Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GITIK
Jalan Raya Sempi No. 24 Telp (0333) 631118
Rogojampi 68462
Email : gitikpuskesmas@yahoo.co.id
Website : www.puskesmasgitikbanyuwangi.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PELAYANAN KEFARMASIAN

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah
satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan.Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari
pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care)dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat
namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan
pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan
rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
(Depkes, 2010).
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya
(Sumber daya manusia, sarana prasarana, sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 1


prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes, 2010).

II. LATAR BELAKANG

Secara geografis Puskesmas Gitik terletak di wilayah Kecamatan


Rogojampi Kabupaten Banyuwangi dengan lokasi di tepi jalan propinsi
merupakan puskesmas kawasan perkotaan. Sejak Oktober 2012 UPTD
Puskesmas Gitik menjadi puskesmas perawatan. Puskesmas perawatan
adalah puskesmas yang berdasarkan surat keputusan Bupati
menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya
diberikan tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus
merupakan pusat rujukan antara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan
berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab. Agar dapat memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu, maka di pelayanan kefarmasian perlu membuat kerangka acuan
kegiatan pelayanan yang dapat menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanaan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien.

III. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Menjadi acuan bagi semua pihak dalam melaksanaan pelayanan
kefarmasian yang diberikan kepada pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pelayanan kefarmasian dengan pendekatan
Pharmaceutical Care yang penuh tanggung jawab dan
berkualitas
b. Tersusunnya perencanaan kegiatan pelayanan kefarmasian
untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di wilayah kerja..
c. Mampu menganalisa dan mengatasi masalah-masalah yang
yang ditemui dalam melaksanakan tugas.

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 2


IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) lingkup


kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
1. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
d. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
2. Kegiatan pengelolaan farmasi klinik
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi
Obat
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c. Konseling
d. Ronde/Visite Pasien
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g. Evaluasi Penggunaan Obat

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai


a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas dilaksanakan oleh petugas
Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi
Obat, dan rencana pengembangan dan harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 3


Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi
Kabupatenakan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan Obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan
pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi
kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah.
c. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Suatu kegiatan dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten sesuai dengan permintaan
yang telah diajukan.
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan
bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat, bentuk Obat sesuai dengan
isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat,
maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Obat yang diterima disesuaikan
dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
d. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 4


Suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) bentuk dan jenis sediaan;
2) stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
3) mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
4) narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
e. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
( Ruang Farmasi, UGD, Rawat Inap)
2) Puskesmas Pembantu;
3) Puskesmas Keliling;
4) Posyandu;
5) Polindes: dan
6) Ponkesdes
f. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari:
1) Pengendalian persediaan;
2) Pengendalian penggunaan; dan
3) Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik Obat dan Bahan

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 5


Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
1) Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
dan
3) Sumber data untuk pembuatan laporan.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
1) mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
2) memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
3) memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
2. Kegiatan pengelolaan farmasi klinik
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi
Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2) Nama, dan paraf dokter.
3) Tanggal resep.
4) Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan jumlah Obat.
3) Stabilitas dan ketersediaan.
4) Aturan dan cara penggunaan.
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 6


Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2) Duplikasi pengobatan.
3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4) Kontra indikasi.
5) Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi


Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:
1) Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan
klinis/pengobatan.
2) Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi
pengobatan.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding
dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
5) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Sumber informasi Obat.
2) Tempat.
3) Tenaga.
4) Perlengkapan.

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 7


c. Konseling
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan
oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan
terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan
dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek
yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
Obat
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
a) Pasien rujukan dokter.
b) Pasien dengan penyakit kronis.
c) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan
poli farmasi.
d) Pasien geriatrik.
e) Pasien pediatrik.
f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2) Sarana dan prasarana:
a) Ruangan khusus.
b) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas,
lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau
kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang
bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
d. Ronde/Visite Pasien
Kegiatan visite mandiri:

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 8


1) Untuk Pasien Baru
a) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan
dari kunjungan.
b) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi
dan jadwal pemberian Obat.
c) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa
dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter
pada catatan pengobatan pasien.
d) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.
2) Untuk pasien lama dengan instruksi baru
a) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
b) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah
pemberian Obat.
3) Untuk semua pasien
a) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
b) Membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan
digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
1) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa
catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka
penunjang.
2) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien
dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.
3) Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
4) Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi
pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, Obat baru,
perubahan dosis dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
2) Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan
tim.
3) Memahami teknik edukasi.
4) Mencatat perkembangan pasien.

