Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH

KOTA MANADO TAHUN 2016


Sera S. Hiborang*, Franckie. R. R. Maramis*, Grace D. Kandou*

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan dipuskesmas yang diberikan bagi masyarakat adalah pelayanan obat,
untuk memperoleh obat yang dibutuhkan dengan jumlah yang mencukupi. Tujuan Penelitian adalah untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan obat di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado, dilihat dari
aspek, perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian sebanyak empat
orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Untuk menjamin
keabsahan data yang terkumpul, digunakan metode triangulasi, yaitu triangulasi metode dan triangulasi
sumber.
Pengelolaan obat dilihat dari aspek perencanaan dan pendistribusian obat telah memenuhi standar
pengelolaan obat di Puskesmas. Permintaan, penerimaan dan pencatatan pelaporan, sudah cukup baik dan
memenuhi standar pengelolaan obat di puskesmas, walaupun terkadang penerimaan obat tidak sesuai dengan
permintaan. Penyimpanan obat masih kurang baik, karena sebagian belum sesuai dengan standar yang ada dan
pengendalian obat belum memenuhi standar pengelolaan obat dipuskesmas. Pemantauan dan evaluasi sudah
cukup baik, karena memiliki pedoman.
Beberapa aspek pengelolaan obat sudah baik dan sudah berdasarkan standar yang ditetapkan, hendaknya lebih
mengacu pada pedoman pengelolaan obat. Untuk Puskesmas agar mempertahankan pengelolaan obat yang
sudah baik dan meningkatkan yang belum sesuai dengan standar yang berlaku.

Kata Kunci : pengelolaan Obat, Manajemen Logistik.

ABSTRACT
One of the health services in primary health care given to people are drug services, to obtain the required drug
with sufficient quantities. Objective is to describe the implementation of drug management at the health center
Paniki Manado, seen from the aspect of planning, request, receipt, storage, distribution, control, recording and
reporting as well as monitoring and evaluation.
A descriptive study with qualitative approach. Informants in the study as many as four people. Data collected
through in-depth interviews and direct observation. To ensure the validity of the data collected, used the method
of triangulation ie triangulation and source triangulation method.
Drug management from the aspects of planning and distribution of drugs meets the standards of drug
management at the health center. Demand, receiving and recording of reporting, are good enough and meet the
standards of the management of the drug in the clinic, although sometimes the reception of drugs not in
accordance with the request. Storage of medicines is still not good, because most have not been in accordance
with existing standards and drug control have not met the standards medication management in primary health
care. Monitoring and evaluation system are qiute good, because it has a guideline.
Some aspects o0f drug management has been good and it has been based on established standars, should be
referring to drug management guidelines. For Health Centers that maintain drug that has good management
and increase that has not been in accordance with the applicable standars.

Keywords : Medication Management, Logistic Management.


PENDAHULUAN dan tidak sesuai dengan pedoman pengelolaan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya obat yang ada.
yang dilaksanakanoleh semua komponen yang Hartono, 2007 menunjukan beberapa
bertujuan ntuk meningkatkan kesadaran, Puskesmas menggunakan metode konsumsi
kemauan, kemampuan untuk hidup sehat agar dalam merencanakan kebutuhan obat.
terwujud derajat kesehatannya (Ayuningtyas, Ketidaktepatan perencanaan kebutuhan obat
2014). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan pada dasarnya disebabkan oleh data dasar
yang diberikan kepada masyarakat adalah yang kurang akurat.
pelayanan obat, kemudahan memperoleh obat
yang dibutuhkan, dapat dijangkau dan jumlah METODE PENELITIAN
yang mencukupi (Anshari, 2009). Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian
Instalasi Gudang Farmasi (IGF) kualitatif. Penelitian dilaksanakan di
Puskesmas Paniki Bawah dibawah Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado pada
tanggungjawab Dinas Kesehatan (Dinkes) bulan September sampai Oktober. Informan
Kota Manado. Dinas kesehatan dalam penelitian ini sebanyak empat orang
bertanggungjawab dalam manajemen logistik diantaranya Kepala Puskesmas, kepala
obat diantaranya perencanaan, permintaan, Apotek/penanggungjawab gudang obat, staf
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, apoteker dan Kepala Depo Farmasi di Dinas
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta Kesehatan Kota Manado. Pengumpulan data
pemantauan dan evaluasi. Puskesmas Paniki berasal dari data primer yaitu melalui
Bawah mempunyai wilayah kerja yang terdiri wawancara mendalam dan pengamatan
dari 7 kelurahan dan mempunyai sebanyak 6 langsung terhadap informan dengan
puskesmas pembantu yang ada dikecamatan menggunakan alat bantu tape recorder dan
Mapanget Kota Manado. Puskesmas Paniki pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Bawah dalam merencanakan kebutuhan obat Data sekunder berasal dari laporan unit
bulan selanjutnya, dilakukan berdasarkan pada pengelohan obat/gudang farmasi Puskesmas
kebutuhan dan stok pemakaian obat Paniki Bawah. Untuk menjamin keabsahan
sebelumnya ditambah 10% atau berdasarkan data maka digunakan triangulasi metode dan
pola konsumsi. triangulasi sumber.
