
Tabel 10.1 Standar penulisan etiket

No Standar penulisan etiket Keterangan

Menggunakan teks yang Instruksi pendosisan atau penggunaan harus


1. eksplisit untuk menjelaskan secara jelas memisahkan dosis dengan interval
dosis/ interval dan memberikan frekuensi penggunaan obat
secara eksplisit (misal: Dua tablet diminum
pada pagi hari dan dua tablet diminum pada
malam hari vs dua tablet diminum dua kali
sehari). Instruksi dosis/ penggunaan harus
terstandar oleh apoteker untuk menghindari
variasi frekuensi dosis.
2 Penggunaan jadwal yang Jadwal pengobatan yang umum dapat
umum untuk penggunaan membantu pasien mengidentifikasi dan
obat mendukung teks pendosisan atau instruksi
penggunaan (misal rentang waktu yang umum
untuk meminum obat: sarapan, makan siang,
makan malam, sebelum tidur)
3 Penataan etiket berorientasi Informasi yang mengarah pada pasien harus
pada kebiasaan pasien ditata sedemikian rupa agar pasien mengerti
intruksi pengobatan. Materi instruksi
pengobatan untuk pasien misalnya diletakkan
pada bagian atas etiket, sedangkan materi
penyedia layanan diletakkan pada bagian
bawah label tambahan. Nama obat dan
instruksi dosis spesifik diletakkan pada bagian
yang paling mudah dibaca.
4 Etiket pada sisi depan dan Etiket pada wadah sediaan harus memiliki dua
label tambahan pada sisi sisi, bagian depan (etiket untuk informasi
belakang utama) dan bagian belakang (label tambahan).
Etiket untuk informasi utama memuat nama
obat, dosis, instruksi, penggunaan, nama
pasien, jumlah dan informasi mengenai apotek
meliputi nama / logo apotek, nomor telpon
apotek. Label tambahan pada bagian belakang
harus memuat semua peringatan penting dan
ikon atau pesan instruksi.
5 Apabila memungkinkan, Kadang status dan kerahasiaan pasien dapat
tuliskan indikasi membatasi penulisan indikasi, tetapi beberapa
penggunaan penelitian menunjukkan penulisan indikasi juga
dapat membantu kepatuhan pasien
6 Sederhanakan bahasa yang Hindari penggunaan istilah atau jargon medis.
digunakan, jangan Gunakan istilah umum dan kalimat yang mudah
menggunakan jargon atau dipahami pasien.
istilah medis
7 Perbaiki jenis dan ukuran Sebaiknya menggunakan jenis Arial dengan
huruf (bila diketik dengan ukuran font 12 untuk nama pasien, nama obat
komputer) dan indikasi obat. Hindari penggunaan huruf
besar pada seluruh kalimat, gunakan pada
awal kalimat saja.
8 Bila memungkinkan, Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan
gunakan angka angka disamping penggunaan teks (misal 2 vs
dibandingkan dengan huruf dua) membantu pasien memahami instruksi
dengan cepat
9 Gunakan cetak tebal dan Cetak tebal dan highlight untuk informasi bagi
highlight hanya informasi pasien. Cetak tebal untuk instruksi
untuk pasien penggunaan, highlight untuk nama obat dan
dosis.
10 Gunakan hanya teks Hindari penggunaan teks vertikal karena pasien
horisontal harus memutar kemasan terlebih dahulu
sebelum membaca. Gunakan hanya teks
horisontal.
11 Gunakan ikon standar untuk Penggunaan satu ikon standar atau ikon
penandaan dan penataan tunggal untuk tanda bagi pasien bahwa
label tambahan untuk terdapat peringatan untuk obat yang
peringatan diresepkan. Label tambahan untuk peringatan
juga menggunakan ukuran font 12

10. 2 LABEL TAMBAHAN


Semua sediaan hasil dispensing suatu preskripsi harus diberi label tambahan sebelum
sediaan diserahkan ke pasien. Ketepatan label tambahan sangat penting, karena berisi
informasi yang diperlukan pasien tentang penggunaan obat. Walaupun apoteker atau
praktisi perawatan kesehatan yang lain dapat memberikan konsultasi secara lisan pada
waktu menyerahkan sediaan ke pasien, tetapi pasien tidak dapat mengingat seluruh
informasi yang diberikan secara lisan. Jadi label tambahan dapat berfungsi sebagai
pengingat pasien tenyang obat yang diterimanya. Tabel 10.2 memuat contoh label
tambahan beserta penggunaanya.
Tabel 10.2 Label tambahan yang dicantumkan pada kemasan
Label Tambahan Kegunaan
Hanya untuk penggunaan luar Untuk produk yang digunakan diluar tubuh dan
berbahaya bila ditelan, misal sediaan gel, krim, lotion,
bedak tabur, dan salep
Hindari paparan sinar matahari Untuk obat yang menimbukan gejala reaksi fotosensitif
seperti tetrasiklin, sulfonamida, griseofulvin, asam
nalidiksat, tiazid, dan fenotiazin
Obat menyebabkan Untuk obat dengan efek samping mengantuk sehingga
mengantuk. Sebaiknya tidak mempengaruhi kemampuan mengendarai dan
mengendarai kendaraan mengoperasikan mesin
bermotor atau mengoperasikan
mesin
Diminum satu jam sebelum Untuk obat yang terganggu absorbsinya bila diminum
makan setelah makan
Diminum setelah makan Beberapa obat dapat menyebabkan iritasi saluran cerna
dan bebrapa obat yang diabsorpsi lebih baik setelah
makan
Penyimpanan
Formulasi tertentu memerlukan penyimpanan khusus dan harus dicantumkan pada
label tambahan. misal: sediaan transdermal harus disimpan pada suhu sejuk.
Peringatan untuk pasien
Label tambahan yang biasa ditambahkan sebagai peringatan antara lain: kocok dahulu,
obat luar, jangan ditelan, menyebabkan kantuk hindari mengendarai kendaraan
bermotor atau menjalankan mesin, jangan digunakan bersama susu, menyebabkan
urine berwarna dan lain sebagainya.
Beyond use date
Tanggal kadarluasa yang dituliskan oleh industri terkait dengan penyimpanan yang
ideal titik akan tetapi, sediaan yang dispensing akan mengalami perubahan tanggal
kadarluasa. Gunakan kata yang mudah dipahami pasien, seperti gunakan sebelum
tanggal..........."
10.3 PENEMPATAN DAN LABEL TAMBAHAN
Etiket dan label tambahan suatu sediaan harus ditempelkan pada tempat yang tepat
dan memuat informasi yang benar titik berikut ini harus diperhatikan pada pembuatan
etiket dan label tambahan:
1. Letak harus sesuai, yaitu:
- Pada botol obat: ditempelkan di sebelah muka botol, 1/3 dari leher botol (1/3 dari
atas )
- Pada karton: label tambahan ditempelkan pada bagian terluar dari karton, kalau
tidak cukup boleh melingkari karton
- Pada wadah salep harus dapat terlihat atau terbaca waktu wadah salep ditutup
atau waktu tutup dipasang titik pasien dapat membuka tutup tanpa merusak label
tambahan. Etiket dan label tambahan terpasang rata dan tidak terlipat.
2. Bersih
Jangan memasukkan sediaan ke dalam wadah yang sudah ter tanpa label
tambahan titik jadi tempelkan etiket dan label tambahan sesudah sediaan di dalam
wadah.
3. Terjamin bahwa etiket dan label tambahan tidak lepas dari wadah selama di tangan
pasien.adanya label tambahan yang lepas atau tidak menempel dengan benar
disebabkan oleh wadah (luar botol) yang kotor.
Contoh etiket:
Apotek “sumber waras” Apotek “sumber waras”
Jl. Nusa indah 16 XYZ Telp. 076523421 Jl. Nusa indah 16 XYZ Telp. 076523421
APA: Dinda Setya, S.Si.,apt SIK 732/13 APA: Dinda Setya, S.Si.,apt SIK 732/13

No. R/ Tgl 00-00-00 No. R/ Tgl 00-00-00

Bapak Indra Lesmana Anak Sinta


Pagi hari 1 tablet Oleskan pada luka

Metformin 500 mg 30 tablet Larutan povidon iodine 15ml


Gunakan sebelum 00-00-00 Gunakan sebelum 00-00-00

(paraf) (paraf)
etiket warna biru
10.4 KEMASAN
Formulasi sediaan harus dikemas dalam wadah yang sesuai dan dapat melindungi
sediaan sejak proses pembuatan hingga digunakan oleh pasien. Selama masa itu,
wadah harus da,pat menjamin kualitas, keamanan dan stabilitas obat dan melindungi
terhadap pengaruh fisika kimia biologi dan cuaca
Wadah yang ideal harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Dapat melindungi isi terhadap guncangan selama penanganan dan transportasi.
2. Mudah dan nyaman digunakan.
3. Mudah dibuka dan ditutup, termasuk untuk pasien lanjut usia.
4. Bersifat inner, bahan wadah tidak bereaksi dengan obat.
5. Paham pengrusakan (tamper resistant) dan tidak mudah diakses anak-anak (child
resistant).
6. Melindungi bahan obat dari kemungkinan penguapan (misal: metil salisilat), cahaya,
kontaminasi mikroba udara, kelembaban dan suhu ekstrem.
Kemasan primer dan sekunder
Kemasan primer bersentuhan langsung dengan produk sedangkan kemasan sekunder
tidak bersentuhan langsung dengan produk.
Kemasan primer dibedakan menjadi dua:
- Kemasan dosis tunggal mengemas produk yang ditunjukkan untuk penggunaan
tunggal, sebagai contoh sampul gelas tetes mata sekali pakai.
- Kemasan dosis ganda mengemas sejumlah obat yang akan digunakan dalam 2
dosis atau lebih. Sebagai contoh kapsul yang dikemas dalam botol.
Bahan pengemas
Gelas
Gelas merupakan bahan yang digunakan secara luas sebagai pengemas obat.
Karakteristik gelas adalah tahan udara dan lembab udara, memungkinkan pemeriksaan
isi dengan mudah, dapat diwarnai untuk melindungi dari cahaya, mudah dibersihkan
dan tersedia dalam berbagai bentuk titik akan tetapi gelas juga memiliki keterbatasan
yaitu mudah pecah, beberapa jenis dapat melepaskan alkali harga relatif mahal
dibandingkan plastik dan meningkatkan biaya pengiriman.
Berdasarkan farmakope Indonesia IV, terdapat empat jenis gelas sebagai
berikut (tabel 10.3):
Tabel 10.3 jenis gelas untuk sediaan farmasi
Jenis gelas keterangan

Gelas tipe I Untuk ampul dan vial


Gelas tipe II Untuk perawatan mata dan botol penetes
Gelas tipe III Untuk botol berskala
Gelas tipe IV Geuntuk sediaan padat, cair dan semi solid

Plastik
Plastik digunakan secara luas sebagai kemasan primer.Secara umum terdapat dua
kelas plastik yang digunakan dalam kemasan sediaan farmasi, yaitu thermoset dan
Thermoplastic. Thermoset digunakan untuk membuat sekrup untuk wadah kaca dan
logam.polimer termoplastik digunakan secara luas untuk kemasan sediaan farmasi,
sebagai contoh polietilen densitas tinggi untuk wadah sediaan padat, polietilena
densitas rendah untuk botol tetes mata yang fleksibel, polistiren untuk kemasan krim
dan minyak.
Keuntungan plastik sebagai pengemasan adalah:
- Fleksibel
- Tidak mudah patah
- Mudah dibentuk
- Dapat disegel dengan pemanasan
- Murah.
Sedangkan keterbatasan plastik adalah:
- Tidak selalu innert seperti gelas tipe 1
- Mudah ditembus gas dan uap
- Memiliki muatan elektrostatik yang akan mengikat partikel
- Bahan tambahan dalam kemasan plastik dapat terlepas ke dalam sediaan.

Kertas
Kertas digunakan secara luas dalam pengemasan, terutama kemasan sekunder kertas
digunakan sebagai pengemas primer pada serbuk bagi atau puyer.
BAGIAN 2
BAB 11
SERBUK BAGI DAN SERBUK TABUR

11.1 DEFINISI

S
erbuk adalah partikel halus yang diperoleh dari partikel kering yang dihaluskan.
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral
atau pemakaian luar. Ukuran partikel serbuk berkisar antara 0,1µ - 10.000µ. sedangkan
granul adalah bentuk sediaan yang terdiri dari partikel yang berkisar ukuran mesh no. 4
hingga 10. Granul diperoleh dengan membasahi campuran serbuk kemudian
dilewatkan ayakan atau granulator kemudian dikeringkan di udara atau dengan oven.
Serbuk dan granul bukan hanya merupakan suatu bentuk sediaan, tetapi juga
merupakan bahan dasar untuk bentuk sediaan lain.
11.2 MACAM SEDIAAN SERBUK
1. Serbuk yang ditujukan untuk penggunaan oral, antara lain serbuk bagi (Puyer).
Serbuk ini diperoleh dengan menempatkan sejumlah tertentu serbuk pada masing-
masing kertas bungkus. Serbuk ini cocok untuk pasien bayi, anak-anak dan lanjut
usia karena mudah digunakan. Serbuk bagi dapat dicampurkan dengan makanan
atau minuman.
2. Serbuk topikal, yaitu serbuk yang ditaburkan pada permukaan kulit. Serbuk topikal
memiliki persyaratan meliputi ukuran partikel sangat halus agar tidak mengiritasi
kulit, mudah mengalir, dan mudah melekat dikulit
3. Serbuk insuflasi, yaitu serbuk halus untuk dimasukkan dalam lubang gigi,
tenggorokan dan sebagainya.
11.3 PEMBUATAN SERBUK SECARA UMUM
Langkah-langkah dalam pembuatan serbuk secara umum sebagai berikut:
Memperkecil ukuran partikel
Dapat digunakan 3 metode:
− Metode penggerusan: dengan menggunakan mortir-stamper, atau secara mekanik
dengan ball mill, grinders, atau coffee mill.
− Metode levigasi: menghaluskan serbuk dengan bahan yang bukan pelarutnya,
seperti pada pembuatan salep / suspensi.
− Metode intevensi: memperkecil ukuran dengan pertolongan bahan kedua yang
mudah dipisahkan. Biasanya bahan yang mudah menguap, misal: camphor akan
menggumpal bila digerus sehingga dilarutkan dalam eter atau alkohol, asal salisislat
berbentuk kristal jarum, untuk memperkecil ukuran partikel dapat dilarutkan dalam
alkohol.
Hal yang harus diperhatikan pada proses memperkecil ukuran partikel:
- Cara yang dipilih tergantung dari sifat bahan, misalnya metode triturasi digunakan
untuk bahan-bahan yang keras dan getas, metode intervensi digunakan untuk
bahan-bahan yang menggumpal / lekat apabila digerus.
- Untuk bahan-bahan yang sangat poten / obat keras dan zat warna digerus dalam
mortir dan stamper yang tidak berpori (mortir gelas) agar serbuk tidak masuk
kedalam pori-pori mortir dan stamper sehingga kadarnya berkurang atau memberi
warna pada bahan lain yang akan digerus dalam mortir tersebut.
- Serbuk topikal sesudah digerus umumnya diayak dengan nomor pengayak tertentu.
Mencampur (mixing)
Proses pencampuran disebut pencampuran geometris atau doubling up technique
dengan cara sebagai berikut:
- Timbang bahan yang jumlahnya lebih sedikit (serbuk A), masukkan kedalam mortar
- Timbang bahan yang jumlahnya lebih besar (serbuk B), letakkan pada kertas yang
telah diberi label
- Tambahkan serbuk B kedalam mortir sejumlah serbuk A yang ada dimortir, gerus
hingga tercampur rata
- Tambahkan kembali serbuk B lagi sejumlah campuran serbuk A dan B yang ada
dimortir, aduk hingga rata. Lakukan berulang hingga serbuk B habis.
Proses pencampuran dapat dilakukan dengan mortir-stamper, botol, kantung
plastik, dan pengayak
Beberapa tips untuk memproduksi ukuran partikel dan pencampuran
− Penggiling kopi dapat untuk memproduksi ukuran partikel serbuk dalam jumlah
sedikit
− Mencampur serbuk dengan ukuran partikel dan densitas yang sama dapat dilakukan
dengan kantung plastik, dapat mengurangi jumlah serbuk yang berterbangan di
sekitar
− Gunakan masker debu apabila serbuk yang dicampur ringan dan berterbangan
− Serbuk yang sangat ringan dapat didapatkan dengan penambahan beberapa tetes
alkoho, air atau parafincair pada waktu digerus
− Untuk menaikkan kemampuan mengalir serbuk pada waktu digerus dapat
ditambahkan magnesium stearat dengan jumlah kurang dari 1% dari jumlah berat
total serbuk
− Untuk serbuk-serbuk yang sukar digerus karena adanya daya elektrostatik
tambahkan natrium lauril sulfat dengan berat kurang dari 1% berat total serbuk.
11.4 SERBUK BAGI
Kelebihan dari keterbatasan serbuk bagi
Kelebihan:
- Lebih stabil dibanding sedian likuid
- Dosis akurat
- Mudah digunakan, dapat dicampur dengan makanan-minuman
- Ukuran partikel kecil.
Keterbatasan:
- Sukar ditelan
- Rasa yang tidak enak sukar tertutupi
Komposisi serbuk bagi:
- Bahan aktif
- Pengisi, umumnya laktosa
- Zat warna, untuk mengetahui homogenitas
11.5 METODE UMUM PEMBUATAN SERBUK BAGI
1. Untuk kemudahan mengemas dan membawa, maka berat serbuk dalam kertas
pembungkus umumnya ±200 – 250mg.
2. Hitunglah serbuk yang harus ditimbang sesuai dengan preskripsi dokter
3. Campurkan bahan aktif dengan pembawa dengan metode pengenceran geometris
(umumnya pembawa yang digunakan adalah laktosa kecuali bila pasien mengalami
intoleransi laktosa).
4. Ingatlah untuk selalu bekerja dengan peralatan yang telah dibersihkan
5. Siapkan kertas pembungkus sejumlah yang diperlukan, umumnya yang digunakan
adalah kertas perkamen dengan ukuran 10 x 10 cm. lipat bagian ujungnya sekitar
1.25cm, lakukan untuk seluruh kertas pembungkus.
6. Letakkan kertas pembungkus pada meca peracikan yang datar, dengan bagian
yang telah terlipat diletakkan di sisi yang jauh dari peracik, dan masing-masing
lipatan sedikit bertumpang tindih.
7. Menempatkan sejumlah spesifik serbuk pada bagian tengah masing-masing kertas
pembungkus, dengan cara:
a. Menimbang masing-masing berat yang diperlukan, merupakan cara yang paling
akurat.
b. Secara visual, suatu bagian serbuk dipindahkan pada masing-masing kertas
pembungkus. Jumlah masing-masing serbuk pada kertas sedapat mungkin
sama, ditentukan secara visual. Pembagian serbuk secara visual maksimal
adalah 10 bungkus, lebih dari 10 bungkus serbuk dibagi dua terlebih dahulu
dengan penimbangan.
c. Metode blocking and dividing. Metode ini membagi serbuk sama rata dengan
cara membentuk serbuk menjadi persegi dengan kedalaman tertentu. Kemudian
dengan bantuan spatula dibagi menjadi sejumlah yang diinginkan. Kemudian
masing-masing serbuk yang telah dibagi dipindahkan pada kertas pembungkus.
d. Dengan alat penaka. Beberapa alat penakar yang umum digunakan adalah
sendok, mangkuk kecil dan pembagi serbuk mekanis. Beberapa peralatan
berguna terutama bila harus membagi serbuk dalam jumlah besar.
Pembagian secara visual tidak boleh dilakukan apabila serbuk bagi membutuhkan
dosis yang akurat ( missal pada bahan aktif beruba bahan dengan dosis sangat kecil
atau dosis lebih besar dari 80% dosis maksimal). Pembagian serbuak dengan
bahan aktif seperti tersebut diatas dilakukan dengan penimbangan satu-persatu.
8. Pembungkusan serbuk dengan cara tradisional sebagai berikut ( Gambar 11.1 ) :
A. Lipat salah satu sisi kertas sekitar 0,5 cm
B. Lipat bagian bawa kertas ke atas hingga mencapai bagian yang telas terlipat
sebelumnya
C. Lipat ujung atas tersebut ke bagian bawa hingga menutup sekitar dua pertiga
lebar kertas. Usahakan agar serbuk tetap berada dibagian tengah kertas.
D. Lipat sisi kanan dan kiri, kemudian selipkan satu sisi ke sisi yang lain. Periksa
ukuran bungkus harus sama. Masukkan dalam kemasan, beri label pada bagian
luar kemasan sehingga tidak akan rusak bila pasien membuka kemasan.