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 9


Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan
penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam
penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
1) Menganalisis laporan efek samping Obat.
2) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami efek samping Obat.
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
Obat yang merugikan.
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2) Membuat catatan awal.
3) Memperkenalkan diri pada pasien.

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 10


4) Memberikan penjelasan pada pasien.
5) Mengambil data yang dibutuhkan.
6) Melakukan evaluasi.
7) Memberikan rekomendasi.
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
(rasional).
Tujuan:
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus
tertentu.
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat
tertentu.

VI. SASARAN KEGIATAN

Sasaran dari dibuatnya kerangka acuan pelayanan kefarmasian ini


adalah tenaga teknis kefarmasian dan tenaga lain yang membantu dalam
terlaksananya pelayanan kefarmasian di Puskesmas dan jaringannya.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perencanaan X
Permintaan * X X X X
Penerimaan X X X X
Penyimpanan X X X X
Distribusi X X X X X X X X X X X X
Pencatatan * X X X X X X X X X X X X
Pelaporan X X X X X X X X X X X X
Supervisi dan X
evaluasi
Catatan :
* Pencatatan dilakukan setiap ada penerimaan dan pengeluaran obat.
* Bila ada kekosongan stok obat dan belum jadwal pengambilan obat,
puskesmas mengajukan permohonan permintaan untuk bon obat
sementara

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 11


VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan di pelayanan kefarmasian terhadap
jadwal kegiatan yang direncanakan dilakukan setiap tahun oleh tenaga
teknis kefarmasian. Hasil evaluasi dicatat dan dibuat rencana jadwal
kegiatan yang baru. Melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Kepala
Puskesmas menindak lanjuti hasil evaluasi dan melihat rencana jadwal
kegiatan yang baru jika sesuai maka kepala Puskesmas menyetujui
rencana jadwal kegiatan yang baru

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan


rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan dan
bahan medis habis pakai secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit
pelayanan lainnya(Depkes 2010). Puskesmas bertanggung jawab atas
terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap
serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan
obat. Tujuan dari pencatatan dan pelaporan adalah :
a. Sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
b. Sebagai sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian.
c. Sebagai sumber data untuk perencanaan kebutuhan.
d. Sebagai sumber data untuk pembuatan laporan.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
Puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas
harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan
diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat.
Di dalam gedung Puskesmas (gudang obat puskesmas, kamar
obat/apotek & rawat inap) sarana yang digunakan adalah kartu stok obat,
LPLPO, LPLPO sub unit, dan catatan harian penggunaan obat. Di luar
gedung Puskesmas (Puskesmas keliling, Pustu, Poskesdes) sarana yang

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 12


digunakan adalah LPLPO sub unit, kartu stok, catatan harian penggunaan
obat.
Penyelenggaraan pencatatan di gudang Puskesmas setiap obat
yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam buku
penerimaan dan kartu stok. Obat yang dikeluarkan juga dicatat di LPLPO
sub unit. Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat
berdasarkan kartu stok obat dan LPLPO sub unit yang telah
direkapitulasi. Data yang ada pada LPLPO merupakan laporan
Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
Penyelenggaraan pencatatan di kamar obat/apotek setiap hari
jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada buku catatan
pemakaian obat harian. Kemudian dimasukkan dalam rekap bulanan
pemakaian obat.Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat
dibuat berdasarkan catatan pemakaian harian, LPLPO bulan sebelumnya
dan sisa stok.
Poli umum, poli KIA dan KB, poli gigi, laborat dan sub unit lain yang
ada di dalam gedung mengajukan permintaan seperti bentuk lembar resep
kepada petugas kamar obat. Dan petugas kamar obat mencatat dalam
catatan pemakaian harian. Untuk posyandu dan puskesmas keliling,
sebelum berangkat mengajukan permintaan tertulis ke petugas kamar
obat, setelah kegiatan petugas menyerahkan resep obat yang telah
dikeluarkan dan menyerahkan sisa obat yang ada. Petugas kamar obat
mencatat dalam catatan pemakaian harian. Penyelenggaraan pencatatan
untuk Puskesmas Pembantu, Poskesdes, UGD dan Rawat Inap seperti
pada kamar obat.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit.
LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten melalui
Instalasi Farmasi Kabupaten, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah
ditanda tangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten, satu rangkap
untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi
Kabupaten dan satu rangkap dikembalikan ke puskesmas. Untuk
permintaan obat LPLPO dibuat rangkap 4 (empat). LPLPO sub unit
diserahkan pada petugas gudang selambat-lambatnya tanggal 1 bulan
berikutnya. LPLPO puskesmas sudah harus diterima oleh Instalasi
Farmasi Kabupaten paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 13