Penelitian yang dilakukan Djuna dkk,
2013 tentang Studi Manajemen Pengelolaam HASIL PENELITIAN
Obat di Puskesmas Labakkang di dapatkan 1. Perencanaan
hasil bahwa perencanaan obat di Puskesmas Perencanaan obat dilakukan supaya
Labakkang secara tidak langsung dilakukan menentukan jenis dan jumlah obat sesuai
oleh Kepala Puskesmas Labakkang. dengan kebutuhan, menghindari kekosongan
Pengadaan dan penyimpanan obat kurang baik obat, meningkatkan kebutuhan obat secara
rasional. Dalam membuat perencanaan obat
yang perlu diperhatikan yaitu pola penyakit, harus mempertimbangkan bahwa obat yang
pola konsumsi, budaya dan kemampuan daya diminta sesuai dengan jenis dan jumlah obat
beli sebagai pasien. yang direncanakan. Permintaan obat dilakukan
Hasil penelitian yang dilakukan di dengan cara mengajukan LPLPO ke dinas
Puskesmas Paniki Bawah tentang pelaksanaan kesehatan.
pengelolaan obat. Dalam merencanakan Hasil penelitian di Puskesmas Paniki
kebutuhan obat dipuskesmas mengacu pada Bawah dalam permintaan obat untuk
pola konsumsi atau kebutuhan obat mendukung pelayanan kesehatan dengan
sebelumnya ditambah 10%. Selain itu untuk Lembar permintaan yang ada di format
menyeleksi kebutuhan obat yang dibutuhkan LPLPO yang kemudian diajukan oleh Kepala
sesuai dengan jumlah dan jenis dilihat dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota.
penyakit yang paling menonjol, jadi sebagian Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
menggunakan pola penyakit. Berdasarkan Mangindara dkk, dalam memenuhi kebutuhan
pengamatan data yang paling banyak obat di puskesmas maka dilakukan permintaan
digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat dengan mengajukan lembar permintaan
obat adalah data pemakaian obat periode dan LPLPO ke dinas kesehatan kabupaten/kota
sebelumnya atau pola konsumsi. Kepala setiap pertriwulan.
Puskesmas memahami dan mengetahui 3. Penerimaan
tentang perencanaan kebutuhan obat di Penerimaan obat adalah kegiatan menerima
puskesmas. obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sesuai dengan permintaan. Penerimaan obat
yang dilakukan oleh Djuna tentang studi juga untuk menjamin kesesuaian jenis
Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
Labakkang didapatkan dalam merencanakan dan harga yang tertera di dalam surat pesanan
kebutuhan obat dipuskesmas menggunakan dengan kondisi yang baik.
metode konsumtif atau pemakaian obat Hasil penelitian untuk Puskesmas
sebelumnya, yang terdapat dilembar Paniki Bawah sendiri tentang penerimaan
permintaan dan lembar pemakaian obat obat, obat diterima langsung oleh kepala
(LPLPO) yang kemudian diusulkan ke dinas gudang sewaktu di dinas kesehatan yang
kesehatan kabupaten/kota. Adapun sebelum kemudian dibawah ke Puskesmas dan staf
melakukan pengadaan perlu diadakan seleksi apotik melakukan pengecekan obat kembali
atau pemilahan obat. setelah obat berada dipuskesmas disesuaikan
2. Permintaan dengan dokumen permintaan obat yang ada.
Permintaan obat dilakukan dipuskesmas untuk Dan kemudian ditandatangani oleh Kepala
memperoleh jenis dan jumlah obat yang Puskesmas. Hasil wawancara dengan Kepala
bermutu tinggi, dan terjaminnya persediaan Gudang obat di Dinkes Kota, bahwa benar
obat cepat dan tepat waktu. Permintaan obat obat yang diterima oleh kepala gudang obat
sewaktu di dinkes kota diperiksa dahulu obat secara alfabetis dengan pengeluaran obat
yang akan diterima sesuai dengan jumlah dan memakai sistem FEFO (First Expire First
jenisnya sebelum dibawah ke Puskesmas agar Out) dan FIFO (First In First Out) (Anshari,
dapat dilihat langsung, sehingga dapat 2009).
