Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil

Gambar 6.1
Sediaan deodoran

6.2 Pembahasan
kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Salah satu
sediaan kosmetik yaitu deodoran. Dimana menurut Mitsui (1993), deodoran
adalah salah satu sediaan kosmetika yang diaplikasikan pada kulit untuk
mencegah, mengurangi dan menutupi bau badan serta menekan produksi keringat.
Deodoran secara umum terdiri dari beberapa jenis, yaitu bedak, aerosol, cairan,
krim dan batang (stick).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan deodoran roll-on
dan batang (stick) dari ekstrak ethanol daun kersen (Muntingia calabura) dimana
menurut Baki dan Alexander (2015), Deodorant roll-on adalah pilihan tepat untuk
mengusir bau ketiak yang mengganggu. Cara menggunakan roll-on adalah dengan
mengoleskan bola yang terlapisi formula lembut ke kulit ketiak. Cairan dalam
deodorant roll-on biasanya agak encer dan basah sedangkan deodoran batang
(stick) adalah deodoran yang umumnya mengandung natrium stearat sebagai
thickening/gelling agent. Selain itu terkandung zat antimikroba, humektan, dan
parfum. Menurut Bulter (2000), Deodoran stick adalah kosmetika yang berbahan
dasar natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut
menggunakan propilen glikol atau alkohol. Untuk mencegah kristalisasi garam
aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang
sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula.
Tahap pertama dalam pembuatan sediaan deodoran yaitu tahap formulasi
dimana menurut Siregar (2010), formulasi merupakan tahapan lanjutan dari
kegiatan preformulasi. Dalam kegiatan formulasi harus diperhatikan tahapan-
tahapan dalam menggabungkan tiap komponen yang tertera pada formula yang
telah dibuat. Formulasi adalah salah satu kegiatan dalam pembuatan sediaan yang
menitikberatkan pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif
maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang
meliputi nama dan takaran bahan, dimana penentuan bahan harus selalu melewati
proses studi preformulasi.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan deodorant
adalah Cawan porselin, Gelas beker, Gelas ukur, Keping kaca, Lumpang dan alu,
pH meter. Bahan yang digunakan dalam pembuatan deodorant roll on yaitu
Aquadest, Alkohol 70%, ekstrak etanol daun kersen, HPMC, Metil paraben,
Oleum rosae, Propil paraben, Propilenglikol, dan Tisu. Dan bahan yang digunakan
dalam pembuatan deodorant stick yaitu Ekstrak daun kersen, alkohol 96%, asam
stearate, aquadest, propilen glikol, propil paraben, dan oleum rosae.
Setelah alat dan bahan disiapkan, dibersihkan alat menggunakan alkohol
70%. Menurut Noviansari (2003), tujuan digunakan alkohol 70% karena alkohol
merupakan cairan antiseptik dan desinfektan yang dapat membunuh dan
menghambat bakteri maupun mikroorganisme lain. Lalu ditimbang bahan sesuai
dengan perhitungan yang didapatkan. Menurut Hapsari (2015), kadar 70% dari
alkohol dianjurkan untuk di gunakan sebagai cairan pembersih yang ampuh untuk
membunuh kuman maupun bakteri. Saat alkohol dengan konsentrasi 70%
mengenai kuman, maka secara lambat etanol akan menembus sepenuhnya ke
dalam sel dan membuat kuman atau bakteri mati untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh mikroorganisme atau untuk membasmi kuman
penyakit. Selain itu etanol 70% memiliki khasiat sebagai desinfektan yang
berfungsi menghancurkan atau mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
patogen/parasit pada permukaan benda mati sedangkan antiseptik berupa zat atau
substansi yang menghentikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
patogen/parasit pada permukaan benda hidup/mahkluk hidup.
Selanjutnya masuk dalam proses pembuatan deodorant stick. Langkah pertama
yang dilakukan adalah dimasukkan asam stearat dan propilenglikol didalam
cawan porselin, lalu dipanaskan diatas penangas air. Dimana menurut Rowe
(2009), asam stearat berfungsi sebagai agen pengeras yang memberi bentuk pada
sediaan. Menurut Eka Puspa Sari (2019), digunakan asam stereat karena asam
stereat dapat memadatkan sediaan deodorant dengan optimal dan stabil selain itu
asam stereat juga dapat memberi bentuk sediaan pada deodorant stick. Sedangkan
digunakan propilenglikol menurut Rowe (2009), yaitu untuk mencegah
kehilangan air sehingga menjaga kelembapan sediaan deodorant, pada deodorant
stick propilenglikol juga menjaga agar sediaan tidak terlalu keras.
Selanjutnya ditambahkan NaOH 10% lalu diaduk selama 15 menit dimana
menurut Eka puspa (2019), kombinasi NaOH dan asam stearat dapat membentuk
massa pada sediaan deodoran. Tujuan pengadukan Menurut Koirewoa (2008),
pengadukan berfungsi untuk meratakan konsentrasi sampel yang ada sehingga
menjadi homogen.
Langkah selanjutnya ditambahkan pengawet metil paraben dan propil
paraben karena menurut Dwi Fitria (2014), metil paraben dan propil paraben
digunakan sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba karena
tingginya air pada sediaan deodoran. Dan menurut Rowe (2009), Propilen glikol
digunakan untuk melarutkan metil paraben dan propil paraben.
Setelah itu dimasukan ekstrak daun kersen(Muntingia calabura L.) 20 gram lalu
diaduk hingga homogeny. Menurut menurut Wulandari (2017,) daun kersen
(Muntingia calabura L.) mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan menghilangkan bau badan.