Gambar 11.1Cara melipat bungkus serbuk bagi


Cara lain yang lebih cepat adalah dengan menempatkan serbuk yang telah
dibagi dalam kantong kertas yang dapat direkatkan dengan panas, dengan
menggunakan alat seperti pada gambar 11.2

Gambar 11.2 alat pembungkus serbuk bagi


Kertas pembungkus serbuk yang dapat digunakan adalah kertas biasa putih,
kertas glasin, kertas lilin dan dan pembungkus lain yang sesuai titik kertas berlapis lilin
biasanya untuk bahan yang hidroskopis dan delikuesen karena tahan air dan tepinya
dapat direkatkan dengan pemanasan titik pembungkus dibuat rangkap untuk serbuk
higroskopis dan serbuk berisi minyak atsiri.
11.6 SERBUK TABUR
Serbuk tabur, dengan atau tanpa bahan obat, seringkali digunakan pada kulit. Serbuk
tabur mengandung suatu atau lebih serbuk halus yang dapat diberikan dalam bentuk
dosis tunggal atau dosis ganda titik serbuk tabur digunakan pada berbagai kondisi kulit
misalnya untuk mengurangi gesekan dan iritasi kulit. Seng oksida ditambahkan untuk
mengabsorpsi lembab dan talk digunakan sebagai pelincir, talk, kaolin, dan bahan
mineral alami lainnya cenderung terkontaminasi dengan close tridium tetani, C.
Perfringens dan bacillus anthrachis. Bahan tersebut harus disterilkan dengan panas
kering (oven). Serbuk tabur harus disterilkan apabila serbuk tersebut akan digunakan
pada kulit terbuka atau terluka dengan luas area besar. Serbuk tabur tidak boleh
digunakan pada kondisi luka dimana kulit mengeluarkan eksudat karena akan
membentuk gumpalan yang mengeras titik untuk mendapatkan serbuk tabur yang
halus, masing-masing serbuk maupun serbuk akhir diayak sesuai ketentuan farmakope
titik cara pembuatan serbuk tabur, secara umum sama dengan serbuk bagi, dengan
menggunakan metode doubling up. Dalam proses pembuatan, seringkali jumlah bahan
ditambahkan 5-10% untuk mengantisipasi sejumlah serbuk yang hilang, dalam proses
pembuatan.
Kelebihan dan keterbatasan serbuk tabur
Kelebihan:
- Mudah digunakan
- Nyaman pada penggunaan
- Mengabsorpsi kelembaban kulit sehingga menurunkan gesekan pada kulit,
menurunkan pertumbuhan bakteri dan memberi rasa dingin.
Keterbatasan:
- Dapat menutup pori-pori kulit sehingga menyebabkan iritasi
- Kemungkinan terkontaminasi
- Serbuk halus dapat terhirup bayi sehingga menyebabkan kesulitan bernapas
- Tidak cocok untuk penggunaan pada luka terbuka.
Komposisi serbuk tabur:
- Bahan aktif
- Pelekat, misalnya Zn stearat, lanolin, adeps lanae
- Pelicin/pendispersi. Zn stearat Komang amilum, talk
- Absorbent: bentonit, kaolin, talk, amilum.
11.7 KONTROL KUALITAS
Serbuk bagi diperiksa berat masing-masing dan dibandingkan dengan berat teoritis.
serbuk yang diperiksa bisa seluruhnya apabila mengandung obat dengan
dosismendekati takaran maksimal, atau dilakukan penimbangan sampel serbuk bagi.
Serbuk tabur diperiksa berat akhir setelah proses pembuatan dan siap
dimasukkan dalam wadah. berat yang didapatkan harus sesuai dengan yang diminta.
pengujian lain adalah warna, ukuran partikel, kemampuan mengalir dan bebas
endapan.
11.8 PENYIMPANAN DAN PELABELAN
Serbuk harus disimpan dalam tempat kering, terlindung dari cahaya tergantung dari
bahan aktif yang terkandung.
11.9 STABILITAS
Karena serbuk bersifat kering, biasanya stabil selamat terlindung dari lembab dan
panas titik serbuk yang dibuat dari produk industri (misale dari kapsul atau tablet)
memiliki beyond use date 25% dari tanggal kadaluarsa yang tertera atau 6 bulan mana
yang lebih cepat. Apabila terbuat dari bahan serbuk obat asli, memiliki beyond use it
that 6 bulan.
11.10 KONSELING PASIEN
Untuk serbuk oral, pasien harus tahu apakah serbuk boleh dicampur kan dengan
minuman/makanan atau tidak, panas atau dingin. Selain itu perlu diingatkan bahwa 1
dosis terbagi harus dihabiskan dalam sekali minum
Untuk serbuk tabur, pasien harus diberitahu berapa banyak serbuk yang harus
ditaburkan, apakah dengan penggosokan atau tidak. Kulit harus dalam kondisi kering
atau boleh dalam keadaan berkeringat.
11.11 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: serbuk bagi
Anda menerima preskripsi dokter berikut ini
Dokter Vita Arsanti
SIP xxx
Jl. Venus 700 ABC telp xxx

ABC, 00-00-00
R/ Codein fosfat 10 mg
Laktosa q.s
m.f.pulv.dtd No.X
s.t.dd pulv I
pro: Tn Marzuki (53 tahun)

1. Indikasi
Kodein fosfat digunakan untuk pengobatan rasa sakit, diare dan sebagai penekan
batuk.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Dosis lazim codein fosfat adalah 30-60 mg setiap 4 jam jam dengan maksimum 240
mg/sehari. Jadine sediaan aman dan sesuai untuk yang bersangkutan.
3. Perhitungan
Pembawa yang diminta adalah laktosa, tanpa penambahan pengawet dan pemberi
aroma, sehingga formula untuk preskripsi diatas adalah:
1 Bungkus 10 Bungkus
Codein Fosfat 10 Mg 100 Mg
Lactosa 190 Mg 1900 Mg
4. Cara pembuatan
- Timbang codein fosfat 100 mg
- Pindahkan ke mortir
- Timbang laktosa 1900 mg
- Tambahkan laktosa dengan teknik pencampuran geometris. Tambahkan sedikit
pewarna untuk mengetahui homogenitas.
- Bagi dan bungkus sebagai serbuk bagi,
- Hitung ulang apakah jumlah serbuk bagi sesuai yang diminta kemudiab
masukkan wadah
- Pemberian etiket dan label.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol bermulut lebar berwarna coklat atau kotak kardus
Etiket : warna putih ( untuk obat dalam )
No. 46 ABC. 00-00-00

Tn. Marzuki
Bila perlu satu bungkus

Puyer obat batuk: 10 bungkus


Gunakan sebelum tanggal: 00-00-00
Label :
- Dapat menyebabkan rasa kantuk jangan mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin, hindari minuman beralkohol
- Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
- Hindarkan dari jangkauan anak-anak
6. Konseling pada pasien
- Pasien dapat melarutkan serbuk dalam segelas air bila perlu
- Serbuk bagi disimpan pada tempat yang kering, dan terhindar dari cahaya
matahari langsung.
Contoh 2: serbuk tabur
Anda mendapatkan preskripsi dokter berikut ini :
Dokter Hendarto Arbi
SIP. xxxx
JL. Anggrek. 888 XYZ Telp. Xxxx

XYZ,00-00-000

R/ Menthol 0,1
Camphora 0,2
Zn. strearat 0,8
Talc . ad 2,0
s.u.e
Pro : Anak Arsanti ( 5 tahun )

1. Indikasi : Serbuk tabur antiiritan


2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan:
Sediaan yang tertulis di preskripsi adalah formula serbuk tabur yang aman
digunakan untuk anak-anak
3. Perhitungan bahan :
Formula Preskripsi 20 g
Menthol 0,1 g
Camphora 0,2 g
Zn. strearat 0,8 g
Talk 18,9 g ( 20-1,1-0,2-0,8 g )
4. Cara pembuatan
- Menthol dan camphor masing – masing di gerus ( dengan cara intervensi )
secara terpisah dengan sbb:
- Masukkan mentol ke mortir. Mentol ditambah etanol 95% yang mudah menguap
sampai tepat larut, tambahkan talk ( talk diayak terlebih dahulu dengan no. 120)
secukupnya sampai kering.
- Lakukan hal tersebut diatas pada camphor ( dilarutkan dalam alkohol 95%
hingga tepat larut, kemudian dikeringkan dengan talk secukupnya ) dalam mortir
lain.
- Campurkan keduanya
- Tambahkan sisa talk dengan metode goemetris, aduk hingga rata.
- Tambahkan Zn. stearat ( yang sudah diayak dengan no.120 ) sambil diaduk
hingga homogen
- Masukkan wadah sediaan.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: botol plastik dengan tutup yang berlubang, untuk memudahkan
penaburan serbuk.
Label:
a. Etiket warna biru untuk pemakaian luar
No. 31 XYZ, 00-00-000

An. Arsanti
Untuk pemakain luar
etiket warna biru
Bedak tabur
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
b. Label tambahan:
- Untuk pemakaian luar
- Simpan di tempat yang kering
- Jangan dipakai di tempat luka terbuka
6. Konseling pada pasien
Serbuk tabur ditaburkan pada daerah yang di kehendaki secara merata tidak terlalu
tebal
- tanggal sediaan tidak boleh dipergunakan lagi ( BUD )
- sediaan hanya untuk pemakaian luar
- simpan ditempat yang kering.
BAB 12
KAPSUL

12.1 DEFINISI

K
apsul adalah bentuk sediaan padat di mana bahan obat dan atau bahan inert
dimasukkan dalam cangkang kecil gelatin. Terdapat 2 tipe cangkang kapsul
yaitu gelatin keras, kapsul gelatin lunak.
- Kapsul gelatin keras dapat dirancang untuk melepaskan obatnya dengan cepat atau
di rancang melepaskan obatnya dalam waktu tertentu
- Kapsul gelatin lunak : menghasilkan pelepasan standar.
12.2 PENYIAPAN KAPSUL
Bahan obat untuk kapsul dapat berasal dari bahan serbuk murni, tablet, kapsul dan
bahkan dari bahan cair. Obat atau bahan serbuk obat biasanya digunakan dalam
bentuk aslinya. Bila bahan berasal dari tablet, harus digerus dahulu sebelum dicampur
dengan serbuk kapsul yang lain dan hanya tablet dengan pelepasan standar yang
dapat digunakan sebagai bahan obat untuk kapsul. Tablet dengan pelepasan
dikendalikan atai dimodifikasi tidak boleh digunakan. Apabila obat berasal dari kapsul ,
kapsul harus dipotong jadi dua atau dipecah dalam mortir keudian serbuk dipisahkan
dari cangkang kapsul dengan cara diayak.
Bahan yang berasal dari zat cair dapat diuapkan sampai kering, atau dikeringkan
dengan absorben sebelum dicampur dengan dengan campuran serbuk yang lain untuk
dimasukkan kedalam kapsul.
Cangkang kapsul kosong dibuat dari gelatin, gula dan air. Kapsul keras dapat
jernih, tidak berwarna, dan tidak berasa. Kapsul keras dapat diwarnai dengan pewrana
untuk makanan, obat dan kosmetika serta dibuat buram melalui penambahan bahan
seperti titanium oksida. Sebagian besar kapsul obat yang bersedia secara komersial
mengandung bahan pewarna dan pemburam untuk membuat perbedaan dan
mempermudah identifikasi produk. Beberapa kapsul memiliki warna badan dan tutup
kapsul yang berbeda.
Gelatin diperoleh melalui hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh dari
kulit, jaringan penghubung putih, dan tulang binatang. Cangkang kapsul gelatin keras
diproduksi dalam dua bagian, bagian tubuh kapsul dan tutup yang pendek.
Ukuran kapsul keras
Terdapat 8 ukuran kapsul yang berbeda yang umumnya digunakan untuk pengobatan
manusia, dengan ukuran terkecil no. 5 dan terbesar no. 000. Akan tertapi, beberapa
pasien akan mengalami kesulitan untuk menelan kapsul dengan ukuran 00-000. Nomer
yang tercantum adalah harga nomer urutan saja, jadi tidak menunjukkan kapasitas dari
kapsul. Kapasitas kapsul ditentukan oleh densitas dan sifat karakteristik dari bahan
yang diisikan. Nomer kapsul hanya menunjukkan volume relatif masing-masing kapsul.
Sedangkan kapsul untuk veteriner beukuran 10, 11, 12. Umumnya kapsul dapat
digunakan dengan kapasitas 65-1000 mg sebuk.
Tabel 12.1 Ukuran dan kapasitas kapsul untuk manusia
Ukuran kapsul Kapaitas (ml)
5 0,12
4 0,21
3 0,30
2 0,37
1 0,50
0 0,67
00 0.95
000 1,36
Kapsul yang terpilih sebaiknya sedikit lebih besar dibandingkan serbuk obat karena
akan ditambahkan pengisi hingga kapsul penuh. Apabila volume serbuk bahan aktif dan
pengisi terlalu besar, dapat dibagi menjadi dua kapsul kecil agar mudah ditelan.
12.3 PENGISIAN KAPSUL GELATIN KERAS
Pengisian kapsul gelatin keras pada skala kecil atau skala besar terbagi menjadi
beberapa langkah umum berikut ini.
1. Pengembangan formula dan pemilihan ukuran kapsul
2. Pengisian cangkang kapsul
3. Perekatan kapsul ( bila diperlukan )
4. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah diisi
12.4 PENGEMBANGAN FORMULA DAN PEMILIHAN UKURAN KAPSUL
Secara umum, formula kapsul untuk skala kecil terdiri dari bahan aktif dan pengisi
(umumnya laktosa atau amilum). Bahan aktif dapat berasal dari bahan baku asli tau
bentuk sediaan lain seperti tablet atau kapsul.
Pemilihan ukuran kapsul dapat dilakukan dengan beberapa metode :
1. Aturan tujuh ( Rule of seven )
2. Aturan enam ( Rule of six )
3. Persen kompresibilitas
4. Persen volume yang ditempati serbuk
Aturan tujuh ( Rule of seven )
Untuk memilih cangkang kapsul dapat menggunakan “ aturan tujuh “. Aturan tujuh
meliputi 3 tahap yang mudah :
1. Konversi berat serbuk setiap kapsul menjadi garins ( 1 grain=0,065 gram)
2. Kurangi 7 dengan berat serbuk dalam grain
3. Pasangkan hasil pengurangan tersebut dengan daftar berikut
Bila hasil pengurangan Pemilihan nomer kapsul
-3 000
-2 00
- 1 atau 0 0
+1 1
+2 2
+3 3
+4 4
+5 5
Sebagai contoh, berat serbuk per kapsul adalah 325 mg ( 5 grains ), kemudian 7–
5 = 2, sehingga ukuran kapsul terpilih adalah 2.
Aturan enam ( Rule of six )
Aturan enam dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Tulislah angka 6 6 6 6 6 6 6
sebanyak 6 kali
- Tulislah nomer kapsul 0 1 2 3 4 5
- Kurangkan enam 6 5 4 3 2 1
dengan nomer kapsul
untuk menetukan
berat rata-rata dalam
grain
- Ubah berat rata-rata 0,390 0,325 0,260 0,195 0,061 0,065
menjadi gram ( 1 grain
= 0,065 g )
- Tentukan volume isi 0,67 0,50 0,3 0,30 0,28 0,12
kapsul dalam ml
- Hitung densitas rata- 0,558 0,65 0,70 0,65 0,65 0,54
rata kapsul ( langkah 4
dibagi langkah 5 )
Persen Kompresibilitas
Menentukan persen kompresibilitas campuran serbuk dilakukan dengan
membandingkan berat jenis nyata ( bulk density ) dan berat jenis mampat ( tapped
density ) suatu campuran serbuk. Berat jenis nyata ditentukan dengan melakukan
penimbangan terhadap serbuk dengan volume 1000mL. Bila suatu serbuk dengan
volume 100mL memiliki berat 75 g, maka berat jenis nyata adalah 75g/100mL =
0,75g/mL. Berat jenis mampat ditentukan dengan cara sebagai berikut: gelas ukur yang
berisi serbuk dengan volume 100mL diketuk 100 hingga 200 kali sehingga volume
serbuk akan turun hingga volume tertentu. Apabila volume setelah diketuk adalah 85mL
maka berat jenis mampat adalah 75g/85mL = 0,88g/mL. Perbedaan antara berat jenis
nyata dengan berat jenis mampat digunakan untuk menentukan perkiraan
kompresibilitas campuran serbuk dengan persamaan : 1-( berat jenis nyata / berat jenis
mampat ) x 100%. Dalam kasus serbuk contoh di atas, persen kompresibilitas yang
diperoleh adalah 14,8%. Informasi ini dapat digunakan memperkirakan jumlah serbuk
yang dapat dimasukkan cangkang kapsul. Apabila persen kompresibiltas semakin
serbuk yang dimasukkan dalam kapsul dapat ditambah.
Persen volume yang ditempati serbuk
Contoh sediaan kapsul dalam preskripsi berikut ini :
R/ Morfin sulfat 10 mg
Dekstrometrorfan 30 mg
Laktosa
Mf caps dtd no X
Berat kapsul yang telah
Berat obat setiap diisi bahan A/B = % Obat
Kapsul ( A ) obat ( B )
Berat total 40 mg ( terdiri Dibuat 5 kapsul 40/250 x 100% = 16%
dari morfin sulfat 10 mg percobaan masing –
dekstrometorfan HBr 30 masing memiliki berat
mg ) 250 mg, 225 mg, 250 mg,
275 mg, 250 mg,
sehingga berat rata – rata
adalah 250 mg
Persen berat obat dalam kapsul adalah 16 %, sehingga persen berat kapsul
yang tidak berisi bahan obat adalah 84 %. Bila diketahui berat kapsul rata - rata yang
berisi obat dan laktosa adalah 250mg, maka jumlah laktosa yang diperlukan untuk
masing-masing kapsul adalah 84% x 250 mg = 210mg.
12.5 PENGISIAN CANGKANG KAPSUL
Ada 2 metode untuk pengisian cangkang kapsul yaitu pengisian manual dengan tangan
pengisian dengan mesin.
Pengisian dengan tangan
− Tentukan berat campuran serbuk sesuai kapasitas kapsul yang akan digunakan.
− Campuran serbuk diratakan pada papan menggunakan spatula dengan tebal kira-
kira 1/3 dari panjang badan kapsul.
− Tangan tidak boleh menyentuh serbuk ketika mengisi kapsul. Sebaiknya
menggunakan sarung tangan untuk meminimalkan kontak dengan serbuk dan
mencegah sidik jari menempel pada cangkang kapsul.
− Serbuk diisikan ke dalam badan kapsul tersebut hingga penuh. Timbang berat
kapsul setelah diisi. Untuk mendapatkan berat yang diinginkan (misal 250mg),
serbuk dapat ditambahkan atau dikurangkan dari kapsul.
− Dengan metode ini, kapsul yang telah diisi harus selalu ditimbang satu per satu
hingga mencapai berat yang diinginkan. Beberapa serbuk karena sifat-sifatnya
sukar untuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Hal ini diatur dengan cara
mendorong serbuk ke dalam cangkang kapsul dengan spatula dengan
kapsul direbahkan. Harus dijaga agar kapsul tidak rusak.
− Metode lain yang dapat digunakan membagi serbuk secara visual seperti ketika
membagi serbuk bagi. Setelah terbagi pada masing-masing dosis, selanjutnya
serbuk dimasukkan dalam kapsul.
Pengisian dengan mesin
Mesin ini dapat digunakan untuk membuat sejumlah kecil dengan mengisi lubang yang
telah diisi dengan cangkang kosong terbuka dengan posisi menghadap ke atas.Serbuk
diratakan hingga masuk ke dalam cangkang kapsul dengan bantuan plastik yang keras
atau spatel plastic, seperti disajikan pada gambar 12.1.Metode ini dapat mengisi
sekaligus 50, 100 atau 300 kapsul dalam satu waktu. Pengisian dengan mesin
memerlukan formula tertentu.