mencegah terbawahnya obat yang rusak dan Hasil penelitian yang didapatkan di
expire, namun obat yang didapatkan memang Puskesmas Paniki Bawah untuk penyimpanan
sesuai dengan permintaan tapi kebanyakan obat memperhatikan jenis obat dan disusun
obat yang diminta tidak tersedia di dinkes berdasarkan alfabetis hal ini dimaksud agar
kota. memudahkan dalam pencarian obat dengan
Berbeda pendapat juga dengan system penyusunan menggunakan FEFO,
informan lainnya, bahwa kebanyakan obat namun untuk di apotek ada beberapa obat yang
yang diterima juga tidak berdasarkan dengan banyak digunakan dalam pelayanan
permintaan yang ada pada lembar permintaan. kefarmasian diapotek tidak disusun
Berdasarkan observasi sebagian besar berdasarkan alfabetis. Beberapa obat
dokumen untuk penerimaan obat sebagian berdasarkan pengamatan didapatkan sudah
besar lengkap dan sebagian ada tapi tidak tidak dalam bentuk atau wadah asli dari
lengkap. Memang benar bahwa obat yang pabrik. Berdasarkan hasil wawancara kepada
diminta seringkali tidak tersedia, dikarenakan petugas apotek bahwa obat yang sudah diluar
harus menyesuaikan dengan kondisi atau stok wadah adalah obat yang selalu digunakan atau
yang ada dalam gudang obat di Dinas dibutuhkan selama proses pelayanan resep.
Kesehatan Kota. Untuk obat narkotika sudah tidak ada lagi
Hasil penelitian diatas juga di dukung hanya psikotropika golongan 3 namun hanya
oleh penelitian yang dilakukan di puskesmas sedikit, sehingga sudah jarang untuk diadakan
Kampala, dimana penerimaan dan di apotek atau dimasukan dalam lembar
pemeriksaan obat dimulai dari dinas kesehatan permintaan obat.
diperiksa terlebih dahulu kemudian diperiksa Penelitian yang dilakukan oleh Hijrah,
kembali digudang puskesmas serta dicatat 2013 tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas
didalam pembukuan. Obat tersebut diangkut Mandai didapatkan dalam penyusunan obat
dengan mobil dinas (Mangindara dkk, 2012). menggunakan prinsip FIFO namun untuk pola
4. Penyimpanan penyusunan alfabetis obat sudah jarang
Penyimpanan obat dilakukan agar supaya obat dipakai dikarenakan ruang yang sempit
yang diterima aman (tidak hilang), terhindar sehingga penyusunan obat berdasarkan faktor
dari kerusakan fisik maupun kimia dan kebiasaan atau obat yang sering digunakan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan oleh puskesmas di letakkan paling depan.
persyaratan. Sistem penyimpanan obat Penelitian tentang penyimpanan obat
dilakukan dengan memperhatikan bentuk yang dilakukan oleh Athijah dkk, 2011,
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun didapatkan dalam penyusunan obat
berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan resep dari dokter dan selalu diikuti dengan
alfabetis. Selain itu puskesmas melakukan pemberian informasi untuk semua kegunaan
mutasi obat dengan metode FEFO dan FIFO. obat.
5. Pendistribusian Hasil penelitian dipuskesmas mandai
Pendistribusian obat adalah kegiatan tentang pendistribusian lebih di prioritaskan
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan dari kepada obat-obat ensensial yang sering
tempat penyimpanan obat dengan terjamin digunakan di Pustu, Poskesdes, Bides maupun
keabsahan mutu, jenis obat dan jumlah obat. ke pasien dipuskesmas sendiri. Hasil
Hal ini dilakukan di puskesmas untuk Penelitian di puskesmas labakkang dalam
memenuhi kebutuhan sub unit di dalam pendistribusian obat sudah dilakukan
puskesmas atau jaringan lainnya diluar di sebagaimana semestinya.
antaranya puskesmas pembantu (Pustu), Penelitian yang dilakukan di puskesmas
puskesmas keliling (Pusling), posyandu, pembantu wates, didapatkan dalam
polindes dan sebagainya. pendistribusian obat ke pasien, pemberian
Pendistribusian obat dimulai dari informasi mengenai penggunaan obat
Gudang Farmasi di Dinas Kesehatan Kota dilakukan oleh petugas pada saat menyerahkan
Manado dengan menerima lembar permintaan obat kepada pasien. Informasi yang biasanya
obat dari Puskesmas, kemudiandi distribusi diberikan pada pasien yaitu mengenai
obat menyesuaikan dengan persediaan atau informasi khasiat obat dan aturan pakai.
