Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada tanggal 09 januari 2023 kami mengikuti PKL yang dilakukan di
Puskesmas Kota Barat selama 15 hari. Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas
Kota Barat yaitu:
4.1 Pengelolaan sediaan farmasi Di Puskesmas kota barat
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas
kota barat meliputi :
1. Perencanaan, dimana dilakukan kegiatan perencanaan dengan cara melihat
sisa stock di gudang dan banyaknya permintaan dari tiap unit serta banyaknya
obat yang sering diresepkan.
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan
medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlahsediaan farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis
akai yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
2. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi adalah memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat.
3. Penerimaan
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan
bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.Tenaga
kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga kefarmasian dapat mengajukan
keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan, dalam penyimpanan obat-obat juga dilengkapi dengan kartu
stok yang didalamnya terdapat nama obat, jumlah persediaan, jumlah yang
diterima, tanggal jumlah yang diserahkan/digunakan, dan tanggal maupun
tujuan serta jumlah penyerahan/penggunaan.
Pada tahap ini Puskesmas Kota Barat melakukan penyimpanan dengan
cara sebagai berikiut:
a) Gudang
1) Ruangan ber-AC
2) Pencahayaan cukup
b) Pengaturan penyimpanan obat
1) Penyusunan secara alfabetis
2) Obat dan perbekalan kesehatan disimpan pada rak dan ada juga yang
disimpan pada lemari
3) Untuk golongan Narkotika dan Psikotropika di simpan pada lemari
khusus
4) Sedian cair dipisahkan dari sedian padat
5) Vaksin disimpan dalam chealer dengan suhu 2-8o Celcius yang
merupakan suatu instrumen dalam rantai dingin untuk menjaga
stabilitas dari vaksin sampai nanti digunakan. Vaksin sendiri ketika
nanti akan digunakan melihat label bergambar yang dilekatkan pada
botol vaksin apakah vaksin tersebut dapat digunakan atau tidak.
Semakin rendah paparan suhu tinggi pada vaksin maka semakin
lambat proses perubahan warna, sebaliknya semakin tinggi paaran
suhu maka semakin cepat perubahan warna terjadi.

Berikut ini merupakan petunjuk pembacaan kondisi vaksin melalui


keadaan VVM:
1. Kondisi A : warna segi empat lebih terang dari warna gelap di
sekelilingnya (warna lingkaran) menunjukkan vaksin dapat digunakan
2. Kondisi B : Warna segi empat sudah mulai berwarna gelap namun masih
lebih terang dari warna gelap di sekelilingnya menunjukkan vaksin harus
segera digunakan dengan catatn kondisi vaksin belum kadaluarsa.
3. Kondisi C : warna segi empat sama dengan warna gelap di sekelilingnya
menunjukkan bahwa vaksin tidak boleh digunakan.
4. Kondisi D : warna segi empat lebih gelap dibanding dari warna gelap
disekelilingnya menunjukkan vaksin tidak boleh digunakan.

Gambar 4.2.4
Vaksin Vial Monitor

c) Kerusakan fisik
1) Dus obat dan alat kesehatan di gudang tidak ditumpuk.
2) Penumpukan dus obat dan alat kesehatan di gudang mengikuti
petunjuk pada karton.
3) Terhindar dari kontak benda–benda tajam.
5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis, tujuan pendistribusian
adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu,
tepat jenis, dan jumlah (Depkes 2008).
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
7. Monitoring Evaluasi
Untuk mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan
memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan
pengelolaan harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh KepalaPuskesmas.
SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
4.2 Pelayanan Kefarmasian di RUKO (Rumah Konseling) Sahabat
Sudirman
RUKO (Rumah Konseling) Sahabat Sudirman adalah suatu sistem layanan
yang dibuat dimana sistem tersebut melibatkan beberapa profesi selaku pemberi
layanan dalam rangka mengendalikan penyakit TB dan HIV di wilayah
Puskesmas Kota Barat. Pengendalian TB dilakukan secara terpadu untuk
memastikan keberhasilan pengobatan, yang melibatkan pasien, petugas kesehatan
dan keluarga pasien.
Adapun peran penting kefarmasian yang telah dilakukan dalam RUKO (Rumah
Konseling) Sahabat Sudirman di Puskesmas Kota Barat, antara lain:
1. Pengelolaan logistik TB
Peran Apoteker dalam pengelolaan logistik TB adalah bagaimana
memastikan ketersediaan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) yang sesuai dengan
regimen pengobatan pasien, serta ketersediaan Bahan Medis Habis Pakai dan
bahkan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan baik oleh petugas maupun
pasien.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Menurut (Permenkes RI no.74, 2016), Pelayanan farmasi klinik yang
dilakukan meliputi; Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi
obat kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, 12
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
Bentuk pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Kota Barat yang diberikan
kepada pasien TB antara lain :
a. Memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang pentingnya kerjasama dan pendampingan kepada pasien selama masa
pengobatan .
b. Melakukan Monitoring terhadap Efek Samping Obat (MESO)
c. Melakukan kolaborasi, konsultasi serta membangun komunikasi dengan
tim terpadu RUKO (Rumah Konseling) Sahabat Sudirmanyang terdiri dari
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Melakukan kunjungan ke rumah pasien (home visit).
e. Mendokumentasikan semua catatan pengobatan terutama dalam aspek
kefarmasian sebagai bahan evaluasi.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO), proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
g. Pelayanan Informasi Obat (PIO), pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai