Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN

TEGAL

Bella Bleszinky1, Aldi Budi Riyanta2,Anggy Rima Putri3


DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Jln.Mataram No.09 Tegal
E-mail : bella.bleszinky97@gmail.com
Telp/Fax (0283)352000

Abstrak
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan suatu kesesuaian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan salah satu masalah yang dapat mengganggu dalam
upaya peningkatan mutu obat di Puskesmas. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penyimpanan obat
di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

Pengumpulan data primer melalui observasi langsung, yaitu mengamati sumber daya manusia, sarana
dan prasarana serta proses dari penyimpanan obat di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal. Pengumpulan data
sekunder melalui penelusuran pedoman atau prosedur penyimpanan obat yang digunakan, serta dokumen dan
laporan terkait penyimpanan obat yang ada di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal. Hasil penelitian disusun dan
disajikan dalam bentuk tabel checklist hasil observasi, dan dalam bentuk narasi mengenai sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, serta proses pengelolaan penyimpanan obat di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

Pengaturan penyimpanan dan penyusunan obat penerapan menggunakan alfabetis serta FIFO dan
FEFO, terdapat label di setiap rak obat, obat di susun secara rapi, dalam penyusunan obat dilakukan berdasarkan
bentuk sediaan obat, terdapat penumpukan obat di atas rak obat dan terdapat ventilasi udara/ jendela yang tidak
terbuka.

Kata kunci : Penyimpanan, Obat, Puskesmas

Abstract
Pharmacy services at the public health center are an integral part of the implementation of health
efforts that play an important role in improving the quality of public health services for the community. Poor
drug storage is one of the problems that can interfere with efforts to improve the quality of medicine at the
Public Health Center Puskesmas. The aim of the study was to determine the description of drug storage at
Tarub Public Health Center of Tegal Regency.

Collection of primary data through direct observation, namely observing human resources,
facilities and infrastructure as well as the process of storing drugs at Tarub Public Health Center of Tegal
Regency. Secondary data collection through tracking guidelines or drug storage procedures used, as well as
documents and reports related to drug storage in the Tarub Public Health Center of Tegal Regency. The results
of the study are compiled and presented in the form of a checklist table of observations, and in the form of
narratives regarding human resources, facilities and infrastructure, and the process of managing drug storage
at the Tarub Public Health Center of Tegal Regency.

Arrangement of storage and preparation of drug applications using alphabetical as well as FIFO
and FEFO, there are labels in each drug rack, drugs are arranged neatly, in the preparation of drugs based on
drug dosage forms, there is a buildup of drugs on drug racks and air vents / windows that are not open.

Keywords: Storage, Medicine, Public Health Center.

1. Pendahuluan untuk meningkatkan kesadaran,


Pembangunan kesehatan kemauan, kemampuan untuk hidup
merupakan upaya yang dilaksanakan sehat agar terwujud derajat
oleh semua komponen yang bertujuan kesehatannya. Salah satu bentuk