Gambar 12.1 Pengisi kapsul skala kecil


Preparasi serbuk untuk kapsul
− Timbang masing-masing komponen, sebaiknya penimbangan dilebihkan 1 kapsul
atau 5-10% dari bahan serbuk penyusun kapsul
− Ukuran partikel bahan padat diperkecil dengan cara penggerusan hingga seragam.
Bahan diayak lewat pengayak No. 10-100 tergantung dari sifat bahan obat.
− Serbuk dicampur secara geometris untuk memastikan bahwa bahan aktif terdispersi
sempurna dalam campuran. Apabila serbuk ringan, sukar dicampur teteskan
beberapa tetes alkohol, air atau minyak mineral.
− Preparasi bahan semi solid dalam kapsul ada 2 cara: yaitu membentuk pipa atau
menuangkan leburan bahan kedalam cangkang kapsul. Bahan yang cukup plastis
dibentuk pipa dengan diameter lebih kecil dari pada diameter kapsul Kemudian
dipotong dengan spatula atau pisau dengan panjang sesuai dengan berat yang
diperlukan untuk 1 kapsul. Potongan- potongan tersebut diberi taburan pati jagung,
masukkan masing-masing kedalam kapsul.
− Apabila bahan semi solid tersebut terlalu lembek padatkan dengan pati jagung atau
bahan lain yang cocok di mana jumlah yang ditambahkan ditentukan secara empiris.
− Apabila bahan semi solid terlalu padat untuk dibuat pipa te- tapi mempunyai titik
lebur yang masih dalam range yang dapat diterima dapat dilebur sampai cair
kemudian dituangkan ke cangkang kapsul. Setelah kapsul membeku dapat
dipindahkan ke kapsul yang lain. Cara peleburan ini dapat digunakan
untuk memperbaiki bioavaibilitas obat, umumnya bahan yang mempunyai kelarutan
yang kecil dan mempunyai problem pada bioavailabilitas. Dalam hal ini dapat
ditambahkan pada bahan yang melebur misalnya poli etilen glikol (PEG). Caranya
dengan melebur campuran PEG dengan obat dan diaduk
rata sampai obat terbagi rata dalam PEG. Dinginkan sampai tepat diatas titik lebur
PEG, tuangkan ke kapsul, jumlah yang dikehendaki dapat diukur dengan pipet atau
penetes yang telah terkalibrasi.

Preparasi bahan baku berbentuk liquid


− Cairan yang dimasukkan dalam kapsul tidak boleh melarutkan cangkang gelatin.
Metoda ini dapat untuk larutan dengan pelarut minyak lemak dan minyak menguap
karena gelatin tidak larut dalam bahan-bahan tersebut.
− Kapsul yang berisi bahan cair memerlukan cara penutup kapsul dengan cara
membasahi ujung badan kapsul dengan air atau larutan gelatin hangat disekeliling
lubang, tutupkan tutup kapsul, putar sehingga terbentuk segel untuk mencegah
kebocoran.
− Pengujian kebocoran dilakukan dengan cara meletakkan kapsul pada kertas. Kapsul
yang bocor menyebabkan cairan dalam kapsul merembes keluar.
12.6 MEMBERSIHKAN CANGKANG KAPSUL
Cangkang kapsul harus dibersihkan dari lembab udara atau minyak karena lembab
udara menyebabkan serbuk merekat pada permukaan, menyebabkan penampilan
kapsul tidak enak dipandang dan memberi rasa yang tidak enak. Penggunaan sarung
tangan membantu menjaga kapsul tetap kering dan berkilau. Apabila sarung tangan
tidak tersedia, sebelum mengisi kapsul, tangan harus dicuci bersih kemudian
dikeringkan dengan lap bersih. Pengisian kapsul menggunakan tangan tanpa sarung
tangan tidak boleh lebih dari empat atau lima kapsul. Lebih dari itu maka
prosedur pencucian tangan diulang kembali.
Serbuk yang menempel pada cangkang dapat dibersihkan dalam lipatan kain,
atau dikocok dalam kain yang dibentuk kantong. Cara lain adalah mengocok kapsul
pada wadah yang berisi natrium bikarbonat, gula atau garam. Wadah diputar secara
perlahan, kemudian dituang pada ayakan dengan nomer mesh 10, yang akan
melewatkan garam dan menahan kapsul. Kapsul yang terlanjur buram tidak dapat
dibersihkan.
12.7 KONTROL KUALITAS
Pengisian kapsul menjadi akurat apabila dilakukan penimbangan satu per satu.Apabila
jumlah kapsul yang dibuat sangat banyak dapat diambil sampel yang mewakili. Kontrol
kualitas dapat dilakukan dengan penimbangan satu per satu dan menimbang
kelompok yang lain sejumlah 10 kapsul. Penimbangan 10 kapsul secara langsung
disarankan karena kapsul kosong dapat memiliki berat yang bervariasi hingga 15%.
Meskipun 15% tampaknya sangat besar akan tetapi cangkang kapsul memiliki berat
yang ringan Dan merupakan jumlah yang kecil dibandingkan total berat kapsul yang
terisi.
12.8 KEMASAN DAN PENYIMPANAN
Kapsul gelatin (cangkang) yang kosong disimpan pada temperature kamar pada
kelembaban yang konstan.Kelembaban yang tinggi. menyebabkan kapsul melunak,
sedangkan kelembaban yang rendah menyebabkan kapsul menjadi kering dan retak.
Sebaiknya kapsul disimpan dalam wadah gelas yang dapat melindungi terhadap
kelembaban yang ekstrem dan dari debu. Penyimpanan kapsul berisi obat tergantung
dari sifat-sifat obatnya misalnya kapsul gelatin berisi semi solid disimpan jauh dari
panas yang berlebihan yang dapat menyebabkan meleleh atau melunak.
12.9 STABILITAS
Kapsul dapat digolongkan dalam sediaan obat yang kering, walaupun berisi zat cair
tetapi tidak mengandung air. Dengan alasan ini kapsul merupakan sediaan yang stabil
apabila terhindar dari lembab dan panas. Sediaan kapsul tersebut mempunyai beyond
used date 25% dari sisa expiration date produk atau 6 bulan, mana yang lebih cepat
yang digunakan sebagai BUD. Apabila sediaan terbuat dari bahan-bahan berstandart
USP/NF, BUD sediaan tersebut adalah 6 bulan, kecuali apabila ada bukti yang
mendukung.
12.10 KONSELING
Kapsul dengan ukuran 5 sampai 0 biasanya mudah ditelan.Tetapi banyak pasien yang
mengalami kesukaran pada waktu menelan kapsul dengan nomor 00 dan 000. Pasien
disarankan meletakkan kapsul pada pangkal lidah (lidah bagian belakang) sebelum
minum, atau letakkan kapsul pada air panas beberapa detik akan membuat
kapsul mudah meluncur pada membran mukosa. Alternatif lain adalah mengganti
dengan kapsul yang lebih kecil atau dengan sediaan diubah menjadi sediaan cair.
12.11 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: Kapsul dengan bahan obat berbentuk padat
Anda mendapatkan preskripsi dokter berikut ini
Dokter Adelia
SIP xxx
Jl. Palapa 14 ABC
ABC, 00-00-00
R/ Dekstrometorfan 30 mg
Laktosa
Mf caps dtd no X
S.t.d.d caps I

Pro: Nn. Anida, 22 tahun


1. Indikasi
Dekstrometorfan adalah penekan batuk atau antitusif.Efek anti batuk dapat bertahan
5-6 jam setelah penggunaan peroral. Diberikan pada penderita batuk tidak
berdahak.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari. Jadi dosis aman untuk
pasien yang bersangkutan.
3. Perhitungan
− Kapsul yang tersedia adalah nomer 1, sehingga berat serbuk yang diinginkan
adalah 390 mg (perhitungan dengan "aturan tujuh")
− Berat laktosa yang ditambahkan untuk satu kapsul adalah 390-30 mg = 360 mg
− Berat dekstrometofan keseluruhan adalah 10 x 30 mg = 300 mg
− Berat laktosa keseluruhan adalah 10 x 360 mg = 3600 mg
4. Cara pembuatan
a. Timbang dengan teliti dekstrometorfan HBr dan laktosa sesuai dengan
perhitungan.
b. Masing-masing bahan digerus agar ukuran partikel sama.
c. Serbuk dibuat berbentuk bujur sangkar pada kertas perkamen di mana tinggi
serbuk sekitar 1/3 badan kapsul.
d. Masukkan campuran serbuk pada kapsul no 1
e. Periksa berat masing-masing kapsul.
f. Kemas dalam wadah sediaan dan beri label.
Cara lain: campuran serbuk dibagi menjadi 10 bagian dengan pengamatan visual,
kemudian masing-masing bagian dima- sukkan dalam kapsul.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: botol gelas 30 ml berwarna cokelat dengan mulut lebar
untuk mempermudah pengambilan kapsul.
a. Etiket: warna putih
No. 142 XYZ, 00-00-00
Nn. Anida
Dua kali sehari satu kapsul
Kapsul obat batuk: 10 kapsul

Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00


b. Label tambahan:
− Simpan ditempat yang kering.
− Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
6. Konseling pasien
Kapsul diminum dua kali sehari, pagi dan sore.Kapsul menyebabkan mengantuk,
sehingga sebaiknya tidak menjalankan kendaraan bermotor.Kapsul harus disimpan
pada tempat yang sejuk dan terhindar dari kelembaban.
Contoh 2: kapsul dengan bahan obat berbentuk cair
Dokter Prasetyo Adi
SIP YYYIZZ
JI. Belimbing 100 CDE

CDE, 00-00-00
R/ Micronized progesterone 1
Minyak kacang ad 3 ml
mf.caps. no X
S.mane. 1 caps

Pro: Ny. Tuti


1. Indikasi
Micronized progesteron adalah hormon yang digunakan untuk gangguan hormonal
pada wanita.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Pemakaian per oral dalam rentang 100 hingga 200 mg satu hari pada malam hari.
Jadi dosis aman untuk pasien yang bersangkutan.
3. Perhitungan
- Kapsul yang tersedia adalah kapsul nomer 1.
- Micronized Progesteron ditimbang sebanyak 1 gram.
- Minyak kacang diukur sebanyak 3 ml.
4. Cara pembuatan
- Hitung berat masing-masing komponen untuk preskripsi tersebut diatas.
- Timbang dengan teliti progesteron 1 g.
- Campur progesteron dengan ± 2 ml minyak kacang sedikit demi sedikit sampai
larut.
- Tambahkan sisa minyak kacang untuk membuat 3 ml Dan campur sampai
homogen. Dengan menggunakan mikropipet, masukkan ke dalam kapsul
masing-masing 0,3 ml pada kapsul kosong no. 1.
- Rekatkan kapsul dengan menggunakan larutan gelatin.
- Keluarkan kapsul yang telah terisi dari mesin.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: botol kaca warna cokelat yang tertutup rapat danbermulut lebar untuk
mempermudah pengambilankapsul. Tambahkan silika gel untuk menjaga stabilitas
kapsul.
Label : tidak boleh diulang tanpa resep dokter.
a. Etiket: warna putih

No. 65 XYZ, 00-00-00


Ny. Tuti
Pagi hari satu kapsul
Kapsul racikan: 10 kapsul
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00

b. Label tambahan:
− Simpan ditempat yang kering.
− Harus diulang dengan resep dokter.
6. Konseling pasien
Kapsul diminum satu kali sehari pada pagi hari. Kapsul harus disimpan ditempat
yang sejuk Dan terhindar dari kelembaban.
BAB 13
LARUTAN

13.1 DEFINISI

L
arutan adalah sediaan cairan homogen berisi satu atau lebih obat terlarut
dalam pembawa sehingga dosis yang sama dapat terjadi tanpa harus
mengocok terlebih dahulu. Inilah keuntungan larutan dibandingkan
dengan suspense. Larutan oral ditujukan untuk penggunaan oral, dapat mengandung
satu atau lebih bahan obat, dengan atau tanpa pemberi aroma, pemanis dan pewarna
yang larut dalam air atau campuran air-kosolven.
Larutan oral memiliki keuntungan mudah ditelan. Teristimewa untuk pasien yang
sukar menelan sediaan padat (anak-anak, lanjut usia, perawatan intensif dan pasien
psikiatri). Juga dapat digunakan untuk individu yang memerlukan dosis khusus.
Pembawa yang umum digunakan adalah air karena tidak toksis, tidak
mengiritasi, tidak berasa, relatif murah dan banyak obat yang larut dalam air. Apabila
obat tidak larut dalam air, dapat diatasi dengan formulasi yang menggunakan
pembawa air dicampur dengan pelarut lain. Cara pembuatan larutan sangat sederhana
sehingga dapat disiapkan dengan cepat.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih untuk bahan obat yang tidak dapat
larut dalam air saja tetapi larut dalam campuran alkohol-air. Eliksir dapat mengandung
pelarut yang berbeda sebagai system kosolven, sebagai contoh air, alcohol, gliserin,
sorbitol, propilen glikol, dan polietilen glikol 400.
Air aromatik dapat digunakan untuk tujuan eksternal dan internal. Air aromatik
jernih, larutan air yang jenuh dengan minyak menguap dan bahan aromatic atau bahan
menguap lainnya.
Larutan topikal biasanya merupakan larutan berair tetapi dapat mengandung
sistem kosolven seperti berbagai alcohol atau pelarut organik lain.
13.2 KOMPOSISI
Komposisi larutan dapat bervariasi mulai yang sederhana hingga kompleks. Pemilihan
bahan pembawa, tujuan penggunaan, dan karakteristik pasien akan mempengaruhi
komposisi larutan. Larutan oral biasanya mengandung bahan aktif, dengan atau tanpa
sistem kosolven, pemberi aroma, pemanis, pewarna, pengawet, dapar, antioksidan dan
bahan lain. Bahan obat umumnya mudah terdegradasi dalam larutan air. Penambahan
dapar, pengawet, antioksidan dapat mencegah terjadinya degradasi. Pemberi aroma
dan pemanis dapat membuat rasa dan bau obat menjadi lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan penerimaan pasien.
pH
pH merupakan hal penting dalam formulasi produk obat, khususnya karena pH
mempengaruhi kelarutan, aktivitas, absorbsi, sorbsi, stabilitas dan kenyamanan pasien.
Aktivitas obat terkait dengan pH karena mempengaruhi tingkat ionisasi obat. Stabilitas
obat, dalam banyak kasus tergantung langsung pada pH lingkungan. Sorbsi obat dapat
terjadi pada berbagai eksipien dan kemasan, tergantung pada jenis, ionisasi yang dapat
mengalami sorbsi pada bahan.
Pembawa
Pembawa yang digunakan untuk larutan oral meliputi air, etanol, gliserin, sirup dan
berbagai campuran bahan tersebut. Untuk larutan topikal, jenis pembawa yang
digunakan lebih bervariasi seperti aseton, isopropanol, propilen glikol, polietilen glikol,
berbagai minyak, dan berbagai polimer.
13.3 KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SEDIAAN LARUTAN
Kelebihan :
- Cepat diabsorbsi
- Dosis fleksibel
- Dapat ditujukan untuk berbagai rute pemberian
- Tidak perlu mengocok wadah
- Mudah ditelan.
Keterbatasan :
- Stabilitas obat dalam larutan sering berkurang dalam penyimpanan
- Beberapa obat sukar larut
- Rasa tidak enak sukar tertutup
- Kemasan larutan umumnya besar dan sukar dibawa-bawa
- Perlu alat penakaran dosis.
13.4 CARA PEMBUATAN SECARA UMUM :
1. Tulis formula dari preskripsi ataupun dari formula officinalis
2. Hitung jumlah yang diperlukan untuk setiap komponen
3. Tulis semua bagian pada lembar kerja sediaan
4. Buat label yang sesuai
5. Timbang semua bahan obat
6. Identifikasi bahan-bahan yang larut dan hitung berapa ml pembawa yang diperlukan
untuk melarutkan obat tersebut. Apabila lebih dari satu yang harus dilarutkan,
larutkan satu persatu, sesuai dengan kelarutan masing-masing, yang kelarutannya
terkecil dilarutkan terakhir gunakan gelas beker untuk melarutkan.
7. Proses melarutkan dapat dilakukan pada gelas beker atau mortar, tergantung pada
karakteristik bahan obat.
8. Transfer sejumlah pembawa pada gelas beker
9. Aduk sampai Larut
10. Bila sudah larut pindahkan ke gelas ukur untuk menambah pembawa hingga yang
Diinginkan
11. Bilas gelas beker, masukkan gelas ukur. Gelas beker dibilas berkali-kali
12. Tambahkan bahan cair yang lain
13. Tambahkan pembawa hingga dengan yang diminta
14. Pindahkan ke wadah beri label.

Keypoint:
1. Pada waktu melarutkan, larutan harus diaduk pelan-pelan dan teratur mencegah terperangkapnya
udara yang dapat mengakibatkan berbusa
2. Penggunaan pengaduk otomatis, akan memberikan hasil yang homogen
3. Pengadukan terus menerus pada waktu melarutkan obat sangat penting untuk mencegah adanya
konsentrasi tinggi setempat, yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas dengan obat lain
4. Viskositas komponen yang tinggi ditambahkan pada komponen dengan viskositas yang lebih
rendah
5. Larutkan dahulu garam-garam dalam sejumlah air sedikit sampai terlarut seluruhnya sebelum
ditambahkan elemen solven yang lain
6. Pada larutan yang kompleks, komponen organic dilarutkan pada pelarut alkoholik dan komponen
yang larut dalam air dilarutkan pada pelarut air.
7. Apabila harus dicampurkan larutan dalam air kedalam larutan alkoholik, tambahkan larutan dalam
air kedalam larutan alkoholik dengan pengadukan untuk menjaga agar konsentrasi alcohol tetap
setinggi mungkin. Bila kebalikannya dapat terjadi pemisahan komponen yang sudah larut.

13.5 KONTROL KUALITAS


Kontrol kualitas untuk sediaan larutan meliputi pemeriksaan volume akhir, penampilan,
bau, kejernihan, dan pH. Produk tidak boleh keluar dari spesifikasi yang telah di
tetapkan.
13.6 KEMASAN
Larutan biasanya dikemas dalam wadah plastic atau kaca. Cairan oral dan topical dapat
dikemas dalam botol semprot atau botol tetes. Beberapa larutan harus terlindung dari
sinar matahari.
13.7 PENYIMPANAN DAN LABEL
Sediaan larutan dapat disimoan dalam suhu kamar atau lemari es, tergantung
karakteristik bahan aktif. Apabila larutan jenuh disimpan dalam lemari es, dapat terjadi
pengendapan. Dalam beberapa kasus, endapan dapat melarut kembali ketika larutan
kembali pada suhu kamar. Apabila tidak, larutan harus dihangatkan terlebih dahulu.
Label harus mengandung instruksi untuk penggunaan eksternal atau internal,
kondisi penyimpanan yang sesuai, dan tanggal kadaluarsa. Untuk beberapa larutan
(yang mengandung minyak atsiri atau sirup kadar tinggi) harus diberi label kocok
dahulu.
13.8 STABILITAS
Stabilitas fisika yang diamati pada sediaan larutan adalah kejernihan, ada tidaknya
endapan, pertumbuhan jamur/bakteri, baud an volume. Larutan juga peka terhadap
degradasi kimia, khususnya bila pembawa air yang digunakan. Perhatian lebih terutama
bila digunakan bahan obat yang mudah terdegradasi pada pelarut air.
Beyond used date untuk formulasi yang mengandung air, yang disimpan pada
suhu dingin, tidak lebih dari 14 hari untuk produk yang dibuat dari bahan dalam bentuk
padat.
13.9 KONSELING PASIEN
Pasien harus diinstruksikan bagaimana mengukur dosis sediaan cair dan bagaimana
menggunakannya. Pasien juga harus diberitahu untuk mengocok terlebih dahulu (bila
diperlukan), menutup rapat wadah, dan menyimpan pada suhu yang sesuai. Pasien
juga harus mengetahui bagaimana tanda ketidakstabilan sediaan.
13.10 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: Larutan untuk obat luar
Anda mendapatkan preskripsi dokter berikut ini:

Dokter Chandra KIrana


SIP 227/X/05
Jl. Melati 10 ABC

ABC, 00-00-000
R/ Kalium Permanganat sol 0,2% 100 ml
m.f solution
s.u.e

Pro : An. Nindy (10 tahun)

1. Indikasi
Larutan kalium permanganate digunakansecara topical untuk membersihkan luka.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Biasanya digunakan sebagai larutan dengan kekuatan 1 dalam 10.000 (British
National Formulary 51st), sehingga kalium permanganate 0,2% harus diencerkan 20
kali.
3. Perhitungan
Kalium permanganate 0,2% berarti 0,2 gram kalium permanganate dilarutkan dalm
100 ml air.
4. Cara pembuatan
a. Kalium permanganate larut 1 dalam 16 air dingin dan mudah larut dalam air
mendidih.
b. Kalium permanganate adalah bahan pengoksidasi, oleh karena itu terdapat
resiko letupan. Untuk mencegah hal tersebut, didihkan air murni dan didinginkan
terlebih dahulu.
c. Kalium permanganate ditimbang 200 mg
d. Ambil 20 ml air murni yang telah dididihkan dan didinginkan.
e. Masukkan kalium permanganate dalam beker gelas (kalium permanganate
mudah tertinggal dalam pori mortar porselen sehingga digunakan wadah gelas),
dan aduk dalam air.
f. Masukkan gelas ukur 100 ml
g. Bilas beker gelas dengan air murni yang telah dididihkan dan didinginkan
h. Tambahkan air murni yang telah dididhkan dan didinginkan ke dalam gelas ukur
hingga 100 ml.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol gelas 100 ml berwarna cokelat yang tertutup rapat.
Label : untuk pemakaian luar
a. Etiket : warna biru
No. 042 XYZ, 00-00-00
An. Nindy
Untuk pemakaian luar

