Anda di halaman 1dari 12

446 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada....

Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP PENGADAAN DI INSTALASI FARMASI


RSUD LA TEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG

Oleh:
Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri
Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI)

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis pengelolaan obat pada tahap pengadaan
di RSUD La Temmamala Soppeng tahun 2018.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi langsung, telaah
dokumen serta Focus Group Discussion (FGD). Informasi yang dikumpulkan dari 4 orang
yaitu 1 Informan Kunci,1 Informan Utama serta 2 Informan Pendukung yang terlibat dalam hal
pengadaan obat di instalasi Farmasi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengadaan obat di RSUD La Temmamala
Kabupaten Soppeng sudah melaksanakan pengadaan obat sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018, namun hasil analisis tahap pengadaan obat di Instalasi
Farmasi masih sering melakukan pengadaan obat secara Offline disebabkan ketersediaan
obat pada E_catalog sering kosong, serta pengadaan obat berdasarkan laporan dari
persediaan obat masih menggunakan system manual sehingga pengadaan obat bukan
berdasarkan jumlah obat yang keluar (diresepkan) tapi hanya melihat kondisi gudang saja hal
ini menyebabkan peningkatan pengadaan obat karena pengeluaran obat tidak sikron dengan
laporan persediaan di farmasi karena tidak adanya control terhadap jumlah obat yang keluar.
Peneltian ini merekomendasikan agar pihak manajemen segera mengupayakan
system yang digunakan bagian instalasi farmasi secara online agar pengadaan obat bisa
ditekan berdasarkan data stock opname baik yang ada di depo dengan yang ada digudang
farmasi, selain itu sebaiknya manajemen melakukan evaluasi terhadap pihak ketiga yang
bekerjasama dengan Instalasi farmasi yang bisa menyediakan obat yang lebih lengkap.

Kata kunci : Tahap Pengadaan Obat, Instalasi Farmasi RSUD La Temmamala Kab.Soppeng

PENDAHULUAN inap,rawat jalan maupun semua unit


Instalasi farmasi adalah salah satu termasuk poliklinik rumah sakit (Niartiningsih,
bagian/ unit/devisi atau fasilitas di rumah 2017).
sakit ,tempat penyelenggaraan semua Pentingnya pengelolaan obat di
kegiatan pekerjaan kefarmasian yang instalasi farmasi dalam mencapai pelayanan
ditunjukkan untuk keperluan rumah sakit itu kesehatan yang optimal di rumah sakit,maka
sendiri. Berdasarkan defenisi tersebut maka ada proses pengelolaan obat perlu diawasi
instalasi farmasi rumah sakit secara umum untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
dapat diartikan sebagai suatu departemen dalam pelaksanaan operasionalnya sehingga
atau unit bagian disuatu rumah sakit dibawah dapat segera dilakukan tindakan perbaikan
pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh untuk hal pelaksanaan pengelolaan obat
beberapa apoteker yang memenuhi yang masih dianggap belum optimal
persyaratan perundang –undangan yang (Febriani & Chalidyanto, 2016)
berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh Apabila rumah sakit tidak mampu
pekerjaan serta pelayanan langsung kepada merencanakan dan melaksanakan
penderita baik untuk penderita rawat manajemen obat dengan baik maka rumah
447

sakit tersebut tidak mampu mencapai titik belum normal kembali disebabkan
keberhasilan. Kegagalan manajemen keterlambatan pembayaran kepada pihak
logistikakan menurun kualitas pelayanan ketiga dan melakukan lock (kunci ) sehingga
rumah sakit sehingga kepuasan pasien pun banyak sediaan obat diinstalasi farmasi
juga akan ikut menurun. kehabisan stok.
RSUD La Temmamala memiliki METODE PENELITIAN
Instalasi Farmasi yang dikepalai oleh Penelitian ini menggunakan desain
seorang apoteker dan dibantu oleh 3 penelitian kualitatif.Metode kualitatif
penanggung jawab disetiap bagian yaitu menerapkan prosedur penelitian yang
penanggung jawab dari apotek/DEPO Rawat menghasilkan data deskripsi berupa kata-
Jalan,Penanggung Jawab dari depo rawat kata tertulis atau lisan dan prilaku dari orang-
inap dan penanggung Jawab dari gudang orang yang didapat diamati.Pendekatan studi
farmasi serta 41Staf Lainnya. kasus dipilih karena sesuai dengan subyek,
Berdasarkan data dari rumah sakit masalah, dan tujuan penelitian yang
kunjungan Pasien di tahun 2017 untuk rawat diharapkan.Studi kasus memungkinkan
jalan berjumlah 94106 atau rata-rata penelitian yang mendalam dan mendetail
kunjungan perhari sebanyak 274 kunjungan. tentang segala sesuatu yang berhubungan
Jumlah kunjungan paling banyak pada dengan subjek penelitian.
poliklinik interna sebanyak 24.233 kunjungan A. Lokasi dan Waktu Penelitian
atau 25,75%,sementara kunjungan paling 1. Lokasi Penelitian
sedikit terdapat pada Poliklinik Gizi sebanyak Penelitianini dilaksanakan di RSUD
31 kunjungan atau 30%, sedangkan La Temmamala Soppeng yang berada di
kunjungan pasien tahun 2017 untuk rawat Jalan Malaka Raya Kecamatan Lalabata,
inap sebanyak 12349 jumlah Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
kunjungan.kunjungan yang paling banyak 2. WaktuPenelitian
tetap pada pelayanan penyakit interna Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
sebanyak 3165 atau 25,63% sedangkan bulan September 2018 sampai dengan bulan
jumlah kunjungan perawatan yang paling Oktober 2018.
sedikit kulit kelamin sebanyak 34 kunjungan TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN
atau 28%(Profil RSUD Latemmamala, 2017) Informan dipilih menggunakan teknik
Adapun anggaran untuk purposive sampling yaitu pemilihan secara
pengadaan obat Tahun 2017 yaitu 30% dari non probabilitas.Informan dipilih berdasarkan
seluruh total anggaran pelaksanaan kegiatan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
di UPTD RSUD La Temmamala Kabupaten oleh peneliti.
Soppeng sebanyak Rp.8.000.000.000,- untuk Informan yang akan dipilih dalam
jumlah pengadaannya sebanyak penelitian ini adalah, Perencana,
Rp.10.830.159.880,-, sedangkan jumlah penanggung jawab instalasi, staf administrasi
pendapatan instalasi farmasi farmasi, dan ketua Unit Layanan Pengadaan
Rp.9.435.240.978,- (Laporan Keuangan TEKNIK PENGUMPULAN DATA
RSUD La temmamala, 2017) Teknik pengumpulan data yang
Berdasarkan survei awal melalui digunakan dalam penelitian ini adalah :
wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi a. Wawancara mendalam
di UPTD RSUD La Temmamala Kabupaten b. Observasi
Soppeng bahwa, dengan meningkatnya c. Studi dokumentasi
jumlah kunjungan pasien maka secara d. Focus Group Discussion
otomatis kebutuhan obat juga meningkat
sementara pada saat ini sediaan obat di
instalasi farmasi masih belum stabil atau