1
pelayanan kesehatan yang diberikan untuk mempertahankan kualitas obat,
kepada masyarakat adalah pelayanan meningkatkan efisiensi, mengurangi
obat, kemudahan memperoleh obat yang kerusakan atau kehilangan obat,
dibutuhkan, dapat dijangkau dan jumlah mengoptimalkan manajeman
yang mencukupi.Untuk mencapai tujuan persediaan, serta member informasi
tersebut, diselenggarakan upaya-upaya kebutuhan obat yang akan datang.
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan Ketidak efisiensinnya akan berdampak
berkesinambungan (Anshari, 2009). negatife secara medik, social maupun
ekonomi (Mulyani, 2014). Indikator
Salah satu upaya pemerintah dalam penyimpanan obat yaitu: Kecocokan
mewujudkan hal tersebut yaitu antara barang dan kartu stok, indikator
membentuk Pusat Kesehatan ini digunakan untuk mengetahui
Masyarakat (PUSKESMAS) Puskesmas ketelitian petugas gudang dan
adalah sebagai suatu organisasi mempermudah dalam pengecekan obat,
fungsional yang memiliki peran membantu dalam perencanaan dan
memberikan pelayanan promotif pengadaan obat sehingga tidak
(peningkatan), preventif (pencegahan), menyebabkan terjadinya akumulasi obat
kuratif (pengobatan), rehabilitatif dan kekosongan obat, Turn Over Rati,
(pemulihan kesehatan). Salah satu indikator ini di gunakan untuk
pelayanan yang diberikan oleh mengetahui kecepatan perputaran obat,
Puskesmas adalah upaya pemulihan yaitu seberapa cepat obat dibeli,
kesehatan dan pengobatan, Dalam didistribusi, sampai pesan kembali,
melakukan pemberian pelayanan dengan demikian nilai TOR akan
pengobatan dan pemulihan kesehatan, berpengaruh pada ketersediaan obat.
memerlukan ketersediaan obat yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan Berdasakan survai di Puskesmas
yang ada (Malasai, 2016). Tarub tersebut layak di jadikan dalam
penelitian dan pada kondisi tempat yg
Salah satu pelayanan penunjang sangat stategis serta mempunyai fasilitas
yang penting di Puskesmas yaitu pelayanan kesehatan yang baik dan
pelayanan obat. Penyediaan obat yang jumlah pengunjung ramai sehingga
terjangkau dan berkualitas merupakan banyak stok obat tersedia di gudang
kekuatan tersendiri yang dimiliki oleh farmasi, jadi semakian banyak obat
Puskesmas. Pelayanan obat di yang tersedia maka penyimpanan juga
Puskesmas yang efektif, efisien dan semakin maningkat.
rasional memerlukan sistem pengelolaan
obat secara tertib dan benar sesuai 2. Metode Penelitian
standar yang ada. Pengelolaan obat Jenis penelitian ini adalah
memerlukan metode atau prosedur kerja deskriptif kualitatif dengan teknik
yang jelas dan terperinci,sarana dan pengambilan sampel purposive
prasarana yang memadai, dan tenaga sampling, menggunakan data primer
dalam jumlah serta kompetensi yang berupa wawancara yang berisi
memadai. Ruang lingkup pengelolaan beberapa pertanyaan. Data diambil
obat adalah suatu rangkaian kegiatan pada bulan Matet 2019. Populasi
yang mencakup perencanaan, dalam penelitian ini adalah
permintaan obat, penerimaan obat, pengelola puskesmas yang
penyimpanan, distribusi, pengendalian, menangani bagian penyimpanan dan
pelayanan obat, dan pencatatan serta penerimaan obat di puskesmas
pelaporan (Iswantika, 2014). tarub. Sampel dalam penelitian ini
adalah sumber daya manusia (SDM)
Penyimpanan obat merupakan tenaga kefarmasian yang ada di
proses sejak dari penerimaan obat, puskesmas tarub yang meliputi 1
penyimpanan obat dan pengiriman obat tenaga teknis kefarmasian (TTK)
ke unit pelayaan puskesmas. dan 1 apoteker.
Penyimpanan obat yang baik bertujuan

2
3. Pengolahan dan Analisis Data Metode penyimpanan dapat di
Data yang diperoleh dari lakukan berdasarkan kelas terapi,
pengumpulan data primer, yaitu bentuk sediaan, dan jenis sediaan
observasi, serta data dari pengumpulan farmasi, alat kesehatan dan bahan
data sekuder yang dianalisis dengan cara habis pakai di susun secara alfabetis
membandingkan kepustakaan yang ada dengan menerapkan first expaired first
dengan hasil yang didapat, kemudian out (FEFO) dan first in first out
dilihat apakah terdapat perbedaan atau (FIFO).
kesenjangan antara hasil penelitian
dengan standar atau prosedur yang Sistem pengaturann di gudang
seharusnya. memiliki 2 prinsip yaitu sistem first
expaired first out (FEFO) dan first in
4. Hasil dan Pembahasan first out (FIFO). Sistem FEFO
Penelitian mensurvai langsung merupakan metode penyimpanan obat
bagaimana sistem penyimpanan yang yang dimana obat yang memiliki
ada pada gudang Puskesmas Tarub expaired date (ED) lebih cepat
Kabupaten Tegal. Peneliti melakukan diletakan didepan atau diatas obat
wawancara pada Apoteker dan Asisten yang memiliki ED lebih lama
Apoteker mengenai sistem (PERMENKES, 2014). Sistem FIFO
penyimpanan yang di gunakan pada yaitu penyusunan obat yang diterima
Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal. lebih awal harus digunakan lebih awal
Wawancara ini bertujuan untuk sebab umumnya obat yang datang
mendapatkan hasil yang akurat serta lebih awal diproduksi mungkin
mengerti lebih mendalam tetang relative lebih awal masa
penyimpanan yang ada di Puskesmas kadaluarsanya (Dirjen Binfar, 2005).
tersebut.
1. Pengaturan penyimpanan dan Hasil observasi menunjukan
penyusunan obat. bahwa cara pengaturan penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu obat sudah cukup baik, namun
kegiatan menyimpan dan melihara terdapat jendela di gudang tidak
dengan cara mendapatkan obat- dibuka, karena letak gudang di tengah
obatan yang diterima pada tempat bangunan menyebabkan jendela tidak
yang dinilai aman dari pencurian dibuka. Untuk obat yang
serta gangguan fisik yang dapat membutuhkan suhu yang khusus
merusak mutu obat. Tujuan seperti supositoria, vaksin dan infus
penyimpanan obat yaitu untuk yang memerlukan suhu khusus
memelihara mutu obat, penyimpanan di runag terpisah dari
menghindari pengguanaan yang gudang obat yaitu berada pada
tidak bertanggung jawab, menjaga laboratorium puskesmas karena
kelangsungan persediaan, sedang direnovasi, sedangkan vaksin
memudahkan pencarian dan yang memerlukan suhu khusus
pengawasan (Depkes RI, 2007). disimpan oleh penanggung jawab
Menurut permenkes no 72 tahun sendiri yaitu bidan. Pada gudang
2016 penyimpanan harus dapat penyimpanan obat terdapat AC untuk
dijamin kualitas dan keamaan sirkulasi udara karena gudang teretak
farmasi, alat kesehatan, dan bahan di tengah ruangan danjendela tidak
medis habis dipakai sesuai dengan dibuka, namun AC tidak dinyalakan
persyaratan kefarmasiaan. tetapi ada thermometer ruangan yang
Tujuannya adalah agar mutu berfungsi untuk mengatur suhu
sediaan farmasi yang tersedia di gudang tersebut
Puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan pesyaratan yang di Hasil yang didapatkan dari
tetapkan. wawancara dan observasi pada
pengaturan penyimpanan obat di
Gudang Obat menunjukan bahwa

