Anda di halaman 1dari 10

Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.

6, Oktober 2019 306

ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS WOLAANG


Rawia Asnawi*, Febi K. Kolibu*, Franckie R.R. Maramis*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Sasaran dari pada manajemen pengelolaan obat adalah untuk tersedianya obat setiap saat dibutuhkan
baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien, dengan demikian manajemen pengelolaan
obat dapat dipakai sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan
untuk operasional yang efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui manajemen
pengelolaan obat di Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terlibat langsung dalam
proses pengelolaan obat di Puskesmas Wolaang instrument penelitian yaitu pedoman wawancara dan
alat perekam suara. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaan obat di Puskesmas
Wolaang belum sesuai dengan permenkes no 74 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian karena
ada beberapa faktor seperti penyimpanan obat, penarikan dan pemusnahan obat serta pemantauan
dan evaluasi yang tidak sesuai dengan pedoman pengelolaan obat.Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa manajemen pengelolaan obat di Pusksmas Wolaang belum terlaksana dengan
baik. Disarankan kepada puskesmas Wolaang agar dapat memperhatikan dan mengikuti pedoman
pengelolaan yang telah ditetapkan
.
Kata Kunci : Manajemen, Obat, Puskesmas

ABSTRACT
The goal of drug management is to provide drugs at all times about efficient types, quantities and
quality, so that drug management can be used as a process of mobilizing and empowering all
resources that have the potential to be used in planning for drug improvement at any time needed to
effective and efficient operation. The purpose of this study was to study the management of drug
management in the Wolaang Health Center, East Langowan District. This type of research is
qualitative research. The informants in this study transferred 4 people who were directly involved in
the process of drug management in the Wolaang Health Center. The research instruments were
interview guidelines and voice recording devices. The results of the study showed that the management
of drugs in the Wolaang Community Health Center was not in accordance with Permenkes No. 74 of
2016 regarding pharmaceutical services because there were several factors such as drug storage,
discussion and destruction of drugs and discussions that were not in accordance with drug licensing.
Wolaang Community Health Center has not been implemented well. Reported to the Wolaang
puskesmas in order to pay attention and follow the management guidelines that have been determined

Keywords: Management, Medicine, Puskesmas

PENDAHULUAN menjamin tercapainya ketetapan jumlah


Pengelolaan obat merupakan suatu dan jenis perbekalan farmasi dengan
rangkaian kegiatan yang menyangkut memanfaatkan sumber-sumber yang
aspek perencanaan, pengadaan, tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
penerimaan, penyimpanan,pemusnahan, perangkat lunak dalam upaya mencapai
pengendalian pencatatan dan pelaporan tujuan yang ditetapkan di berbagai tingkat
obat yang dikelola secara optional untuk unit kerja. Tujuan manajemen pengelolaan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 307

obat adalah untuk tersedianya obat setiap terstrukturnya obat atau barang tersebut
saat dibutuhkan baik mengenai jenis, sehingga bisa rusak atau kadaluarsa
jumlah maupun kualitas secara efisien, meskipun baik pemeliharaannya digudang
dengan demikian manajemen pengelolaan (Seto dkk, 2004).
obat dapat dipakai sebagai proses Hasil penelitian dari Iwan dkk
penggerakkan dan pemberdayaan semua (2014) tentang analisis pengelolaan obat
sumber daya yang potensial untuk di puskesmas gaya baru V kecamatan
dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan Bandar Surabaya kabupaten lampung
ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan tengah, bahwa pengadaan atau
untuk operasional yang efektif dan efisien. permintaan obat di puskesmas sudah
Pengelolaan obat di puskesmas perlu di sesuai aturan aturan yang berlaku.
teliti karena pengelolaan obat yang efisien Penyimpanan obat dipuskesmas sudah
sangat menentukan keberhasilan menggunakan metode FEFO dan FIFO.
manajemen puskesmas secara Tidak ada penghapusan obat dipuskesmas.
keseluruhan, untuk menghindari Perencanaan kebutuhan obat dipuskesmas
perhitungan kebutuhan obat yang tidak belum sepenuhnya memenuhi tahap-tahap
akurat dan tidak rasional sehingga perlu , yaitu belum menggunakan tahap seleksi
dilakukan pengelolaan obat yang sesuai. ilmiah medic dan statik, pendistribusian
Terjaminnya ketersediaan obat di obat dipuskesmas belum berjalan dengan
pelayanan kesehatan akan menjaga citra baik.
pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga Puskesmas Wolaang merupakan
sangat penting menjamin ketersediaan puskesmas rawat inap yang berada di
obat.(Syair, 2008). wilayah kecamatan Langowan Timur,
Sukses atau gagalnya pengelolaan obat menurut observasi awal yang dilakukan
ditentukan oleh kegiatan di dalam oleh peneliti dipuskesmas Wolaang bahwa
perencanaannya, misalnya dalam sering terjaedi kekosongan persediaan
menentukan barang yang pengadaannya obat disisi lain terjadi pula kelebihan obat
melebihi kebutuhan, maka akan hal ini membuat pasien pasien harus
mengacaukan satu siklus manajemen membeli sendiri obat yang di butuhkan di
secara keseluruhan, akibatnya akan luar Puskesmas oleh karena obat yang
menimbulkan pemborosan dalam dibutuhkan tidak tersedia.
penganggaran, pembengkakan biaya
pengadaan dan penyimpanan, tidak
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 308