Larutan Kalium Permanganat untuk membilas luka


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
Etket warna biru
b. Label tambahan:
Encerkan 1 takaran (gelas) larutan kalium permanganate dengan menambahkan
air sebanyak 19 takaran. Gunakan dengan penutup luka.
6. Konseling pasien
Pasien diminta untuk mengencerkan larutan dengan cara ambil satu takaran larutan
kalium permanganate, tambahkan dengan 19 bagian air murni yang telah
didinginkan dan didihkan. Sediaan disimpan pada suhu kamar dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
Contoh 2: Anda mendapatkan preskripsi dokter sebagai berikut ini:
Dokter Maria
Jl. Bengawan 17 ABC
SIK 7634/98
ABC, 00-00-00

R/ Potio Nigra Contra Tussin 60 ml


s.t.d.d Cth 1

Pro : Lia (9 th)

1. Indikasi
Obat batuk hitam diindikasikan sebagai ekspektoran pada batuk berdahak
2. Komposisi
Komposisi Potio Nigra Contra Tussin
Succus liq 10
Amm Chlorid 6
SASA 6
Aquadest ad 300
3. Komponen
a. SASA (Solutio Ammoni Spirituosa Annisata)
SASA adalah larutan anisi 4 bagian dalam spiritus 76% kemudian ditambah
ammonium liq 20 bagian. Larutan mula-mula tidak berwarna, tetapi pada
penyimpanan larutan menjadi kuning muda. Apabila SASA dicampur dengan air,
akan timbul larutan keruh berkabut yang akan memisahkan anetol yang akan
mengapung di permukaan.
Apabila dalam sediaan ada sirupus simplex bersama SASA, timbang
SASA langsung kedalam sirupus simplex kemudian dikocok, maka oleum anisi
yang terpisah akan terbagi rata dalam sirup. Bila dalam sediaan tidak ada sirup,
tambahkan SASA terakhir langsung dalam sediaan yang sudah dimasukkan
wadah, dimana di mana dinding wadah sudah dibasahi dengan air dingin.
Apabila SASA diencerkan dengan air, oleum anisi akan membentuk kekeruhan
berwarna putih. Untuk menghindari hal ini (artinya oleum anisi yang memisah
dapat terbagi rata halus dalam sediaan). Tambahkan SASA dalam sirup, gliserin,
mucilage Gummi Arabici atau bahan lain yang kental. Kocok campuran sampai
homogeny jadi terbagi rata pada dinding wadah kemudian encerkan sediaan
dengan air. Apabila dalam sedian tidak tertulis bahan-bahan kental tersebut,
basahi dinding wadah dengan air terlebih dahulu baru masukkan SASA.
b. Succus Liquiritae
Melarutkan succus ada dua cara
1. Dengan air panas (untuk pembuatan dalam jumlah besar)
2. Succus diberi aqua aa, buat bubur baru diencerkan dengan air sampai
terdapat larutan yang jernih. Apabila succus dilarutkan langsung akan timbul
endapan/menggunpal dari gliserin
4. Perhitungan
komponen 300 ml 60 ml
Succus liquiritae 10 g 2g
Ammonium klorida 6 1,2 g
SASA 6 1,2 g
aqua hingga 300 ml 60 ml

5. Cara pembuatan
- Timbang masing-masing bahan sesuai dengan perhitungan
- Amonium klorida dilarutkan dalam 2 ml air, masukkan botol.
- Succus liquiritae digerus dengan air sama banyak (± 2 ml) aduk sampai menjadi
bubur kemudian ditambahkan aqua yang tersisa.
- Masukkan botol wadah sediaan yang sudah di kalibrasi 60 ml, adkan dengan
aqua hingga mendekati 60 ml.
- Basahi dinding botol dengan sediaan.
- Timbang SASA langsung ke dalam botol, kocok lihat kembali volume sediaan.
- Tambahkan aqua hingga 50 ml.
6. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol gelas 60 ml berwarna coklat, sertakan sendok takar
Label :
a. Etiket warna putih
No. 142 XYZ, 00-00-00

An. Lia
Tiga kali sehari satu sendok teh

Sirup Obat Batuk Hitamm


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00

b. Label tambahan
Simpan ditempat yang kering, jauhkan jangkauan anak-anak
7. Konseling pasien
Yang dimaksud dengan sendok teh adalah dengan 5 ml sediaan, setara dengan
satu sendok takar. Sebelum digunakan sediaan harus dikocok terlebih dahulu.
BAB 14
SUSPENSI

14.1 DEFINISI

S
uspensi adalah sistem dua fase yang terdiri dari bahan padat halus yang
terdispersi dalam bahan padat, larutan, atau gas. Suspensi terbentuk ketika
bahan obat tidak cukup terlarut dalam pelarut atau sistem kosolven. Suspensi
yang baik menjamin obat terdispersi secara homogen di seluruh pembawa.
14.2 PENGGUNAAN
Suspensi dapat digunakan untuk per oral maupun topikal, seringkali juga untuk
penggunaan untuk mata, telinga dan hidung.. bentuk sediaan suspensi dapat
meningkatkan stabilitas obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan. Penggunaan obat
yang tidak larut dalam bentuk suspensi, bukan pelarut, menyebabkan obat tidak
tersedia untuk degradasi larutan. Pembawa yang digunakan dalam suspensi harus
memiliki viskositas yang cukup untuk mempertahankan setiap partikel tetap terpisah
satu sama lain, tetapi harus dapat mengalir dengan baik sehingga sediaan tetap dapat
dituang dari wadah.
14.3 KOMPOSISI
Sediaan suspensi terdiri dari partikel yang tidak larut, medium cair, bahan peningkat
viskositas / bahan pensuspensi, dan pengawet. Seringkali suspensi di tambah dengan
pemberi aroma dan pemanis.
14.4 PEMBAGIAN SUSPENSI
Suspense secara umum di bedakan menjadi dua yaitu suspensi diffusibledan suspense
indiffusible. Suspensi diffusible adalah suspensi berisi bahan padat yang tidak larut atau
hanya sedikit yang larut dalam pembawa, pada pengocokan akan terdispersi di seluruh
pembawa dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat di capai dosis yang merata
dan teliti. Sedangkan suspensi indiffusibleadalah suspense berisi bahan padat yang
tidak larut dalam pembawa dimana pada pengocokan tidak terdispersi cukup lama di
seluruh pembawa untuk memperoleh dosis yang akurat.
Kelebihan dan keterbatasan suspensi.
Kelebihan :
1. Bahan obat lebih stabil di bandingkan sediaan larutan dan memiliki rasa yang lebih
enak (tidak pahit).
2. Serbuk yang tidak larut yang tersuspensi mudah di telan bentuk suspensi
menyebabkan pemakaiannya lebih mudah dari pada obat dari bentuk serbuk.
3. Obat terabsorbsi lebih cepat dari pada bentuk serbuk.
4. Suspensi topical bentuk losion memberi lapisan obat yang terasa dingin di atas
kulit.
5. Secara teori dimungkinkan memformulasi sediaan sustained release.
Keterbatasan :
1. Harus di kocok terlebih dahulu sebelum di gunakan.
2. Ketelitian dosis kurang di bandingkan dengan sediaan larutan.
3. Penyimpanan berpengaruh terhadap system dispersi.
4. Suspensi mempunyai volume yang lebih besar sehingga bermasalah dalam hal
transportasi, pecahnya wadah dan sebagainya.
14.5 PERTIMBANGAN FISIKA KIMIA
Pembawa yang dapat di gunakan untuk suspense dapat di lihat pada tabel 14.1
viskositas yang di perlukan pada suatu suspense tergantung pada kecenderungan obat
mengendap, yang terkait dengan densitas serbuk Dan ukuran partikel.Viskositas
memegang peranan penting untuk mempertahankan obat dalam suspensi,
meningkatkan stabilitas emulsi, mengubah kecepatan pelepasan obat pada tempat
aplikasi Dan memudahkan penggunaan pada berbagai bagian tubuh dengan tidak
mudah menetes.Viskositas di defenisikan sebagai kekuatan yang di perlukan untuk
memindahkan suatu bidang datar di bawah kondisi spesifik ketikar uang diantara
bidang datar tersebut di isi dengan suatu cairan.
Table 14.1Bahan pensuspensi yang umum di gunakan.
Bahanpensuspensi Konsentrasiakhir (%)
Akasia 2,0-5,0
Carbomer 0,5-5,0
CMC, Na 0,5-1,5
Metilselulosa 0,5-5,0
Tragakan 0,5-2,0
Bentonit 2,0-3,0
14.6 PROSEDUR UMUM PEMBUATAN SUSPENSI
Perbedaan cara pembuatan suspensi indiffusible terhadap suspensi diffusible bahwa
pembawa harus di beri pengental untuk memperlambat pengendapan serbuk. Hal ini
dapat dicapai dengan penambahan bahan pensuspensi. Jumlah bahan pensuspensi
yang di gunakan tergantung volume pembawa, tidak tergantung jumlah serbuk yang
tidak terlarut dalam sediaan. Tujuan penambahan bahan pensuspensi adalah
meningkatkan visoksitas pembawa sehingga laju pengendapan menjadi lebih lambat,
hal ini dapat juga di peroleh dengan memperkecil ukuran partikel dari serbuk dalam
suspensi.
Cara umum pembuatan suspensi diffusible bahan padat
1. Periksa kelarutan semua bahan padat dalam pembawa. Hitung jumlah pembawa
yang di perlukan untuk melarutkan obat.
2. Timbang semua bahan padat yang tertulis dalam formula.
3. Larutkan semua bahan padat yang larut dalam pembawa.
4. Campur dalam mortar semua bahan padat yang tidak larut dalam pembawa secara
geometris sampai homogen.
5. Tambahkan pembawa pada nomor 5 (baik yang sudah merupakan larutan dari
komponen lain dalam formula yang terlarut ataupun pembawa saja) sampai
terbentuk pasta yang homogen.
6. Tambahkan sisa pembawa sampai campuran dapat di tuang dan di pindahkan ke
alat pengukur (gelas ukur).
7. Bilas mortir, tuangkan air bilasan ke alat pengukur.
Aduk tuang kewadah, pastikan bahwa semua bahan padat sudah di pindahkan ke
wadah.
Cara umummembuat suspensi bahanpadatindiffusible.
Dibuat dengan prinsip dasar seperti untuk suspense bahan padat diffusible.
Perbedaannya pada penggunaan bahan pensuspensi bahan pensuspensi di
campurkan pada bahan padat indiffusibledengan cara geometris, yaitu :
1. Periksa larutan dari semua komponen padat pada pembawanya.
2. Hitung jumlah pembawa yang di perlukan untuk melarutkan bahan padat yang
dapat terlarut dalam pembawa.
3. Timbang semua komponen bahan padat yang ada.
4. Larutkan bahan padat yang larut dalam pembawa dalam gelas beker.
5. Campurbahan yang tidak larut dalam pembawa dengan bahan pensuspensi dengan
teknik geometris, sampai homogen.
6. Tambahkan sedikit pembawa (dapat berupa larutan dari komponen yang terlarut
dalam pembawa) pada bahan padat yang ada di mortar bersama bahan
pensuspensi (5), campur hingga terbentuk pasta.
7. Tambahkan sisa pembawa sampai campuran dapat di tuang.
8. Pindahkan ke alat ukur (beker gelas atau gelas ukur).
9. Bila mortar dengan pembawa, masukkan bilasan ke 8
10. Tambahkan sisa zat cair pada campuran dalam alat ukur tersebut diatas (hati–hati
bila ada bahan yang mudah menguap, hindarkan penguapan).
11. Aduk perlahan kemudian masukkan wadah. Pastikan bahwa semua bahan sudah
masuk dalam wadah.
14.7 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas sediaan suspensi melibatkan pemeriksaan karakteristik khusus
suspensi. Karakteristik tersebut meliputi berat / volume, karakteristik pengendapan,
kemudahan didispersikan, penampilan, aroma dan kemudahan di tuang.
Jumlah endapan dapat di ukur dengan mendiamkan sediaan selama sehari
kemudian tinggi endapan di ukur. Apabila di perlukan, formula dapat di ubah untuk
menurunkan jumlah bahan obat yang mengendap. Untuk sifat fisik berikut ini:
keseragaman, pengendapan, endapan keras (caking), pertumbuhan Kristal, bau dan
kehilangan volume. Beyond use date suspensi yang di racik tidak boleh lebih dari 14
hari.
14.8 KEMASAN
Suspensi dikemas dengan wadah yang tertutup rapat dengan mulut botol yang cukup
lebar untuk penuangan. Ruang udara harus cukup untuk kemudahan pengocokan.
Suspensi dapat disimpan pada suhu kamar atau lemari es tergantung dari karakteristik
bahan obat dan pembawa.
Label “kocok dahulu” harus ditambahkan untuk mengingatkan pasien untuk
mengocok suspensi hingga tercampur rata. Juga diperlukan label “obat luar” apabila
tidak digunakan secara per oral.
14.9 KONSELING PASIEN
Pasien diinstruksikan untuk selalu mengocok terlebih dahulu sebelum menggunakan
sediaan. Pasien juga diinstruksikan bagaimana mengocok dengan benar dan menakar
dosis dengan tepat.
14.10 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: suspensi topical
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter.
Dokter wayan
SIK 29731/2008
Jl. Jawa 28 XYZ

XYZ, 00-00-0000
R/ Sulfur praecipitatum 20
Camphorae 3
Mucil Gummi arabici 20
Sol Calcii Hydroxydi 134
Aqua rosarum 133
M F L a suspense 100 ml
S.u.e

Pro : Nn. Anika (18 tahun)


1. Indikasi
Suspensi ”lotio kumerfeldi” digunakan secara topical untuk pengobatan jerawat.
Sulfur memiliki khasiat sebagai keratolitik dan antiseptik ringan, camphor berfungsi
sebagai anti iritan dan antipruritus (menghilangkan gatal).
2. Keamanandankesesuaianpenggunaan.
Lotio kumerfeldi di gunakan secara topical dengan mengoleskan pada kulit
berjerawat. Jadi sediaan aman dan sesuai untuk yang bersangkutan.
3. Perhitungan
Komponen Formula standar Preskripsi (100 g)
Sulfur praecipitatum 20 100/210 x 20g = 9,5 g
Camphorae 3 100/210 x 3g = 1,4
Mucil Gummi arabici 20 100/210 x 20 g = 9,5
Sol Calcii Hydroxydi 134 100/210 x 20 g = 63,8
Aqua rosarum 133 100/210 x 20 g = 63,3
4. Cara pembuatan
Permasalahan yang dihadapi dalam preskripsi ini adalah pembuatan suspensi
indiffusible. Sehingga untuk mendapatkan dosis yang teliti perlu di tambahkan
bahan pensuspensi (dalam preskripsi ini di tambahkan mucilago gummi arabici).
Bahan padat yang disuspensikan adalah camphor dan sulfur precipitatum.
Camphoraapabila di gerus langsung kemudian di beri air, akan melayang ke
permukaan. Meskipun sediaan di kocok, champor tidak dapat terdistibusikan
merata. Sedangkan sulfur presipitatum cepat mengendap pada dasar botol, tetapi
dengan pengocokan, sulfur dengan cepat akan mengapung di permukaan. Hal ini di
sebabkan karena permukaan sulfur yang bersifat hidrofobik tidak mudah bercampur
dengan udara. Untuk menghindarkan permasalahan tersebut, sulfur Dan champora
harus dilevigasi dengan menggunakan mucilage seperti pada tahapan pembuatan.
a. Langkah pertama adalah membuat mucilago dengan mencampurkan PGA
dengan air sebanyak 1,5 PGA, digerus hingga terbentuk mucilago.
b. Champorae digerus dengan cara intervensi dengan menanmbahkan etanol 96%,
kemudian ditambah mucilago.
c. Sulfur digerus kemudian dicampur campuran mucilago dan champorae.
d. Encerkan dnegan larutan kaslium hidroksida, masukkan ke dalam botol.
e. Tambahkan aqua Rosarum sekaligus untuk membilas mortir, kemudian
masukkan di botol.
5. Wadah, Etiket dan Label
Wadah: botol coklat bermulut cukup lebar untuk memudahkan penuangan sediaan
Etiket: warna biru (untuk obat luar)
No. 24 ABC, 00-00-00

Nn. Anika
Untuk Obat Luar

Suspensi obat jerawat


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
etiket warna biru
Label:
- Beyond used date – 14 hari
- Kocok dahulu
6. Konseling pada pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengocok botol sediaan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Lotio kumerfeldi dioleskan pada kulit berjerawat, kemudian dibiarkan
hingga mengering. Setelah itu boleh dibilas dengan air hangat
Contoh 2: suspensi oral
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dokter Abimanyu Ardiansyah
SIK 96845 / 2012
Jl. Sulawesi 20 ABC

ABC, 00-00-00

R/ Kloramfenikol palmitat setara


dengan kloramfenikol 125 mg/ 5 ml

Mfla suspense 60 ml
S. tdd Cth 1

Pro : Yustisia (1 tahun)


1. Indikasi
Suspensi kloramfenikol palmitat diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan bakteri
gram negatif. Kloramfenikol memiliki kelarutan dalam air 1:400, dengan rasa yang
sangat pahit. Penggunaan kloramfenikol palmitat bertujuan untuk mengurangi rasa
pahit kloramfenikol
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Berat molekul kloramfenikol adalah 323,12, sedangkan berat molekul kloramfenikol
palmitat 561,54. Sehingga kloramfenikol palmitat 2,6 gram dalam suspensi 60 ml
setara dengan 1,5 gram kloramfenikol (dosis 125 mg/5 ml). Dosis kloramfenikol
untuk anak adalah 50-75 mg/kgBB terbagi dalam 3-4 dosis sehari, sehingga untuk
pasien anak dengan berat 30 kg (30mg/kgBB x 50 mg)/ 4 kali maka dosis 375 mg
sekali pakai sudah sesuai.
3. Perhitungan
Dalam preskripsi dokter meminta suspensi kloramfenikol palmitat. Apabila tidak
ditulis formula yang diinginkan,
apoteker dapat mencari formula dari pustaka standar seperti di bawah ini:
Komponen Preskripsi
Chloramphenicol palmitat 2,6
CMC Na 0,5
Gliserin 10
Etanol 5
Nipagin 0,02
Vanilin 0,02
Sirupus simpleks 20 ml
Aqua Hingga 60 ml

4. Cara Pembuatan
a. Membuat mucilago CMC Na dengan cara menaburkan CMC (0,5%) pada 10 ml
aqua panas dalam mortir, kemudian diamkan 15 menit, tambahkan aqua dingin 5
ml, aduk-aduk sampai larut.
b. Chloramphenilcol palmitat diaduk dengan gliserin hingga terbasahi dan
homogen. Tambahkan mucilage CMC hingga terbasahi semua, tambahkan aqua
10 ml, aduk hingga homogen. Tambahkan sirupus simpleks 20 ml.
c. Larutkan nipagin dan vanili dalam etanol secara terpisah, setelah itucampurkan
ke dalam mortir. Masukkan gelas ukur, mortir dibilas dengan sisa aqua, terakhir
ditambahkan aqua hingga volume tepat 60 ml.
d. Pindahkan botol
5. Wadah, Etiket dan Label
Wadah: botol coklat bermulut cukup lebar untuk menuangkan sediaan
Etiket: warna putih
No. 4 ABC, 00-00-00

An. Yustisia
Tiga kali sehari satu sendok makan

Suspensi kloramfenikol palmitat


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
Label:
- Kocok dahulu
- Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
6. Konseling pada pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengocok botol sediaan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Dosis untuk pasien adalah satu sendok teh, setara dengan 5 ml. Apabila
disertakan sendok takar dengan ukuran 5 ml, maka satu kali minum sebanyak satu
sendok takar.
BAB 15
EMULSI

15.1 DEFINISI

E
mulsi adalah sisten heterogen yang terdiri dari cairan yang terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan, atau globul dengan diameter fase
terdipersi umumnya sekitar 0,1 hingga 10 µm. Suatu emulsi terdiri dari fase
terdispersi (fase internal atau fase diskontinu), medium pendispersi (fase eksternal atau
fase kontinu), dan bahan pengemulsi.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan
fasa terdipersinya dikenal dengan dua jenis emulsi, yaitu:
a. Emulsi minyak dalam air (m/a atau o/w, oil in water), yaitu bila fasa minyak,
terdispersi didalam fasa air.
b. Emulsi air dalam minyak (a/m atau w/o, water in oil), yaitu bila fase air terdispersi di
dalam fase minyak.
Beberapa variasi emulsi antara lain adalah krim dan losion. Krim berbentuk
padatan yang lunak atau cairan kental yang mengandung bahan obat yang terlarut atau
tersuspensi.Umumnya digunakan untuk obat luar.Losion adalah emulsi atau suspense
cair yang digunakan untuk pengobatan luat.
15.2 APLIKASI EMULSI
Pada penggunaan per oral, emulsi digunakan untuk mendispersikan minyak dan air
secara bersama, menutup rasa yang tidak enak ( misal air pada sediaan minyak ikan),
dan dapat meningkatkan aborsi obat. Secara topikal, krim dan losion merupakan bentuk
yang popular untuk penggunaan eksternal.Pada penggunaan intra vena, emulsi
biasanya mengandung lemak yang berkalori tinggi sebagai nutrisi parenteral.
15.3 KOMPOSISI
Emulsi pada umumnya terdiri dari fase minyak, fase air dan bahan pengemulsi, bahan
yang dapat digunakan sebagai emulgator dapat dilihat pada table 15.1. Seperti formula
sediaan cair yang lain emulsi dapat mengandung pemberi aroma, pewarna dan
pengawet.
Emuglator dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1) surfaktan (contoh: sorbitan
monooleate, na laurit sulfat), 2) koloid hidrofilik (contoh: akasia, gelatin), dan 3) partikel
padat halus (contoh: bentonite, tragakan). Surfaktan teradsorbsi pada antarmuka
minyak-air membentuk film monomolekuler, sehingga menurunkan tegangan
antarmuka, sedangkan koloid hidrofilik membentuk film multimolekuler yang
menyelubungi partikel terdispersi, partikel padat halus teradsorbsi pada antarmuka
globul dua cairan dan membentuk film partikel di sekitar globul yang terdispersi. Secara
umum, emulgator berfungsi sebahagi bahan pengemulsi dengan membentuk film.
Tabel 15.1 emulgator yang digunakan dalam emulsi
Karbohidrat: Surfaktan:
- Akasia - Sorbitan monooleat
- Agar - Sorbitan monolaurat
- Pektin - Na lauril sulfat
- Tragakan - Polisorbat
Protein : Bahan padat:
- Kasein - Aluminium hidroksida
- Kuning telur - Bentonit
- Gelatin - Magnesium hidroksida
Alkohol berat molekul tinggi
- Setil alcohol
- Gliseril monostearate
- Stearil alcohol
Kelebihan dan keterbatasan emulsi sebagai sediaan
Keuntungan:
- Rasa tidak enak dari bahan obat betupa minyak yang diberikan secra per oral dapat
tertutup
- Fase air dapat ditambah pemberi aroma
- Hilangnya rasa minyak di lidah
- Kecepatan aborsi naik
- Dua bahan yang tidak dapat tercampurkan dapat dipisahkan, pada masing-masing
fase emulsi.
Keterbatasan:
- Sediaan harus dikocok sebelum digunakan
- Perlu ketelitian secara teknis untuk menakar dosis
- Kondisi penyimpanan berpengaruh terhadap stabilitas emulsi
- Peka terhadap kontaminan mikroba, yang dapat mengakibatkan emulsi memisah.
15.4 PRINSIP PEMBUATAN
Emulsi tidak dapat terbentuk secara spontan Ketika dua bahan cair dicampurkan.Emulsi
dapat dibuat secara manual maupun mekanik.Pembuatan emulsi secara manual
sebaiknya menggunakan mortar yang memiliki permukaan yang kasar untuk
mempermudah pembentukan globul.
Tujuan pembuatan emulsi adalah membagi fase menjadi globul-globul yang
kecil, melingkupi globul dengan emuglator dan kemudian mengemulsikan globul ke fase
air.
Pembuatan emulsi terdiri dari 2 tahapan:
1. Pembuatan emulsi primer atau konsentrat (corpus emulsi) dengan cara:
- Ukur minyak dengan teliti dalam wadah kering, pindahkan ke mortar kering
- Ukur air yang diperlukan
- Timbang emulgator, masukkan kedalam fase minyak (dalam mortar). Aduk
ringan untuk medispersikan emulgator dengan merata (tidak ada gumpalan).
Pencampuran yang keras dapat menimbulkan panas, sehingga terjadi denaturasi
emulgator dan memberi hasil yang kurang baik.
- Tambahkan air yang diperlukan, masukkan seluruhnya sekaligus kemudian
gerus dengan kuat dan satu arah.
- Apabila sediaan sudah berwarna putih susu dan menghasilkan suara lekat,
tanda bahwa emulsi primer sudah terbentuk. Emulsi primer harus kental, seperti
krim berwarna putih. Semakin putih berarti produk semakin baik. Tidak boleh
terlihat adanya globul minyak atau lapisan minyak.
2. Pengenceran dari emulsi primer
- Encerkan tetes demi tetes dengan sisa air. Campur menggunakan stamper
dengan Gerakan memutar satu arah. Tambahkan komponen cair yang lain
apabila tertulis dalam formula.
- Transfer ke alat ukur.
- Tambahkan air hingga sesuai formula yang tertulis.
Agar emulsi dapat terbentuk dengan baik, perlu diperhatikan hal berikut ini:
1. Penimbangan atau pengukuran komponen emulsi primer harus tepat untuk
mencegah emulsi pecah Ketika peroses pengenceran dan penyimpanan.
2. Alat harus bersih dan kering.
3. Jumlah yang tepat dan teliti. Usahakan tidak ada yang hilang pada waktu
penimbangan dan pemindahan bahan-bahan.
4. Saat mencampur, semua bahan sudah tersedia dan sudah tertimbang.
Pembuatan emulsi dengan menggunakan mortar dapat mengikuti dru gum
method (continental menthod) dan wet gum metode (engkish menthod). Emulsi recentur
paratus untuk oral biasanya dibuat dengan caracontinental dan dry gum method di
mana emulsi dibentuk dengan mencampurkan bahan pengemulsi gum (akasia) dengan
minyak kemudian dicampur dengan fase air. Perbedaan antara metode continental
dandry gum hanya terletak pada perbandingan konstituen pada emulsi primer. Dengan
continental method perbandingannya adalah 4:3:2 sedang dengan dry gum method
4:2:1.
Bahan pengemulsi yang dibutuhkan tergantung dari jumlah dan tipe dari minyak
yang diemulsikan seperti sajian pada table 15.2. perbandingan ini penting diperhatikan
pada pembuatan emulsi untuk mecegah emulsi pecah waktu diencerkan atau waktu
disimpan.
Pada pembuatan emulsi primer pada wet gum method, perbandingan minyak, air
dan gum semua seperti pada dry gum method. Perbedaan kedua metode tersebut
terletak pada cara pembuatannya. Dengan metode ini akasia dalam mortir ditambah
dengan air hingga terbentuk mucilago.Minyak ditambahkan tetes demi tetes sambil
diaduk.Bila perlu tambahkan air ekstra sedikit, aduk sampai emulsi primer
terbentuk.Pada umumnya metode ini kurang disukai karena memakan waktu lebih lama
dari dry gum method.Tetapi dengan metode ini kemungkinan gagal lebih kecil.
Tabel 15,2Rasio komponen untuk pembuatan emulsi primer
Minyak Contoh Minyak; air; gom arab
Fixed oil Minyak ikan, minyak kacang 4:2:1
Minyak mineral Parafin cair 3:2:1
Minyak atsiri Pepermin, adas 2:2:1

TIPS MEMBUAT EMULSI


- Bahan yang mudah larut minyak dilarutkan dalam fase minyak, bahan yang
mudah larut air dilarutkan dalam fase air
- Ketika menggunakan mortir dan stamper, pengadukan ringan dan cepat
lebih efektif dibandingkan dengan pengadukan berat dan lambat
- Emulsi m/a lebih mudah diproduksi menggunakan peralatan gelas,
sedangkan emulsi a/m lebih mudah diproduksi dengan menggunakan
peralatn plastik. Kemudahan produksi tersebut terkait dengan kemudahan
pembahsan fase eksternal Ketika kontak dengan permukaan peralatan
- Fase air atau minyak ditambahkan perlahan dengan perngaudkan konstan
- Apabila menggunakan pemanasan, fase air harus memiliki suhu yang sedikit
lebih rendah dibantingkan fase minyak.

15.5 PERTIMBANGAN FISIKA KIMIA


Dua cairan yang tidak saling campur ketika terjadi kontak satu sama lain cenderung
untuk mempertahankan antarmuka sekecil mungkin. Sebagai konsekuensinya,
pencampuran cairan tersebut menjadi sukar. Apabila dikocok, akan terbentuk tetesan
sferis karena umunya cairan akan mempertahanlan area permukaan sekecil mungkin.
Dengan penambahan surfaktan, kedua cairan dapat bercampur karena molekul
surfaktan akan cenderung berorientasi antara dua fase, di mana bagian polar ke arah
fase polar dan bagian non polar kea rah non polar. Jadi surfaktan diadsorbsi film
monomolekuler yang mengakibatkan penurunan tegangan permukaan.
Bahan yang dapat membantu pembentukan emulsi disebut emulgator
(emulsifying agent).Terdapat 3 mekanisme yang berbeda dalam pembentukan emulsi
yaitu:
1. Mengurangi tegangan antar muka, misal: sulfaktan
2. Pembentukan film antar muka yang kaku dan kuat, missal: yang mengelilingi fase
dispers
3. Pembentukan lapisan ganda elektrikal (electrical double layer), yang meminimalkan
pengendapan globul dengan cara menghasilkan daya elektrik yang mencegah antar
globul saling berikatan.
15.6 SISTEM KESETIMBANGAN HIDROFILIK-LIPOFILIK (HYDROPHILE-
LIPOPHILE BALANCE)
HLB adalah system untuk menjelaskan karakteristik surfaktan. Sistem HLB adalah
metoda untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan menggunakan berbagai
bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat bantu. Pada nilai HLB
yang rendah, jumlah gugus hidrofilik cenderung sedikit, yang berarti surfaktan lebih
bersifat larut minyak atau hidrofob.Sebaliknya, surfaktan dengan nilai HLB tinggi
menandakan jumlah gugus hidrofilik yang banyak, menyebabkan surfaktan lebih mudah
larut dalam air. Sebagai contoh, Tween 20 memiliki nilai HLB 16,7 bersifat larut air. Nilai
HLB beberapa emulgator disajikan pada table 15.3, sedangkan nilai HLB nutuh
beberapa bahan berlemak disajikan pada table 15.4.
Seringkali penggunaan emulgator campuran menghasilkan emulsi yang lebih
stabil dibandingkan dengan penggunaan emugator tunggal.Karena nilai HLB bersifat
aditif, maka nilai campuran emulgator daapt dihitung.
Table 15.3 Nilai HLB beberapa emulgator
Nilai
Nama Kimia Nama dagang
HLB
Akasia Gom Arab 12,0
Gelatin Gelatin 9,8
Sorbitan seskuioleat Arlacel 83 3,7
Natrium lauril sulfat Natrium lauril sulfat 40
Sorbitan monolaurat Span 20 8.6
Sorbitan monopalmitat Span 40 6,7
Sorbitan monostearat Span 60 4,7
Sorbitan tristearat Span 65 2,1
Sorbitan monooleat Span 80 4,3
Sorbitan trioleat Span 85 1,8
Trietanolamin oleat Trietanolamin oleat 12
Polioksietilen 20 sorbitan monolaurat Tween 20 16,7
Polioksietilen 20 sorbitan monopalmitat Tween 40 15,6
Polioksietilen 20 sorbitan Tween 60 14,9
monostearate Tween 61 9,6
Polioksietilen (4) sorbitan Tween 65 10,5
monostearate Tween 80 15,0
Polioksietilen sorbitan tristearat Tween 81 10,0
Polioksietilen 20 sorbitan monoleat Tween 85 11,0
Polioksietilen (5) sorbitan monoleat
Polioksietilen 20 sorbitan trioleat
Sebagai contoh, apabila diperlukan surfaktan sebanyak 20 g dengan nilai HLB
9,65 maka jumlah surfaktan yang digunakan dengan nilai HLB 12,8 (surfaktan A) dan
HLB 8,6 (surfaktan B) masing-masing dapat dihitung dengan metode aligasi sebagai
berikut :
12,8 1,65

9,65

8,6 3,15+
4,80
Surfaktan A yang diperlukan adalah 1,65/4,8 x 20 ml = 6,88 dan surfaktan B 3,15/4,8 x
20 g = 13,3 g.
Contoh lain adalah untuk menghitung HLB butuh suatu campuran minyak yang akan
diemulsi, dengan cara sebagai berikut :
% fase HLB
Minyak butuh Bagian HLB
Petrolatum 25 g 56 (25 g/45 g) x8 = 4,5
Setil alcohol 20 g 44 (20 g/ 45 g) x 15 = 6,7
Emulgator 2g
Pengawet 0,2 g
Air murni hingga 100 g
Dengan demikian emulgator yang diperlukan harus memiliki nilai HLB = 4,5 + 6,7 = 11,2
Tabel 12.4 Nilai HLB butuh beberapa minyak
HLB Butuh
Bahan berlemak
Emulsi w/o Emulsi o/w
Beeswax 4 9-12
Malam karnauba 12 -
Minyak kastor 6 15
Lanolin anhidrat 8 10-12
Asam laurat - 15-16
Minyak mineral 5 11-12
Asam oleat - 17
Minyak zaitun 6 14
Parafin padat 4 10-11
Petrolatum 5 7-12
Asam stearat 6 15
Stearil alkohol - 14
15.7 STABILITAS
Stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan ukuran globul fase
internal, merancang rasio minyak-air yang optimum, dan meningkatkan viskositas
emulsi. Apabila ukuran globul diperkecil hingga kurang dari 5µm, stabilitas dan
kemampuan dispersi emulsi akan meningkat. Mengecilkan globul dapat dilakukan
dengan menggunakan mortir-stamper dan homogenizer.Sedangkan rasio volume
minyak air yang optimal adalah apabila fase internal 40 – 60% dari total volime.
Menaikkan viskositas fase eksternal akan meningkatkan stabilitas emulsi. Untuk
meningkatkan viskositas dapat ditambahkan bahan yang dapat tercampur dengan fase
ekesternal emulsi.Pada emulsi o/w dapat digunakan hidrokoloid, sedangkan untuk
emulsi w/o dapat digunakan wax, minyak kental, atau asam lemak.
Yang penting bagi apoteker dalam compounding adalah emulsi tetap stabil.
Emulsi yang stabil tetap bertahan pada penampilan, bau, warna dan sifat fisika kimia
lain serta tidak mengalami koalesen, cracking, creaming, dan perbalikan fasa.

Gambar 15.1 perubahan stabilitas emulsi


Koalesen terjadi apabila fase dispers berkoalesen dan membentuk lapisan
terpisah.Penggojokan tidak dapat menegmbalikan fase terdispers kembali, dan sediaan
tidak membentuk emulsi lagi.Cracking adalah koalesensi globul yang terdispers dan
memisahkan fase terdispers menjadi lapisan yang terpisah.Cracking bersifat tidak dapat
balik dan fase dispers tidak terdispersi kembali dengan pengocokan.Cracking dapat
terjadi apabila minyak membusuk selama penyimpanan.Asam yang terbentuk
mendenaturasi emulgator, mengakibatkan kedua fase terpisah.Penyebab cracking
adalah bahan pengemmulsi, dan perubahan suhu penyimpanan.
Creaming adalah agregasi atau penggabungan globul fase terdispers di bagian
atas atau bawah emulsi.Pada kondisi creaming, minyak memisah membentuk lapisan
diatas emulsi, tetapi biasanya minyak tersebut masih dalam bentuk glonul jadi masih
dapat terdispers kembali pada penggojokan.Creaming tidak diinginkan karena tampak
luas produk menjadi jelek dan bila penggojokan tidak benar maka pasien memperoleh
dosis yang tidak benar.Creaming dapat dihindari dengan meningkatkan viskositas fase
luar.
Pembalikan fase (phase inversion) merupakan kondisi di mana emulsi o/w
berubah menjadi emulsi w/o dan sebaliknya.Untuk mendapatkan stabilitas suatu emulsi
sebaiknya konsentrasi optimum dari fase terdispers adalah 30 – 60% dari total
volume.Apabila fase terdispers melampaui konsentrasi tersebut (terutama apabila lebih
besar dari 74%), pembalikan fase lebih mudah terjadi.
Mikoroba dapat tumbuh dalam emulsi pada penyimpanan. Kontaminasi mikroba
dapat terjadi selama pembuatan atau selama pemakaian emulsi. Untuk meminimalkan
kontaminasi, peralatan dan tempat compounding harus bersih.Apabila sediaan
digunakan dalam jangka waktu yang panjang, harus ditambahkan pengawet.Pengawet
harus tidak toksik, dapat bercampur dengan bahan lain, tidak mahal, dapat diterima
secara rasa, bau serta harus efektif terhadap bakteri, fungi dan jamur.Pengawet harus
terkonsentrasi dalam fase air, karena pertumbuhan bakteri terjadi pada fase air.Bentuk
molekul lebih efektif dibandingkan bentuk ion.Sedangkan penambahan antioksidan
dapat mencegah oksidasi fase minyak.
15.8 KONSELING PASIEN
Pasien harus diberitahu untuk mengocok sediaan sebelum digunakan dan bagaimana
cara menakar dosis yang diperlukan dengan tepat. Pasien juga diberitahu tanda-tanda
ketidakstabilan emulsi.
15.9 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1 : emulsi oral
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter

dr.Rizkia Alifah
SIK 4923/2003
Jl. Sumbawa 23 ABC

ABC, 0-00-0000

R/ Emulsi OI.Iecoris Asseli 100


S bdd cth 1

Pro : An. Nindya (5 tahun)


1. Indikasi
Emulsi minyak ikan merupakan sumber vitamin A dan D, juga mengandung asam
lemak tidak jenuh
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Emulsi minyak ikan mengandung bahan-bahan yang aman untuk dikonsumsi.
3. Perhitungan

Komponen Fomula standar Preskripsi (100 g)


Ol.lecoris Asseli 6,0 100/15,4 x 6,0 = 39 g
Ca hypofosfit 0,075 100/15,5 x 0,075 = 0,49 g
Na hypofosfit 0,075 100/15,4 x 0,075 = 0,49 g
Glicerin 1,5 100/15,4 x 1,5 = 9,7 g
Gom Arab 2,25 100/15,4 x 2,25 = 14,6 g
Aqua 5,5 100/15,4 x 5,5 = 35,7 g

4. Cara pembuatan
a. LarutkanNa Hypofosfit dan Ca Hypofosfit dalam air 19,5 ml, tambahkan gliserin
b. Buat corpus emulsi dengan mencampurkan gom arab dengan Ol.lecoris Asseli
hingga homogeny tambahkan larutan Na hipofosfit dan ca hypofosfit sekaligus,
aduk hingga homogeny
c. Masukkan sisa air sekaligus (16,2ml). pengenceran sedikit-sedikit akan
menyebabkan penggumpalan. Aduk cepat hingga homogeny
Berat gom arab yang digunakan buka 1/2 berat minyak karena Ol. Asseli merupakan
minya kental. Bila gom arab yang digunakan kurang dari separuh oleum, maka
jumlah air yang digunakan sebanyak dua kali gom arab.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol cokelat bermulut cukup lebar untuk memudahkan penuangan
sediaan. Wadah harus tertutup rapat untuk mencegah penguapan, serta harus
memiliki ruang yang cukup untuk pengocokan.
Etiket warna putih
No. 24 ABC, 00-00-00

An. Nindya
Sehari dua kali satu sendok teh

Emulsi minyak ikan


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00

Label :
− Beyond Used Date – 4 minggu
− Kocok dahulu
6. Konseling pada pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengocok sediaan terlebih dahulu sebelum
digunakan.Dosis sekali pakai yang diminta adalah satu sendok teh, setara dengan 5
ml, sehingga pasien diinstruksikan untuk menggunakan satu sendok takar (5ml).
Contoh 2 : emulsi topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Hindarto
SIP 245/2011
Jl. Semeru 15 XYZ

XYZ, 0-00-000

R/ Benzyl Benzoat 0,4


Acid Stearic 0,4
Triethanolamin 2
Aqua ad 50
m.f. emulsi
S us.ext

Pro : Nn. Tita


1. Indikasi
Benzyl benzoat digunakan secara topikal sebagai anti parasit pada penyakit skabies
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Emulsi benzylbenzoat yang digunakan secara topikal aman bila digunakan sesuai
petunjuk penggunaan
3. Perhitungan

Komponen Preskripsi
Benzyl Benzoat 0,4
Acid Stearic 0,4
Trietanolamin 2
4. Cara pembuatan
Aqua Hingga 50
a. Lelehkan asam
stearat dilebur diatas penangas air
b. Benzyl benzoate ditambah dengan trietanolamin, setelah itu ditambah air
c. Campur keduanya dengan pengadukan cepat atau dapat dibantu dengan
peralatan mekanis, aduka homogen
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : botol coklat bermulut cukup lebar untuk memudahkan penuangan sediaan
Etiket : warna biru ( untuk obat luar)
No. 34 ABC, 00-00-00