3
prinsip FIFO dan FEFO dalam tata obatan yang kadaluarsa dan
cara penyimpanan telah diterapkan , kesesuaan pencatatan obat di
obat disusun secara alfabetis, gudang farmasi (kemenkes RI,
penyimpanan dalam obat dalam 2017). Sehingga dari pelaporan
bentuk sediaan. Namun gudang yang dukumen-dokumen ini suatu
sempit menjadi kendala dalam instalasi biasa meakukan evaluasi
penyimpanan obat sehingga masih pada setiap rangkaian kegiatan
terdapat dus besar obat yang penyimpanan obat (Sarini, 2011).
penyimpananya di atas lemari obat.
Penyimpanan obat yang sudah Pelaporan dokumen-
kadaluarsa di tempatkan terpisah dan dokumen penyimpanan di lakukan
dilaporkan langsung ke dinas secara rutin baik oleh petugas
kesehatan. gudang farmasi maupun kepala
instalasi farmasi. Kegiatan
2. Pencatatan dan pelaporan obat pencatatan dan pelaporan
Pelaporan dokuen atau data-data dokumen terkait penyimpanan
yang berkaitan dengan obat di gudang farmasi sudah
penyimpanan obat merupakan mulai berjalan meskipun
rangkaian kegiatan pengelolaan terkadang masih suka mengalami
obat serta terdib mulai dari saat keterambatan dalam pelaporanya.
obat diterima, di simpan hingga di Terlambatnya pelaporan dokumen
distribusikan. Tujuanya adalah terkait penyimpanan obat di
agar tersedia mengenai jenis dan sebabkan oleh banyaknya petugas
jumlah penerimaan, persediaan, dan penanggung jawab lain yang
pengeluaran atau penggunaan dan harus di lakukan oleh petugas
data mengenai waktu dari seluruh gudang farmasi dan kepla instalasi
rangkaian kegiatan mutasi obat farmasi yang menyebabkan
(Dirjen Bina Kefarmasian dan tertundanya pencatatan hingga
Alat Kesehatan, 2010). berdampak pada terlambatnya
Hasil observasi mengenai pelaporan dokumen penyimpanan
pencatatan dan pelaporan sudah di tersebut. Padahal beberapa
lakukan dengan baik. Setiap ada dokumen seperti buku
obat yang masuk dan keluar di pengeluaran dan surat buakti
catat kedalam kartu stock namun barang keluar sangat diperlukan
pernah juga di temukan terdapat untuk perencanaan pembelian obat
obat yang sudah masuk ke dalam instalasi farmasi.
rak penyimpanan tetapi belum di
catat ke dalam kartu stock. Hal Dengan di lakukanya
tersebut teridentifikasi ketika ingin pelaporan di harapkan biasa jadi
mencatat pengeluaran barang bahan evaluasi dan informasi yang
namun terjadi perbedaan antara akurat mengenai kegiatan
jumlah fisik obat yang ada dengan penyimpanan obat sehingga dapat
jumlah di kartu stock, ataupun memudahkan penelusuran surat
petugas gudang belum mencatat dan laporan, mendapat data atau
pengeuaran obat pada hari laporan yang engkap untuk
sebelumnya. membuat perencanaan dan agar
Sedangkan laporan mutasi anggaran yang tersedia untuk
ataupun pengeluaran obat di buat pelayanan dan perbekalan farmasi
untuk mengetahui jumlah dapat di kelola secara efektif dan
permintaan dan pengeluaran obat efisien (Pudjaningsih, 2012)
dalam satu priode waktu, minimal
setiap 6 bulan sekali (Febriwati, 5. Kesimpulan dan Saran
2013). Sementara itu laporan hasil Kesimpulan dalam penelitian ini
stock opname di buat untuk adalah:
mengetahui sisa persedian, obat-