Selain itu daun kersen (Muntingia calabura L.) juga dapat digunakan sebagai
antiperspirant karena dapat mengurangi produksi keringat. Lalu ditambahkan
oleum rosae secukupnya dan diaduk hingga homogen, kemudian didinginkan
sediaan hingga 55oC didalam cetakan. Langkah terakhir yaitu dimasukan sediaan
deodoran kedalam wadah dan ditutup rapat kemudian masukan kedalam kulkas.
Pada pembuatan deodoran roll-on, langkah pertama yang dilakukan yaitu
melakukan pengembangan HPMC dimana menurut Deny (2011), HPMC
memberikan nilai pH dan viskositas sediaan mendekati sediaan deodoran roll-on.
selain itu menurut Martindale dkk (1993), HPMC dapat memberikan stabilitas
kekentalan yang baik di suhu ruangan walaupun di simpan pada jangka waktu
yang lama serta HPMC merupakan bahan yang tidak beracun dan non iritatif.
Selanjutnya dilarutkan propil paraben kedalam propilenglikol Menurut
Rowe (2009), penggunaan propil paraben sebagai pengawet yaitu dapat mencegah
kontaminasi mikroba karena tingginya kandungan air pada sediaan selain itu
propil paraben mudah larut dalam etanol, eter, dan propilenglikol, sedikit larut
dalam minyak mineral. Sedangkan ditambahkan propilenglikol menurut Waller
(2013), bertujuan untuk melarutkan metil paraben yang tidak dapat larut dalam
air.
Ditambahkan ekstrak daun kersen kedalam lumpang yang berisi larutan
HPMC, lalu ditambahkan pula larutan propil paraben dan propilenglikol serta
ditambahkan pewangi oleum rosae dimana menurut Rowe (2009), penggunaan
oleum rosae bertujuan untuk memberikan arome wangi pada sediaan, kemudian
sediaan dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, lalu dilakukan uji evaluasi
terhadap kedua sediaan yang terdiri dari uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas,
uji iritasi, dan uji daya sebar.
Pada uji organoleptis menurut Tranggono et al (2007), dilakukan dengan
melihat bentuk dan warna serta mencium bau dari bentuk sediaan deodoran,
didapatkan hasil sediaan deodorant ekstrak daun kersen, bewarna hijau, dan
berbentuk, serta memiliki bau yang wangi sehingga memenuhi syarat.
Pada uji pH pengukurun pH diawali dengan melakukan kalibrasi pH
meter. Kalibrasi dilakukan menggunakan aquadest. Pengukuran pH dilakukan
dengan mencelupkan elektroda ke dalam 1 gram sediaan deodoran ekstrak daun
kersen mengacu pada metode. Didapatkan hasil kedua sediaan 7,3 dimana hal
tersebut sesuai dengan pH ketiak yaitu 7-8 (Apriyanto et a, 1989).
Pada uji homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk melihat
campuran bahan pembuat pada sediaan deodorant. Dilihat dengan cara
mengoleskan sediaan pada kaca transparan dan diamati apakah terdapat butir-butir
kasar yang tertinggal dikaca tersebut (Ilham, 2016). Didapatkan hasil tidak
terdapat butiran-butiran kasar pada sediaan stik sehingga memenuhi syarat dan
pada sediaan roll on terdapat butiran kasar dan sedikit gumpalan sehingga tidak
memenuhi syarat.
Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah deodorant stick
menyebabkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dibedakan menjadi 2 kategori
yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau
penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa
jam setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit (Depkes RI, 1985). Didapatkan
hasil setelah pengujian tidak terdapat iritasi setelah dioleskan dalam beberapa
waktu sehingga memenuhi syarat pada sediaan stick.
Uji Daya Sebar Sebanyak 0,5 gr krim diletakkan diatas kaca objek yang
berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1
menit. Diameter sebar diukur. Setelahnya, di atas sediaan ditambahkan 100 gr
beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan
(Astuti, et al., 2010). Didapatkan hasil yang memenuhi syarat untuk sediaan stik
sedangkan roll on tidak.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kesalahan dalam
menimbang bahan serta cara kerja yang kurang tepat seperti kesalahan dalam
pengembangan HPMC mengakibatkan sediaan deodoran roll-on yang dibuat
kurang maksimal serta hasil evaluasi sediaan deodoran yang tidak memenuhi
syarat.

Achroni. (2012). Cantik dengan Herbal (pp. 23–25). Jakarta: Tribun Media.

Brick, A. H., 2004, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Third Edition, 18-19,


462-469, 629-631, Pharmaceutikal Press, London.

Baki, G., dan Alexander, K,S., 2015. Introduction To Cosmetic Formulation And
Technology

Kuncari, Emma Sri., Iskandarsyah, dan Praptiwi. 2014. Evaluasi, Uji Stabilitas
Fisik dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan
Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.) Depok : Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.

Lestari, Betti. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Snedds (Self-Nanoemulsifying Drug


Delivery System) Ekstrak Kloroform Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight)
Walp.) Dengan Vco (Virgin Coconut Oil) Sebagai Fase Minyak. Other thesis,
Universitas Sebelas Maret.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn M., E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association, Inc.
Siregar, T. 2010. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke–6. a.b. Kosasih
Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.

Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah. 2007. Buku Pegangan Ilmu


Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan. Yogyakarta:


UGM .

Anda mungkin juga menyukai