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551


448 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada.... Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

HASIL PENELITIAN tahun yang akan datang sehingga tidak


a. Persiapan perencanaan dalam terjadi devisit anggaran.
penentuan kebutuhan obat, jenis, b. Pada tahap persiapan metode yang
jumlah dan waktu pemesanan obat di harus digunakan dalam pengadaan
instalasi Farmasi obat
Menurut informan obat-obatan yang Hasil penelitian di RSUD La
akan diusulkan dalam perencanaan harus Temmamala menunjukkan bahwa
sesuai formularium yang telah disusun oleh perencanaan kebutuhan obat menggunakan
komite farmasi dan Terapi yakni obat-obat metode konsumsi yakni berdasarkan pada
generik dan adapula yang branded data pemakaian obat tahun sebelumnya atau
(paten)dari hasil wawancara dan didukung dengan melihat stok persediaan obat yang
dengan telaah dokumen berupa laporan ada di gudang Instalasi Farmasi serta
pengadaan obat dari bulan Januari sampai mengkompilasi dengan metode epidemiologi,
bulan Juni 2018 bahwa obat yang diadakan selain itu disesuaikan dengan anggaran yang
berjenis tablet, kapsul, injeksi, sirup dan lain telah disediakan oleh manajemen hal ini
sebagainya. Selain itu peneliti juga didukung dengan hasil wawancara
mengetahui pemilihan jenis obat juga ” Perencanaan kebutuhan obat
didasarkan pada pemakaian obat pasien.hal menggunakan metode konsumsi yaitu
ini disampaikan informan sebagai berikut : mengestimasi penggunaan obat tahun
“ tahap pertama melalui tahap sebelumnya selain itu kadang
pemilihanyaitu untuk menentukan jenis mengkompilasi dengan metode
obat yang akan digunakan di epidemiologi dengan memperhatikan
RS,pemilihan ini merupakan trend penyakit pada tahun yang akan
kewenangan Komite Farmasi dan datang dan berdasarkan laporan-
Terapi untuk dijadikan dasar untuk laporan dari dinas kesehatan dan
penyusunan Formularium RS” (Inf 01) rumah sakit” (Inf 01)
“ hingga saat ini dalam perencanaan “ Selain itu memperhatikan system
obat di RSUD La Temmamala dibuat anggaran sehingga menggunakan
oleh Kepala Instalasi Farmasi sistem VEN (Vital, Esensial,
berdasarkan dari Laporan Persediaan Nonesensial” (Inf 01)
dari Gudang Farmasi” (Inf 02 ) c. Dalam tahap persiapan harus
“ Dalam proses perencanaan obat itu melaksanakan sesuai dengan prosedur
di rumah sakit menggunakan system (SOP)
1,2 artinya 1 untuk generik 2 untuk SOP kegiatan pengadaan obat di
Branded (paten)” (FGD) Instalasi Farmasi dibuat oleh Kepala Instalasi
“ Perencanaan pemilihan obat juga Farmasi RSUD La Temmamala Kabupaten
melihat dari slowmoving obat serta Soppeng dan ditetapkan serta
fastmoving obat” (FGD) ditandatangani oleh Direktur. SOP yang
Setelah melakukan telaah dokumen berlaku pada tahun ini pada dasarnya masih
menemukan bahwa dalam penyusunan menggunakan SOP pada tahun-tahun
perencanaan kebutuhan obat melakukan sebelumnya. Hal ini berdasarkan hasil
analisis kebutuhan tidak hanya berdasar wawancara dengan informan
pagu anggaran sebelumnya akan tetapi “ Ada semua Standar Operasional
mempertimbangkan selain jumlah kunjungan Prosedurnya,mulai dari perencanaan
tetapi juga memperhatikan penambahan sediaan Farmasi,pemilihan/seleksi
dokter spesialis di RSUD La Temmamala obat,permintaan sediaan farmasi,stock
Kabupaten Soppeng. Selain itu opname,retur kedistributor” (Inf 01)
mmeperhatikan pagu anggaran belanja obat
449