4
1. pengaturan dan penyusunan Puskesmas Margadana Kota Tegal.” Tegal:
penyimpanan obat sudah di susun Politeknik Harapan Bersama.
secara alfabetis dan berdasarkan jenis [10]Muharomah, septi. 2008. “Manajemen
obat serta menerapkan sistem FIFO Penggelolaan Obat di Puskesmas sidoarjo.”
dan FEFO. [11]Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
2. Pencatatan di lakukan setiap hari kalo Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
pelaporanya setiap sebulaan sekali. [12]Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.
3. pencatatan dan pelaporan sudah 3rd ed. Jakarta: Salemba Medika.
diakuka dengan baik setiap ada obat [13]Palupiningtyas, R. 2014. “Analisis Sistem
yang masuk dan keluar di catat di Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi Rumah
kartu stock. Sakit Mulya Tngerang Tahun 2014.”
Saran dalam penelitian ini [14]Permenkes, RI. 2011. Direktur Bina
adalah: Pelayanan Kefarmasian. pedoman Pelayanan
1. Perlu dilakukan penelitian lebih Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik. Jakarta:
lanjut tentang penyimpanan obat di Kementrian Kesehatan RI.
beberapa Puskesmas, Apotik, dan [15]Permenkes, RI. 2014. Peraturan Mentri
Rumah Sakit. Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
2. Perlu penambahan rak obat pada Standar Pelayanan Kefarmasian. Jakarta:
gudang agar penumpukan dus besar Kementrian Kesehata RI.
di atas rak tidak terjadi. [16]Sheina, Baby. 2010. “Penyimpanan Obat Di
3. Perlu perluasan gudang supaya Gudang Instalasi Farmasi RS PKU
penyimpanan obat di gudang Muhamadyah Yongyakarta Unit 1.” Jakarta:
memuat obat yang banyak. Universitas Ahmad Dahlan.
[17]Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
6. Daftar Pustaka Kuntitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[1]Adisasmito, W. 2014. Sistem Kesehatan. [18]Wirawan. 2015. Manajenen Sumber Daya
Edisi kedua. Jakarta: Rajawali press. Manusia Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
[2]Anjarwati, Rori. 2009. “Evaluasi Kesesuaian Persada.
Pengolaan Obat Pada Puskesmas Dengan [19]Verawaty, D., Damayanti, D., & Sntoso, B.
Standar Pengolaan Obat Yang Ada Di (2010). Perencanaan Kebijakan Persediaan
Kabupaten Sukoharjo,” Obat dengan menggunakan metode probalistrik
[3]Anshari, M. 2009. Aplikasi Manajemen Continuous review (s.s) sistem pada bagian
Pengelolaan Obat Dan Makan. Jogjakarta: instalasi Farmasi RS AMC. Teknik Industry
Nuha Mendika. Universitas Telkom.
[4]Ayuningtyas, D. 2014. Kebijakan Kesehatan
Prinsip Dan Praktik. Jakarta: Rajawali pres.
[5]Departemen Kesehatan RI 2010. Sttandar
pelayanan farmasi ru
mah sakit, Direktorat bina farmasi komunitas
dan klinik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan
Republik indonesia, Jakarta. (BPOM, 2012).
pedoman teknis cara distribusi obat yang baik.
[6]Harmilawati. 2013. Pengaturan Ilmu
Keperawatan Komunitas. Taklar: Pustaka as
salam.
[7]Hiborang, Dkk. 2016. “Gambaran
Pelaksanaan Pengelolaan Obat Di Puskesmas
Paniki Bawah Kota Manado Tahun 2016.”
[8]Iswantika, Lisna. 2014. “Gambaran
Pengelolaan Penyimpanan Obat Di Gudang
Obat Puskesmas Chimahi Selatan,”
[9]Laely, Misriyatin. 2018. “Gambaran
Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi

Anda mungkin juga menyukai