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan .
Pemantauan dilaksanakan secara terencana oleh petugas
pengelola obat dari unit yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Kabupaten)
terhadap pelaksanaan pengelolaan obat oleh petugas ke unit lebih rendah
(Puskesmas/ Puskesmas Pembantu/ unit lainnya). Pengamatan diarahkan
untuk menjaga agar semua pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan pedoman yang disepakati bersama.
Untuk evaluasi mutu proses pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dapat diukur dengan indikator kepuasan dan keselamatan
pasien/pelanggan/pemangku kepentingan (stakeholders), dimensi waktu
(time delivery), Standar Prosedur Operasional serta keberhasilan
pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi. Banyak hal
yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam pengelolaan obat dengan
syarat bahwa indikator tersebut memenuhi kriteria dari indikator yang telah
ditetapkan . Yang dapat dijadikan sebagai indikator pengelolaan obat di
Puskesmas adalah :
a. Alokasi dana pengadaan obat
b. Pengadaan obat esensial
c. Pengadaan obat generik
d. Biaya obat per kunjungan resep
e. Kesesuaian Item Obat yang tersedia dengan DOEN
f. Kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit
g. Tingkat ketersediaan obat
h. Ketepatan perencanaan
i. Prosentase dan nilai obat rusak atau kadaluarsa
j. Ketepatan distribusi obat
k. Prosentase penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan
l. Rata-rata waktu kekosongan obat

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 14


m.Ketepatan waktu LPLPO
n. Kesesuaian ketersediaan obat program dengan kebutuhan
o. Kesesuaian Permintaan Obat

X. ANALISIS MASALAH PELAYANAN KEFARMASIAN


No Analisis Masalah
1 Berdasarkan Peraturan Menteri Penanggung jawab ruang
Kesehatan No. 30 tahun 2014 farmasi di Puskesmas adalah
tentang Standar Pelayanan Apoteker
Kefarmasian di Puskesmas
2 Dari Kotak aduan 1. Pelayanan di apotek lama
2. Petugas tidak ramah
3 Dari Kejadian Nyaris Celaka Kesalahan pemberian obat
(KNC)

Tindak lanjut dari analisis masalah


Berkoordinasi dengan tim mutu Puskesmas Gitik untuk meningkatkan
pelayanan kefarmasian :
1. Membuat usulan pengadaan tenaga Apoteker 1 orang dan Tenaga
Teknis Kefarmasian Diploma III 1 orang.
2. Uraian tugas yang jelas bagi tenaga teknis kefarmasian dan tenaga
yang membantu pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan tercantum
dalam Surat Keputusan Kepala Puskesmas
3. Monitoring dan evaluasi hasil pengaduan masyarakat dan laporan
KNC secara berkala.
a. Untuk meminimalkan keluhan masyarakat diadakan koordinasi
antar petugas pelayanan kefarmasian. Tenaga Teknis
Kefarmasian memberikan informasi tentang tata laksana
pelayanan kefarmasian kepada petugas lain yang membantu
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
b. Untuk mencegah kesalahan pemberian obat dilakukan
1) pemberian nomor urut resep setiap resep yang diterima
2) Dilakukan pemeriksaan resep yang diterima/skrening resep,
3) Penyiapan resep, penulisan etiket lakukan dengan teliti.
4) Pengecekan ulang obat dan etiket sebelum diserahkan

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 15


5) Penyerahan resep dengan mencocokan nomor resep, nama,
umur, alamat pasien dan bila perlu menanyakan keluhan/sakit
pasien.
6) Penataan obat diatur secara alfabetis dan berdasarkan FEFO
dan FIFO
7) Membedakan obat-obat yang termasuk katagori obat yang
perlu diwaspadai/high alertdan obat LASA (Look Alike Sound
Alike)/ NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip)
8) Memisahkan obat yang telah kadaluarsa dan memberi tanda
pada tempat obat untuk obat yang mendekati masa kadaluarsa
a) Hijau untuk obat dengan masa kadaluarsa kurang dari 6
bulan
b) kuning untuk obat dengan masa kadaluarsa kurang dari 3
bulan
c) merah untuk obat dengan masa kadaluarsa kurang dari 1
bulan.
Pengadaan sarana penunjang pelayanan kefarmasian

Rogojampi, Desember 2015


Mengetahui Program Farmasi
Plt. Kepala UPTD Puskesmas Gitik UPTD Puskesmas Gitik

dr. H. DIDIK RUSDIYONO, MM NONING ELISSA F.


NIP. 19690304 200212 1 003 NIP. 19741202 200012 2 001

KAK PELAYANAN KEFARMASIAN 16

Anda mungkin juga menyukai