“kita tetap melakukan pekerjaan sesuai membutuhkan obat yang berbeda dan
dengan Standar Operasional Prosedur beraneka macam jenisnya” (FGD)
“(Inf 02 )
e. Langkah yang dilakukan unit
“ Sesuai standar pelayanan minimal Pengadaan jika terjadi kekosongan
semua tindakan yang dilakukan harus atau stockout obat di Instalasi Farmasi
ada SOP”(Inf 04) Berdasarkan keterangan dari
informan utama dapat disimpulkan bahwa
d. Pada tahap persiapan ada beberapa langkah yang ditempuh jika terjadi
kendala yang sering terjadi pada tahap kekurangan atau kekosongan obat di RSUD
pengadaan obat di instalasi farmasi La Temmamala melakukan belanja langsung
Dari hasil penelitian yang dilakukan atau meminjam ke Rumah Sakit tetangga
dengan wawancara mendalam serta data atau pinjam ke Dinas Kesehatan hal ini
sekunder, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil wawancara mendalam
kegiatan pengusulan kebutuhan obat di “ Segera melakukan usulan pengadaan
RSUD La Temmamala Kabupaten Soppeng obat ke Unit Layanan Pengadaan” (Inf 01)
pada dasarnya sudah dilakukan sesuai “ Melakukan belanja langsung atau
dengan prosedur. Obat yang masuk dalam melakukan pinjaman ke Dinas Kesehatan
pengusulan obat juga berdasarkan atau ke RS tetangga”(Inf 02)
formularium dan metode konsumsi, namun “ Melakukan pinjaman ke rumah sakit
dalam pelaksanaannya terkadang terdapat terdekat setelah ada pengadaan di RSUD
masalah yang berkaitan dengan pengusulan La Temmamala kemudian digantikan” (Inf
kebutuhan obat yang tidak sesuai dengan 04)
realisasi termasuk anggaran yang disediakan “ Kalau memang obat tersebut
oleh manajemen tidak mencukupi kebutuhan pemakaiannya maka sangat dibutuhkan
obat Instalasi Farmasi, adapun hasil maka akan melakukan pengadaan secara
wawancara dengan informan langsung”(FGD)
“ Anggaran tidak mencukupi “ ULP harus memiliki prediksi tentang
kebutuhan obat karena semakin pengadaan obat, dan kami memiliki SOP
meningkatnya jumlah kunjungan ke tentang kekosongan obat kalau rentang
RSUD La temmamala”(Inf 01) waktunya 1 jam baru pinjam ke dinas
“Anggaran untuk sekarang sudah kesehatan, kalau rentang waktunya 8 jam
berlebih belanjanya dalam hal maka pinjam ke rumah sakit tetangga,
pengadaan obat”(Inf 02) kalau rentang waktunya 24 jam maka
akan melakukan pengadaan langsung”
“ Belanja obat-obat sudah melebihi (FGD)
anggaran di sebabkan karena f. Usulan obat yang di ajukan kepala
perencanaan tidak memperhitungkan Instalasi Farmasi kepada Komite
hutang tahun lalu yang harus Farmasi untuk system persiapan
dibayarkan tahun ini”(Inf 04) pengadaan obat
Berdasarkan hasil wawancara
“ Anggaran yang sudah diajukan dengan informan kunci bahwa usulan obat
kepada manajemen tidak mencukupi telah disampaikan kepada Komite Farmasi
kebutuhan obat di Instalasi Farmasi dan Terapi untuk dijadikan dasar
karena dilihat dari factor kunjungan penyusunan Formularium Rumah Sakit,
pasien semakin meningkat selain itu namun dalam pelaporan masih bersifat
karena penambahan dokter ahli yang manual karena SIM RS belum berfungsi
otomatis masing-masing secara baik sehingga pengajuan obat

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551


450 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada.... Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

