Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang praktek kerja lapangan
Upaya kesehatan adalah salah satu kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peingkatan ke
sehatan (Promotif), pencehagan penyakit (Rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan
ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk puskesmas (Permenkes 2016)
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki peran yaitu
menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat (kegiatan perencanan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan pelaporan dan evaluasi).
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyipanan, tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit. Pelayanan
kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan
dari pelaksaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
dipuskesmas harus mendukung tiga fungsi puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,pusat memperdayaan masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan serta pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Permenkes, 2016)
Praktek kerja lapangan merupakan wujud palikasi terpadu antara sikap,
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
Pelaksanaan praktek kerja lapangan diberbagai instansi akan sangat berguna bagi
mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman. Peraktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan akademi farmasi universitas negeri gorontalo melalui
praktek kerja lapangan ini mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk

1
mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat
menambah pengetahuan mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan rasa displin
dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan kepadanya (Fitriana
2009).
1.2 Tujuan praktek kerja lapangan
Tujuan diadakan PKL dibidang puskesmas yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat meningkatkan, memperluas dan menetapkan
keterampilan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Agar mahasiswa dapat mengenal kegiatan program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial
budaya.
3. Agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
4. Agar mahasiswa dapat memperoleh masukan dan umpan balik guna
memperbaiki dan mengembangkan pendidikan di Universitas Negeri
Gorontalo khusunya untuk jurusan farmasi.
5. mahasiswa Agar mendapatkan kesempatan untuk bersosialisasi dalam dunia
kerja.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1. Agar mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan
pengetahuan yang telah diperoleh dikampus dan diterapkan dilapangaan kerja.
2. Agar mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan dilapangan kerja.
3. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data guna kepentingan institusi
pendidikan maupun mahasiswa yang bersangkutan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
menyelenggarakan upaya kesehatan dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mnegutamakan upaya promotif dan preventif diwilayah
kerjanya. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang
sehat, dengan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan, dan kemampuan
hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pelayanan farmasi klinik menjadi bagian dari pelayanan kefarmasian,
sehingga pelayanan tersebut bersifat langsung dari apoteker kepada pasien dan
apoteker bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkat mutu
kehidupan pasien (Kemenkes RI, 2016); Materi kesehatan republic Indonesia,
2016) Pelayanan farmasi klinik dipuskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan
resep; pelayanan informasi obat (PIO); Konseling, ronde/visite pasien (khusus
puaskesmas dengan fasilitas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO),
Pemantauan terapi obat (PTO), dan evaluasi pengguanaan obat ( Kemenkes RI,
2016).
2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
2.2.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan
kesehatan 7 strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan

3
pelayanan kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan
pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya
sarana prasarana dan sumber daya manusia (Permenkes, 2014).
Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan
ditetapkan di berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010).
2.2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas
1. Perencanaan
Menurut Permenkes No 30 tahun 2014 perencanaan yaitu kegiatan seleksi
obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di Puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya tepat
jumlah, tepat jenis dan efisien. Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan peningkatan efisiensi penggunaan obat secara rasional dan perkiraan
jenis dan jumlah obat yang di butuhkan.
2. Permintaan
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap tahun oleh
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional
(Kemenkes, 2016). Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
kewajiban menulis resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan
kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan
tersedia 8 di Puskesmas. Permintaan untuk mendukung pelayanan obat di
masingmasing puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala dinas

4
kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi Kabupaten dapat
menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Depkes, 2003).
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan (PERMENKES, 2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan
obat harus mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah
atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus (Permenkes,2014). Prosedur Sistem Penyimpanan
obat menurut Palupiningtyas (2014) yakni: 9
a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis), persamaan bentuk (obat kering atau
cair) dan cara pemberian obat (luar, oral, dan suntikan).

5
b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan:
1) FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluarsa lebih
awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan dan
obat baru diletakkan paling belakang.
2) FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa harus
dikeluarkan lebih dahulu.
c. Obat disusun berdasarkan volume
1. Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus agar mudah
ditemukan kembali
2. Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan obat merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan bahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Permenkes RI, 2014).
6. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar (Permenkes RI,2014).
Pengendalian obat terdiri dari :
1) Pengendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa.
7. Pencatatan Pelaporan dan Pengarispan

6
Pencatatan dan pelaporan data obat kepada Instalasi Farmasi merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi obat, baik obat diterima,
disimpan, di distribusikan atau diberikan di Puskesmas maupun di unit pelayanan
kesehatan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data jenis
dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan, dan data durasi
seluruh mata rantai usaha mutasi obat. Beberapa kegiatan registrasi dan notifikasi
obat ini telah dijelaskan dalam setiap aspek pemberian obat. Berikut ini adalah
uraian singkat tentang kegiatan registrasi dan pelaporan obat yang harus dilakukan
oleh IFK. Kegiatann pncatatan dan pelaporan meliputi:
1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan Pengadaan
Obat melalui kegiatan perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK
2. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi akan
dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK.
3. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat.
4. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi dengan
pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan. (Kemenkes, 2010)
2.2.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, peran
tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bertugas dan bertanggung jawab
dalam memberikan informasi terkait cara pemakaian obat yang rasional
(Arimbawa, & Wijaya, 2014). Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung kepada pasien serta bertanggung jawab terhadap Sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas. Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan

7
keselamatan pasien (patiente safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin (Permenkes No. 74, 2016).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi; Pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat kegiatan pengkajian resep dimulai
dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi
meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, 12
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian (Permenkes RI no.74, 2016).