METODE sehingga peneliti dapat lebih terfokus


Penelitian ini menggunakan penelitian pada tujuan dari penelitian tersebut,
kualitatitif dengan menganalisis tujuan utama dari penelitian kualitatif
manajemen pengelolaan obat di adalah adanya suatu penemuan.
puskesmas Wolaang. Penelitian ini b. Penyajian Data
dilakukan dipuskesmas Wolaang Penyejian data dalam penelitian ini
kecamatan Langowan Timur, Kabupaten adalah data yang disajikan dalam
Minahasa pada bulan April - Mei 2019 bentuk naratif yang merupakan hasil
dengan 4 orang informan yaitu Kepala wawancara yang dilakukan.
Puskesmas, Penanggung jawab gudang c. Penarikan Kesimpulan
obat dan apotik puskesmas, Perawat Peneliti dapat melihat apakah ada
Posyandu dan Penanggung jawab gudang penemuan baru atau tidak dalam
obat Dinas kesehatan kabupaten penelitian ini. Kesimpulan disajikan
Minahasa. Instrument penelitian ini adalah dalam bentuk deskriptif tentang
melakukan wawancara dengan keadaan yang ada ditempat penelitian.
menggunakan alat perekam (voice
recorder), handphone, kertass yang akan HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk menulis point dalam Perencanaan Obat
wawancara. Pengumpulan data dalam Perencanaan obat di Puskesmas Wolaang
peneltian ini dikumpulkan lewat menunjukan bahwa perencanaan
mewawancarai informan yang memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas dilakukan
syarat dalam pengumpulan informasi oleh setiap bulan serta direncanakan
peneliti. Analisis data yang dilakukan berdasarkan 10 penyakit terbesar yangada
dalam penelitian ini berfokus pada di wilayah kerjanya hal ini sudah
pelaksanaan penelitian mulai dari menggunakan metode yang telah
pengumpulan data awal sampai pada ditetapkan oleh perencanan yaitu metode
selesainya dilakukan pengumpulan data epidemioligi (berdasarkan pola penyakit).
pada saat penelitian. Langkah-langkah Dimana dengan data-data tersebut obat-
pada pengumpulan data yang dilakukan obatanyang direncanakan dapat tepatjenis
secara interaktif diantaranya: maupun tepat jumlah untuk memenuhi
a. Reduksi Data kebutuhan masyarakat dalam kurun waktu
Reduksi data adalah peneliti memilih tertentu.
hal-hal yang pokok dalam penelitian
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 309