kadang tidak terkoneksi dengan jumlah obat sehingga hal ini bisa memperhambat
yang keluar melalui resep dari Depo pengadaan obat di RSUD La Temmamala
Farmasi, hal ini didukung dengan hasil Kabupaten Soppeng.
wawancara sebagai berikut:
“Usulan obat yang diajukan kemudian a. Tahap pemilihan penyedia
diseleksi oleh Komite Farmasi dan Terapi Pada tahap pemilihan penyedia ini
untuk di masukkan dalam formularium berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16
rumah sakit, setelah itu usulan yang Tahun 2018 pengadaan obat harus melalui
sudah dimasukkan dalam formularium 1. Metode pemilihan penyedia harus
rumah sakit diusulkan ke bagian melalui E-purchasing dan serta harga
perencanaan manajemen untuk obat harus sesuai dengan harga E-
dimasukkan kedalam anggaran pokok Catalogue,
untuk pengadaan obat”(Inf 01) Berdasarkan hasil wawancara
“ Setelah sudah ditetapkan anggaran terkadang pengadaan obat melalui belanja
pokok untuk pengadaan obat maka kami langsung tanpa melalui E-purchasing dengan
melakukan pengadaan obat sesuai pertimbangan obat yang dipesan melalui E-
dengan usulan yang diajukan oleh kepala purchasing sering mengalami keterlambatan
Instalasi Farmasi tetapi sering mengalami pendistribusiannya.Setelah memesan obat
keterlambatan pengadaan obatkarena pada satu penyedia dan bersedia untuk
system laporan persediaan yang akan mengirimkan ternyata penyedia ini baru mau
dijadikan dasar kebutuhan masih memesan ke pabrikan. Pada kenyataannya
menggunakan manual”(Inf 02) obat ini sangat dibutuhkan jadi langkah yang
“ Laporan bulananku kak yang menjadi di tempuh pihak pengadaan dengan belanja
dasar pengadaan obat, karena laporan ini langsung berarti dalam hal pemilihan
saya ajukan kepada Instalasi Farmasi penyedia yang di dapatkan dilapangan itu
tetapi sering mengalami keterlambatan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden
karena masih menggunakan system Nomor 16 Tahun 2018 serta Surat edaran
manual” (Inf 04) LKPP nomor 3 tahun 2015 tentang
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan pengadaan barang Jasa bahwa
tersebut di atas maka disimpulkan bahwa pengadaan obat-obatan harus melalui
Pertama yang dilaksanakan untuk belanja E-Purchasing bukan melalui belanja
pengadaan melakukan pemilhan obat yang langsung, hal ini sesuai dengan hasil
menjadi kewenangan dari Komite Farmasi wawancara dengan informan
dan Terapi sebagai dasar untuk penyusunan . “ Pengadaan secara Elektronik dan
formularium RS, metode yang digunakan pengadaan langsung”(Inf 01)
yaitu metode Konsumsi yang biasa
dikompilasi dengan metode Epidemiologi. “ Pengadaan obat dilakukan dengan
Hal ini yang sangat berpengaruh yaitu metode pemilihan penyedia melalui E-
anggaran yang disediakan oleh pihak purchasing yaitu login di LPSE dan
manajemen belum mencukupi kebutuhan memilih penyedia yang menyediakan obat
obat yang diajukan oleh Kepala Instalasi yang dibutuhkan” dan terkadang
Farmasi disebabkan karena peningkatan melakukan belanja langsung”(Inf 02)
jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit “ Pengadaan melalui E-purchasing serta
serta penambahan jumlah dokter ahli, dalam melakukan belanja langsung yang
proses pengadaan memiliki Standar menyediakan obat yang dibutuhkan
Operasional Prosedur sebagai Standar dengan menego harga yang sama
pekerjaan tetapi yang laporan persediaan dengan E-Catalogue atau bahkan
masih menggunakan system manual
451

menego harga yang paling murah “(Inf 4. Adapun cara vendor untuk ikut serta
04) dalam proses pengadaan obat di RSUD
“ Metode Epurchasing (pengadaan La Temmamala Kabupaten Soppeng
langsung) apabila obat sangat dibutuhkan Adapun cara Vendor untuk ikut serta
tetapi pesanan melalui E-purchasing dalam proses pengadaan obat harus melalui
belum datang maka akan melakukan tahap yang telah ditentukan oleh Lembaga
belanja langsung”(FGD) Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Setelah melakukan telaah dokumen Pemerintah (LKPP) dengan melakukan
SOP yang dibuat tidak dilaksanakan secara langkah yang telah dijelaskan oleh informan
sepenuhnya oleh Unit Layanan Pengadaan sebagai berikut :
(ULP) dalam pengadaan obat serta ULP “ Pejabat Pengadaan/Pokja ULP/PPK
dalam melaksanakan pengadaan obat lebih melakukan pendaftaran untuk
memprioritaskan pengadaan secara mendapatkan kode akses berupa ID
Elektronik Katalog. pengguna dan password menggunakan
2. Rencana umum pengadaan obat harus Sistem Pengadaan Secara Elektronik
diserahkan kepada PPK (SPSE)” (Inf 02)
Proses rencana umum pengadaan
obat yang diajukan oleh Kepala instalasi “ Hal ini merupakan kewenangan penuh
Farmasi telah diserahkan kepada PPK untuk oleh pihak ULP untuk memilih Distributor
dijadikan dasar permintaan obat kemudian di yang menyediakan obat yang dibutuhkan
masukkan dalam RBA (Rencana Bisnis oleh rumah sakit”(FGD)
Anggaran ) RSUD La Temmamala
Kabupaten Soppeng 5. Ada beberapa kendala-kendala yang
“ Iyya rencana umum pengadaan dihadapi selamapengadaan obat
diserahkan sebagai dasar melalui E-Purchasing
pengganggaran di RBA” (Inf 01) Kendala yang sering didapatkan
pada pemesanan obat dengan
3. Kepala Instalasi Farmasi harus menggunakan prosedur E-Purchasingadalah
memiliki Kerangka Acuan Kerja (KAK) prosedur yang telah ditetapkan tetapi ada
Setelah melakukan wawancara beberapa kendala dihadapi oleh Pejabat
mendalam dengan Informan Kunci Pengadaan Obat di RSUD La Temmamala
didapatkan bahwa pada Instalasi Farmasi Kabupaten Soppeng antara lain
harus memiliki KAK sebagai acuan dalam a) Masa jatuh tempo faktur terlalu cepat,
melakukan kegiatan pengelolaan Obat di apabila belum melakukan pembayaran
Instalasi Farmasi tetapi kenyataan tidak maka tidak dilayani dalam pemesanan
memilik KAK dalampelaksanaan obat berikutnya
pengadaan,hal ini didukung dengan hasil b) Ada beberapa penyedia obat tidak
wawancara dengan Informan Kunci dan melayani pemesanan dalam jumlah
Informan Utama sedikit
“ Laporan KAK tidak ada tetapi hanya c) Pemenuhan obat di awal tahun sering
menggunakan laporan permintaan obat mengalami kekosongan
saja” (Inf 01) d) Sering didapatkan obatnya sudah tayang
”Kalau KAK tidak memiliki tetapikami di ecatalog ternyata barangnya kosong
memiliki list kebutuhan obat yang hal ini dikemukakan oleh informan
diusulkan oleh kepala instalasi farmasi sebagai berikut:
dan memilki referensi untuk pengadaan “ Pengadaan melalui E-Purcahsing
obat”(Inf 02) terkadang ada distributor yang masa jatuh
tempo fakturnya terlalu cepat sehingga

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551


452 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada.... Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

kita dibagian ULP kadang tidak dilayani pemesanan jumlah sedikit,terkadang ada
karena sudah terlock fakturnya” (Inf 04) Vendor masa waktu jatuh tempo Faktur
terlalu cepat,Sering juga terjadi obat sudah
“ Ketidak displinan distributor sehingga tayang di E-Catalogue tapi setelah
antisipasi dari perubahan jumlah dikonfirmasi ternyata obatnya masih tahap
permintaan kadang tidak terpenuhi serta Produks
ada beberapa penyedia yang tidak b. Tahap perjanjian kontrak
melayani pemesanan dengan jumlah Kontrak pengadaan obat yang
sedikit”(Inf 02) selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PPK dengan penyedia
“ Ada jenis obat nanti tayangnya bukan di barang/jasa. Berdasarkan telaah dokumen
awal tahun jadi pemenuhan obat di awal yang dilakukan diketahui perjanjian kontrak
tahun itu sering mengalami kekosongan” dilakukan setelah data-data yang akan dibeli
(Inf 02) lengkap, kemudian melakukan kontrak
dengan distributor /pelaksana pekerjaan
“ Sering juga terjadi obat sudah tayang di yang ditunjuk oleh penyedia. Kesepakatan
E-Catalogue tapi setelah dikonfirmasi yang sudah ada menambahkan ketentuan-
ternyata obatnya masih tahap produksi ketentaun yangharus dipenuhi oleh kedua
hal ini juga menghambat pelayanan di belah pihak.
RSUD La Temmamala Kabupaten Perjanjian kontrak di RSUD La
Soppeng”(Inf 02) Temmamala Kabupaten Soppengsering
disebut SP atau surat perjanjianapabila
“ Kami juga sering mengalami tidak sudah menyetujui persyaratan yang sudah
dilayani pesananta karena jumlahnya diajukan dan bersedia untuk menyediakan
sedikit selain itu juga ada distributor yang obat yang dibutuhkan oleh Pihak RSUD La
masa jatuh tempo fakturnya hanya 30 hari Temmamala Kabupaten Soppeng, dengan
jadi kalau sudah jatuh tempo belum berbagai ketentuan perjanjian kontrak.
melakukan pembayaran jadi mereka tidak Pembelian dalam jumlah nominal 50 (lima
melayani lagi”(Inf 02) puluh) juta kebawah hanya dibuatkan Surat
Perjanjian biasa atau yang lebih dikenal
“Karena E-purchasing merupakan dengan Nota Pesanan sedangkan untuk
ketentuan dan amanah maka mau tidak pembelian nominal 50 (lima puluh) juta ke
mau harus melakukan pengadaan melalui atas maka akan dibuatkan Surat Perjanjian
E-Purchasing selain itu memiliki Kontrak (SPK) Berdasarkan hasil wawancara
keuntungan juga memiliki kekurangan, mendalam,telaah dokumen dan observasi
keuntungan karena harga yang didaftar penelitian maka diperoleh hasil penelitian
itu murah karena sudah harga standar mengenai Perjanjian kontrak
nasional tetapi kekurangan biasa proses ” Hanya menggunakan Nota Pesanan
pengadaannya lambat apabila distributor penganggarannya sampai 50 juta dan
yang ditemani kerjasama tidak memiliki untuk surat perintah kerja yang nilai
Stock jadi harus menunggu lama lagi kontraknya 50 juta sampai 200 juta.”(Inf
pemesanan ke pabrikan”(FGD) 02)

Dalam pemilihan penyedia yaitu “ Setelah melakukan negoisasi maka


dengan melaksanakan pemilihan secara E- membuatkan nota pesanan atau kontrak
purchasing tetapi memiliki beberapa kendala kerja”(Inf 04)
yang harus di hadapi yakni terkadang ada
distributor (Vendor) yang tidak melayani
453

“Sesuai dengan Peraturan Presiden yang tau itu tenaga apoteker yang
pengadaan untuk obat dilaksanakan memang merupakan mengetahui seluk
melalui E-purchasing dengan melihat beluk pengadaan obat” (Inf 04)
jumlah harganya jika harga dalam satu Setelah melakukan Pemesanan obat
faktur sampai 50 juta maka hanya melalui E-catalogue proses selanjutnya yaitu
menggunakan surat pesanan atau nota distribusi/pengiriman obat, berdasarkan hasil
pesanan tetapi kalau melebihi nilai 50 juta wawancara di Instalasi Farmasi sering
maka menggunakan Surat Perjanjian mengalami keterlambatan pengiriman obat
Kerjasama (SPK) tetapi rata-rata yang bahkan pernah mengalami barangnya
digunakan di rumah sakit kita hanya tercecer. Selain itu keterlambatan pengiriman
menggunakan nota pesanan saja”(FGD) barang karena penyedia obata baru
memesan ke pabrik
Dalam Tahap proses pemesanan “ Sering sekali kita mengalami
obat pada system pengadaan obat secara E- kekosongan obat karena keterlambatan
purchasing dilakukan langkah dengan pengiriman barang dari distributor”(Inf 02)
melogin di LPSE untuk mencari Vendor yang
akan menyediakan obat yang dibutuhkan di “ Wii kak pernah satu kali pengiriman
RSUD La Temmamala Kabupaten Soppeng, barang kita entah nyasar di RS mana
setelah melakukan wawancara dengan sehingga mengalami keterlambatan
informan utama sering melakukan pengadaaan obatnya”(Inf 03)
pemesanan obat melalui E-purchaing tapi “ Kalau soal keterlambatan pengiriman
terlambat datang sehingga melakukan seringkali dialamikarena biasa barangnya
belanja non E-purchasing dengan jenis obat tercecer karena kemasannya kecil”(Inf 04)
yang sama, tetap terkadang pemesanan obat “ Keterlambatan pengiriman sering terjadi
bersamaan datang hingga hal ini mengalami apalagi kalau pemesanannya di pabrikan
penumpukan obat dan tidak sesuai lagi pusat bahkan sekarang ada pengadaan
dengan perencanaan yang telah diajukan kita dipesan mulai dari bulan April sampai
oleh informan kunci, hal ini menyebabkan sekarang belum datang-datang setelah
peningkatan jumlah belanja pengadaan obat dikonfirmasi selalu jawaban penyedia
di RSUD La Temmamala Kabupaten sementara dalam proses”(FGD)
Soppeng, dan berdasarkan hasil wawancara “ Obat yang tidak sesuai dengan pesanan
dengan informan sebagai berikut : kalau Jumlah obatnya kurang maka
“ Kita login d LPSE dan mencari jenis segera meminta kekurangan,tetapi kalau
obat yang dbutuhkan kemudian nego memang betul-betul tidak sama dengan
harga setelah itu baru dipesankan di pesanan maka akan dikembalikan
pabrikannya” (Inf 02). (return)”(Inf 02)
“ Sering mendapatkan barang tidak
“ Pemesanan terkadang mengalami sesuai dengan pesanan biasa kurang
doubel karena belanja E-purchasing jumlahnya yang dilaporkan oleh penerima
sangat lambat prosesnya jadi alternative hasil pekerjaan maka akan dikembalikan
yang digunakan belanja langsung dengan atau meminta kekurangannya apabila
jenis obat yang sama hal ini lebih maka akan dikembalikan tetapi
menyebabkan satu jenis obat berlebihan biasanya kurangji” (Inf 04)
pengadaannya”(Inf 02) “ Apabila barang yang datang tidak sesuai
dengan maka kami selaku pembuat
“ Dengan melogin di LPSE kemudian laporan belum memasukkan ke daftar
memilih distributor yang menyediakan persediaan menunggu sampai
obat yang dibutuhkan, proses pengadaan

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551


454 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada.... Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

