Anda di halaman 1dari 3

TUGAS REVIEW JURNAL UNDANG-UNDANG & ETIKA FARMASI

Nama : 1. Kirana Rizky M0615023


2.
3.
Kelompok : 2 (Dua)
Prodi : S1 FARMASI UNS
Dosen Pengampu :

Jurnal 1

Judul Penegakan Hukum Akibat Kelalaian Apoteker Dalam Menjalankan Pekerjaan


Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Banyumas
Jurnal Jurnal Idea Hukum
Volume& Halaman Vo. 2 ; 16 halaman
Tahun 2016
Penulis Baedi Mulyanto
Reviewer Kirana Rizky, ….. , ….
Tanggal 2 Oktober 2020

Ringkasan Abstrak Adanya BPJS adalah untuk meningkatkan mutu kesehatan untuk masyarakat.
adanya BPJS membuat lonjakan pengunjung di Puskesmas tanpa diiringi dengan
penambahan tenaga kesehatan Apoteker dan tenaga kefarmasian yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pelayanan kefarmasian
di Puskesmas dan juga untuk menganalisa penegakan hukum akibat terjadinya
kelalaian Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
Pada penelitian ini dihasilkan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
masih belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Diketahui pekerjaan kefarmasian masih ada yang dikerjakan oleh tenaga non
farmasi dan informasi obat yang diberikan kepada pasien juga belum lengkap
karena kurangnya pelayanan obat di Puskesmas.
Penegakan hukum akibat terjadinya kelalaian Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Puskesmas akan diselesaikan dengan jalur diluar
pengadilan dengan mengedepankan hak-hak dari pasien yang dirugikan akibat
kelalaian Apoteker. Hasil penelitian disebutkan solusi untuk meningkatkan
pelayanan kefarmasian dengan menambah sumber daya manusia terutama
Apoteker di Puskesmas agar pekerjaan berjalan sebagaimana mestinya.
Subjek Penelitian Sepuluh Apoteker, kepala puskesmas serta informan ketua IAI cabang Banyumas.
Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis dengan pengambilan
data dengan observasi dan wawancara
Variabel Dependen Penegakan hukum akibat terjadinya kelalaian Apoteker
Cara & Alat Melakukan pendekatan secara Yuridis Sosiologis, Deskriptif, Lokasi penelitian di
Mengukur Variabel Puskesmas se Kab. banyumas, sumber data dari Primer dan Sekunder dan
Dependen pengumpulan data dengan Purposive dan Snowball, lalu dilakukan penyajian data
dengan teks naratif.
Variabel faktor kelalaian Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian.
Independen
Langkah-langkah Setelah data terkumpul, dilakukan pengkategorian dari beberapa aspek yaitu
jumlah kunjungan pasien, penanggung jawab gudang obat, penanggung jawab
kamar obat, pelaksanaan pelayanan kefarmasian klinis, dan pelayanan informasi
dan edukasi.
Hasil Penelitian Ada beberapa permasalahan yang terjadi dan ini mendukung terjadinya faktor
kelalaian Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
Jumlah kunjungan pasien yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah
sumber daya manusia tenaga kesehatan. Jumlah yang dibutuhkan di Puskesmas
harus dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien baik rawat inap ataupun rawat
jalan sehingga terjadinya perkembangan pada puskesmas tersebut dari segi
pelayanan dan mutu. 1 Apoteker untuk 50 pasien perhari. Aspek penanggung
jawab gudang obat di Puskesmas hanya 2 puskesmas yang penanggung jawabnya
Apoteker, dan 3 yang penanggung jawabnya TTK, dan 3 yang penanggung
jawabnya tenaga kesehatan lain, dan 3 puskesmas yang penanggung jawab
gudang obatnya bukan dari tenaga kesehatan. Aspek pelaksanaan pelayanan
kefarmasian terdapat 2 puskesmas yang Apotekernya menjalankan kefarmasian
seorang diri, 1 puskesmas dalam menjalankan pelayanan kefarmasian dibantu
oleh TTK dan 5 puskesmas yang Apotekernya dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian dibantu oleh TTK dan 2 puskesmas yang Apotekernya dalam
menjalankan tugas kefarmasian dibantu oleh tenaga non kesehatan.
Kelalaian ini termasuk dalam ketentuan pidana seperti yang dicantumkan dalam
UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Bahwa setiap orang yang dengan
sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan tidak
memenuhi standar keamanan, khasiat, manfaat dan mutu dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak satu miliar rupiah
(Pasal 98 ayat 2 dan 3). Sanksi pidana untuk orang yang memproduksi atau
mengedarkan dengan sengaja sesuai dengan pasal (197)dikatakan bahwa
setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak satu milliar lima
ratus juta rupiah. Dalam pelaksanaan pelayanan informasi dan edukasi obat
diketahui dalam prakteknya apoteker hanya memberikan obat yang tertera nama
pasien dan aturan pakai tanpa memberikan informasi efek samping penggunaan
dan masih ditemui yang memberikan informasi obat bukan yang berasal dari non-
TTK.
Kelebihan Jurnal Pada penelitian ini menggunakan banyak metode yang digunakan dan cangkupan
tempat penelitian yang luas sehingga hasilnya lebih konkrit.Pembahasan aspek
yang jelas.
Kekurangan Jurnal Dalam jurnal ini masih banyak yang typo dan dari segi format kurang sesuai
dengan ketentuan jurnal, terlalu banyak spasi antar paragraf sebelah kanan dan
kiri. Dari segi isi kurang padat, terlalu banyak pembahasan yang dibahas
berulang.

Anda mungkin juga menyukai