Perencanaan obat di puskesmas Permintaan obat dari sub unit pelayanan


Wolaaang di buat setiap bulannya dengan ke apotik dilakukan dengan cara
melihat jumlah, kasus, jumlah pasien dan melakukan permintaan langsung ke apotik
penggunaan obat pada bulan sebelumnya, dan petugas apotik yag mengatur obat
perencanaan di buat dengan menggunakan sesuai dengan kkebutukhan dan
format LPLPO yang di berikan oleh dinas ketersediaan obat. Dalam permintaan obat
kesehatan kabupaten. Puskesmas Wolaang di Puskesmas Wolaang ada beberapa
memiliki dua LPLPO (Laporan persyaratan yang telah dilaksanakan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) diantaranya menghitung pemakaian obat
yang didalamnya berisikan laporan periode sebelumnya, menghitung jumlah
penggunaan obat bulan sebelumnya untuk kunjungan resep, menggunakan data pola
menyesuaikan permintaadn jumlah obat penyakit, menghitung jumlah obat yang
pada bulan berikutnya, puskesmas dibutuhkan dengan format LPLPO, ada
Wolaang memiliki dua LPLPO yaitu metode perhitungan kebutuhan obat,
LPLPO untuk JKN dan untuk pasien menghitung rancangan permintan periode
Umum. yang akan datang, dan permintaan obat
Kekurangan obat di Puskesmas terjadi dilakukan secara rutin sesuai jadwal.
karena tidak sesuainya permintaan obat Hasil penelitian ini sejalan dengan
puskesmas dengan daftar obat di penelitian yang Penelitian yang terdahulu
distribusikan dan di tetapkan oleh dinas dilakukan oleh Kobandaha (2016) yang
Kesehatan Kabupaten. mengemukakan bahwa permintaan obat di
puskesmas Wenang kota Manado dibuat
Permintaan sesuai kebutuhan puskesmas dengan
Proses pelaksanaan permintaan obat menggunakan LPLPO. Permintaan di buat
diajukan oleh Puskesmas kepada Dinas pada setiap bulannya.
Kesehataan setiap bulannya, dalam
permintaan obat di puskesmas Wolaang Penerimaan
tidak semua obat yang di minta oleh Tenaga kefarmasian wajib melakukan
puskesmas dapat di penuhi oleh Dinas pengecekan terhadap sediaan farmasi dan
kesehatan Kabupaten dikarenakan bahan habis pakai yang diserahkan
terjadinya kekosongan obat dari PBF ( mencakup jumlah , kemasan jenis dan
Pedagang Besar Farmasi) yang memasok jumlah sediaan farmasi bentuk sediaan
obat untuk didistribusikan ke Puskesmas. farmasi sesuai dengan isi dokumen
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 310

LPLPO. Penerimaan obat di puskesmas persyaratan yang telah ditetapkan


Wolaang di lakukan setiap bulannya (Hasnawati, dkk, 2016).
dengan cara di bawa langsung oleh Dari hasil wawancara, informan
petugas gudang obat dinas kesehatan atau menyatakan bahwa tata letak
di di ambil sendiri oleh petugas penyimpanan obat obat di Puskesmas
puskesmas di gudang obat dinas Wolang dilakukan dengan mengikuti
kesehatan. Penerimaan obat di sesuaikan abjad memakai sistem FEFO dan FIFO.
dengan LPLPO yang telah di masukan Obat cair dipisahkan dengan obat padat
sebelumnya kegiatan penerimaa obat ini dan obat yang diletakkan di lantai
juga di lakukan dengan mengecek kembali menggunakan pallet. Hal ini sangat
apakah obat-obat yang di kirimkan oleh penting karena obat yang sudah terlalu
gudang obat dinas kesehatan telah sesuai lama biasanya kekuatan atau potensinya
dengan perimantaan obat puskesma dalam berkurang, selain itu beberapa obat seperti
format LPLPO. antibiotik mempunyai batas waktu dimana
Penelitian yang dilakukan oleh obat mulai berkurang efektifitasnya.
Hiborang (2016) menyebutkkan bahwa Menurut pengamatan dari peneliti bahwa
penerimaan obat di terima sendiri oleh gudang penyimpanan obat di Puskesmas
kepala gudang sewaktu di dinas Wolaang tidak memiliki fentilasi dan
kesehatan, kemudian di bawah ke jendela, ruangan yang digunakan hanya
puskesmas dan staf apotik melakukan berukuran 2x2 pencahayaan di gudang
pengecekan kembali obat setelah berada di hanya menggunakan lampu karena cahaya
Puskesmas. matahari tidak dapat masuk ke gudang.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh
Penyimpanan Obat Mamait dkk (2017) Penerapan sistem
Penyimpanan obat merupakan salah satu FIFO dan FEFO yang ada di gudang obat
kegiatan pengaturan terhadap obat yang atau tempat penyimpanan obat tidak
diterima agar aman (tidak hilang), menerapkan sistem FIFO tapi, hanya
terhindar dari kerusakan fisik maupun menerapkan sistem FEFO melainkan
kimia dan mutunya tetap terjamin sesuai dengan kebiasaan sendiri.
dengan persyaratan yang telah di tetapkan.
Tujuan dari penyimpanan obat adalah agar Pendistribusian Obat
mutu obat yang tersedia di puskesmas Mekanisme pendistribusian obat
dapat dipertahankan sesuai dengan merupakan cara atau langkah dalam
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 311