buffer stok, yang ada digudang. 6. Pengendalian
Didistrubusikan ke Depo Farmasi Puskesmas Pengendalian obat adalah untuk memastikan
Paniki Bawah. Dari Gudang Farmasi tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
Puskesmas disalurkan langsung ke apotek, 6 dengan program yang telah ditetapkan agar
puskesmas pembantu dan 1 Poskesdes sesuai tidak terjadi kekurang/kekosongan obat di unit
dengan permintaan obat, penyaluran obat juga pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat
dilakukan dibagian sub-sub puskesmas seperti, terdiri dari pengendalian persediaan,
ruang rawat inap, poli umum, poli gigi dan penggunaan, serta penanganan obat hilang,
lain-lain. Hal ini didukung oleh hasil observasi rusak dan kadaluarsa. Pengendalian persediaan
bahwa dalam pendistribusian obat sesuai dilakukan menggunakan kartu stok, sekurang-
dengan permintaan yang diberikan dari unit- kurangnya memuat nama obat, tanggal
unit pelayanan dan pustu. Untuk kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pendistribusian obat ke pasien berdasarkan pengeluaran dan sisa stok.
sistem individual resep yang diberikan dokter Pengendalian Obat di Puskesmas Paniki
pada pasien dengan diagnosa penyakit. Bawah tidak memiliki pedoman hanya
Berdasarkan hasil pengamatan diruang apotek langsung dilihat pada dos obat dan juga pada
bahwa benar petugas apotek dalam lembar pemakaian obat. Namun untuk
memberikan obat ke pasien sesuai dengan pengendalian persedian obat dilihat dari kartu
stok yang ada, yang dibuat oleh puskesmas, pada buku LPLPO apotik. Berdasarkan hasil
dan berdasarkan dengan hasil pengamatan observasi pencatatan dan pelaporan digudang
bahwa kartu stok untuk persedian obat baik farmasi tersedia tapi tidak terlalu lengkap,
digudang obat maupun di apotek tersedia. hanya saja untuk pencatatan persediaan obat
Untuk pengendalian obat yang rusak atau lengkap. Sedangkan di apotek hanya
sudah kadaluarsa berdasarkan hasil wawancara pencatatan pemakaian obat yang lengkap lain
dengan salah satu petugas di Puskesmas, daripada itu tidak terlalu lengkap.
bahwa obat yang sudah rusak atau kadaluarsa Hasil penelitian sebelumnya di
langsung dimusnahkan dengan cara Puskesmas Pembantu Wates menunjukkan
pembakaran menggunakan insenerator. bahwa pencatatan obat telah menggunakan
7. Pencatatan dan Pelaporan sistem komputerisasi sehingga mempermudah
Dilakukannya pencatatan dan pelaporan agar dalam pengelolaan data, namun masih ada
supaya semua kegiatan yang menyangkut juga pencatatan yang dilakukan secara manual.
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian 8. Pemantauan dan Evaluasi
obat dan obat yang digunakan di puskesmas Pemantauan dan evaluasi dilakukan agar
dilaksanakan secara tertib. Hal ini menjadi supaya menghindari terjadinya kesalahan
bukti bahwa pengelolaan obat telah dilakukan, dalam pengelolaan obat sehingga dapat
dapat menjadi sumber data untuk pembuatan menjaga kualitas maupun pemerataan
laporan dan pengendalian obat. pelayanan serta memberikan penilaian
Hasil penelitian di Puskesmas Paniki terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Bawah di dapatkan dalam pelaksanaan Hasil penelitian yang didapatkan,
pencatatan dan pelaporan selalu dilakukan bahwa dalam pemantauan dan evaluasi di
oleh staf apotik sebulan sekali. Dan Puskesmas Paniki Bawah dilakukan oleh
berdasarkan hasil pengamatan semua yang puskesmas dengan tim pemantauan dari
mengenai kegiatan obat selalu dicatat. puskesmas sendiri dan juga ada tim
Dipuskesmas sendiri dalam pencatatan masih pemantauan dari Dinas Kesehatan Kota.