pengadaan obat sesuai dengan hanya perlukan kecepatan pembayaran


pemesanan”(Inf 03) dan SSP pajaknya”(Inf 04)
“ Setelah melalukan pemeriksaan oleh
PPHP baru tidak sesuai dengan PEMBAHASAN
pemesanan maka langsung ULP a. Tahap persiapan
melakukan tindakan dengan Dalam penelitian ini kegiatan untuk
mengkorfimasi pihak penyedia obat tahap persiapan maka akan dilakukan
dalam hal ini distributor”(FGD) perencanaan melalui metode konsumsi yaitu
mengestimasi kebutuhan obat berdasarkan
Adapun yang perlu diperhatikan penggunaan obat sebelumnya, selain itu
dalam proses pengiriman barang obat harus mengkompilasi dengan system epidemilogi
sesuai dengan barang yang sudah dipesan yaitu memperhatikan trend penyakit yang
melalui E-Purchasing karena barang yang ada di RSUD La Temmamala kabupaten
dikirim langsung diperiksa oleh bagian PPHP Soppeng. Perencanaan yang dilakukan oleh
(Panitia Penerima Hasil Pekerjaan), apabila Instalasi Farmasi akan di ajukan ke bidang
tidak sesuai maka akan dikembalikan kepada perencanaan untuk dianggarkan untuk
pihak penyedia, Keterlambatan pengiriman pengadaan obat. Setelah di anggarkan
perlu dilakukan Evaluasi kepada pihak ketiga namun anggaran tidak mencukupi kebutuhan
agar tidak menyesepelan perjanjian kontrak obat di Instalasi Farmasi maka
yang sudah disepakati memperhatikan lagi system Ven yaitu
Ada beberapa kendala yang menetapkan prioritas pengadaan obat
dihadapi pada saat akan melakukan dimana anggaran yang tidak sesuai dengan
perjanjian kontrak dengan Pihak Ketiga yaitu kebutuhan.menggunakan system Ven maka
Distributor hanya satu kali dalam satu bulan dibagi menjadi tiga bagian dari pengadaan
melakukan kunjungan ke RSUD La obat berdasarkan :
Temmamala jadi untuk kelengkapan 1. Vital yang termasuk dalam kelompok ini
administrasi tidak bisa dilakukan antara lain
pembayaran hal ini juga menghambat proses a. Obat penyelamat (Life Saving drugs)
pengiriman barang karena belum dilakukan b. Obat untuk pelayanan kesehatan
pembayaran pokok (Vaksin,dll)
“ Kendala yang sering dihadapi karena c. Obat untuk mengatasi penyakit-
terkadang ada distributor volume penyakit penyebab kematian
kunjungannya kerumah sakit hanya satu terbesar
kali dalam sebulan jadi untuk 2. Esensial
penandatangan kelengkapan Adalah kelompok obat yang bekerja
administrasinya sebagai syarat kausal yaitu obat yang bekerja pada
pembayarannya terhambat juga”(Inf 02) sumber penyebab penyakit.
3. Nonesensial
“ Terkadang kita sudah menyerahkan Merupakan obat penunjang yaitu obat
nota pesanan obat tetapi kemudian hari yang kerjanya ringan dan biasa
distributor mengatakan obatnya kosong dipergunakan untuk menimbulkan
baru sementara produksi jadi kita kenyamanan atau untuk mengatasi
membuat lagi nota pesanan untuk keluhan ringan.
distributor yang lain” (Inf 02) Pengadaan obat yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah La temmmala
“ Ada distributor tidak terlalu Kabupaten Soppeng sebagian telah
memperhatikan administrasi yang dia melaksanakan pengadaan obat dengan
prosedur E-Purchasing yaitu tata cara
455

pengadaan obat melalui system katalog dalam memutuskan metode yang digunakan
elektronik. untuk mendapatkan barang/jasa yang
Kendala yang sering dihadapi yaitu diperlukan di rumah sakit (Luqman, 2016)
terjadi perbedaan perencanaan dengan riil c. Tahap perjanjian kontrak
kebutuhan karena semakin meningkatnya Setelah Unit Layanan pengadaan
jumlah kunjungan pasien di RSUD La (ULP) melakukan pemilihan penyedia dan
Temmamala Kabupaten Soppeng.Selain itu melakukan negoisasi harga maka akan
juga perencanaan anggaran yang disediakan melakukan perjanjian kontrak kerjasama
oleh manajemen tidak mencukupi kebutuhan dalam hal pelayanan pengadaan obat-
yang diajukan oleh Instalasi Farmasi. obatan. Ada beberapa penyedia yang
RSUD La Temmamala sudah memberikan masa tenggang waktu
menganut system Badan Layanan umum pembayaran 35 hari,45 hari, 60 hari bahkan
Daerah maka kita diberikan hak penuh untuk ada yang sampai 120 hari (Vendor tertentu
mengatur dan mengelola pendapatan yang yang pengadaannya seperti RL). Setelah
diterima olehnya itu selaku tim perencanaan melakukan perjanjian kontrak baik bentuknya
anggaran untuk pengadaan selalu meminta dalam nota pesanan yang jumlah
data-data jumlah penggunaan obat supaya penganggarannya sampai 50 juta atau surat
bisa melakukan perubahan RBA (Rencana perintah kerja yang nilai kontraknya 50 juta
Bisnis Anggaran) pertriwulan jangan pada sampai 200 juta. Unit Layanan Pengadaan
saat perubahan anggaran Pokok baru (ULP) melakukan pengadaan obat secara E-
melakukan perubahan RBA Purchasing sesuai dengan permintaan
Kebijakan pengadaan obat Instalasi Farmasi (Peraturan Presiden
berdasarkan E-catalogue ini bertujuan untuk Republik Indonesia Nomor 16, 2018)
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
pengadaan obat . Terdapat beberapa proses KESIMPULAN
pengadaan obat secara E-Purchasing,proses Berdasarkan penelitian yang
pengadaan di dukung beberapa tahap mulai dilakukan yang berjudul analisis pengelolaan
dari tahap persiapan pengadaan,pemilihan obat pada tahap pengadaan di Instalasi
penyedia serta perjanjian kerjasama Farmasi RSUD La temammala Kabupaten
b. Tahap pemilihan penyedia Soppeng, maka peneliti menarik kesimpulan:
Tahap pemilihan penyedia untuk 1. Pada tahap persiapan dimulai dari
pengadaan obat di RSUD LaTemmamala perencanaan obat untuk menentukan
Kabupaten Soppeng sebagian dilakukan jenis, jumlah, serta waktu pemesanan di
secara pengadaan elektronik yaitu melalui Instalasi Farmasi RSUD La temmmala
system E-puchasing, tetapi ada juga belanja Kabupaten Soppeng yang dilaksanakan
obat secara belanja langsung tanpa melalui oleh Kepala Instalasi Farmasi dilakukan
e-purchasing hal ini tidak sesaui dengan berdasarkan metode konsumsi.
aturan yaitu berdasarkan surat edaran LKPP 2. Untuk tahap pemilihan penyedia sebagian
serta peraturan Presiden Nomor 16 Tahun pengadaan obat sudah dilaksanakan
2018. Adapun Metode pemilihan penyedia sesuai dengan peraturan pemerintah
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk Surat Edaran LKPP dan
mempunyai 3 (tiga) cara, yaitu pengadaan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
langsung, penunjukan langsung, dan 2018 akan tetapi masih ada juga belanja
pemilihan langsung. Metode pemilihan obat yang dilakukan tanpa melaui E-
langsung dalam proses pengadaan yang Purchasing.
ditetapkan pada tahap perencanaan 3. Pada tahap akhir yaitu pelaksanaan
pemilihan penyedia menjadi tanggung jawab perjanjian kerjasama dalam hal ini
dari pokja ULP atau pejabat pengadaan perjanjian kontrak.Setelah Unit Layanan