menyalurkan obat ke unit-unit bawah sistem amfrak, dilakukan setiap bulannya


puskesmas dengan tujuan yang sama yaitu sesuai pemakaian.
memberikan pelayanna kesehatan kepada Obat kedaluwarsa merupakan limbah
masyarakat. kegiatan distribusi obat yang B3 yang diatur pengelolaannya termasuk
perlu dilakukan di Puskesmas, yaitu penyimpanannya. Penyimpanan Limbah
menentukan frekuensi distribusi, B3 (LB3) dilakukan dengan cara
menentukan jumlah jenis obat yang menyimpan di fasilitas Penyimpanan LB3,
diberikan, dan melaksanakan penyerahan menggunakan wadah sesuai kelompok
obat. Limbah B3, penggunaan warna pada
Kegiatan pendistribusian obat di setiap kemasan dan/ atau wadah Limbah
Puskesmas Wolaang diatur oleh petugas sesuai karakteristik Limbah B3; dan
farmasi dan disesuaikan dengan pemberian simbol dan label Limbah B3
kebutuhan masing-masing sub unit. Jadi pada setiap kemasan dan/atau wadah
semua dari gudang obat masuk ke apotik Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah
ada juga gudang obat di apotik, resep dari B3. Wadah untuk obat Kedaluwarsa
poli, poli ambil ke apotik Puskesmas. menurut aturan adalah warna cokelat
Kalaupun ada perawatan keluar gedung (Kementrian LHK RI, 2015).
juga diminta obat untuk di bawa ke Penyimpanan obat Kedaluwarsa
perawatan luar gedung di minta ke sebaiknya di simpan di ruang atau tempat
pengurus apotik. khusus terpisah dari obat yang belum
Hasil penelitian pada pendistribuasian kadaluarsa, diruang yang terkunci agar
obat di Puskesmas Wolaang adalah terjamin keamanannya.Limbah bahan
dengan sistim anfrak yaitu obat yang kimia atau Limbah farmasi dalam jumlah
sudah ada di apotik didistribusikan pada sedikit dapat dikumpulkan bersama
masing-masing sub unit pelayanan dengan Limbah infeksius.Limbah farmasi
puskesmas seperti KIA, imunisasi, rawat Kedaluwarsa/tidak digunakan dalam
inap, dan Posyandu. Hal ini sejalan jumlah besar yang tersimpan di unit
dengan penelitian terdahulu yang pelayanan farmasi harus dikembalikan ke
dilakukan oleh Nurniati, Dkk (2016) yang pemasok (penyuplai) atau pihak pengelola
mengemukakan bahwa pendisrtibusian Limbah B3 yang telah memiliki izin untuk
obat dari puskesmas ke sub unit pelayanan pemusnahan (Nuryeti dan Ilyas, 2018).
kesehatan puskesmas dilakukan dengan Hasil penelitian di Puskesmas Wolaang
informan mengatakan bahwa semua obat
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 312