Nn. Tita
Untuk obat luar

Emulsi benzylbenzoat
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00

etiket warna biru


Label :
− Beyound Used Date – 4 minggu
− Kocok dahulu
6. Konseling pada pasien
Pasien diminta untuk mengocok emulsi sebelum digunakan.Penyimpanan emulsi
pada suhu kamar atau di lemari es.Hindarkan suhu yang ekstrim dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
BAB 16
SALEP, PASTA DAN KRIM

S
ediaan topikal memiliki tiga fungsi: 1) melindungi daerah yang terluka dari
lingkungan sekitar, 2) memberikan efek hidrasi pada kulit atau menghasilkan
efek emolien atau melembutkan kulit, dan 3) menghantarkan obat pada kulit
untuk efek topikal atau sistemik. Yang termasuk dalam sediaan topikal dengan bentuk
sediaan semi solid meliputi salep, krim dan pasta. Salep krim dan pasta digunakan
pada kulit atau membran mukosa tertentu untuk bekerja sebagai emolien
(melembutkan), protektif (perlindungan), profilaktik (pencegahan), dan menimbulkan
efek terapeutik di mana diperlukan sifat oklusif (menutup pori) dengan derajat tertentu.
Salep biasanya berisi obat atau campuran obat terlarut atau terdispersi dalam basis.
16.1 SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan untuk penggunaan eksternal
pada kulit atau membran mukosa. Salep akan melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Salep harus dapat menyebar dengan mudah dan tidak mengandung butiran yang
kasar.
16.2 KRIM (M/A DAN A/M)
Krim adalah sediaan emulsi kental semi solid, untuk pemakaian luar. Obat dapat terlarut
atau terdispersi dalam basis krim. Krim dapat berupa emulsi m/a atau a/m tergantung
dari bahan pengemulsi yang digunakan. Krim diformulasikan untuk menghasilkan
sediaan yang dapat tercampur dengan sekret kulit. Basis krim memiliki efek
melembutkan, tampak luar putih, translusen dan agak kaku.
Tabel 16.1 Klasifikasi dan karakteristik basis salep
Jenis Basis Karakteristik Contoh
Basis hidrofobik Tidak larut air White petrolatum
Tidak tercucikan air White ointment
Tidak mengabsorbsi air
Berefek emolien
Oklusif
Berminyak
Basis absorbsi Tidak larut air Hidrofilik petrolatum
Tidak tercucikan air Aquabase
Anhidrat Aquaphor
Dapat mengabsorbsi air
Emolien
Oklusif
Berminyak
Krim a/m Tidak larut air Cold krim
Tidak tercucikan air Lanolin, hidrat
Dapat mengabsorbsi air Hydrokrim
Mengandung air Eucerin
Emolien Nivea
Oklusif
Berminyak
Krim m/a Tidak larut air Hydrophilic ointment
Tercucikan air Dermabase
Dapat mengabsorbsi air Velvachol
Mengandung air Unibase
Tidak oklusif
Tidak berminyak

Tabel 16.1 Klasifikasi dan karakteristik basis salep (lanjutan)


Jenis Basis Karakteristik Contoh
Basis larut air Larut air Salep PEG
Tercucikan oleh air
Dapat mengabsorbsi air
Anhidrat atau hidrat
Tidak oklusif
Tidak berminyak
16.3 PASTA
Pasta adalah sediaan semi solid yang terdiri dari serbuk halus yang dikombinasikan
dengan vaselin putih atau parafin cair atau dengan basis tidak berlemak (non greasy)
yang terbuat dari gliserol, mucilago atau sabun. Pasta berisi komponen serbuk dengan
kadar yang tinggi sehingga sediaan bersifat kaku dan tidak mudah menyebar.
Pasta digunakan pada daerah tertentu misalnya kulit yang lecet. Pasta juga
berguna untuk mengabsorbsi bahan kimia yang merusak misalnya ammonia yang
dilepaskan oleh bakteri pada urin, karena ini sering dipergunakan untuk bayi dan anak
yang menderita ruam kulit karena penggunaan diaper. Pasta dengan kadar serbuk yang
tinggi sering dipergunakan untuk mengadsorbsi exudat dari luka. Bila pasta dioleskan
pada permukaan kulit dapat membentuk lapisan buram tebal yang tidak pecah,
sehingga dapat bertindak sebagai penapis sinar matahari, sehingga dapat menghalangi
dehidrasi berlebihan dan sebagai tambahan tabir surya bagi orang yang terpapar
matahari dalam waktu yang lama.
16.4 KOMPOSISI
Bahan dalam sediaan salep dapat meliputi pengeras (stiffener), komponen lemak,
komponen air, bahan pengemulsi, humektan, pegawet, peningkat penetrasi, dan
antioksidan. Pengeras meliputi malam yang memiliki titik lebur yang tinggi (misal malam
putih).
Malam ditambahkan untuk meningkatkan viskositas basis. Humektan seperti
gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol ditambahkan untuk mengurangi penguapan
air dari sediaan, khususnya setelah diaplikasikan. Antioksidan, ditambahkan untuk
mencegah ketengikan basis. Peningkat penetrasi adalah bahan yang berinteraksi
dengan stratum korneum sehingga dapat meningkatkan kecepatan dan jumlah bahan
obat yang berpotensi.
16.5 PEMBUATAN SEDIAAN BASIS HIDROFOBIK
Pembuatan basis salep hidrofobik cenderung sederhana. Secara umum terdapat dua
metode pencampuran langsung dan peleburan.
Metode pencampuran langsung
Dua macam basis dapat dibuat dengan mencampur langsung dengan menggunakan
spatel pada papan pil. Ketika mencampurkan serbuk yang tidak larut dengan
menggunakan bahan pelevigasi, apoteker harus menggunakan pencampuran
geometris untuk menjamin bahan aktif dapat terdistribusi secara homogeny. Sebagai
contoh, minyak mineral dapat digunakan untuk melevigasi sulfur sebelum dicampurkan
dengan vaselin putih.
Metode peleburan
Pada basis dengan titik lebur tinggi menggunakan metode peleburan. Secara umum,
penangas air atau api bebas digunakan. Penangas air digunakan untuk suhu yang
relatif tidak tinggi, sedangkan api bebas digunakan untuk pemanasan dengan suhu
yang tinggi.
Basis berlemak sering digunakan untuk membuat pasta. Panas membuat proses
pencampuran serbuk dengan basis menjadi lebih mudah.
Cara umum metode peleburan:
1. Buatlah lebih dari yang diminta.
2. Tentukan titik lebur dari basis lemak, lebur bersama mulai dari basis dengan titik
lebur yang tertinggi, setiap basis dilebur pada suhu serendah mungkin.
3. Tambahkan komponen lain pada cawan di atas penangas air. Untuk mencegah
pemanasan berlebih gunakan thermometer untuk memeriksa suhu peleburan secara
teratur.
4. Bila leburan pertama sudah mulai turun suhunya tambahkan komponen kedua
dengan titik lebur yang sesuai dengan suhu pada saat tersebut, aduk agar homogen
sebelum membeku. Mengaduk harus perlahan agar tidak banyak udara yang masuk
secara berlebihan yang dapat menyebabkan pendinginan setempat. Hal ini dapat
mengakibatkan sediaan menggumpal.

Penambahan serbuk yang larut


Serbuk yang larut ditambahkan pada basis lemak yang sedang melebur pada suhu
serendah mungkin, kemudian campuran diaduk hingga dingin.
Penambahan serbuk yang tidak larut
Apabila ada lebih dari satu macam serbuk yang harus dicampurkan, serbuk tersebut
dicampur terlebih dahulu dalam mortir dengan menggunakan metoda doubling-up.
Sejumlah kecil dari serbuk dilevigasi dengan basis yang masih melebur, pada nampan
kaca dengan spatula, demikian seterusnya sampai serbuk habis, masukkan campuran
tersebut pada basis yang masih melebur dan diaduk hingga sampai diperoleh
campuran yang homogen dan basis memandat. Untuk serbuk yang kasar, proses
levigasi menggunakan tekanan untuk memperkecil ukuran partikel serbuk.

Penambahan bahan cair yang tidak menguap dan dapat bercampur dengan basis
salep.
Campurkan bahan dengan basis yang sedang dilebur pada cawan aduk hingga
homogen dan dingin.
Penambahanbahancair yang menguap dan tidakdapatbercampurdengan basis salep.
Bahan yang mudah menguap tidak boleh dicampurkan pada basis yang melebur/ masih
panas. Lakukan triturasi dengan basis pada nampan kaca dengan cara sejumlah kecil
basis diletakkan pada bagian tengah nampan kaca, tambahkan sejumlah kecil bahan
cair, campurkan dengan basis yang ada di nampan. Lakukan hingga basis tercampur
seluruhnya dengan bahan cair. Penimbangan bahan yang mudah menguap harus
menggunakan gelas arloji tertutup untuk mencegah penguapan komponen. Cara
triturasi juga dapat digunakan untuk bahan cair tidak menguap yang ditambahkan pada
basis yang sudah jadi
16.6 KRIM
Pembuatankrim
1. Sediaan dengan jumlah yang melebihi yang diminta, untuk mengantisipasi bila
terjadi kekurangan dari berat yang diminta. Untuk mengantisipasi bila terjadi
kekurangan dari berat yang diminta.
2. Tentukan mana komponen yang dapat bercampur campur air ( fase ) dan mana
yang dapat bercampur dengan minyak ( faseminyak ). Larutkan komponen yang
larut dalam air ke fase air, demikian pula komponen yang larut dalam minyak.
3. Lebur basis lemak pada cawan di atas penangas air pada suhu, mulailah dengan
basis yang tertitik lebur paling tinggi kemudian turunkan suhu hingga 70oC (bila lebih
tinggi akan menyebabkan denaturasi bahan pengemulsi dan stabilitas sediaan dapat
berkurang).
4. Bahan yang dapat bercampur dengan minyak dimasukkan dalam leburan kemudian
diaduk.
5. Panaskan faseair hingga 70oC. masukkan bahan yang dapat bercampur dengan
air satu per satu.
6. Fase dalam masukkan ke fase luar pada suhu yang sama.
a. untuksediaaan m/a, tambahkanfasemiyakkedalam air.
b. untuksediaan a/m, tambahkanfase air kefaseminyak.
7. Aduk perlahan, jaga agar udara tidak masuk, sampai sediaan membeku.
Pendinginan harus perlahan agar tidak terjadi pendinginan mendadak yang
menyebabkan gumpalan karena fase minyak memadat lebih cepat.
Proses penambahan bahan baku padat dan cair ke dalam krim secara umum
sama dengan penambahan bahan padat dan cair ke dalam basis salep. Pengadukan
yang konstan dan tidak terlalu kuat diperlukan untuk mencegah terbentuknya gumpalan
dalam krim.
16.7 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas meliputi pemeriksaan produk akhir terhadap berat akhir produk,
penampilan visual, warna, bau, viskositas, pH, homogenitas/pemisahan fase, distribusi
ukuran partikel, dan tekstur.
16. 8 KEMASAN, PENYIMPANAN, DAN LABEL
Salep krim umumnya dikemas dalam wadah tube atau pot, sedangkan pasta dikemas
dalam pot karena viskositas pasta yang tinggi. Rongga udara dalam pot maupun tube
diusahakan seminimal mungkin untuk mengurangi kemungkinan penguapan air dan
timbulnya ketengikan. Salep disimpan dalam suhu kamar dan tidak boleh terpapa
panas secara langsung. Label yang menyertai sediaan terutama mengenai cara
penggunaan.
16.9 KONSELING PASIEN
Penggunaan salep, krim pasta dapat berbeda tergantung pada bentuk sediaan, bahan
aktif, dan tujuan terapeutik yang diinginkan. Secara umum, penggunaan salep, krim dan
pasta hanya selapis lapisan tipis. Sejumlah sediaan dioleskan dan digosok pada area
yang dikehendaki, kecuali dinyatakan lain. pasta dioleskan pada kulit tanpa harus
digosok karena viskositas yang tinggi. Pasien harus diberitahu untuk tidak mencuci
daerah pengolesan selama beberapa jam untuk memungkinkan obat menimbulkan
efek. Penghapusan krim dilakukan dengan menggunakan air hangat dan bila perlu
dengan bantuan sabun. Penghapusan salep dan pasta memerlukan air hangat, sabun
dan beberapa aksi mekanis.
Contoh 1 :salep topical
Anda mendapatkanpreskripsidaridoktersebagaiberikut.
Dr. Donny Laksamana
jl.Nias ABC
SIP 3982/2011
ABC, 00-0-0000

R/ salep 2-4 50 g
S ue

Pro : Tn. Joko

1. Indikasi
Salep 2-4 Digunakan dengan indikasis cabies (kudis), Eksim, pedikulosis, jerawat,
tinea ( jamur ). Komposisi salep 2-4 adalah asam salisilat 2%, sulfur precipitatum
4%, dan dan Vaselin hingga 100 g. Asam salisilat bersifat keratolisis dan sulfur
bersifat antiseptik.
2. Keamanan dan kesesuaianpenggunaan
Salep 2-4 merupakan salep officinalis sehingga formula tersebut aman digunakan
apabila sesuai aturan
3. Perhitungan
Komponen Formula (100 g) Preskripsi (50g)
asamsalisilat 2 50/100 x 2 g=1 g
sulfur precipitatum 4 50/100 x 4 g=2 g
vaselin Hingga 100 (50 – 1 – 2) g = 47 g

4. Cara pembuatan
a. Asam salisilat merupakan kristal berbentuk jarum. Untuk memperkecil ukuran
partikel, dilakukan metode intervensi menggunakan etanol 95%. Teteskan
etanol 95% hingga asam salisilat tepat larut. Tambahkan sebagian Vaselin
dengan metode doubling up, aduk hingga homogen.
b. Sulfur precipitatum digerus hingga halus, tambahkan Vaselin dengan metode
doubling up, aduk hingga homogen.
c. Aduk kedua bagian, aduk hingga homogen
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: Pot salep bermulut lebar untuk mempermudah pengambilan salep, atau
tube salep. Wadah harus tertutup rapat dan tidak transparan agar dapat melindungi
salep dari cahaya
Etiket: warna biru( untuk obat luar)
No. 2 ABC, 00-00-00

Tn Joko
Untukpenggunaanluar

Salep 2-4
Gunakansebelumtanggal : 00-00-00

6. konseling pada pasien


Pasien diinstruksikan untuk mengeringkan daerah yang akan diobati. Salep
dioleskan tipis pada daerah tersebut. Diamkan beberapa saat dan jangan mencuci
daerah tersebut sekitar 4 jam. Penggunaan salep diulang 3 kali sehari, hingga
sembuh.
Contoh 2 : krim topical
Anda dapat mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. IrawanTrisnahadi
Jl. Ir. Soekarno 110 ABC
SIK 7354/2009
ABC, 00-00-000

R/ Krimhidrokortison 1% 20 g
M f la krim

Pro :Nn. Rina

1. Indikasi
Krim hidrokortison ( dengan bahan aktif Hidrokortison asetat ) berkhasiat sebagai
anti radang, anti pruritus dan anti alergi.
2. Keamanan dan kesesuaianpenggunaan
Hidrokortison merupakan kelompok kortikosteroid potensi sedang dengan dosis
lazim 1% untuk pemakaian topikal. Kadar 1% sebagai sediaan topikal aman bila
digunakan sesuai aturan pakai
3. Perhitungan
Dalam preskripsi diminta hidrokortison dalam basis krim. Untuk itu dapat dipilih
beberapa formula standar krim. Tipe krim yang dipilih adalah o/w.
Komponen Formula (100 g) Preskripsi (20g)
Hidrokortison 1 0,2
Cera alba 1 0,2
Paraffin Cair 40 8
Acid Stearic 12 2,4
Trietanolamine 2 0,4
Gliserin 5 1
Aqua ad 100 20
4. Cara pembuatan
a. Hidrokortison asetat disuspensikan dalam air
b. Bagian air ( gliserin, trieanolamin , dan aqua ) Dipanaskan 70 derajat sampai
800C
c. Bagian lemak (cera alba, paraffin cair, asam stearat) Dipanaskan 70 derajat
sampai 800C hingga melebur.
d. Campuran bagian air dan minyak menjadi satu dalam mortir, aduk cepat hingga
terbentuk emulsi.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : pot salep bermulut lebar untuk mempermudah pengambila nsalep, atau
tube salep. Wadah harus tertutup rapat dan tidak transparan agar dapat melindungi
salep dari cahaya.
Etiket: warna biru( untuk obat luar)
No.231 ABC,00-00-00

Nn Rina
Untuk pemakaian luar

Krim Hidrokortison 1%
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
6. Konseling pada pasien
Daerah yang akan diobati dibersihkan dan dikeringkan. Krim diambil secukupnya
dan di oleskan tipis pada daerah tersebut. Diamkan beberapa saat dan jangan
mencuci daerah tersebut sekitar 4 jam. Penggunaan salep diulang 3 kali sehari
hingga sembuh.
BAB 17
GEL