8
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Puskesmas Kota Barat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Puskesmas Kota Barat Jalan Raya
Rambutan Kecamatan Kota Barat Kabupaten Gorontalo pada tanggal 9
Januari sampai 26 januari 2023
3.2 Jam Operasi
Puskesmas kota barat memberikan pelayanan setiap hari senin sampai
sabtu mulai dari jam 08:00-15:00.
3.1 Kegiatan PKL di Puskesmas Kota barat
Pada tanggal 09 januari 2023 kami mengikuti PKL yang dilakukan di
Puskesmas Kota Barat selama 15 hari. Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas
Kota Barat yaitu:
Pada hari pertama kami melakukan perkenalan diri, setelah
memperkenalakan diri masing-masing kami langsung melakukan pelayanan
konsultasi pasien yang mempunyai penyakit TB di ruko (ruang konselin) dan
selesai pelayanan kami menerima materi dari pembibing. Hari ke-2 kami dibagi
menjadi dua kelompok dimana 1 kelompok digudang faramasi dan 1 kelompok
lagi di apotik, langkah pertama diapotik kami menerima resep, langkah keduan
kami langsung melakukan skrining resep, langkah ketiga kami menyiapkan obat
atau melakukan puyer yang ada di resep,langkah keempat kami menulis etiket
dimana kami mengisi tangal, nama pasien,obat diminum berapakali sehari,waktu
minum kapan dan kegunaan obat tersebeut, dan langka terakhir penyerahan obat
dan melakukan pelayanan informasi obat (PIO) pada pasien tersebut. Jika stok
obat di apotik habis kami melakukan pengambilan obat di gudang obat tidak lupa
juga obat yang kami ambil di gudang dicatat berapa banyak obat yang diambil dan
juga kami melakukan pengisian kapsul untuk pasien yang mengalami ganguan
jiwa atau steres. Dan dibagian gudang, jika yang dibagian apotik meminta obat
untuk di stok kami melakukan pengabilan dan menuliskan pada kartu stok berapa
banaya obat yang di ambil dan berapa banayak sisa obat yang digudang. Dan
dihari-hari selanjutnya kami melakukan pemeriksaan obat dan bahan medis habis

9
pakai yang sudah kadaluwarsa setelah itu kami melakukan pemisahan obat dan
bahan medis habis pakai yang sudah kadaluawarsa kemudian kami peking dan
kami tandai dengan menuliskan barang yang sudah kadaluwarsa. Dan hari terakhir
kami melakukan pencatatan (PLPLO) permintaan obat dan bahan medis habis
pakai disetiap pustu-pustu dan kami diberikan tugas untuk membuat brosur etika
batuk.
Diatas ini adalah kegiatan PKL kami selama 15 hari dipuskesmas kota
barat.

10
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 09 januari 2023 kami mengikuti PKL yang dilakukan di
Puskesmas Kota Barat selama 15 hari. Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas
Kota Barat yaitu:
4.1 Pengelolaan sediaan farmasi Di Puskesmas kota barat
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas
kota barat meliputi :
1. Perencanaan, dimana dilakukan kegiatan perencanaan dengan cara melihat
sisa stock di gudang dan banyaknya permintaan dari tiap unit serta banyaknya
obat yang sering diresepkan.
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan
medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlahsediaan farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis
akai yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
2. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi adalah memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat.
3. Penerimaan
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan
bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.Tenaga
kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.

11
Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga kefarmasian dapat mengajukan
keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan, dalam penyimpanan obat-obat juga dilengkapi dengan kartu
stok yang didalamnya terdapat nama obat, jumlah persediaan, jumlah yang
diterima, tanggal jumlah yang diserahkan/digunakan, dan tanggal maupun tujuan
serta jumlah penyerahan/penggunaan.
Pada tahap ini Puskesmas Kota Barat melakukan penyimpanan dengan cara
sebagai berikiut:
a) Gudang
1) Ruangan ber-AC
2) Pencahayaan cukup
b) Pengaturan penyimpanan obat
1) Penyusunan secara alfabetis
2) Obat dan perbekalan kesehatan disimpan pada rak dan ada juga yang
disimpan pada lemari
3) Untuk golongan Narkotika dan Psikotropika di simpan pada lemari khusus
4) Sedian cair dipisahkan dari sedian padat
5) Vaksin disimpan dalam chealer dengan suhu 2-8o Celcius yang merupakan
suatu instrumen dalam rantai dingin untuk menjaga stabilitas dari vaksin sampai
nanti digunakan. Vaksin sendiri ketika nanti akan digunakan melihat label
bergambar yang dilekatkan pada botol vaksin apakah vaksin tersebut dapat
digunakan atau tidak. Semakin rendah paparan suhu tinggi pada vaksin maka
semakin lambat proses perubahan warna, sebaliknya semakin tinggi paaran suhu
maka semakin cepat perubahan warna terjadi.
Berikut ini merupakan petunjuk pembacaan kondisi vaksin melalui keadaan
VVM:
1. Kondisi A : warna segi empat lebih terang dari warna gelap di
sekelilingnya (warna lingkaran) menunjukkan vaksin dapat digunakan

12
2. Kondisi B : Warna segi empat sudah mulai berwarna gelap namun masih
lebih terang dari warna gelap di sekelilingnya menunjukkan vaksin harus
segera digunakan dengan catatn kondisi vaksin belum kadaluarsa.
3. Kondisi C : warna segi empat sama dengan warna gelap di sekelilingnya
menunjukkan bahwa vaksin tidak boleh digunakan.
4. Kondisi D : warna segi empat lebih gelap dibanding dari warna gelap
disekelilingnya menunjukkan vaksin tidak boleh digunakan.

Gambar 4.2.4
Vaksin Vial Monitor
c) Kerusakan fisik
1) Dus obat dan alat kesehatan di gudang tidak ditumpuk.
2) Penumpukan dus obat dan alat kesehatan di gudang mengikuti
petunjuk pada karton.
3) Terhindar dari kontak benda–benda tajam.
5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis, tujuan pendistribusian
adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu,
tepat jenis, dan jumlah (Depkes 2008).
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.

13
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan
pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
7. Monitoring Evaluasi
Untuk mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan
memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan
pengelolaan harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh KepalaPuskesmas.
SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
4.2 Pelayanan Kefarmasian di RUKO (Rumah Konseling) Sahabat
Sudirman
RUKO (Rumah Konseling) Sahabat Sudirman adalah suatu sistem layanan
yang dibuat dimana sistem tersebut melibatkan beberapa profesi selaku pemberi
layanan dalam rangka mengendalikan penyakit TB dan HIV di wilayah
Puskesmas Kota Barat. Pengendalian TB dilakukan secara terpadu untuk
memastikan keberhasilan pengobatan, yang melibatkan pasien, petugas kesehatan
dan keluarga pasien.
Adapun peran penting kefarmasian yang telah dilakukan dalam RUKO
(Rumah Konseling) Sahabat Sudirman di Puskesmas Kota Barat, antara lain:
1. Pengelolaan logistik TB
Peran Apoteker dalam pengelolaan logistik TB adalah bagaimana
memastikan ketersediaan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) yang sesuai dengan

14
regimen pengobatan pasien, serta ketersediaan Bahan Medis Habis Pakai dan
bahkan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan baik oleh petugas maupun
pasien.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Menurut (Permenkes RI no.74, 2016), Pelayanan farmasi klinik yang
dilakukan meliputi; Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi
obat kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, 12
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
Bentuk pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Kota Barat yang diberikan
kepada pasien TB antara lain :

15
a. Memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang pentingnya kerjasama dan pendampingan kepada pasien selama
masa pengobatan .
b. Melakukan Monitoring terhadap Efek Samping Obat (MESO)
c. Melakukan kolaborasi, konsultasi serta membangun komunikasi dengan tim
terpadu RUKO (Rumah Konseling) Sahabat Sudirmanyang terdiri dari
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Melakukan kunjungan ke rumah pasien (home visit).
e. Mendokumentasikan semua catatan pengobatan terutama dalam aspek
kefarmasian sebagai bahan evaluasi.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO), proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
g. Pelayanan Informasi Obat (PIO), pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Ruang lingkup kerja farmasi di Puskesmas mencakup semua kegiatan yang
terkait dengan obat-obatan dan apotek itu sendiri, tidak hanya berfokus pada
penerimaan resep, penyiapan atau peracikan dan penyerahan obat, tetapi
bertanggung jawab juga pada pengelolaan obat seperti perencaan, penyediaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengeluaranm penerimaan, pencatatan serta
pelaporan obat-obatan.
5.1.2 Tanggung jawab seorang farmasi di Puskesmas terkait obat begitu luas sehingga
diperlukan kemampuan dan kompetensi yang baik pada bidang tersebut, harus
menyalurkan ilmu teoritis dan praktek yang diperoleh di kampus agar dapat
diwujudkan atau dilakukan secara nyata dalam dunia pekerjaan sehingga dapat
memperluas, mengembangkan dan meningkatkan keterampilannya.
5.1.3 Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang sesungguhnya dan dapat
mempraktekan ilmu yang didapatkan secara langsung mulai dari menerima
resep dokter, skrining resep, menyiapkan/menyediakan obat hingga membuat
resep racikan berupa puyer, menulis etiket, menyerahkan obat kepada pasien
dan menjelaskan penggunaan obat yang baik dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh pasien.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Lebih meningkatkan komunikasi antar pembimbing pihak jurusan dengan
pihak tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL).
5.2.2 Untuk Puskesmas
Perlu adanya penambahan Apoteker dan Tenaga Kefarmasian terutama
Tenaga Teknik Kefarmasian agar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kota
Barat berjalan lebih baik dan dapat memenuhi kekurangan tenaga kefarmasian
lain.

17

Anda mungkin juga menyukai