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551


456 ___ Analisis Pengelolaan Obat Pada.... Jumriati Rauf, Sukri Palutturi, Reza Aril Ahri

pengadaan (ULP) telah melakukan Budiharjo Hardjowijono dan Hayie


pemilihan penyedia dan melakukan Muhammad. (2008). Procurement
negoisasi harga. (Pengadaan Barang) menurut Para
SARAN Ahli.
Adapun saran dari penelitian ini Christopher & Schooner. (2007).
antara lain sebagai berikut : Incrementalism Erodinis the
1. Sebaiknya dibentuk tim perencanaan Impediment to Global Public
pada Instalasi Farmasi RSUD La Procurement Market. Journal of
Temmamala Kabupaten Soppeng, agar International Law.
dalam penyusunan perencanaan tidak Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
hanya berdasarkan jumlah pagu (2010). Penggunaan Obat Bebas dan
anggaran tahun sebelumnya Obat Terbatas. Jakarta.
2. Dalam pengadaan obat sebaiknya Donald J.Bowersok. (2002). Manajemen
menjamin ketersediaan obat pada Logidtik Jakarta: Bumi Aksara.
distributor dan mengantisipasi Febriani, S. H., & Chalidyanto, D. (2016).
kekosongan obat dengan menyediakan Pengelolaan Sediaan Obat pada
Buffer stock Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum
3. Untuk pemilihan penyedia sebaiknya Tipe B di Jawa Timur. Administrasi
memilih Distibutor yang memang bersedia Kesehatan Indonesia, 4(2), 137.
menyediakan obat dalam waktu yang Freddy Rangkuti. (2007). Manajemen
cepat agar menghindari kekosongan obat Persediaan. Jakarta: Rajawali.
di Instalasi Farmasi Henni Febriawati. (2013). Manajemen
4. Untuk tahap perjanjian kontrak sebaiknya Logistik Farmasi Rumah Sakit.
memperhatikan isi kontrak dan masa Yogyakarta: Gosyen,Kedokteran dan
waktu kontrak agar bisa memberikan Kesehatan.
warning kepada penyedia untuk segera Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
melakukan pengiriman pemesanan obat. (2015). Profil Kesehatan Indonesia
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X.
Ahmad Taufiq. (2016). Perencanaan, (2004). Standar Pelayanan Farmasi di
Pengadaan, dan Distribusi Perbekalan Rumah Sakit Jakarta.
Farmasi di Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Ahmad Wiki. (2014). Manajemen Logistik, Indonesia Nomor 02396/A/SK/VIII.
Pedoman Praktis bagi sekertaris dan (1986). Tanda Khusus obat Keras.
Staf Administrasi Jakarta: Jakarta.
PT.Grasiondo. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Aji, R. P. (2017). Analisis implementasi 1197/SK/MENKES/X. (2004).
system informasi pengadaan obat Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
pada instalasi farmasi rumah sakit. Jakarta.
Analisis implementasi system Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
informasi pengadaan obat pada 18. (2000). Pedoman Pelaksanaan
instalasi farmasi rumah sakit. Barang dan Jasa Instansi Pemerintah,
Ardiyanti, R., & Darmawan, E. S. (2014). metode pengadaan perbekalan
Analisis Pelaksanaan Sistem farmasi Jakarta.
Manajemen Logistik Barang Umum Laporan Keuangan RSUD La temmamala.
RSUD Kota Depok Universitas (2017). Laporan Keuangan BLUD
Indonesia, Jakarta. RSUD La temmamala Kabupaten
Soppeng. Watansoppeng
457

Latjandu, N. C. (2017). Analisis Perencanaan


dan pengadaan obat bagi pasien
Peserta JKN kesehatan nasional di
RSUP Prof.DR.R.Kandau Manado.
Analisis Perencanaan dan pengadaan
obat bagi pasien Peserta JKN
kesehatan nasional di RSUP
Prof.DR.R.Kandau Manado.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. (2016). Pedoman tata
cara pengadaan/jasa.
Luqman, M. (2016). Analisis Penerapan
Pengadaan Obat Secara E-Purhasing
di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan. Univesitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jurnal Mitrasehat, Volume VIII Nomor 2, November 2018 ISSN 2089-2551

Anda mungkin juga menyukai