yang di terima puskesmas sudah belanja obat sendiri dengan menggunakan


memenuhi syarat, namun inrofman lain dana JKN.
menyatakan bahwa ada beberapa obat Kegiatan pengawasan dan
yang tidak terpakai namun sudah expire pengendalian obat di Puskesmas terdiri
masih di biarkan di gudang obat dan dari kegiatan pemeriksaan persediaan,
belum melakukan pemusnahan atau pencatatan dan pelaporan.Pengendalian
peengembalian obat di Dinas Kesehatan. obat hilang, obat rusak, dan kadaluarsa
Pada pertanyaan selanjutnya informan juga dilakukan Puskesmas untuk menjaga
menyatakan bahwa puskesmas dapat ketersediaan obat dan keamanan
melakukan pemusnahan sendiri obat yang penggunaan obat oleh pasien.Sejauh ini, di
telah kadaluarsa dengan membuat berita Puskesmas tidak ditemukan kasus obat
acara pemusnahan dan disaksikan oleh hilang, hanya ditemui beberapa kasus obat
pemerintah dan dinas kesehatan rusak atau kadaluarsa. Apabila ada obat
Kabupaten. rusak atau obat kadaluarsa maka, petugas
apotek mengumpulkan obat yang rusak
Pengendalian Obat dan kadaluarsa di dalam gudang dan
Pengendalian obat dari Puskesmas segera melaporkan kepada kepala
dilakukan dimana pengendalia obat puskesmas dan akan dibuatkan berita
dilaksanakan dengan cara mengecek acara kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
secara rutin tanggal expire obat dan untuk bisa meretur obat.
puskesmas Wolaang biasanya menutupi
kekurangan obat dari APBD dengan Pencatatan Dan Pelaporan
melakukan belanja obat sendiri dengan Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi
dana JKN. Selain itu, strategi dari dinas dan bahan medis habis pakai di
kesehatan agar tidak terjadi kekosongan Puskesmas Wolaang sudah sangat baik.
obat adalah dengan cara mengadakan Hal ini didasarkan pada hasil wawancara
permintaan buffer stock dari Dinas yang dilakukan dimana informan
Kesehatan Kabupaten ke Dinas Kesehatan mengatakan bahwa Puskesmas Wolaang
Provinsi. Hal ini sejalan dengan penelitian membuat laporan setiap bulannya dengan
yang dilakukan Lumintang (2017) dimana menggunakan format LPLPO dari dinas
hasil penelitiannya mengemukakan bahwa kesehatan dan ada juga laporan pelayanan
untuk menutupi kekurangan obat di resep generik, laporan pemberian
puskesmas , puskesmas melakukan informasi obat dan laporan ketersediaan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 313

obat. Laporan tersebut dibuat oleh petugas petugaas farmasi berdasarka 10


Farmasi. penyakit terbanyak dan di sesuaikan
Dalam proses pengelolaan obat khususnya dengan penggunaan obat yang tercatat
pencatatan dan pelaporan obat, di LPLPO.
pengalaman bekerja juga sangat 2. Permintaan obat di puskesmas
mempengaruhi karena petugas yang Wolaang di buat dengan cara
mempunyai pengalaman bekerja pada menghitung pemakaian obat periode
apotek atau di fasilitas pelayanan sebelumnya, menghitung jumlah
kesehatan setidaknya sudah mengetahui kunjungan resep, menggunakan data
bagaimana sistem pelaporan obat yang pola penyakit, menghitung jumlah
baik karena petugas tersebut sudah obat yang dibutuhkan dengan form
terbiasa dalam melakukan pencatatan dan LPLPO dan permintaan obat
pelaporan obat. Hasil akhir pencatatan dilakukan secara rutin sesuai jadwal.
diketahui oleh kepala puskesmas. apotik, namun Permintaan obat di
Pelaporan penggunaan obat dilakukan puskesmas tidak semua bisa di penuhi
setiap bulan. oleh gudang obat dinas kesehatan
kabupaten karena adanya kekosongan
Pemantauan Dan Evaluasi obat dari pedagang besar farmasi.
Hasil penelitian di Puskesmas Wolaang, 3. Penerimaan obat di Puskesmas
informan mengatakan bahwa puskesmas Wolaang di lakukan dengan cara di
Wolaang tidak melakukan evaluasi dalam bawa oleh petugas dari dinas
pengelolaan obat, dan hanya melakukan kesehatan atau di ambil langsung oleh
pemantauan pengelolaan obat yang di petugas farmasi di gudang obat
bimbing langsung dari dinas kesehatan, penerimaan obat di lakukan dengan
pemantauan obat juga dilakukan oleh mengecek obat dan mencocokannya
petugas farmasi agar obat yang telah dengan LPLPO dang di masukan
dimintan namun tidak terpakai tidak akan dalam permintan obat.
dibuatkan lagi permintaan pada bulan 4. Penyimpanan obat di Puskesmas
selanjutnya. Wolaang di simpan di dalam gudang
obat dengan menggunakan sitem
KESIMPULAN FEFO dan FIFO dan di susun
1. Perencanaan obat di puskesmas menggunakan abjad, obat yang cair di
Wolaang setiap bulannya oleh pisahakan dengan obat padat, untuk
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 314

obat yang akan di letakan dilantai di SARAN


alas menggunakan pallet. 1. Saran untuk puskesmas agar dapat
5. Pendistribusian obat di puskesmas mengikuti pedoman pengelolaan obat
Wolaang di distribusikan langsung dalam permenkes no 74 tahun 2016
dari gudang obat ke apotik puskesmas dan memperbaiki bila masih ada
untuk pendistribusian ke sub unit di kekurangan.
atur langsung oleh petugas farrmasi 2. Saran untuk Puskesmas untik
puskesmas dan disesuaikan dengan melakukan pemusnahan obat yang
kebutuhan masing-masing sub unit. tidak memenuhi syarat atau
6. Penarikan dan pemusnahan kadaluarsa sengan mengikuti SOP
puskesmas Wolaang tidak pernah yang telah di tetapkan dalam
melakukan pemusnahan sendiri untuk permenkes no 74 tahun 2016.S
obat yang tidak layak atau telah 3. Saran untuk Dinas Kesehatan agar
kadaluarsa, obat-obat tersebut hanya dapat memenuhi permintaan obat
dibiarkan di gudang obat puskesmas. sesuai dengan kebutuhan puskesmas
7. Pengendalian obat di Puskesmas agar tidak terjadi kekosongan
Wolaang dilakukan dengan cara maupun kelebihan obat yang
mengecek secara rutin tanggal mengakibatkan tidak terdistribusinya
kadaluarsa obat menutupi kekurangan obat kepada masyarakat dan terjadi
obat dengan cara melakukan belanja penumpukan obat.
obat sendiri dengan dana JKN.
8. Pencatatan dan pelaporan obat di DAFTAR PUSTAKA
Puskesmas Wolaang di buat setiap Hiborang. S, S. Maramis FRR dan
bulannya dengan menggunakan Kandou GF. 2016. Gambaran
Pelaksanaan Pengelolaan Obat di
format LPLPO dari dinas kesehatan . Puskesmas Paniki Bawah Kota
9. Pemantauan dan Evaluasi, Puskesmas Manado Tahun 2016. IKMAS 1 (3):
1-8.
Wolaang hanya melakukan
Nuryeti Y dan Ilyas Y. 2018. Pengelolaan
pemantauan untuk obat-obat yang Obat Kadaluarsa dalam Upaya
tidak terpakai untuk tidak dibuatkan Pengendalian Pencemaran
Lingkungan di Puskesmas Wilayah
permintaan pada bula berikutnya, dan Kota Kerja Serang. Higiene 4 (1):
puskesmas Wolaang tidak melakukan 138-142.

Evaluasi untuk pengelolaan obat.


Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 315

Seto S, dkk. 2004. Manajemen Farmasi. x.php/medkes/article/view/379.


Airlangga University Pres : Diakses 7 mei 2019
Surabaya
Nuryeti Y dan Ilyas Y. 2018. Pengelolaan
Kobandaha, 2016. Analisis Manajemen Obat Kadaluarsa dalam Upaya
Pengelolaan Obat Di Puskesmas Pengendalian Pencemaran
Wenang Kota Manado. (Online) . Lingkungan di Puskesmas Wilayah
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph Kota Kerja Serang. Higiene 4 (1):
p/kesmas, Diakses 5 mei 2019. 138-142.
Nurniati,2016. Studi Tentang Pengelolaan
Obat Di Puskesmas Burangan
Kabupaten
Wakatobi.(Online).(http://jurnalnasi
onal.ump.ac.id/ind9ex.php/PHARM
ACY/article/view/112) Diakses5
mei 2019.
Lumintang, P. D.2017. Analisis
Pengelolaan Obat Di Puskesmas
Tompaso Kabupaten Minahasa.
(Online).
http://www.ejournalhealth.com/inde

Anda mungkin juga menyukai