17.1 DEFINISI

G
el atau jeli adalah sistem setengah padat terdiri dari suspensi yang tersusun
atas partikel anorganik kecil atau molekul organic besar yang mengalami
interpenetrasi oleh cairan. Sebagian besar gel memiliki penampilan jernih,
sebagian lagi keruh. Gel bersifat mudah larut dalam air, tercucikan air, mengabsorpsi
air, dan tidak berminyak. Secara umum terdapat dua macam gel:
1. Sistem satu fasa : terdiri dari molekul organic besar atau makromolekul yang
terdistribusi seragam di seluruh cairan sehingga tidak terdapat batas yang nyata
antara bahan terdispersi dengan cairan. contoh: gel karboksi metal selulosa,
carbomer, tragakan.
2. Sistem dua fasa : Massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil. Apabila fasa yang
terdispersi besar, maka gel disebut sebagai magma. contoh: bentonit magma,
aluminium hidroksida gel.
Konsentrasi gel umumnya kurang dari 10%, biasanya dalam rentang 0,5 hingga 2,0%.
17.2 APLIKASI
Gel dapat digunakan untuk menghantarkan obat secara oral, topikal, intranasal, vaginal
dan rektal.
17.3 KOMPOSISI
Contoh pembentuk gel adalah akasia, alginat, bentonit, karbomer, CMCNa, etilselulosa,
gelatin, guar gum, hydroxyetilselulosa, hidroksipropil metaselulosa, magnesium
aluminium silikat, polivinil alkohol, pati, tragan, dan xanthan gum.
17.4 PEMBUATAN GEL
Karateristik pembentuk gel akan menentukan teknik yang digunakan dalam proses
pembuatan.
Bentonit
Bentonit merupakan aluminium silikat terhidrat alami. Tidak berasa, tidak berbau,
berupa serbuk berserat, dan berwarna putih kekuningan. Konsentrasi sebagai
pembentuk gel adalah 10 – 25 %. Viskositas suspensi bentonit bertahan pada pH 6,
tetapi mengendap pada penambahan asam. Bahan yang bersifat basa seperti
magnesium oksida, meningkatkan viskositas.
Bentonit ditambahkan pada air tanpa pengadukan, dengan cara menaburkan
sebagian kecil serbuk pada permukaan air panas. Setiap bagian dibiarkan untuk
terhidrat dan mengendap dalam wadah. Campuran dibiarkan selama 24 jam sambil
sesekali diaduk. Setelah itu, campuran diaduk pada hari berikutnya. Pembasah seperti
gliserin dapat ditambahkan sebelum dibasahi dengan air.
Gelatin
Gel gelatin dibuat untuk mendispersikan gelatin dalam air panas, kemudian didinginkan.
Metode lain adalah membasahi gelatin dengan 3 hingga 5 bagian cairan organik yang
tidak mengembangkan.polimer, seperti propilen glikol, kemudian ditambahkan air panas
dan didinginkan.
Tragakan
Gom tragakan cenderung menggumpal ketika ditambahkan air, oleh karena itu tragakan
dibuat dengan menaburkan pada air yang diaduk. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, etanol, gliserin, propilen glikol dapat ditambahkan untuk membasahi
serbuk. Serbuk lainnya dapat dicampurkan dengan tragakan ketika kering kemudian
ditambahkan dalam air.
Karboksimetilselulosa Natrium
(CMC Na, carboxymethylcellulosa Sodium)
CMC Na larut air dalam berbagai suhu. Garam natrium CMC dapat didispersikan
dengan pengadukan cepat dalam air dingin sebelum partikel terhidrat dan
mengembang membentuk gel yang menggumpal. Ketika serbuk didispersikan, larutan
dapat dipanaskan dengan pengadukan sedang pada suhu 60 0C untuk mempercepat
disolusi
Metil selulosa
Metil selulosa terhidrat lambat dalam air panas, sehingga metil selulosa didispersikan
dengan pengadukan cepat dalam sepertiga air yang dibutuhkan pada suhu 80 oC hingga
900C. Ketika serbuk telah selesai terdispersikan, sisa air dapat ditambahkan dengan
pengadukan sedang untuk mempercepat disolusi. Air dingin atau es harus digunakan
pada titik ini. Alkohol anhidrat atau propilen glikol dapat digunakan untuk membasahi
serbuk sebelum didispersikan. Kejernihan, hidrasi dan viskositas maksimum diperoleh
bila gel yang telah terbentuk didinginkan pada suhu 00C hingga 100C selama satu jam.
17.5 PEMBUATAN SEDIAAN
Bahan aktif dapat ditambahkan sebelum atau sesudah pembentukan gel. Apabila
bahan obat ini tidak mengganggu pembentukan gel, lebih baik ditambahkan sebelum
pembentukan gel karena lebih mudah tersebar dan terdispersi homogen. Apabila bahan
obat mengganggu pembentukan gel, harus ditambahkan setelah pembentukan gel,
meskipun lebih sulit dan berpotensi menyebabkan udara terperangkap lebih banyak
pada basis gel.
Ketika serbuk polimer ditambah dengan air pada proses pembuatan gel, serbuk
tersebut dapat menggumpal dan membentuk gel pada permukaan gumpalan saja
sedangkan bagian dalam masih berupa serbuk. Gumpalan tersebut melarut secara
secara lambat karena viskositas gumpalan gel yang sangat tinggi dan koefisien difusi
makromolekul yang rendah. Penambahan gliserin atau bahan cair lain sebagai
pembasah atau pendispersi pada polimer sebelum penambahan air dapat mencegah
terbentuknya gumpalan tersebut.
Larutan polimer, terutama turunan selulosa, memerlukan waktu hingga 48 jam
untuk mencapai hidrasi utuh yang menghasilkan viskositas dan kejernihan maksimum.
Tips Pembuatan Gel
- Penambahan serbuk atau bahan cair lain pada bahan pembentuk gel
dapat membantu proses dispersi dan mempercepat pembentukan
gel
- Penambahan alkohol pada beberapa gel menyebabkan penurunan
viskositas dan kejernihan
- Pada pembuatan gel, semua bahan sebaiknya sudah dilarutkan
pada pelarut sebelum ditambahkan pada pembentukan gel
- Udara yang terperangkap pada gel carbomer sudah harus
dihilangkan sebelum penambahan basa sebagai peningkat
viskositas. Gelembung udara dapat dilepaskan dengan pendiaman
selama 24 jam atau meletakkan pada penangas ultrasonik.
Penambahan bahan anti busa silikon dapat membantu mempercepat
hilangnya gelembung udara.
- pH merupakan hal penting dalam penentuan viskositas gel carbomer
- Gel gelatin dapat dibuat dengan mendispersikan gelatin dalam air
panas kemudian didinginkan. Prosedur tersebut dapat
disederhanakan dengan cara : (1) campur serbuk gelatin dengan
pelarut organik (misal propilen glikol), (2) tambahkan air panas, (3)
kemudian dinginkan.
- Gel tragakan dibuat dengan penambahan serbuk tragakan pada air
yang diaduk cepat . Propilen glikol atau gliserin dapat digunakan
untuk membasahi serbuk. Serbuk lain dapat ditambahkan pada
tragakan ketika kerin, sebelum ditambahkan air.
- Biasanya gum alam terhidrat sekitar 24 jam untuk membentuk gel /
magma yang homogen
17.6 KONTROL KUALITAS
Pengujian kontrol kualitas untuk sediaan gel meliputi penampilan, keseragaman bobot
atau volume, viskositas, kejernihan, pH dan bau gel.
17.7 KEMASAN DAN PENYIMPANAN
Gel disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan dalam lemari es atau suhu
kamar. Kemasan gel dapat berupa pot, tube atau botol semprot yang terbuat dari gelas,
plastik atau wadah yang berlapis renin. Tube aluminium dapat digunakan hanya bila
produk memiliki pH kurang dari 6,5. Bahan logam lainnya dapat digunakan apabila pH
diatas 7,7.
17.8 STABILITAS
Pemeriksaan gel meliputi karateristik fisik seperti penyusun gel, pemisahan cairan dari
gel, pemucatan, dan kontaminasi mikroba.
Beyond date use formula yang mengandung air tidak lebih dari 14 hari bila
disimpan pada suhu sejuk. Tanggal tersebut dapat diperpanjang apabila terdapat
informasi ilmiah yang valid yang menunjang stabilitas produk.
17.9 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1 : gel topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Indra Laksono
Jl. Jawa 27 ABC SIK 786/98

ABC, 00-00-
0000

R/ Piroxicam 500 mg
Polysorbat 80 0,5
Gel Metil selulose 2% 99 g
M.f.l.a gel

Pro : Tn. Trisno

1. Indikasi
Piroksikam merupakan obat anti radang yang dapat digunakan secara topikal.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Piroksikam secara topikal digunakan pada konsentrasi 0,5 – 1%, sehingga
formula tersebut aman digunakan
3. Perhitungan
Komponen Formula standar Preskripsi (100
Piroksikam 0,5 g 0,5 g + 10% = 0,55 g

Polysorbat 80 0,5 g 0,5 g + 10% = 0,55 g

Gel Metil selulosa 2% 99 g 1. + 10% = 99,9 g


4. Cara pembuatan
a. Pembuatan gel metil selulosa 2% sebanyak 99,9 g : sementara dapat dibulatkan
menjadi 100 g.
b. Metil selulosa yang diperlukan 2% x 100 g = 2 g. Taburkan serbuk metil selulosa
dalam air dengan suhu 800C – 900C sebanyak 1/3 air yang diperlukan untuk
membuat 100 g gel metil selulosa (1/3 x 100 g = 33,3 g, karena p air = 1 maka
setara dengan 33,3 ml). Aduk hingga terhidrat seluruhnya, setelah itu tambahkan
air dingin atau air es sebanyak 66,7 ml, aduk hingga terbentuk gel, timbang
sebanyak 99,9 g.
c. Buat pasta piroksikam dengan polisorbat 80.
d. Tambahkan gel MC kedalam pasta dengan menggunakan teknik doubling up.
e. Timbang 100 g, masukkan wadah.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : tube, pot gelas atau plastik tidak tembus cahaya.
Etiket : warna biru (untuk obat luar)
No.34 ABC, 00-00-00
Tn. Trisno
Untuk obat luar

Gel piroksikam
Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
etiket warna biru
Label :
- Beyond Use date – 14
6. Konseling pada pasien
Obat diberikan untuk menghilangkan radang dan nyeri. Ambil gel sebanyak satu
ruas jari, oleskan tipis pada bagian yang sakit. Jaga daerah yang sakit agar tidak
terkena air selama 3 – 4 jam. Apabila terjadi efek gatal atau kemerahan, hentikan
pemakaian dan konsultasikan pada dokter.
Contoh 2 : gel topikal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter
Dr. Indra Laksono
Jl. Nias 27 ABC SIK 934/82

ABC, 00-00-
00-00

R/ Niasinamid 4g
Carbopol 940 0,6
Trietanolamin 3-4 tetes
Propilen glikol 20 ml
Aqua add 100 g
S. u.e

Pro : Nn. Priska

1. Indikasi
Niasinamid 4% digunakan sebagai gel untuk pengobatan jerawat.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Niasinamid (vitamin B3) ersifat larut air. Secara topikal memiliki sifat anti radang dan
digunakan untuk pengobatan jerawat. Pada konsentrasi 4% gel niasinamid aman
digunakan.
3. Perhitungan

Kompoen Preskripsi
Niasinamid 4g

Carbopol 940 0,6 g

Trietanoalamin 3-4 tetes

Propilen glikol 20 ml

Aqua 75 l
4. Cara pembuatan
a. Timbang niasinamid dan carbopol 940 secara seksama.
b. Larutkan niasinamid 2 ml propilen glikol kemudian tambahkan 10 ml air.
c. Carbopol 940 dibasahi dengan larutan niasinamid. Setelah itu tambahkan
trietanol amin 3-4 tetes, aduk hingga tercapai viskositas dan kejernihan yang
diinginkan.
d. Tambahkan aqua sisa
5. Wadah, etiket dan label
Wadah : tube, pot gelas atau plastik tidak tembus cahaya
Etiket : Warna biru (untuk obat luar)
No.31 ABC, 00-00-00

Nn. Priska
Untuk obat luar

Gel niasinamid, anti jerawat


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00
etiket warna biru
Label :
- Beyond Used Date – 14 hari
6. Konseling pada pasien
Wajah dicuci terlebih dahulu dengan air. Gel dioleskan tipis pada bagian daerah
yang berjerawat. Diamkan beberapa saat dan jangan mencuci daerah tersebut
sekitar 4 jam. Penggunaan gel diulang 3 kali sehari.
BAB 18
SUPOSITORIA

18.1 DEFINISI
Supositoria adalah bentuk sediaan padat yang digunakan melalui rektal, vagiina dan
uretra. Supositoria meleleh,melunak atau melarut pada lubang tubuh dengan efek local
atau sistemik. Supositoria rectal berbentuk silindris dengan salah satu ujungnya
mengerucut, Umumnya memiliki berat 2 gram dengan panjang sekitar 2,5 sampai 3 cm.
Supositoria vaginal atau sering disebut pessaries, tersedia dalam bentuk bulat telur,
bulat, atau bentuk lain dengan berat sekitar 3 sampai 5 g. Bahan pembentuk supositoria
vagiinal lebih disukai yang bersifat larut air untuk meminimalkan lelehan minyak.
Supositoria uretral, atau sering disebut bougies, memiliki ukuran berfariasi tergantung
penggunaan untuk perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan biasanya memiliki
diameter mm, panjang 50mm, dan berat 2 g. Untuk laki-laki umumnya berdiameter 5
mm, panjang 125 mm,dan berat 4 g.
18.2 PENGGUNAAN
Supositooria digunakan untuk mengantarkan obat untuk bayi dan anak-anak, untuk
pasien yang tidak bisa menelan, dan kondisi dimana rute parenteral tidak dapat
digunakan. Obat yang terkandung dalam supositoria dapat diigunakan untuk
pengobatan sistemik maupun lokal. Penggunaan dengan tujuan pengobatan local
meliputi supositoria untuk wasir, infeksi dan laksansia. Penggunaan sistemik meliputi
supositoria analgetik, antiasma, dan hormon.
18.3 KOMPOSISI BASIS
Persyaratan basis supositoia adalah harus stabil, tidak mengiritasi, inert secara kimia
dan fisiologis, stabil dalam penyimpanan dan dapat diterima secara estetika.
Basis larutminyak
Lemak cokelat merupakan campuran trigliserida cair yang terperangkap dalam jaringan
trigliserida padat dan kristalin. Asam sterat dan palmitat merupakan penyusun separuh
dari asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak oleat merupakan penyusun asam
lemak tak jenuh. Lemak cokelat dapat bercampur dengan banyak obat serta bersifat
tidak mengiritasi .Keuntungan lemak cokelat atau lemak theobroma adalah dapat
melunak pada suhi 30oC dan meleleh pada suhu 34oC.
Kekurangan lemak cokelat adalah memiliki sifat polimorfisme. Lemak cokelat
memiliki empat bentuk berbeda,α,β,β’, dan y,dengan titik lebur berturut-berturut 22oC,
34o hingga 35oC, 28oC dan 18oC. Bentuk β merupakan bentuk yang paling stabil
sehingga lebih disukai untuk basis supositoria .Lemak cokelat yang akan meleleh
membentuk minyak cair yang tidak kental. Karena lemak cokelat tdak bercampur
dengan cairan tubuh, maka lelehan lemak cokelat dapat keluar dari lubang tubuh.
Kekurangan lemak cokelat lainnya adalah tidak mudah menysut pada pendinginan
sehingga sukar dilepaskan dari cetakan. Hal tersebut dapat diatasi dengan
menambahkan lubrikan pada cetakan.
Basis minyak sayur terhidrogenasi
Fattibase adalah campuran basis supositoria, tersusun atas trigliserida yang merupakan
turunan minyak kelapa dan kelapa sawit dengan gliseril monostearat sebagai
penggemulsi sendiri dan polioksil stearate sebagai bahan pengemulsi dan pensuspensi.
Basis ini stabil dengan tingkat iritasi rendah, tidak memerlukan penyimpanan khusus,
komposisinya seragam, lembut dan memiliki rentang pelelehan yang terkendali.
Fattibase merupakan padatan dengan titik leleh 35oC hingga 37oC dan berwarna putih
opak. Fattibase memiliki karasteristik basis lemak cokelat dengan sedikit kekurangan.
Basis wecobe merupakan turunan minyak kelapa dan kelapa sawit, yang dapat
diemulsi melalui pencampuran gliseril monostearat dan propilenglikol monostearat.
Basis tersebut menunjukan sifat baik lemak cokelat yang diinginkan dengan sedikit
kekurangan, Basis ini bersifat stabil dan menunjukan sifat pelepasan yang mudah dari
cetakan.
Basis witepsol dengan jumlah sekitar12, berwarna putih dan tidak berbau.
Witepsol H 15’s memiliki rentang pelelehan dan karasteristik pelepasan yang mirip
dengan lemak cokelat. Basis ini memadat dengan cepat dalam cetakan, Dan tidak
memerlukan lubrikan karena basis ini dapat menyusut. Basis ini mengandung bahan
pengemulsi sehingga dapat menyerap sedikit air.

Basis larut air


Pada basis larut air obat dapat terlarut dalam basis dan segera bercampur dengan
cairan tubuh. Karasteristik lain basis larut air adalah dapat menyebabkan iritasi, karena
menyebabkan sedikit dehidrasi mukosa rectal dengan mengambil air kemudian terlarut.
Meskipun demikian, basis ini digunakan secara luas dalam formulasi supositoria.
Basis polietilengliko l(PEG) adalah basis larut air yang paling sering dignakan.
Keuntungan basis ini adalah perbandingan PEG yang berat molekul rendah dan tinggi
dapat divariasi untuk mendapatkan titik leleh yang diinginkan (table 18.1)
Tabel 18.1 Basis polietilenglikol
Berat molekul Rentang berat Rentang titik leleh Kelarutan dalam air
rata-rata molekul (%)

300 285-315 -15 hingga -18 100

400 380-420 4-8 100

600 570-630 20-25 100

1000 950-1050 37-40 80

1450 1300-1600 43-46 72

3350 3000-3700 54-58 67

4600 4400-4800 57-61 65

8000 7000-9000 60-63 63

Supositoria gelatin gliserin tersusun dari 70% gliserin, 20% gelatin, dan 10% air, harus
dikemas dalam wadah yang tertutup rapat karena brsifat higroskopik. Basis ini tidak
direkomendasikan untuk basis supositoria rectal karena menimbulkan efek osmotic dan
reflex defekasi. Basis gliserin tersusun atas gliserin (87%), natrium stearate (8%), dan
air murni (5%). Basis ini kadang digunakan sebagai basis supositoria vaginal.
Karasteristik basis ini adalah memiliki efek laksatif, higroskopis, Dan mudah ditumbuhi
mikroba.

18.4 METODE PEMBUATAN


Tiga metode yang umum digunakan dalam pembuatan supositoria adalah percetakan
dengan tangan (hand molding), peleburan (fusion), dan kompresi (compression).
Pencetakan dengan tangan memiliki keuntungan tidak menggunakan panas
dalam pembuatan sehingga sesuai untuk obat yang tidak tahan panas. Meode ini
meliputi memarut lemak cokelat, menambahkan bahan aktif, mencampur menggunakan
mortar dan stamper atau spatula dan papan pil, mengkompresi campuran hingga
memadat kembali, membentuk campuran menjadi silinder dengan diameter tertentu,
memotong hingga panjang yang diinginkan, membentuk ujung supositoria dan
mengemas. Ketika mengerjakan metode ini, disarankan menggunakan sarung tangan
plastik dan menggunakan tepung jagung atau talk untukmengurangi lengketnya lemak
cokelat.
Pada metode peleburan, bassis dilebur kemudian dicampurkan dengan bahan
aktif. Campuran lelehan tersebut kemudian dituang ke dalam cetakan dan dibiarkkan
hingga memadat. Setelah memadat supositoria yang terbentuk dirapikan dan dikemas.
Kompresi dingin sesuai untuk basis yang dapat dibentuk menjadi supositoria
dengan tekanan. Biasaya metode ini digunakan untuk bahan yang tidak stabil dalam
pemanasan. Kompresi dingin dapat digunakan untuk campuran 6% heksatriol dengan
PEG 1450 dan polietilenoksida 4000 12%.
Pembuatan dengan metode peleburan
Persiapancetakan
Cetakan dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Basis yang digunakan akan
menentukan lubrikan yang digunakan. Bila basis larut air, gunakan lubrikan parafincair,
sedangkan pada basis larut minyak, gunakan gliserin atau propilenglikol sebagai
lubrikan. Lubrikan harus dioleskan secukupnya saja, bila berlebih, akan menggenang
pada ujung cetakan dan menyebabkan bentuk supositoria tidak tajam lagi. Bila jumlah
lubrikan kurang, menyebabkan supositoria sult dilepaskan dari cetakan.
Pembuatan supositoria dengan basis lemak
1. Menghitung jumlah basis yang diperlukan. Bila diperlukan hitunglah dengan
menggunakan bilangan pengganti. Biasanya pembuatan supositoria dilebihkan dua
atau lebih dari yang diminta.
2. Mempersiapkan cetakan. Cetakan yang kering dan bersih terlebih dahulu diberi
lubirikan dengan menggukanakan kain kasa pada seluruh permukaan dalam
cetakan. Tidak dianjurkan menggunakan kapas karena meninggalkan serat. Setelah
lubrikasi, cetakan disatukan dan dibalik pada selembar kain untuk menghilangkan
lubrikan yang berlebih.
3. Mempersiapkan basis. Basis lemak untuk mempercepat pelelehan dan membantu
menghindari pemanasan yang berlebih. Basis yang telah ditimbang ditempatkan
pada cawan porselen. Penggunaan cawan porselen lebih dianjurkan karena
porselen tidak menghantarkan panas sehingga dapat mencegah panas berlebih
4. Mempersiapkan bahan aktif. Bahan aktif yang tidak terlarut dibuat menjadi serbuk
halus terlebih dahulu dan diayak sebelum ditimbang
5. Melelehkan basis
Cawan porselen yang berisi basis diletakkan pada penangas air hingga sebagian
besar basis meleleh, kemudian diturunkan dari penangas. Aduk dengan spatula
hingga panasnya memelehkan semua basis
6. Pencampuran dengan bahan aktif. Cairan dan bahan padat yang tidak tercampur
dengan basis ditambahkan dengan cara levigasi dengan sedikit lelehan basis,
kemudian ditambahkan pada basis keseluruhan. Bahan padat yang larut, setengah
padat dan cairan yang bercampur ditambahkan langsung pada basis.
7. Mengisi cetakan. Campuran homogenya pada cawan diaduk hingga basis mulai
mengental kemudian dituang pada cetakan satu persatu hingga berlebih.
8. Menghilangkan kelebihan basis. Sekitar 2-3 menit setelah dituang, terjadi kontraksi
volume, sehingga kelebihan basis pada permukaan cetakan dapat dihilangkan
dengan menggunakan spatel. Proses pendinginan pada suhu yang terlalu dingin
sering kali menyebabkan lubang pada supositoria.
9. Membuka cetakan. Setelah 10 menit, supositoria dapat dilepaskan dari cetakan dan
siap dikemas.
Pembuatan supositoria dengan basis makrogol
Secara umum, pembuatan supositoria basis dengan makrogol (PEG) sama dengan
pembuatan supositoria basis lemak. Tidak diperlukan lubrikan karena makrogol mudah
menyusut. Apabila basis mengandung air, air dihangatkan secara terpisah kemudian
dicampurkan dengan lelehan basis. Bahan obat yang larut air dilarutkan terlebih dahulu
sebelum dicampurkan. Bahan yang tidak larut dicampurkan dengan metode yang sama
dengan yang dijelaskan pada basis lemak.
Pembuatan supositoria dengan basis gliserin gelatin
Pembuatan supositoria basis gliserin gelatin sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah basis yang diperlukan. Karena kapasitas cetakan pada pustaka
umumnya ditujukan untuk lemak cokelat, maka untuk basis gliserin gelatin kapasitas
dikalikan dengan 1,2 karena densitas gliserin gelatin yang lebih besar
2. Mempersiapkan cetakan. Lubrikan dicetakan dengan menggunakan paraffin cair
3. Mempersiapkan bahan aktif. Bahan aktif larut air dan tahan panas dilarutkan dalam
air sebelum pemanasan. Bahan aktif yang tidak larut air diayak terlebih dahulu
(180µm)
4. Mempersiapan basis. Timbang gliserin pada cawan porselen panaskan hingga
100oC. Timbang air pada cawan porselen lain, keemudian panaskan. Air dapat
ditambahkan berlebih untuk mengantisipasi penguapan yang terjadi. Setelah
sumber panas dimatikan, masukkan serbuk gelatin dan aduk hingga melarut.
Larutan gelatin dapat dipanaskan secara berhati-hati untuk mencegah hangus.
Kemudian tambahkan gliserin panas dan larutan diaduk hingga homogen.
5. Pemanasan basis. Gelatin mungkin terkontaminasi dengan mikroorganisme
patogen. Sebagai tindakan pencegahan, lakukan pemanasan pada suhu 100oC
selama 1 jam pada penangas. Hal ini penting untuk sediaan yang ditujukan untuk
kulit yang terkelupas atau mukosa vagina.
6. Penyesuaian berat basis. Penyesuaian berat basis dapat dilakukan dengan
menambahkan air panas secukupnya atau dengan penguapan hingga berat yang
dirancang, mana yang diperlukan.
7. Pencampuran bahan aktif. Bahan obat larut yang tidak tahan panas dilarutan dalam
sedikit air sebelum penambahan masa yang telah dilebur. Bahan obat yang tidak
terlarut dilevigasi dengan gliserin, bukan dengan lelehan basis untuk menghindari
proses pemadatan basis.
8. Mengisi cetakan. Masa yang telah dilebur dituang dengan batang pengaduk ke
dalam cetakan. Basis gelatin gliserin tidak mengalami kontraksi volume sehingga
tidak perlu ditambahkan berlebih. Diamkan sekitar setengah hingga 1 jam untuk
supositoria kecil, diamkan lebih lama untuk supositoria yang lebih besar.
9. Membuka cetakan. Amati seksama untuk kemungkinan terbelah basis pada garis
tengah. Apabila terjadi, buka cetakan dari dasar. Setelah dilepaskan dari cetakan,
lubrikasi supositoria dengan sedikit paraffin cair.
Penggunaan air dalam formula
Dalam pembuatan supositoria, harus dihindari penggunaan air untuk melarutkan bahan
aktif. Air dapat mengoksidasi lemak, mempercepat degradas iobat, meningkatkan
reaksi antara obat dan komponen lain dalam supositoria, mendukung tumbuhnya
bakteri dan jamur. Bila terjadi penguapan air, menyebabkan obat mengkristal kembali.
Faktor Densitas
Untuk menentukan berat masing-masing supositoria, penting untuk mengetahui
densitas bahan yang digunakan. Sebagai contoh, bila densitas serbuk tidak terlarut
sangat besar, bahan yang tersuspensi cenderung mengendap dan terstratifikasi dalam
cetakan dan menghasilkan penampilan yang buruk.
Bila jumlah bahan obat yang digunakan kurang dari 100mg, volume yang
ditempati serbuk tidak bermakna. Prinsip tersebut digunakan untuk supositoria dengan
berat 2 g. Bila supositoria kurang dari 2 g dengan bahan aktif lebih besar dari 100 mg,
volume serbuk harus diperhatikan.
Faktor densitas lemak cokelat untuk beberapa bahan obat sudah diketahui.
Untuk basis lain, faktor densitas dapat dihitung sebagai perbandingan berat basis
kosong dan lemak cokelat. Faktor densitas untuk sejumlah bahan ditunjukkan pada
tabel 18.2. Tersedia 2 metode yaitu metode Bilangan Pengganti dan Faktor Densitas.
Persamaan berikut ini digunakan untuk menghitung bilangan pengganti :
100(𝐸−𝐺)
𝑓= +1
(G)(x)

Di mana f adalah faktor bilangan pengganti, E adalah berat basis suposutoria saja, dan
G setara dengan berat supositoria dengan X% bahan aktif.
Persamaan tersebut dapat digunakan baik untuk menghitung faktor bilangan
pengganti maupun menghitung berat supositoria yang dibuat.
Tabel 18.2 Faktor Densitas untuk Supositoria lemak Cokelat

Bahan Obat Faktor Densitas

Aminofilin 1,1
Aspirin 1,1
Bismuth subgalat 3,0
Minyakjarak 1,0
Cincokainhidroklorida 1,4
Dimenhidrinat 1,3
Hidrokortisonasetat 1,5
Ikhtamol 1,0
Morfinhidroklorida 1,6
Resorsinol 1,5
Seng oksida 5,0
Kontraksi Volume
Basis, eksipien, dan bahan aktif umumnya menempati ruang yang lebih sedikit pada
suhu rendah dibandingkan suhu tinggi. Basis supositoria dilebur terlebih dahulu, lalu
didinginkan. Selama proses pendinginan, lelehan cenderung untuk mengalami
kontraksi. Kontraksi tersebut memudahkan pelepasan supositoria dar icetakan, tetapi
juga menyebabkan lubang pada bagian akhir supositoria. Karena lubang tersebut tidak
dikehendaki, dapat dicegah dengan melelehkan mendekati suhu beku segera sebelum
dituang dalam cetakan. Disarankan untuk menuang sejumlah kecil lelehan berlebih
pada bagian akhir agar kontraksi volume hanya sedikit terjadi selama pendinginan.
18.5 KONTROL KUALITAS
Kontrol kualitas untuk supositoria meliputi keseragaman berat, penampilan fisik dan
tekstur. Keseragaman tekstur diuji dengan membelah supositoria secara longitudinal
dan lateral untuk menjamin setiap bagian supositoria memiliki permukaan yang halus
dan seragam
18.6 KONSELING
Pasien harus diberitahu bagaimana menyimpan supositoria dengan tepat dan
memadatkan kembali supositoria yang sudah meleleh. Pasien juga harus diberitahu
cara penggunaan supositoria yang tepat, bagaimana membasahi supositoria, sejauh
mana memasukkan supositoria, dan bagaimana mempertahankan posisi tubuh setelah
memasukkan supositoria.
18.7 KEMASAN
Mengemas supositoria sebaiknya secara individual atau mencetak supositoria dengan
cetakan sekali pakai. Apabila supositoria tidak dikemas dengan baik, dapat
menyebabkan deformasi, bernoda, patah, atau terkelupas.
18.8 PENYIMPANAN
Supositoria harus dilindungi dari panas dan disimpan dalam lemari es. Supositoria tidak
boleh dibekukan. Supositoria PEG dan gelatin harus dilindungi dari kelembapan karena
bersifat higroskopis.
18.9 CONTOH PRESKRIPSI
Contoh 1: supositoria rektal
Anda mendapatkan preskripsi berikut ini dari dokter

dr. Endro Pratomo


SIK 4923/2011
Jl. Nias 76 ABC

ABC, 0-00-0000
R/ Dimenhidrinat 50 mg
Basis qs
M.f.l.a supositoria VIII

Pro : Tn. Reza

1. Indikasi
Dimenhidrinat merupakan obat anti mual, terutama diberikan pada pasien yang tidak
dapat menelan.
2. Keamanan dan kesesuaian pengguna
Dimenhidrinat 50 mg yang digunakan secara rektal akan diabsorbsi secara sistemik.
Pada dosis tersebut dimenhidrinat aman digunakan. Karena dimenhidrinat sukar
larut dalam air, maka digunakan basis makrogol yang mudah larut dalam air.
3. Perhitungan
Diketahui bilangan pengganti dimenhidrinat 1,3 bila diasumsikan basis terpilih
memiliki densitas yang sama dengan lemak cokelat, maka jumlah basis yang
diperlukan:
= 8-0,3 = = 7,7 gram
Basis makrogol terpilih memiliki komposisi PEG 3350 (60%), PEG 1000 (30%), PEG
300 (10%)
Komponen Formula Preskripsi(7,7 gram )
Dimenhidrinat 50 mg 400 mg
PEG 1000 25% 25%x7,7 g = 1,972 g
PEG 4000 75% 75%x7,7 g = 5,775 g

4. Cara pembuatan
a. Siapkan cetakan, lubrikasi dengan parafin cair.
b. Timbang PEG 4000 pada cawan porseklen, lebur pada penagas air, tambahkan
PEG 1000.
c. Dimenhidrinat digerus halus, levigasi dengan sedikit leburan PEG
d. Tambahkan leburan basis .
e. Tuang pada cetakan hingga sedikit berlebihan diinginkan.
f. Rapikan bagian atas basis pada cetakan dengan spatel, keluarkan dari cetakan,
kemas secara individual.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: plastik khusus supositoria atau lembaran alumunium.
Etiket: warna biru
No. 154 ABC, 00-00-00

Tn. Reza
Bila perlu 1 supositoria

Supositoria anti mual (dimenhidrinat ) 8 sup


etiket warna
Gunakan birutanggal : 00-00-00
sebelum
Label:
- Beyod Used Date: 6 bulan setelah tanggal pembuatan.
- Obat luar
6. Konseling pada pasien
Cuci tangan sebelum menggunakan supositoria. Posisi pasien berbaring,
mengahadap ke salah satu sisi dengan satu kaki ditekuk. Celupkan supositoria ke
dalam air sebelum digunakan. Supositoria dimasukkan ke dalam rektal, pasien
berbaring beberapa saat, setelah itu pasien baru boleh melakukan aktivitas lainnya.
Contoh 2: supositoria rektal
Anda mendapatkan preskripsi beriku ini dari dokter

Dr. Putra Irawan


SIP 2415/2011
Jl. Doho 123 XYZ

XYZ, 0-00-000
R/ Supositoria gliserin
s. mane supp I

pro : Ny. Vika

1. Indikasi
Supositoria gliserin digunakan sebagai pencahar.
2. Keamanan dan kesesuaian penggunaan
Supositoria gliserin sebagai pencahar, aman digunakan. Supositoria gliserin
termasuk pada daftar British Nasional Formulary 51ͤ ͩ untuk konstipasi, sehingga
aman digunakan.
3. Perhitungan
Dalam preskripsi diminta 6 supositoria, tetapi untuk mengantisipasi kehilangan basis
selama proses pembuatan, dilebihkan 2 supositoria, menjadi 8 supositoria. Bila
digunakan cetakan supositoria dewasa dengan berat 3 gram, maka untuk 8
supositoria memiliki berat 24 gram.
Komponen Formula Preskripsi (24 g )
Gelatin 14% 3,36 g
Gliserin 70% 16,8 g
Air Hingga 100% 3,84 g

4. Cara pembuatan
a. Siapkan cetaka, lubrikasi dengan parafin cair.
b. Timbang gliserin pada cawan porselin, panaskan pada penangas air 100˚C.
c. Timbang gelatin, masukkan pada air yang telah dididihkan terlebih dahulu, aduk,
hingga terlarut seluruhnya.
d. Tambahkan gliserin panas, aduk hingga tercampur rata.
e. Sesuaikan berat yang diinginkan dengan menambahkan air atau menguapkan
air hingga berat yang diinginkan tercapai.
f. Tuang dalam cetakan, tanpa penambahan massa berlebih karena tidak terjadi
kontraksi volume.
g. Dinginkan kemudian lepaskan dari cetakan.
5. Wadah, etiket dan label
Wadah: Etiket: warna biu ( utuk obat luar )

No. 364 ABC, 00-00-00


Ny. Vika
Pagi hari satu supositoria

Supositoria gliserin untuk pencahar (6 sup)


Gunakan sebelum tanggal : 00-00-00

etiket warna biru


Label : Beyond Used Date: 14 hari setelah tanggal pembuatan Obat luar
6. Konesling pada pasien
Cuci tangan sebelum menggunakan supositoria. Posisi pasien berbaring,
mengahadap ke salah satu sisi dengan satu kali di tekuk. Supositoria dimasukkan
ke dalam rektal, pasien berbaring beberapa saat, setela itu pasien baru boleh
melakukan aktivitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Allen.Lv,.2001.The Art,Science and Tecnology of pharmaceutical Coumpounding ,


American Pharmaceutical Assocition ,Washington DC.

Anonim,2004, Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1027/ MENKES/SK/IX/2004,


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik ,Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Allen , L,V,. Ansel ,H.C., Popovich, N,G,. 2005 , Pharmaceutical Dosage Forms And
Drug Delivery Systems 9th Ed, Lippincott Williams & Wilkins

Beso , A Franklin,B.D., Nick, B,.2005, The Frequeny And Potential Causes Of


Dispensing Error In A Hospital Pharmacy Pharm World Sci 27: 182-190

Cohen ,M.R, 1991, Causes of Medication error , in : cohen . M.R., (Ed), Medication
Error, American Pharmaceutical Association, Washington DC.

Collet,D., Aulton, M., 1990 Pharmaceutical, Churchill Livingstone, Edingburgh.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV.

Flynn, E.A Dorris, N,T., Holman, G.T., Carnahan, B.J., Barker, K.N., 2002, Medication
Dispensing errors in Community Pharmacies, A Nationwide Study, Proceeding of
the Human Factors and Ergonomic Society and 46th Annual Meeting, 1448.,
1451.

Gennaro, A.R (ed)., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy,
Lippincott William & Wilkins.

Good Pharmacy Practice in Developing Countries, Recomendation fot Step-wise


Implemetation, International Pharmaceutical Federation, 1997.

Improving Prescription Drug Container Labeling in the United States, A Health Literacy
and Medication Safety Initiative, 2007, Americak College of Phisicians
Foundation.
Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecht, E.A., Sperandio, G.J., 1957, Scoville’s The Art of
Compounding-St 9th ed, McGraw Hill Book Company, Inc United States of
America.

Katzung, B.G., and Lofholm, P.W., 1997, Peresepan Rasional dan Penulisan Resep
dalam: Katzung, B.G., Basic & Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh
Agoes, HA, (ed), Edisi V, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Langley, C.A., Belcher, D., 2008, Pharmaceutical Compounding and Dispensing,


Pharmaceutical Press, London UK.
Langley, C.A., Belcher, D., 2009. Applied Pharmaceutical Practice, Pharmaceutical
Press, London UK

Martin E.W., (ed) 1996, Husa’s Pharmaceutical Dispensing, 6th ed., Mack Publishing
Co., Easton, Pensylvania

Mashuda, A(ed)., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik, Direktorat
Jenderal Bima Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

Rantucci M.J., 1997. Pharmacist Talking with Patients, A Guide to Patient Counseling,
First Edition, William & Wilkins, A Waverly Company, USA.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J, and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5 ed., The Pharmaceatical Press, London.

Shalita, A.R., Smith, J., Parish, I.C., Sofman, M.S., Chalker, D.K., 1995, Topical
nicotinamide compared with clindamycin gel in the treatment of inflamatory acne
vulgaris. International Journal of Dermatology, 34 (6): 434-437.

Sweetman, SC (ed).m 2009, Martindale The Complete Drag Reference 36 ed,


Parmaceutical Press.

US Pharmacopeial Convention, 2007, US Pharmacopeia 30, US Pharmacopeial


Convention, Inc., Rockville.

Undang-undang Republik Indonesia Nomer 22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Undang-undang Republik Indonesia Nomer 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

WHO Division of Drag Management adn Policies, 1998, The Role Of The Pharmacist In
The Health Care System, Report of a WHO Concultative Group. New Delhi.

Winfield, A.J, Richard, R.M.E., 1998 Pharmaceutical Practice. Churchchill Livingstone,


Edinburgh.
SINGKATAN BAHASA LATIN YANG
SERING DIGUNAKAN

Singkatan Bahasa Latin Kepanjangan Bahasa Indonesia


aa. ana masing-masing
a.c. ante cibum / ante coenam sebelum makan
ad/add. adde/addendus tambahkan (hingga)
ad lib. ad libitum sebanyak yang diinginkan
ad in lag. Gutt ad lagenam guttatorium dalam botol tetes
ad part. Dolent ad partes dolentes di tempat yang sakit
agit agitatio kocok
agit.a.sum agitetur ante sumendum kocok dahulu
a.d. auris dextra telingan kanan
a.l. auris laeva telinga kiri
alt. alternus bergantian
alt.die. alternis die setiap hari
alt. Hor. alternis horis setiap jam
amp. ampulla ampul
applic applicetur Gunakan
aq. aqua air
aq. Ad. aquam air hingga
aur/aurist auristillae tetes telinga
b.d/b/i/d bis in die dua kali sehari
b.d.d.c bis de die cochlear dua kali sehari satu sendok
makan
c. cum dengan
cap. capsula kapsul
caps.gel.op capsulae gelatinosae kapsul gelatin dengan
operculatae tutup
caps.ge.el capsulea gelatinosae kapsul gelatin lunak
elasticae
c.c. cum cibus bersama makan
c.th. cochlear thea sendok teh
co/comp compositus racikan
collut collutorium obat kumur
conc concetratus konsentrat
corp. corpori untuk tubuh
crem. cremor krim
d. dies sehari
d.d. de die setiap hari
dil dilutus encer, diencerkan
d.i.d da in dimidio berilah separuhnya
d.in 2plo. da in duplo berilah dua kalinya
div. divide terbagi
d.c. durante coenam saat makan
d.t.d. da tales doses berikan dalam dosis
demikian
dep. depuratus murni
d.s. da signa berikan dan tulis
div.in.p.aeq. divide in partes aequalis bagi dalam bagian yang
sama
dex. dexter kanan
et et dan
emuls. emulsi emulsi
evap. evaportur,evapora diuapkan
ex aq. ex aqua dalam air
ext. extractum ekstrak
ext.fl. extractum fluidum ekstrak cair
ext.liq. extractum liquidum ekstrak cair
ext.sicc. extractum siccum ekstrak kering
ext.spiss extractum spissium ekstrak kental
fort. fortis kuat
freq. frequenter seringkali
f/ft/fi at fi at buatlah
f.t. mist. fi at mistura buatlah campuran
f.t. pulv. fi at pulvis buatlah serbuk
garg. gargarisma obat kumur
Gutt/guttae/gtt. guttae tetes
h hora pada waktu
h.s. hora somni waktu tidur
haust. haustus diminum sekaligus
h.m. hora matutina pagi hari
h.v. hora vesperlina malam hari
i.c. inter cibos antara waktu makan
i.m.m. in mane medici berikan pada dokter
Intr.d.sum. intra diem sumerclum digunakan dalam satu hari
iter iteratur untuk diulang
inf. infusum infusion
inh. inhalation inhaler
irrig. irrigatio irigasi
lin. linimentum obat gosok
liq liquor larutan
lot. lotio lotion
l.a. lege artis menurut seni meracik
lag.gutt. lagena guttatoria botol tetes
lav.ophth. lavernentum opthalmicum larutan pencuci mata
loc.dol. locus dolens tempat yang nyeri
m/mane mane pagi hari
m.d. more dicto sesuai petunjuk
m.d.u. more dicto utendus digunakan sesuai petunjuk
mist. mistura campuran
m.f. misce fac buatlah
m.et.v. mare et vaspare pagi dan senja
m.p. made presriptio seperti yang tertulis
mod.praescr. modo praescripto sesuai aturan
narist. naristillae tetes hidung
n/nocte nocte malam hari
n.et.m nocte maneque pagi dan malam
n.p. nomen proprium nama yang tepat
neb. nebula obat semprot
n. nocte malam hari
ne det. ne detur tidak diberikan
no. nomero sebanyak
ocul. oculo untuk mata
oculent/oc oculentum salep mata
o.d omni die setiap hari
o.d.s oculus dextra sinistra mata kanan dan kiri
o.h. omni hora setiap jam
o.m. omni mane setiap pagi
o.n. omni nocte setiap malam
o.b.h.c. omni bihorio cochlear tiap 2 jam 1 sendok makan
oris oris mulut
p.a.a parti affectae applicandus gunakan pada daerah
yang diinginkan
p.c. post cibum/coenam setelah makan
p.o. per os melalui mulut
p.i. pro injectio untuk suntikan
p.i.m. periculum in mora bahaya bila ditunda
p.r.n. pro re nata bila perlu
p.m. post meridiem setelah tengah hari
pess. pessus pessari
pig. pigmentum warna
ppt. praecipitatus endapan
p.r. per rectum melalui rektal
p.r.n. pro re nata bila diperlukan
pulv. pulvis serbuk
pulv.adsr pulvis adspersorius serbuk tabur
pulv.gross pulvis grossus serbuk kasar
pulv.subt. pulvis subtilis serbuk tabur
p.v. per vagina melalui vagina
q.d.s./q.i.d. quarter die empat kali sehari
q.q.h/q.4.h. quarta quaque hora tiap 4 jam
q.s. quantum sufficiat secukupnya
r. recipe ambilah
rep./rept. repetatur diulang
s.a. secundum artem menurut seni
sacc.chart. sacculus chartaceus kantung kertas
sig. signa I berilah tanda
si op.sit si opus sit bila perlu
s.l saccharum lactis gula susu, laktosa
sol. solutio larutan
solv. solve larutkan
sos. si opus sit bila perlu
stat. statim segera
steril. sterilisatus disterilkan
supp. suppositorium suppositoria
syr. syrupus sirup
t.d.s/t.i.d. ter in die tiga kali sehari
tinct. tinctura tingtur
tuss.urg. tussi urgente bila batuk bermasalah
trit. tritusatum gerus
ung. unguentum salep
ut dict. ut dictum sesuai petunjuk
u.p. usus propius untuk pemakaian sendiri
u.c. usus cognitis pemakaian yang diketahui
u.e. usus externus untuk pemakaian luar
vap. vapor dihirup
ves. vespere malam

Anda mungkin juga menyukai