menggunakan system pencatatan secara Pemantauan dari pihak puskesmas dilakukan
manual. Berdasarkan pengamatan dalam berdasarkan kondisi yang ada hasil wawancara
gudang obat setiap obat yang masuk maupun dari salah satu informan, pemantauan
keluar dari gudang obat atau yang digunakan dilakukan apabila terjadi kekosongan stok obat
di Puskesmas selalu dicatat dan yang disiapkan, maka akan dilakukan
mencantumkan nama, jenis dan jumlah obat pemantuan langsung. Dan biasa 1 atau 2 kali
yang ada yang kemudian dilaporkan. dalam sebulan. Dan juga pemantauan dan
Lainnya halnya dengan ruang apotik evaluasi khusus dari Dinas Kesehatan Kota
berdasarkan pengamatan langsung untuk obat dengan tim dari Gudang Farmasi Dinkes Kota
yang masuk dan keluar dilakukan pencatatan Manado. Evaluasi dilakukan untuk
dan pelaporan langsung oleh petugas apotek membandingkan perencanaan dengan
pelaksanaan, dari hasil diatas didapatkan meningkatkan kembali yang masih kurang
bahwa seringkali pelaksanaan pengelolaan sesuai standar.
obat tidak selalu berdasarkan perencanaan 2. Dinas Kesehatan Kota agar lebih sering
sebelumnya. mengadakan pelatihan kepada petugas
pengelola obat agar semua yang
KESIMPULAN menyangkut pengelolaan obat di
Pengelolaan obat yang meliputi perencanaan, puskesmas bias lebih ditingkatkan lagi,
permintaan dan pendistribusian sudah dan juga agar selalu memantau serta
memenuhi standar pengelolaan obat di mengevaluasi pengelolaan obat di
Puskesmas kecuali penyimpanan obat masih Puskesmas.
belum memenuhi standar yang ditetapkan,
dikarenakan dalam proses penyimpanan DAFTAR PUSTAKA
didapatkan kebanyakan obat sudah tidak Al-hijrah M, Hamzah A, Darmawansyah.
disusun berdasarkan dengan alfabetis, begitu 2013. Studi Tentang Pengelolaan
juga dengan pengendalian obat masih belum Obat di Puskesmas Mandai
memenuhi standar, karena dalam pengendalian Kabupaten Maros. Skripsi. Bagian
tidak ada metode yang dipakai hanya langsung Administrasi Kebijakan Kesehatan
dilihat pada dos atau box obat. FKM UNHAS Makassar.
Pencatatan dan pelaporan sudah cukup baik, Anshari M. 2009. Aplikasi Manajemen
semua menyangkut pengelolaan obat selalu Pengelolaan Obat dan Makanan.
dicatat dan dilaporkan. Untuk penerimaan obat Jogjakarta : Nuha Mendika.
juga sudah cukup baik, alur penerimaan obat Athijah U, Wijaya. I. N, Faturrohmah A,
sudah sesuai standar hanya saja jenis dan Sullatyarini A, Nugraheni G, Satiawan
jumlah obat yang didapatkan seringkali tidak C. D, Rofiah, Rahman L. 2011. Profil
sesuai dengan permintaan. Pada tahap Penyimpanan Obat di Puskesmas
pemantauan dan evaluasi sudah cukup baik, Wilayah Surabaya Timur dan Pusat.
walaupun tidak berdasarkan dengan pedoman, (Online). Jurnal Farmasi Indonesia
karena harus menyesuaikan dengan kondisi Vol.5 No.4.
yang ada. www.academia.edu/download/366343
33/58-111-1-SM.pdf diaskes tanggal
SARAN 23 Juni 2016.
1. Petugas apotek ataupun penanggungjawab Ayuningtyas D. 2014. Kebijakan Kesehatan
yang ada di Puskesmas diharapkan agar Prinsip dan Praktik. Jakarta : Rajawali
tetap mempertahankan manajemen Pers.
pengelolaan obat yang sudah sesuai Djuna S, Arifin M, Darmawansyha. 2013.
dengan standar pelayanan dan lebih Studi Manajemen Pengelolaan Obat
Di Puskesmas Labakkang Kabupaten
Pangkep. Skripsi. Bagian Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan FKM
UNHAS, Makassar.
Hartono, P. 2007. Analisis Proses
Perencanaan Kebutuhan Obat Publik
untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
(PKD) di Puskesmas Se Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya. (Online).
http://eprints.undip.ac.id/17996/1/JOK
O_PUJI_HARTONO.pdf. diaskes
tanggal 7 Juni 2016.
Mangindara, Darmawansyah, Nurhayani,
Balqis. 2012. Analisis Pengelolaan
Obat di Puskesmas Kampala
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten
Sinjai. (Online) Jurnal AKK, Vol 1.
No1.
http://server2.docfoc.com/uploads/Z20
15/11/16/knUn39EXdP/b8b7d14867f2
3be7d5c1765787659da4.pdf diaskes
tanggal 7 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai